Anda di halaman 1dari 14

Implementasi Kebijakan Penanggulangan Tuberkulosis.........

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENANGGULANGAN TUBERKULOSIS DENGAN STRATEGI


DIRECTLY OBSERVED TREATMENT SHORT-COURSE (DOTS) DI PUSKESMAS KECAMATAN
BANGSAL KABUPATEN MOJOKERTO

Febry Mega Kumalasari


S1 Ilmu Administrasi Negara, Jurusan Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum,
Universitas Negeri Surabaya
Febry.18134@mhs.unesa.ac.id

Indah Prabawati
S1 Ilmu Administrasi Negara, Jurusan Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum,
Universitas Negeri Surabaya
indahprabawati@unesa.ac.id

Abstrak
Kasus positif TBC di Kabupaten Mojokerto sepanjang tahun 2018 mencapai 1.436 orang. Upaya
Puskesmas Bangsal dalam penanggulangan TBC di Mojokerto menggunakan kebijakan Directly Observed
Treatment Short-course (DOTS).Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pelaksanaan implementasi
DOTS pada penanggulangan TB di Puskesmas Bangsal Kabupaten Mojokerto. Penelitian ini menggunakan
metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan teknik analisis data interaktif. Hasil
penelitian ini adalah 1) Ketepatan Kebijakan sudah tepat, namun dalam pemecahan masalah masih kurang
optimal pada kesadaran masyarakat dalam penghentian pengobatan sepihak jika sudah merasa sembuh oleh
masyarakat dan ketakutan masyarakat terhadap ancaman virus COVID-19; 2) Ketepatan pelaksanaan,
pencapaian target strategi DOTS yang belum mencapai target karena dukungan pemerintah pada pendanaan
untuk sosialisasi, penyuluhan dan promosi kesehatan terbatas; 3) Ketepatan target belum optimal
karenapada tahun 2020 Puskesmas Bangsal mendapatkan 43 kasus dan 250 orang yang diperiksa
atausekitar 53% dari target yang telah ditetapkan; 4) Ketepatan Lingkungan, komunikasi dengan Dinas
Kesehatan belum optimal dalam monitoring dan evaluasi, pelaporan STIB. 5) Ketepatan Proses, Puskesmas
Bangsal mulai dari penemuan kasus, pengobatan hingga ke pelaporan sudah sesuai dengan SOP
pelaksanaan kebijakan DOTS. Permasalahan yang terjadi adalah tenaga kesehatan kesulitan dalam
melakukan pelaporan STIB. Saran yang dapat diberikan yaitu meningkatkan koordinasi lintas sektoral dan
memberikan pelatihan tentang tata cara pengisian SITB dengan melakukan sosialisasi secara intensif.
Penambahan pendanaan untuk sosialisasi, penyuluhan dan promosi kesehatan perlu dilakukan agar kader
TB Paru memahami program Gerakan Masyarakat Brantas TB Paru dan berpartisipasi optimal dalam
upaya pencegahan tuberkulosis.
Kata Kunci: Implementasi, Kebijakan, Directly Observed Treatment Short-Course.

Abstract
Cases of positive TBC in Mojokerto Regency throughout 2018 reached 1,436 people. The efforts of the
Puskesmas Bangsal in controlling TB in Mojokerto used the Directly Observation Policy (DOTS). This
study aimed to analyze the implementation of DOTS in TB control at the Bangsal Puskesmas, Mojokerto
Regency. This study uses descriptive research methods with a qualitative approach and interactive data
analysis techniques. The results of this study are 1) The accuracy of the policy is correct, but in the
problem of the problem it is still not optimal in public awareness of stopping unilateral treatment if the
community feels cured and the public's fear of the threat of the COVID-19 virus; 2) Accuracy of
implementation, DOTS target strategy that has not reached the target due to limited government support for
the implementation of socialization, counseling and health promotion; 3) The accuracy of the target is not
optimal because in 2020 the Puskesmas Bangsal received 43 cases and 250 people who were managed or
about 53% of the target set; 4) Environmental accuracy, communication with the Health Office is not
optimal in monitoring and evaluation, STIB reporting. 5) Process Accuracy, Bangsal Puskesmas starting
from case finding, treatment to reporting are in accordance with the SOP for implementing DOTS policies.
The problem that occurs is that health workers have difficulty reporting STIB. Suggestions that can be
given are to improve cross-sectoral coordination and provide training on how to fill SITB by conducting
intensive socialization. Additions to socialization, counseling and health promotion need to be done so that
pulmonary TB cadres understand the program of the Brantas Lung TB Community Movement and optimal
prevention in efforts to prevent tuberculosis.

201
Publika. Volume 9 Nomor 2 Tahun 201, 201-214

Keywords: Implementation, Policy, Directly Observed Treatment Short-Course.

lainnya dinyatakan meninggal dunia (Supriyatno, 2019).


PENDAHULUAN Tingginya kasus mengenai penyakit Tuberkulosis
Tuberkulosis (TB) merupakan sebuah penyakit yang membuat WHO dalam (Kemenkes, 2014), memberikan
bisa menular yang disebabkannya oleh bakteri bernama peringatan untuk negara yang masih berkembang
Mycobacterium Tuberkulosis(Kementerian Kesehatan, termasuklah Negara Indonesia untuk mulai memastikan
2015). Tuberkulosis saat ini menjadi perhatian global dan serta menyusun strategi atau langkah-langkah dalam
perlu diwaspadai, karena ialah salah satu dari menanggulangi penyakit Tuberkulosis. Kementrian
penyebabnya terjadinya kematian yang ada di dunia ini. Kesehatan Republik Indonesia mempunyai sebuah
World Health Organization (WHO) memberikan laporan prinsip serta strategi program tuberkulosis untuk tahun
di tahun 2016 memperlihatkan prevalensi Tuberkulosis 2015 sampai dengan tahun 2020 yang dibuatnya menjadi
yang berjumlah 10,4 juta serta total keseluruhan jumlah 6 poin, yakni penguatan kepemimpinan akan program
prevalensi tahunannya dari keseluruhan kasus Tuberkulosis di Kabupaten atau Kota, ditingkatkannya
Tuberkulosis sebanyak 140 per 100.000 populasi, dengan akses pelayanan Tuberkulosis yang berkualitas,
presentase proporsinya berjumlah 45% di daerah Asia pengendalian faktor risiko Tuberkulosis, ditingkatkannya
Selatan, di daerah afrika mencapai 25%, di pasifik barat kemitraan dengan dilaluinya forum koordinasi
berjumlah 17%, kawasan Mediterania Timur mencapai Tuberkulosis, ditingkatkannya kemandirian rakyat perihal
7%, dan 3% untuk kawasannya Amrika serta juga Eropa. menanggulangi Tuberkulosis, serta poin terakhirnya itu
Negara Indonesia ada di urutan ke-2 di dunia ini dengan ialah penguatan manajemen program (Kemenkes RI,
kasus Tuberkulosis paling banyak dibawah Negara India 2019).
(World Health Organization (WHO), 2017). Strategi yang dapat digunakan dalam pengendalian
Menurut Kemenkes RI ada sekitar 48 negara yang faktor resiko penyebaran penyakit tuberkulosis yaitu
telah masuk kedalam daftar High Burden Country sosialisasi, lingkungan sehat, gaya hidup sehat,
(HBC). Negara Indonesia dengan 13 negara lainnya telah pengimplementasian pengendalian serta pencegahan akan
masuk kedalam daftar tersebut, yang demikian artinya infeksi Tuberkulosis. Peningkatan keterlibatannya rakyat
Negara Indonesia mempunyai masalah yang besar dalam perihal pengendalian Tuberkulosis mencakup
menghapinya penyakit Tuberkulosis. Kasus penyakit peningkatan keterlibatannya rakyat serta juga keluarga
Tuberkulosis di Negara Indonesia memang bukan sesuatu perihal pengendaliannya Tuberkulosis, pemberdayaan
yang bisa dianggap penyakit ringan (Kemenkes RI, masyarakat dengan dilaluinya sosialisasi Tuberkulosis
2017). kedalam layanan kesehatan dengan basis masyarakat
Total keseluruhan kasus baru akan penyakit serta juga keluarga.
Tuberkulosis di Negara Indonesia mencapai jumlah Upaya mendukung prinsip dan strategi program
sebanyak 420.994 kasus di tahun 2017 (data per 17 Mei Tuberkulosis yang sudah dicanangkannya untuk tahun
2018) (Indah, 2018). Pada tahun 2016, Provinsi Jawa 2015 sampai dengan tahun 2020, Menteri Kesehatan
Timur berada di urutan ke-2 di Negara Indonesia Republik Indonesia sudah membuat aturan Menteri
dibawahnya Jawa Barat perihal total kasus baru penyakit Kesehatan nomor 67 Tahun 2016 mengenai
Tuberkulosis yang berjumlah sekitar 21.606 yang Penanggulangannya Tuberkulosis.Pada Peraturan
menderita serta 20.128 kasus penyakit Tuberkulosis Menteri Kesehatan tersebut dijelaskannya bahwasanya
berhasil untuk disembuhkannya (Kemenkes RI, 2017). Di penanggulangan Tuberkulosis ialah seluruh pengupayaan
tahun 2017, Provinsi Jawa Timur tetaplah ada di urutan kesehatan yang mengutamakannya 4 faktor yaitu
ke-2 di Negara Indoensia dibawahnya Jawa Barat yang promotif (upaya peningkatan kesehatan melalui gaya
berada di posisi pertama perihal total kasus baru penyakit hidup sehat) dan preventif (upaya pencegahan penyakit
Tuberkulosis yang berjumlah sekitar 22.585 yang TB), tanpa mengabaikan aspek kuratif (upaya
menderita serta 21.311 kasus penyakit Tuberkulosis penyembuhan dan pengobatan penyakit TB) dan
berhasil untuk disembuhkan (Indah, 2018). rehabilitatif (upaya pemulihan setelah sembuh dari sakit
Didasarkannya kepada data dari Dinas Kesehatan TB) yang ditujukkannya dalam melindunginya kesehatan
kabupaten Mojokerto, total dari jumlah yang menderita rakyat, menurunkannya angka kecacatan, kesakita,
Tuberkulosis pada tahun 2018 mencapai jumlah 1.436 bahkan juga kematian dan memutuskannya penularan
pasies, dari total keseluruhan tersebut, 177 diantaranya serta mencegahkannya resistensi obat yang
dapat disembuhkan, lalu 13 lainnya meningkat menjadi ditimbulkannya dari penyakit Tuberkulosis (Kementerian
kebal terhadap obat-obatan atau MDR, lalu empat orang Kesehatan RI, 2017). Upaya penanggulangan TB dalam

