Anda di halaman 1dari 5

DINAS KESEHATAN KOTA KENDARI

PUSKESMAS LABIBIA
Jl. Imam Bonjol.Kel.Labibia.Kec.Mandonga Kendari
Email : labibiapuskesmas@gmail.com

KERANGKA ACUAN KEGIATAN


PENEMUAN DINI KUSTA DI SEKOLAH

1. Pendahuluan
Permasalahan penyakit kusta ini bila dikaji secara mendalam
merupakan permasalahan yang sangat kompleks dan merupakan
permasalahan kemanusian yang seutuhnya. Masalah yang dihadapi pada
penderita bukan hanya dari medis saja tetapi juga adanya masalah
psikososial sebagai akibat penyakitnya. dalam keadaan ini warga
masyrakat berupaya menghindari penderita. Sebagai akibat dari masalah-
masalah tersebut akan mempunyai efek atau pengaruh terhadap
kehidupan penderita, karena masalah tersebut dapat mengakibatkan
penderita kusta menjadi tuna social, tuna wisma, tuna karya dan ada
kemungkinan mengarah untuk melakukan kejahatan atau ganguan
dilingkungan masyarakat. program pemberantasan penyakit menular
bertujuan untuk mencegang penyakit, menurunkan angka kesakitan dan
angka kematian serta mencegah akibat buruk lebih lanjut sehingga
memungkinkan tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat.
Penyakit kusta adalah suatu penyakit menular yang masih merupakan
masalah nasional kesehatan masyarakat, dimana berapa daerah di
Indonesia prevalens rate masih tinggi dan masalah yang ditimbulkan
sangat kompleks. Masalah yang dimaksut bukan saja dari segi medis
tetapi meluas sampai masalah social ekonomi, budaya, keamanan dan
ketahanan social. Pada umumnya penyakit kusta terdapatdi Negara yang
sedang berkembang, dan sebagian besar penderitanya adalah dari golongan
ekonomi lemah. Hal ini sebagai akibat ketebatasan kemampuan
Negara tersebut dalam memberikan pelayanan memadai dibidang
kesehatan, pendidikan, kesejahteraan soasial ekonomi pada masyarakat.
Indonesia hingga saat ini merupakan salah satu Negara dengan
penyakit kusta yang tinggi. pada tahun 2013, indonesia menempati
urutan ketiga setelah india dan berazil. Tahun 3013, Indonesia memiliki
jumlah kasus kusta baru sebanyak 16.856 kasus dan jumlah
kecacatan tingkat 2 diantara penderita baru sebanyak 9,86%( WHO,2013,
penyakit kusta merupakan salah satu dari delapan penyakit terabaikan
yang masih ada di Indonesia, yaitu filiariasis, kusta, prambusia, dengue,
helminthiasis, schistosomiasis, rabies, dan taeniasis. Indonesia sudah
mengalami kemajuan yang pesat dalam pembangunan di segala bidang
termasuk kesehatan, namun kusta sebagai penyakit kuno masih
ditemukan.
2. Latar Belakang
Hingga kini, kusta sering kali terabaikan. Meskipun kusta tidak
secara langsung termasuk ke dalam pencapaian millennium development
goals (MDGs), namun terkait erat dengan lingkungan yaitu sanitasis.
Penggunaan air bersih dan sanitasis akan sangat membantu
penurunanan angka kejadian penyakit NTD. Beban akibat penyakit kusta
bukan hanya karena masih tingginya jumlah kasus yang ditemukan
tetapi juga kecacatan yang diakibatkannya, Indonesia sudah mencapai
eliminasi di tingkat nasional.
Dampak sosial terhadap penyakit kusta ini sedemikian besarnya,
sehingga menimbulkan keresahan yang sangat mendalam. Tidak hanya
kepada penderi sendiri, keluarga, masrakat dan Negara. Hal ini yang
mendasari konsep perilaku penerimaan penderita terhadap penyakit
nya, dimana untuk kondisi ini penderita masih banyak mengagap
bahwa penderita kusta merupakan penyakit menular, tidak dapat diobati,
penyakit keturunan, kutukan tuhan, dan menyebabakan kecacatan. Akibat
anggapan yang salah ini penderi kusta merasa putus asa sehingga tidak
tekun untuk berobat hal ini dapat dibuktikan dengan kenyataan bahwa
penyakit kusta mempunyai kedudukan yang khusus diantara penyakit-
penyakit yang lain. Hal ini dapat disebabkan oleh adanya lepropobiya (atau
rasa takut yang berlebihan terhadap kusta). Lepropobia ini timbul karna
penderitat kusta yang cacat sangat menakutakan.
3. Tujuan Umum Dan Tujuan Khusus
a. Tujuan Umum
Terlaksananya program kusta sesuai dengan masalah yang ada,
sehingga dapat meningkatkan penemuan secara dini penderita kusta
baru dan bisa mengobati pasien kusta secara baik dan maksimal.
b. Tujuan Khusus
1. Mengupayakan peningkatan keterampilan petugas dalam mendeteksi
penemuan dini kusta.
2. Mempertahankan keterampilan petugas kesehatan di unit pelayanan
dalam tata laksana pasien kusta.
4. Kegiatan Pokok Dan Rincian Kegiatan
No Kegiatan Pokok Rincian Kegiatan
A Penemuan Dini Kusta Di Sekolah Penyuluhan
Pemeriksaan Kulit Siswa dan Siswi