202
Implementasi Kebijakan Penanggulangan Tuberkulosis.........

Permenkes No.67 tahun 2016 diselenggarakannya dengan Syafiie dalam Tahir (2015), mengemukakan
dilaluinya berbagai aktivitas, sebagai berikut: surveilans kebijakan publik adalah sebuah jawaban dari suatu
Tuberkulosis,promosi kesehatan, pengendalian faktor masalah atau kejadian karena merupakan upaya dari
resiko, pemberian kekebalan, penemuan serta pemecahan, pengendalian dan pencegahan suatu masalah
penanggulangan kasus Tuberkulosis, serta juga yang bersifat sebagai penganjur, inovasi, dan tindakan
pemberian obat pencegahan (Faradis & Indarjo, 2018). terarah agar dapat tercapai tujuan yang telah disepakati
Tingkat kejadian TB di Indonesia telah turun secara bersama. Dalam menerapkan kebijakan publik terdapat
perlahan tetapi hamper sepenuhnya diimbangi oleh beberapa prinsip dasar implementasi kebijakan yang
peningkatan populasi. Tingkat deteksi kasus, di sisi lain, efektif dan terbagi kedalam lima ketepatan yaitu Nugroho
meningkat secara signifikan dari 56% pada tahun 2005 (2011) :
menjadi 66% pada tahun 2010 dan 70% pada tahun 2011. 1. Ketepatan kebijakan
Tingkat keberhasilan pengobatan untuk kasus positif baru 2. Ketepatan pelaksana
tetap cukup stabil di 91% sejak 2005 dengan sedikit turun 3. Ketepatan target
menjadi 90% pada tahun 2010 (Collins et al., 2017). 4. Ketepatan lingkungan
Menurut Tesfahuneygn et al., (2015), yang 5. Ketepatan proses
menjelaskan keberhasilan pengobatan tuberkulosis dan Pemerintah membuat rencana program percepatan
terjadinya penurunan angka tuberkulosis berulang dapat pengupayaan penghabisan penyakit Tuberkulosis di tahun
tercapai apabila terdapat respon positif dari Dinas 2030. Program tersebut dilakukannya dengan dilaluinya
Kesehatan terhadap penanganan tuberkulosis di akses diagnosa, pencegahan, pengobatan, serta pelayanan
masyarakat. Salah satu strategi kebijakan dari kesehatan untuk semua yang menderita penyakit
Kementrian Kesehatan yang dapat mengatasi peningkatan Tuberkulosis, dan ditingkatkannya dana untuk program
tuberkulosis paru yaitu meningkatkan perluasan Tuberkulosis yang mandiri serta berkelanjutan.
pelayanan Directly Observed Treatment Short-course Keberhasilan program pengendalian penyakit
(DOTS). Pada tahun 1994, World Health Organization Tuberkulosis menitik beratkannya kepada manajemen
(WHO) memulai Directly Observed Treatment Short- program serta ketersediannya sumberdaya yang
course (DOTS) yang diamati secara langsung untuk digunakan untuk pengupayaan dalam pencapaiannya
mengatasi epidemic tuberkulosis global (TBC) ( WHO, tujuan yang efisien serta juga efektif(Kemenkes, 2014).
2003). Pengendalian Tuberkulosis di Kabupaten Mojokerto
DOTS merupakan salah satu dari rencana dalam menggunakan rencana Directly Observed Treatment
meningkatkannya ilmu pengetahuan untuk masyarakat Shortcourse (DOTS). Dengan program tersebut
tentang Tuberkulosis dengan dilaluinya penyuluhan yang diusahakannya tercapainya target penemuan penderita
sesuai dengan budaya sekitar, tentang Tuberkulosis berjumlah sebanyak 70% dari pada perkiraan kasus baru
kepada rakyat yang kurang mampus, memberdayaakan penyakit Tuberkulosis dengan presentase kesembuhannya
masyarakat serta pasien-pasien Tuberkulosis, dan mencapai nilai 85% (Dinas Kesehatan Kab. Mojokerto,
menyediakannya akses serta standarisasi pelayanan yang 2015). Mushtaq, M.U., Ubeera, S. (2011), menjelaskan
dibutuhkannya untuk keseluruhan pasien penyakit bahwasanya pelayanannya untuk orang yang menderita
Tuberkulosis. Ada 5 komponen pada perencanaan DOTS, penyakit Tuberkulosis tidaklah efektif serta juga terbatas.
yakni : Petugas kesehatan kurang terlatih dalam mendiagnosa
1. Komitmen politis dari pada pemerintah dalam serta pengobatan penyakit Tuberkulosis dan kurang akan
menjalankannya program Tuberkulosis nasional. keterampilan dalam berkomunikasi yang diperlukan
2. Diagnosa Tuberkulosis melalui pemeriksaannya dalam memberikan motivasi kepada pasien yang
dahak dengan cara mikroskopis. menderita penyakit tuberkulosis yang berguna dalam
3. Pengobatan penyakit Tuberkulosis dengan meningkatkannya kepatuhan dalam pengupayaan
mempergunakan paduan Obat Anti Tuberkulosis penyembuhannya penyakit tuberkulosis.
(OAT) yang diawasi secara langsung oleh Menurut Setyawan, Aditya David Bagus. (2013),
Pengawas Minum Obat (PMO). pencapaian angka penemuan penderita Tuberkulosis
4. Kesinambungannya persediaannya Obat Anti positif yang ada dibawah target nasional yaitu 70% pada
Tuberkulosis. setiap daerah disinyalir karena kurang kuatnya komitmen
5. Pencatatan serta pelaporan mempergunakan Directly Observed Treatment Short-Course (DOTS)
buku untuk lebih memudahkannya evaluasi serta terutama di puskesmas. Hingga pengimplementasian
pemantauan program penanggulangan program penanggulangan TB jadi belum tecapainya
Tuberkulosis (Kemenkes, 2014). target serta kurang optimal. Penelitian yang dilakukannya
oleh seseorang bernama Tuharea et al. (2014),

203
Publika. Volume 9 Nomor 2 Tahun 201, 201-214

mengatakan bahwasanya faktor lainnya yang bisa jadi penanggulangan TBC. Tujuan yang telah disusun
penyebab rendahnya penemuan penderita Tuberkulosis selanjutnya direalisasikan melalui berbagai kegiatan, bisa
ialah sebuah rasa malu ketika menderita penyakit dalam program-program untuk mendukung tercapainya
tuberkulosis itu sendiri dan untuk memeriksakan dirinya tujuan sehingga implemnetasi sebagai sebuah proses
ke fasilitas kesehatan. menjadi penting untuk capaian tujuan sebuah kebijakan
Pelaksanaan stategi DOTS sangat bergantung kepada (Wijayanti & Jannah, 2019).
sarana dan prasarana serta peran serta petugas kesehatan Puskesmas Bangsal dipilih karena berdasarakan
agar penemuan kasus dan pengobatan kepada pasien Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
dengan tuberkulosis paru dapat segera diatasi (Kemenkes, Reformasi Birokrasi (PAN-RB) Nomor 25 Tahun 2018,
2014). Selain itu Gao et al., (2015) menjelaskan bahwa pemerintah Kabupaten Mojokerto dalam Gerakan
pengetahuan tentang tuberkulosis dan proses Masyarakat Berantas TB (Tuberkulosis) menetapkan
pengobatannya juga penting bagi masyarakat dengan Puskesmas Bangsal, sebagai 99 inovasi terbaik pelayanan
tujuan berperan aktif dalam mencegah penyebaran publik tahun 2018. Pusat Kesehatan Masyarakat
tuberkulosis dan memberikan dukungan untuk pengobatan (Puskesmas) sebagai ujung tombak implementasi
tuberkulosis di lingkungannya. kebijakan pelayanan kesehatan di Indonesia. Puskesmas
Pak Tamam selaku penanggung jawab program berdasarkan Permenkes RI. No. 75 Tahun 2014,
tuberkulosis menjelaskan , merupakan fasilitas kesehatan tingkat pertama yang
“Ada beberapa kendala terkait TB, dalam hal mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan,
sosialisasi kepada masyarakat agar lebih memahami termasuk kebijakan pengendalian penyakit
gejala TB dan segera melaporkan jika menemukan TB.Puskesmas Bangsal masih belum dapat mencapai
seseorang yang mengalami gejala tersebut, serta target penanggulangan TB. Dinkes menargetkan untuk
meningkatkan kepatuhan masyarakat dalam bisa menemukan penderita TB sebanyak 90 kasus dan
meminum Obat Anti Tuberkulosis (OAT). Banyak pemeriksaan yang harus dilakukan sebanyak 488 orang,
juga masyarakat yang malu memeriksakan dirinya sedangkanPuskesmas Bangsal hanya dapat menemukan
saat mengalami gejala TB. Selain itu kita terkendala kasus TB positif sebanyak 43 kasus, dan pemeriksaan
dalam hal pemeriksaan dahak yang lama, karena yang dilakukan sebanyak 250 orang.
tidak mempunyai alat dan kita mengirim ke rumah Pemerintah memiliki peran sebagai sumber
sakit. Pelaporan data penderita TB juga ada kendala pembiayaan kesehatan yang bersumber dana dari
dulu offline saat ini menggunakan aplikasi online Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
yaitu Sistem Informasi Tuberkulosis (SITB) dan Peran pemerintah sebagai pelaksana kegiatan adalah
langsung terhubung ke Kemenkes. Karena tergolong menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan berupa
aplikasi baru jadi perlu adanya sosialisasi dan puskesmas, rumah sakit, rumah sakit bersalin, rumah
pelatihan”. (sumber: wawancara peneliti 7 Maret sakit ibu dan anak di tingkat provinsi, kota/ kabupaten,
2020). kecamatan maupun kelurahan. Fasilitas pelayanan
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, Prinsip kesehatan tersebut diharapkan memadai serta dapat
dasar implementasi kebijakan Nugroho (2011), dirasa digunakan dan dimanfaatkan secara optimal (Mindarti
sesuai untuk mendeskripsikan implementasi kebijakan dan Juniar, 2019).
penanggulangan tuberkulosis dengan strategi Directly Meskipun sebagian besar pengelolaan pembiayaan
Observed Treatment Short-Course (DOTS) mengunakan kesehatan telah diberikan kewenangan langsung pada
5 prisip dasar yaitu 1) Ketepatan kebijakan, 2) Ketepatan Puskesmas termasuk Puskesmas Bangsal untuk
pelaksana, 3) Ketepatan target, 4) Ketepatan lingkungan, mengelolanya, tetapi dengan adanya fakta target program
5) Ketepatan proses di Puskesmas Bangsal. Prinsip dasar TB yang tidak mencapai target, maka sangat mungkin
tersebut memiliki ukuran mengenai sejauh mana bahwa aspek sumberdaya merupakan salah satu masalah
kebijakan yang ada dapat memecahkan masalah, aktor di Puskesmas Bangsal. Selain pembiayaan sosialisasi
yang terlibat dalam implementasi kebijakan, ketepatan kurang mendapat perhatian dan dukungan sehinga kepala
target dalam implementasi kebijakan, lingkungan yang Puskesmas selaku pengelola program TB dan
mendukung keberhasilan implementasi kebijakan dan implementor terhadap program penaggulangan TB tidak
ketepatan proses yang ditujukan dengan pemahaman maksimal. Hal ini kemudian menyebabkan sumberdaya
pegawai, keikutsertaan pegawai, dan kesadaran pegawai bagi implementasi program penaggulangan TB di
terhadap tugas dan kewajibannya dalam mendukung Puskesmas Bangsal menjadi tidak memadai bagi
proses implementasi kebijakan. Implementasi kebijakan pencapain target. kerja sama Puskesmas Bangsal sebagai
DOTS merupakan proses interaksi antara tujuan dan sebuah organisasi yang jejaringnya terdapat di wilayah
tindakan yang dilakukan untuk mencapai tujuan kerja yaitu berupa Puskesmas Pembantu, Pos Kesehatan