Kegiatan pokok dalam program ini adalah dengan memberikan


penyuluhan kusta di sekolah dan melakukan pemeriksaan kulit pada siswa
– siswi. Adapun rincian kegiatan ini adalah sebagai berikut:
a. Petugas mengunjungi sekolah yang merupakan tempat penyuluhan
kusta dimana sebelumnya sekolah tersebut telah diberikan informasi
melalui surat dari petugas penyuluhan.
b. Petugas memberikan penyuluhan di dalam kelas yang telah ditentukan
sebelumnya.
c. Petugas menjelaskan pengertian, penyebab , cara penularan, gejala,
pencegahan dan pengobatan kusta.
d. Petugas menampilkan gambar anak yang menderita kusta.
e. Petugas melakukan pemeriksaan kulit kepada siswa – siswi yang
dicurigai dari ciri – ciri fisik menunjukkan gejala – gejala kusta.
f. Petugas mengevaluasi kembali siswa – siswi tentang materi yang telah
disampaikan.
g. Petugas melakukan pendokumentasian.
5. Cara Melaksanakan Kegiatan
Kegiatan ini dilakukan setiap enam bulan sekali dalam setahun
dengan jadwal yang sudah ditetapkan oleh petugas penyuluhan.
6. Sasaran
Sasaran dalam kegiatan ini adalah siswa – siswi kelas IV sekolah
dasar dan seluruh siswa –siswi taman kanak – kanak di wilayah kerja
Puskesmas Labibia.
7. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan
Maret 2018
Kegiatan
10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30
1

Penemuan Dini
Kusta DiSekolah
SDN 22
Mandonga
TK PKBM
Meohai
SDN 15
Mandonga
SDN 06
Mandonga
TK Negeri 2
Kendari
SDN 03
Mandonga
TK Baitul Ilmih
SDN 12
Mandonga
SDN 17
Mandonga
TK RA
Perwanida
SDN 16
Mandonga
SDN 07
Mandonga
SDN 20
Mandonga
8. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan Dan Pelaporan
a. Evaluasi dari kegiatan ini dilakukan setiap setelah melakukan
penyuluhan penemuan dini kustadi sekolah. Kegiatan ini dilakukan
setelah setiap 6 bulan sekali dalam setahun.
b. Pelaporan dari kegiatan ini dibuat dalam bentuk laporan hasil kegiatan
yang ditanda tangani oleh kepala sekolah masing - masing sekolah, dan
Kepala Puskesmas Labibia yang selanjutnya akan diserahkan kepada
Kepala Dinas Kesehatan Kota Kendari.
9. Pencatatan, Pelaporan dan Evaluasi Kegiatan
a. Pencatatan kegiatan ini dilakukan dalam bentuk buku.
b. Pelaporan kegiatan ini dibuat dalam bentuk laporan hasil kegiatan yang
ditanda tangani oleh kepala sekolah masing-masing sekolah, dan
Kepala Puskesmas Labibia yang selanjutnya akan diserahkan kepada
Kepala Dinas Kesehatan Kota Kendari.
c. Evaluasi dari kegiatan ini dilakukan dengan melihat cakupan
pemahaman siswa siswi kelas IV sekolah dasar yang diberikan
penyuluhan Penemuan Dini Kusta dan pemeriksaan kulit dari siswa
siswi tersebut.

Anda mungkin juga menyukai