204
Implementasi Kebijakan Penanggulangan Tuberkulosis.........

Kelurahan, Posyandu, Posbindu dan seluruh kader yang menjadi dua yaitu lingkungan internal yang dinilai dari
ada, belum dapat dimaksimalkan untuk mencapai target hubungan antara lembaga perumus kebijakan dengan
menemukan penderita TB. pelaksana kebijakan dalam mendukung kebijakan
Hasil pengamatan dan analisis terhadap fakta-fakta tersebut, dan lingkungan eksternal yang berkaitan dengan
dari beberapa aspek tersebut diatas, akan menunjukkan tanggapan masyarakat terkait implementasi kebijakan.
hambatan efektifitas implementasi sehingga implementor Ketepatan proses terbagi menjadi tiga yaitu penerimaan
dapat membuat keputusan yang tepat untuk menjalankan kebijakan, masyarakat memahami kebijakan sebagai
kebijakan sebagai sebuah program penanggulangan aturan dan pemerintah memahami sebagai tugas. Adopsi
penyakit TB yang bermanfaat bagi masyarakat, kebijakan, masyarakat menerima kebijakan sebagai aturan
sebagaimana yang diharapkan oleh pembuat kebijakan dan pemerintah menerima sebagai tugas. Kesiapan
yaitu terputusnya mata rantai penularan penyakit TB. strategis, masyarakat siap melaksanakan kebijakan dan
pemerintah siap menjadi pelaksana kebijakan.
METODE Satori (2014), menyatakan bahwa dalam penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, analisis kualitatif data dapat dikumpulkan dengan menggunakan
data interaktif penelitian mengenai implementasi sumber primer dan sumber sekunder. Pada penelitian ini
kebijakan atau program dirasa lebih tepat jika sumber data primer didapatkan melalui hasil dari
menggunakan metode deskriptif. Penelitian kualitatif wawancara secara daring oleh Kepala Puskesmas Bangsal
deskriptif ini dapat mendeskripsikan mengenai dan penanggungjawab program tuberkulosis, sedangkan
implementasi dan permasalahan dalam kebijakan sumber data sekunder yang didapat melalui studi literatur
penanggulangan tuberkulosis dengan strategi Directly (kepustakaan) berupa dokumen, dokumen merupakan
Observed Treatment Short-Course (DOTS) di Puskesmas catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bias
Bangsal. berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental
Penelitian ini difokuskan pada implementasi kebijakan dari seseorang dan sumber lainnya yang relevan dengan
penanggulangan TB di Puskesmas Bangsal dengan penelitian (Sugiyono, 2016). Untuk dokumen yang
menggunakan teori Nugroho (2011), terkait prinsip dasar dijadikan sumber data penelitian ini yaitu Peraturan
implementasi kebijakan yang efektif diantaranya yaitu Menteri No. 67 Tahun 2016 tentang Penanggulangan
ketepatan kebijakan, ketepatan pelaksana, ketepatan Tuberkulosis dan beberapa jurnal lainnya tentang
target, ketepatan lingkungan dan ketepatan proses. Teori tuberkulosis.
tersebut digunakan karena menurut peneliti teori tersebut Untuk mendapatkan data dan informasi pada
sesuai dengan permasalahan yang peneliti temukan penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan
dilapangan. Permasalahan yang peneliti temukan yaitu melalui studi kepustakaan dengan didukung hasil
diapangan yaitu mengenai sosialisasi kepada masyarakat wawancara secara daring. Teknik studi kepustakaan akan
agar lebih memahami gejala TB dan meningkatkan dapat memperoleh informasi bukan dari orang sebagai
kepatuhan masyarakat dalam meminum Obat Anti narasumber, tetapi memperoleh informasi dari macam-
Tuberkulosis (OAT). Segera melaporkan jika menemukan macam sumber tertulis atau dari dokumen yang ada pada
seseorang yang mengalami gejala TB karena banyak informan dalam bentuk peninggalan budaya, seni, dan
masyarakat yang malu memeriksakan dirinya saat karya pikir yang berkaitan dengan penelitian (Satori,
mengalami gejala TB. Selain itu kendala dalam hal 2014).Wawancara yang dilakukan ditujukan kepada
pemeriksaan dahak yang lama, karena tidak mempunyai sumber data yang terlibat dalam penerapan DOTS yaitu
alat dan harus mengirim ke rumah sakit terlebih dahulu. penanggungjawab TB di Puskesmas Bangsal.. Wawancara
Selanjutnya pelaporan data penderita TB juga ada kendala ditujukan untuk menguatkan informasi mengenai
dulu offline saat ini menggunakan aplikasi online yaitu implementasi dari aspek aspek DOTS pada faktor
Sistem Informasi Tuberkulosis (SITB) dan langsung pendukung dan faktor kendala pelaksanaan DOTS,
terhubung ke Kemenkes. Permasalahan-permasalahan Teknik wawancara melalui orang sebagai narasumber
tersebut sangat sesuai dengan teori prinsip dasar akan dapat memperjelas informasi tentang implementasi
implementasi kebijakan yang efektif. dan permasalahan dalam kebijakan penanggulangan
Dalam teori Nugroho (2011), terdapat lima ketepatan tuberkulosis dengan strategi Directly Observed Treatment
diantaranya yaitu ketepatan kebijakan, dinilai dari sejauh Short-Course (DOTS) di Puskesmas Bangsal. Hasil
mana kebijakan tersebut dapat memecahkan masalah yang wawancara yang dilakukan peneliti kemudian datuliskan
ada. Ketepatan pelaksana, dinilai dari peran pelaksana ke dalam catatan wawancara. Melalui wawancara inilah
kebijakan yang tepat sesuai dengan tugasnya. Ketepatan peneliti menggali data, informasi, dan kerangka
target, dinilai dari apakah target yang ada sudah sesuai keterangan implementasi kebijakan DOTS.
dengan yang direncanakan. Ketepatan lingkungan, terbagi

205
Publika. Volume 9 Nomor 2 Tahun 201, 201-214

Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian Mojokerto, yang mempunyai tujuan meningkatkan derajat
ini yaitu teknis analisis data interaktif dengan model Miles kesehatan masyarakat Kecamatan Bangsal. Salah satu
dan Huberman dalam Sugiyono (2015), diantaranya misi dari Puskesmas Bangsal adalah meningkatkan upaya
pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan pengendalian penyakit dan penanggulangan masalah
penarikan kesimpulan. Menurut Sutanto dalam Ardana kesehatan. Hal tersebut sesuai dengan kebijakan yang
(2018). Untuk menjaga ketetapan proses pengkajian dan ditetapkan oleh Dinas Kesehatan dalam menanggulangi
mencegah serta mengatasi mis-informasi (kesalahan tuberkulosis di Kabupaten Mojokerto yaitu dengan
pengertian manusiawi yang bias terjadi karena kurangnya strategi Directly Observed Treatment Short-Course
pengetahuan peneliti atau kurangnya penulis pustaka) (DOTS).
maka dilakukan pengecekan antar pustaka dan membaca Terdapat lima komponen dalam strategi Directly
ulang pustaka. Subjek dalam penelitian ini dipilih Observed Treatment Short-Course (DOTS) diantaranya
menggunakan teknik purposive sampling yaitu pihak yang adalah :
paham dan mengerti serta telah melaksanakan kebijakan 1. Komitmen politis dari pemerintah untuk
yaitu Kepala Puskesmas Bangsal dan penanggungjawab menjalankan program tuberkulosis nasional
program tuberkulosis. dengan peningkatan, dukungan administrasi dan
Dalam pemeriksaan keabsahan data, penulis dukungan operasional.
menemukan ciri dan unsur dalam situasi yang relevan 2. Diagnosis tuberkulosis melalui pemeriksaan
dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan dahak secara mikroskopis yang dilakukan oleh
kemudian memusatkan diri pada hal-hal itu secara rinci. puskesmas.
Pengamatan yang dilakukan adalah dengan teliti dan rinci 3. Pengobatan tuberkulosis yang standar dengan
serta berkesinambungan terhadap implementasi DOTS di paduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) yang
puskemsas Bangsal terhadap 5 aspek, kemudian ditelaah diawasi langsung oleh Pengawas Minum Obat
secara rinci sehingga bisa dipahami. dan dukungan pasien.
Data sekunder yang digunakan untuk mengetahui 4. Sistem pengelolaan ketersediaan Obat Anti
iplementasi DOTS pada penanggulangan TB meliputi, 1) Tuberkulosis (OAT).
Siti Chomaerah (2020) melakukan penelitian tentang 5. Monitoring berupa pencatatan dan pelaporan
program pencegahan dan penanggulangan Tuberkulosis di secara terperinci untuk memudahkan pemantauan
puskesmas. Kegiatan penanggulangan tuberkulosis, dan evaluasi program penanggulangan
sumber daya, sistem informasi, koordinasi, jejaring kerja tuberkulosis serta memudahkan dalam
dan kemitraan sudah dilaksanakan sesuai dengan memberikan penilaian terhadap hasil pengobatan
pedoman pengendalian tuberkulosis tetapi peran serta pasien (Kemenkes RI: 2014).
masyarakat belum sesuai dengan pedoman; 2) Setyawan Untuk melihat implementasi kebijakan
dkk (2013) melakukan penelitian tentang implementasi penanggulangan tuberkulosis dengan strategi Directly
program penanggulangan Tuberkulosis di Kabupaten Observed Treatment Short-Course (DOTS) di
Semarang. Hasilnya menunjukkan bahwa implementasi PuskesmasBangsal, dapat dilihat menggunakanbeberapa
program penanggulangan tuberkulosis di Kabupaten prinsip dasar implementasi kebijakan yang efektif
Semarang belum efektif, karena beberapa indikator menurut Riant Nugroho yaitu diuraikan sebagai berikut :
efektivitas implementasi belum cukup terpenuhi; 3) 1. Ketepatan Kebijakan
Wahyudi dkk (2019) melakukan penelitian tentang Ketepatan kebijakan dapat dinilai dari perumusan
hubungan pengetahuan tentang program gerakan kebijakan oleh lembaga yang berwenang dan sesuai
masyarakat brantas TB paru dengan tindakan pencegahan dengan karakter kabijakannya, selain itu dinilai dari
TB (Gemar Bertasbi) pada Kader TB paru di wilayah kesesuaian kebijakan yang telah ditetapkan mampu
kerja Puskesmas Bangsal Kabupaten Mojokerto. Hasil memecahkan masalah yang terjadi saat ini (Alfa Mutiara
penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara Dewi, Sundarso, 2015). Kebijakan dianggap tepat dan
Program Gerakan Masyarakat Brantas TB Paru dengan berhasil jika kebijakan tersebut dapat menyelesaikan
tindakan pencegahan tuberkulosis dan Kader TB Paru masalah yang ada dan dapat mencapai tujuan.
disarankan untuk memahami program Gerakan Upaya yang dilakukan untuk menanggulangi TB
Masyarakat Brantas TB Paru dan berpartisipasi dalam secara nasional mencatat tren positif. Hal ini ditandai
upaya pencegahan tuberkulosis. dengan peningkatan case detection rate (CDR) yang
tercatat sebesar 19,7% pada tahun 2000 menjadi 41,6%
HASIL DAN PEMBAHASAN pada tahun 2003 dan 78,3% di tahun 2010. Indonesia juga
Puskesmas Bangsal merupakan Organisasi Perangkat telah berhasil mencapai dan mempertahankan angka
Daerah (OPD) di bawah Dinas Kesehatan Kabupaten kesembuhan/success rate (SR) sesuai dengan target

206
Implementasi Kebijakan Penanggulangan Tuberkulosis.........

global, yaitu minimal 85%, terbukti di tahun 2004 SR dapat mengatasi masalah tuberkulosis saat ini dan
mencapai angka 88,9%, tahun 2007 mencapai 91% dan di kebijakan tersebut sangatlah membantu, karena jika
tahun 2009 menjadi 91,2% (Dinas Kesehatan, 2010). pemerintah tidak mendukung kebijakan strategi DOTS ini
Secara bertahap data dari Profil Kesehatan Kabupaten masyarakat akan menjadi terbebani dan kesusahan dengan
Mojokerto melaporkan bahwa ada 692 kasus TB baru dan biaya pengobatan yang bisa mencapai puluhan juta untuk
ada 1.164 kasus seluruh TB di Kabupaten Mojokerto per bisa dikatakan sembuh total dari tuberkulosis. Dukungan
tahun 2017, data tersebut meningkat dari tahun biaya tersebut berupa pemeriksaan, pengobatan, dan
sebelumnnya yaitu ada 607 kasus TB baru dan pada tahun pemeriksaan Bakteri Tahan Asam (BTA).
2016 sebanyak 1.015 kasus seluruh TB di Kabupaten Pada tahun 2020 kebijakan strategi DOTS yang
Mojokerto. ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto,
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Puskesmas Bangsal masih belum dapat mencapai target.
Mojokerto, di Puskesmas Bangsal kasus TB baru terdapat Dinkes menargetkan untuk bisa menemukan penderita TB
16 dan total seluruh kasus TB ada 24 per tahun 2016. sebanyak 90 kasus dan pemeriksaan yang harus dilakukan
Pada tahun 2017 kasus TB meningkat yaitu sebanyak 37 sebanyak 488 orang, sedangkanPuskesmas Bangsal hanya
kasus TB baru dan total seluruh kasus TB yaitu sebanyak dapat menemukan kasus TB positif sebanyak 43 kasus,
54 kasus. Selain itu, masih banyak masyarakat yang tidak dan pemeriksaan yang dilakukan sebanyak 250 orang.
menyadari atau bahkan tidak tahu tentang bahaya TB dan Puskesmas Bangsal dalam melakukan pengendalian
bagaimana pengobatannya. (Dinas Kesehatan Kabupaten dan pengawasan strategi DOTS membentuk satu kader
Mojokerto, 2018) TB pada setiap rumah atau kader pasif dan kader aktif
Berdasarkan hal tersebut, maka masalah utama yang dibentuk pada setiap Desa yang artinya terdapat tiga kader
dihadapi Puskesmas Bangsal saat ini yaitu tuberkulosis. aktif dalam satu Desa. Kader pasif berperan untuk
Kebijakan strategi Directly Observed Treatment Short- melaporkan kepada kader aktif jika dalam salah satu
Course (DOTS) yang diimplementasikan Puskesmas anggota keluarga mengalami batuk selama dua minggu
Bangsal mampu mengatasi masalah tuberkulosis di disertai keringat dingin dan berat bedan berkurang.
Kecamatan Bangsal. Perumusan kebijakan oleh Sedangkan kader aktif berperan untuk melaporkan kepada
Kementerian Kesehatan dapat dipertanggung jawabkan puskesmas dan mengantarkan penderita TB untuk periksa,
dan terdapat komitmen dari perumusan kebijakan tersebut selain itu kader aktif juga berperan untuk mengecek
sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No.67 Tahun kontak erat yang dilakukan penderita TB. Kader pasif dan
2016 tentang Penanggulangan Tuberkulosis. kader aktif juga berperan untuk menjadi Pengawas Minum
Hasil penelitian aspek ketepatan kebijakan Directly Obat (PMO) sampai penderita TB dinyatakan sembuh.
Observed Treatment Short-Course (DOTS) yang Terdapat dua kendala dalam menerapkan kebijakan
diimplementasikan oleh Puskesmas Bangsal sudah sesuai strategi DOTS. Pertama, sikap masyarakat yang sudah
dengan isi Peraturan Menteri Kesehatan yaitu merasa sembuh, masyarakat cenderung merasa sembuh
memberikan pemahaman kepada masyarakat bahaya karena sudah tidak merasakan gejala dan merasa sudah
tuberkulosis, menemukan penderita tuberkulosis, berobat intensif selama dua bulan sehingga memutuskan
melakukan pemeriksaan dahak dengan mikroskopis, untuk tidak berobat kembali, sedangkan penyakit TB
melakukan pengawasan dalam minum obat dengan dosis dapat sembuh jika sudah berobat selama 6 bulan dan
yang tepat, memantau dan memastikan pengobatan pasien setiap bulan harus rutin melakukan pemeriksaan. Kedua,
dengan memberikan buku laporan kesehatan yang permasalahan dalam mencapai target yang telah
menunjukkan kemajuan dalam pengobatan tuberkulosis, ditentukan oleh Dinkes tidak mudah, hampir semua
memastikan penderita tuberkulosis untuk berobat dalam Puskesmas di wilayah Kabupaten Mojokerto pada tahun
jangka waktu yang dianjurkan selama 6 bulan atau sampai 2020 belum dapat mencapai target penemuan TB. Hal
dinyatakan sembuh dari tuberkulosis. Kebijakan strategi tersebut terkendala pandemi Coronavirus disease19
DOTS dirumuskan berdasarkan masalah yang dihadapi, (COVID-19) yang salah satu gejalanya berupa batuk,
dan lembaga yang berwenang telah melaksanakan tugas masyarakat takut untuk memeriksakan diri ke puskesmas
pokok dan fungsinya. jika merasakan batuk. Selain terkendala pandemi COVID-
Kementerian Kesehatan sebagai perumus dan 19, masyarakat masih malu untuk memeriksakan diri dan
pelaksana kebijakan sangat mendukung kebijakan lebih memilih untuk berdiam diri dirumah.
penanggulangan Tuberkulosis, hal tersebut dibuktikan Untuk mengatasi kendala tersebut, puskesmas
dengan adanya bukti tertulis untuk penanganan melakukan penyuluhan Strategi DOTS kepada masyarakat
tuberkulosis dan eliminasi tuberkulosis yang berupa buku dan menekankan kepada Pengawas Minum Obat (PMO)
pedoman penanggulangan tuberkulosis tahun 2016. untuk mematuhi aturan pengobatan TB dengan mengisi
Kebijakan strategi DOTS yang didukung oleh pemerintah form setiap penderita TB meminum obat sampai

207
Publika. Volume 9 Nomor 2 Tahun 201, 201-214

dinyatakan sembuh. Selain itu setiap tahun puskesmas Selain Puskesmas Bangsal dalam implementasi
mengadakan refreshing kader yaitu memberikan pelatihan startegi DOTS terdapat lembaga swasta yang menjadi
dan penyuluhan kembali mengenai strategi DOTS dan pelaksana kebijakan yaitu Kader Aisyiyah untuk
pelaporan jika menemukan penderita TB. Koordinasi memberikan sosialisasi dan penyuluhan terkait strategi
lintas sektor juga diperlukan dengan mengajak Kepala DOTS kepada masyarakat, menemukan terduga TB,
Desa dan Bhayangkara Pembina Keamanan dan membawa terduga TB ke puskesmas, memantau
Ketertiban Mayarakat (Bhabinkamtibmas) untuk bekerja pengobatan sesuai saran petugas kesehatan, dan
sama dengan Puskesmas Bangsal dalam melakukan melakukan pelaporan kesehatan pasien TB. Adanya
pengawasan dan pemantauan strategi DOTS. kerjasama dengan kader aisyiyah dapat memperluas
2. Ketepatan Pelaksana penemuan kasus TB di Kabupaten Mojokerto. Kader
Dalam implementasi kebijakan terdapat beberapa Aisyiyah merupakan kader yang dibiayai oleh WHO.
lembaga yang dapat menjadi pelaksana kebijakan yaitu Masyarakat juga terlibat dan berperan sebagai
pemerintah, swasta dan masyarakat (Nugroho: 2014). pelaksana dalam strategi DOTS yaitu mendukung
Ketepatan kebijakan dapat dinilai dari ketepatan aktor dan pembentukan satu kader TB pada setiap rumah atau kader
tugas sebagai pelaksana kebijakan. Dinas Kesehatan pasif. Puskesmas Bangsal menekankan kepada
Kabupaten Mojokerto sebagai penanggung jawab masyarakat untuk segera melaporkan jika terdapat
kebijakan strategi Directly Observed Treatment Short- anggota keluarga yang mengalami gejala batuk selama 2
Course (DOTS) dan Puskesmas Bangsal sebagai minggu dan disertai keringat dingin, panas, nafsu makan
implementor kebijakan. Kemampuan implementor menurun, serta berat badan menurun. Untuk mendukung
memiliki pengaruh besar dalam implementasi kebijakan, implemenatsi kebijakan strategi DOTS, Puskesmas
pelaksana strategi DOTS di Puskesmas Bangsal terdiri Bangsal melakukan sosialisasi dan penyuluhan strategi
dari seorang perawat, seorang petugas laboratorium, dan DOTS pada masyarakat dengan melibatkan 14 perawat
satu dokter yang merangkap sebagai dokter pelayanan Pondok Kesehatan Desa (Ponkesdes) dan 17 bidan desa
pemeriksaan umum dan pelayanan tuberkulosis. Hal yang ada pada 17 desa di Kecamatan Bangsal. Sosialisasi
tersebut sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan dan penyuluhan strategi DOTS biasa dilakukan dalam
No.67 Tahun 2016 tentang Penanggulangan Tuberkulosis kurun waktu seminggu yang diadakan di 3 desa. Selama
yaitu petugas kesehatan yang telatih dan pandemi covid 19 sosialisasi dan penyuluhan hanya bisa
bertanggungjawab dan mampu menangani tuberkulosis dilakukan melalui Konseling Kesehatan dari Pintu ke
minimal terdiri dari tiga orang. Pintu (Kopipu) yang digagas oleh Gubernur Jawa Timur
Tersedianya sumber daya manusia yang cukup baik dan dalam pelaksanaan kopipu melibatkan tenaga
dan berkualiatas merupakan salah satu faktor penentu kesehatan dan organisasi masyarkat (Ormas).
keberhasilan suatu kebijakan. Salah satunya dengan Tenaga kesehatan di Puskesmas Bangsal yang
memberikan pelatihan (Faizah & Raharjo, 2019). Tenaga menangani tuberkulosis sudah bekerja sesuai dengan
kesehatan di Pukesmas Bangsal diberikan pelatihan tupoksi yang telah ditentukan. Tupoksi tersebut telah
mengenai pengobatan tuberkulosis, pelatihan mengenai sesuai pada kompetensi dan pelaksanaan tenaga
pelaporan yaitu Sistem Informasi Tuberkulosis (SITB) kesehatan. Dalam implementasi DOTS, petugas kesehatan
yang sudah terintegrasi dengan Kementrian Kesehatan, memerlukan petugas kesehatan tambahan untuk
pelatihan mengenai pengenalan gejala-gejala tuberkulosis, menangani tuberkulosis. Petugas kesehatan masih
penyebab, faktor, resiko, dan gaya hidup penderita kerepotan dalam mengurus pasien tuberkulosis seperti
tuberkulosis, serta pelatihan mengenai pengambilan resep mencatat, melaporkan pasien tuberkulosis, mengatur
obat tuberkulosis. Semua tenaga medis yang menangani jadwal uji dahak ke Labkesda, dan mengatur jadwal
tuberkulosis merupakan tenaga medis yang pengambilan obat. Para dokter juga merasa kerepotan
berpengalaman karena pengendalian penyakit tuberkulosis dalam memeriksa pasien tuberkulosis karena pasien
melibatkan kerja sama dengan berbagai pihak yaitu tuberkulosis harus mempunyai ruang yang berbeda
masyarakat dan rumah sakit dalam mengkoordinasikan dengan ruang pemeriksaan umum. Adanya
pengiriman pasien tuberkulosis yang ada di Puskesmas tanggungjawab tugas yang rangkap dapat menghambat
Bangsal ke rumah sakit karena kurangnya alat untuk keberhasilan kebijakan strategi DOTS.
menangani tuberkulosis, selain itu laboratorium yang Anggaran pelaksanaan strategi DOTS dari Dinas
terdapat di Puskesmas Bangsal kurang memadai sehingga Kesehatan Kabupaten Mojokerto, memiliki kendala
cek laboratorium pasien tuberkulosis harus di kirim ke kurangnya dana yang diberikan untuk mendukung
rumah sakit atau dapat dikirim ke laboratorium kesehatan kegiatan. Kendala ini menjadi penghambat dalam
daerah Kabupaten Mojokerto. pencapian target strategi DOTS yaitu kurang memenuhi
target dalam menemukan kasus TB.

208
Implementasi Kebijakan Penanggulangan Tuberkulosis.........

Puskesmas Bangsal mengadakan kegiatan mini loka bulan Oktober dengan melakukan penguatan kerjasama
karya lintas program untuk mendukung komunikasi lintas sektoral dan melakukan kunjungan kepada
dengan pihak internal, kegiatan ini dilakukan jika terget masyarakat agar strategi DOTS dapat mengalami
penemuan kasus TB di Kecamatan Bangsal kurang perbaikan. Puskesmas Bangsal melakukan koordinasi
memenuhi, pengobatan TB kurang, dan pengiriman cek dengan lintas sektoral baik dengan camat, kepala desa,
laboratorium kurang. Mini loka karya ini diikuti oleh Koramil, Polsek, Kementerian Agama, dan Kementerian
semua program di Puskesmas Bangsal diantaranya yaitu Pendidikan.
program lansia, program pemeriksaan umum, dan Peningkatan strategi DOTS juga dilakukan dengan
program HIV. Kegiatan ini berisi sosialisasi dan melakukan mini lokakarya dalam mengontrol kerjasama
koordinasi dengan lintas program jika terdapat pasien lintas sektoral dan sosialisasi kepada masyarakat. Hal
yang bergejala TB disarankan untuk memeriksakan diri di tersebut juga yang ditekankan sebagai bahan evaluasi
pelyanan tuberkulosis. Namun permasalahnnya komitmen pada tahun 2021 untuk meningkatkan koordinasi lintas
politis pada kegiatan ini masih kurang dalam hal sektoral dan sosialisasi kepada masyarakat agar mampu
pendanaan anggaran yang diberikan untuk sosialisasi, mencapai target yang telah ditetapkan.
penyuluhan, dan promosi kesehatan. Sosialisasi yang dilaksanakan juga mengalami kendala
3. Ketepatan Target yang dapat menjadi masukan pelaksanaan DOTS pada
Salah satu hal yang menjadi penentu keberhasilan tahun 2021. Beberapa masyarakat tidak dapat hadir karena
sebuah program adalah ketercapaian target yang telah pelaksanaan acara yang bersamaan dengan waktu kerja
ditetapkan. Ketercapaian target sebuah program yang atau mengalami keterlambatan kehadiran.
dilaksanakanakan memberikan dampak pada organisasi Puskesmas juga melakukan kerjasama dengan rumah
atau instansi dikarenakan apabila program telah mampu sakit dalam pelaksanaan DOTS yaitu dengan
mencapai target yang telah ditetapkan maka organisasi mengarahkan pasien TB agar berobat ke puskesmas
dapat merencanakan atau mencapai target lain yang sehingga pasien akan mendapatkan pengawasan
merupakan kelanjutan dari program tersebut (Chomaerah, puskesmas selama menjalani pengobatan.
2020). Kondisi sebaliknya apabila tidak tercapai maka 4. Ketepatan Lingkungan
instansi atau organisasi harus kembali merencanakan Ketepatan lingkungan berkaitan dengan koordinasi
ulang dan mengevaluasi faktor-faktor yang menyebabkan yang baik antara pelaksana program dengan setiap
target tidak tercapai sehingga akan memperlambat kinerja komponen yang berkaitan di puskesmas maupun dengan
organisasi. Dinas Kesehatan (Lavôr et al., 2016). Hal tersebut karen
Pelaksanaan sebuah program membutuhkan dibutuhkan komunikasi yang baik agar setiap pesan yang
perencanaan dan strategi yang baik agar mampu mencapai disampaikan dalam setiap tingkatan organisasi dapat
target yang telah ditetapkan puskesmas. Koordinasi lintas berjalan dengan baik. Komunikasi yang efektif akan
sektoral merupakan langkah konkrit yang dapat mampu menciptakan koordinasi yang baik sehingga akan
dimanfaatkan dengan ditunjang pemberdayaan menghasilkan lingkungan kerja yang mendukung
masyarakat yaitu melibatkan peran serta masyarakat terciptanya program atau strategi yang efektif (Hakim et
seperti kader untuk meningkatkan deteksi masyarakat al., 2017 ;Samhatul & Bambang, 2019).
sehingga angka penemuan kasus positif TB dan Puskesmas Bangsal dalam mengadakan kegiatan mini
pemeriksaaan dapat sesuai target yang telah ditetapkan lokakarya lintas program yang bertujuan untuk
(Samhatul & Bambang, 2019). meningkatkan komunikasi dalam internal puskesmas
Puskesmas Bangsal dalam pelaksanaan strategi DOTS apabila terdapat target penemuan kasus TB yang rendah di
pada tahun 2020 belum mampu mencapai target yang Kecamatan Bangsal, pengobatan kurang, dan pengecekan
telah ditetapkan. Target penemuan kasus yang telah laboratorium yang tidak memenuhi target. Selain itu
ditetapkan yaitu 90 kasus dari 488 orang yang diperiksa, koordinasi dengan pemegang program lain juga dilakukan
sementara puskesmas Bangsal hanya mendapatkan 43 untuk meningkatkan dukungan antar program di
kasus dari 250 orang yang diperiksa. Angka tersebut puskesmas sehingga seluruh target dapat tercapai terutama
menunjukkan bahwa puskesmas hanya mencapai sekitar pada DOTS yang masuk dalam bidang TB.
53% dari target yang telah ditetapkan. Kondisi tersebut Komunikasi puskesmas juga dilakukan dengan dinas
disebabkan karena pandemi COVID-19 yang terjadi sejak Kesehatan sehingga terbentuk dukungan yang baik dari
bulan Maret 2020 dan terus mengalami kenaikan kasus Dinas Kesehatan dalam strategi DOTS dalam bentuk
sehingga berdampak pada munculnya ketakutan pengadaan pelatihan kepada tenaga medis di Puskesmas
masyarakat untuk datang ke puskesmas. Bangsal, pemeriksaan gratis, dan biaya operasional untuk
Kondisi penurunan kunjungan masyarakat terjadi tenaga kesehatan dalam seluruh aspek strategi DOTS.
akibat COVID-19 mulai mengalami peningkatan pada Koordinasi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten

209
Publika. Volume 9 Nomor 2 Tahun 201, 201-214

Mojokerto berjalan dengan baik tanpa ada kendala mulai Koordinasi dengan masyarakat kurang karena
dari bendahara yang mengurus keuangan, petugas terhambat faktor komunikasi, puskesmas kurang intensif
laboratorium, dan laporan penanggungjawab program TB dalam berkomunikasi dengan masyarakat hanya melalui
semua disampaikan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten sosialisasiGerakan Masyarakat Brantas TB Paru (Gemar
Mojokerto. Dinas Kesehatan juga melakukan umpan balik Tasbi) sehingga masrakat masih banyak yang kurang
berupa monitoring dan evaluasi penanggulagan TB di mengangggap serius tuberkulosis. Seperti tidak selalu
puskesmas. memakai masker, memakai masker hanya saat periksa
Komunikasi yang berjalan dua arah dalam bentuk kesehatan. Sosialisasi DOTS selain dilakukan puskesmas
pelaporan dari Puskesmas Bangsal dan dukungan serta juga dilakukan Dinas Kesehatan.
monitoring dan evaluasi dari Dinas Kesehatan Kabupaten 5. Ketepatan Proses
Mojokerto akan menciptakan lingkungan yang Keberhasilan sebuah kebijakan mengacu pada tiga hal
mendukung dan menjaga kualitas ketercapaian program yaitu input, proses, dan output. Ketiga komponen tersebut
termasuk pelaksanaan strategi DOTS. Hal tersebut biasa disebut sebagai pendekatan sistem. Komponen input
dikarenakan program yang dilaksanakan tanpa mendapat berkaitan dengan sumberdaya yang digunakan yang
dukungan yang baik akan memberikan hasil yang kurang kemudian diolah dalam bagian proses untuk menghasilkan
maksimal, selain itu kendala yang ada dalam program output sesuaidengan yang direncanakan. Indikator proses
juga tidak akan dapat segera diatasi (Faizah & Raharjo, memegang peranan penting dalam keberhasilan kebijakan.
2019). Monitoring dan evaluasi yang dilakukan berguna Kesalahan dalam bagian ini akan berdampak pada hasil
untuk melihat ketercapaian indikator keberhasilan dalam kebijakan yang tidak sesuai target yang telah ditetapkan
waktu tertentu sehingga apabila terdapat kendala dalam organisasi.
kurun waktu tertentu akan dapat segera diketahui oleh Proses pelaksanaan kebijakan DOTS mengacu pada
setiap bagian mulai dari puskesmas hingga Dinas rekomendasi WHO dan Peraturan Menteri Kesehatan
Kesehatan. Nomor 67 Tahun 2016 tentang Penanggulangan
Puskesmas Bangsal dalam pelaksanaan program Tuberkulosis termasuk SOP yang telah ditetapkan di
DOTS berkaitan dengan Dinas Kesehatan Kabupaten dalamnya. Kualitas proses yang dihasilkan dalam
Mojokerto mengalami kendala dalam pelaksanaan pelaksanaan DOTS didukung oleh kualitas tenaga media
monitoring dan evaluasi yang dilakukan secara mendadak. yang berpengalaman meskipun terdapat ketidak tercapaian
Hal tersebut dikarenakan terkadang puskesmas belum target DOTS berkaitan dengan angka penamuan kasus.
mempersiapkan data-data pasien TB. Ketidaksiapan Meskipun begitu Puskesmas Bangsal telah
dalam pemeriksaan mendadak akibat data yang belum mempersiapkan dengan baik segala bentuk penanganan
terinput mengindikasikan beban kerja berlebih dari kasus TB mulai dari pemeriksaan hingga pemantauan
penanggungjawab TB sehingga beberapa kali tidak dapat pasien. Hal tersebut bertujuan agar target DOTS dapat
memasukkan data pasien secara langsung. Kondisi tercapai dengan baik.
tersebut tentu merupakan catatan evaluasi yang harus Ketepatan proses pada dasarnya berkaitan dengan cara
segera ditindak lanjuti baik dengan melakukan yang dilakukan organisasi dalam menjalankan setiap
penambahan tenaga kesehatan untuk administrasi perencanaan dengan memaksimalkan setiap sumberdaya
kebijakan DOTS atau melakukan perbaikan sistem yang ada. Kondisi tersebut harus diperhatikan dengan baik
pelaporan sehingga dapat dilakukan dengan lebih cepat oleh organisasi termasuk dalam pengelolaannya. Pada
oleh tenaga kesehatan puskesmas. pelaksanaan kebijakan, ketepatan proses berkaitan dengan
Permasalahan tenaga kesehatan di Puskesmas Bangsal proses pelaksaaan kebijakan yang telah ditetapkan,
kesulitan dalam melakukan pelaporan online (SITB) contohnya SOP (Standar Operasioanl Procedur),
karena rumitnya SITB. SITB digunakan untuk melakukan persiapan sumberdaya terutama manusia yang telah
pencatatan dan pelaporan data penderita TB, pengelolaan diberikan pelatihan, peralatan penunjang, dan segala hal
dan pendistribusiaan obat, pemeriksaan laboratorium dan yang berkaitan dengan terlaksanakanya kebijakan DOTS
sudah terintegrasi dengan Kementrian Kesehatan. Dalam (Faizah & Raharjo, 2019). SOP Puskesmas Bangsal dalam
melaksanakan kebijakan strategi DOTS tenaga medis di melaksanakan strategi DOTS dalam penanganan TB
Puskesmas Bangsal diberikan pelatihan mengenai sudah sesuai dengan SOP Menteri Kesehatan No.67
pengobatan TB, pelatihan mengenai pelaporan yaitu Tahun 2016.
Sistem Informasi Tuberkulosis (SITB), pelatihan Puskesmas Bangsal mengalami beberapa kendala
mengenai pengenalan gejala-gejala TB, penyebab, faktor, dalam proses pelaksanaan DOTS yaitu tidak tercapainya
resiko, dan gaya hidup penderita TB, serta pelatihan target yang telah ditetapkan termasuk kendala pandemi
mengenai pengambilan resep obat TB. yang terjadi sehingga menurunkan tingkat kunjungan
masyarakat kefasilitas kesehatan termasuk puskesmas.

210
Implementasi Kebijakan Penanggulangan Tuberkulosis.........

Meskipun begitu kunjungan mengalami kenaikan pada PENUTUP


bulan Oktober kemarin setelah dilakukan sosialisasi dan A. Kesimpulan
kerjasama lintas sektor. Program DOTS yang melibatkan Implementasi kebijakan penanggulangan tuberkulosis
masyarakat dalam pelaksanaannya harus dapat dengan strategi Directly Observed Treatment Short-
memaksimalkan peran stakeholder dan lintas sektor. Hal Course (DOTS) di Puskesmas Bangsal, dapat dilihat
tersebut dikarenakan butuh seseorang yang memiliki menggunakan lima prinsip ketepatan yaitu ketepatan
kekuatan untuk mempengaruhi masyarakat dalam kebijakan, ketepatan pelaksana, ketepatan target,
mendukung berjalannya program DOTS (Probandari et ketepatan lingkungan, dan ketepatan proses.
al., 2008). Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan yang
Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang pertama,Ketepatan kebijakan implementasi kebijakan
membutuhkan kerjasama lintas sektoral dalam DOTS pada puskesmas Bangsal dinilai belum
penanganannnya mulai dari puskesmas, Dinas Kesehatan, dapatmenyelesaikan dua masalah. Kesadaran masyarakat
stakeholder, masyarakat, tokoh masyarakat, dan peran masih kurang jika dilihat dari penghentian pengobatan
serta lintas bidang pada fasilitas kesehatan (Prameswari, sepihak jika sudah merasa sembuh oleh masyarakat dan
2018). Pelaksanaan strategi DOTS sebagai salah satu ketakutan masayarakat terhadap ancama virus COVID-19.
bentuk penanganan TB yang dilaksanakan di Puskesmas Sehingga ketepatan kebijakan implementasi kebijakan
Bangsal secara umum telah berjalan dengan baik DOTS di Kabupaten Mojokerto sudah tepat, namun dalam
meskipun terdapat beberapa hal yang masih diperlukan pemecahan masalah masih kurang optimal.
perbaikan terutama dalam melakukan inovasi pelaksanaan Kedua, pada ketepatan pelaksanaan, dukungan
DOTS di tengah pandemi agar dapat berjalan sesuai pemerintah masih kurang dalam hal dana anggaran untuk
dengan target pada tahun 2021. Dukungan setiap lini melakukan sosialisasi, penyuluhan dan promosi kesehatan
kesehatan maupun masyarakat merupakan penentu juga terbatas, sehingga hal tersebut dapat menjadi salah
keberhasilan pelaksanaan strategi DOTS agar dapat satu penghambat dalam pencapaian target strategi DOTS.
mengeliminasi penyakit TB di Indonesia. Ketiga, ketepatan target yaitu target strategi DOTS
Proses DOTS pertama adalah penemuan kasus atau yaitu masyarakat Kecamatan Bangsal siap diintervensi
deteksi kasus di wiilayah kerja Puskesmas Bangsal karenatarget tersebut mau untuk mengikuti aturan
biasanya di jaring atau di temukan secar aktif oleh petugas kebijakan dan kegiatan yang dilakukan oleh Puskesmas
kesehatan atau kader. Kemudian, melapor atau mengantar Bangsal.Namun, kesiapan ini belum optimal karena hanya
langsung suspek TB untuk memeriksakan diri ke pada tahun 2020 Puskesmas Bangsal mendapatkan 43
Puskesmas. Diagnosis TB dilakukan dengan pemeriksaan kasus dan 250 orang yang diperiksa atau sekitar 53% dari
secara mikroskopis terhadap dahak sesuai dengan target yang telah ditetapkan.
pedoman yang yaitu jika terdapat pengumpulan dahak Keempat, Ketepatan Lingkungan internal
yang salah akan dilakukan pengumpulan dahak ulang. implementasi kebijakan DOTS di Puskesmas Bangsal
Pendistribusian obat diawali dari Gudang Farmasi milik dapat dinilaidari interaksi dengan Dinas Kesehatan
Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto kemudian Kabupaten Mojokerto dan masyarakat yang terkait belum
didistribusikan ke Puskesmas Bangsal, di Puskesmas obat optimal dalam monitoring dan evaluasi, pelaporan STIB
diatur langsung oleh bagian farmasi kemudian petugas TB dan sosialisasi kepada masyarakat.
yang mengambilnya, setelah itu di berikan langsung Kelima, Ketepatan Proses Puskesmas Bangsal dalam
kepada penderita itu sendiri. Sistem pengambilan obat di menjalankan proses implementasikebijakan DOTS dalam
jadwal sekali dalam satu seminggu dan disesuaikan pada penanganan TB di Kabupaten mojokerto khususnya
jadwal dari masing-masing pasien. Pencatatan dan Kecamatan Bangsal mulai dari penemuan kasus,
pelaporan yang dilakukan di Puskesmas Bangsal meliputi pengobatan hingga ke pelaporan sudah sesuai dengan SOP
penemuan kasus, pengobatan, dan pemulihan secara pelaksanaankebijakan DOTS. Permasalahan yang terjadi
offline (manual) sudah baik. Suspek TB akan didata adalah tenaga kesehatan kesulitan dalam melakukan
kemudian akan di pantau sampai hasi lpemeriksaan sudah pelaporan online (STIB).
di dapatkan. Pencatatan dan pelaporan akan di laporkan B. Saran
tiap bulan dalam pertemuan di Dinas Kesehatan Berdasarkan kesimpulan yang sudah dipaparkan, maka
Kabupaten Mojokerto. Pada pencatatan dan pelaporan saran dari peneliti adalah sebagai berikut:
secara online STIB belum terlaksana dengan baik karena 1. Pihak puskesmas perlu melakukan sosialisasi pada
aplikasi tersebut tergolong masih baru dan mengalami masyarakat secara intensif agar masyarakat memiliki
kendala belum terampil dalam menginput data untuk kesadaran dan pemahaman dalam pencegahan dan
pelaporan dan pencatatan secara online. penanganan TB dengan strategi DOTS, serta tidak

211
Publika. Volume 9 Nomor 2 Tahun 201, 201-214

khawatir dalam memeriksa kondisi kesehatan di masa Faradis, N. A., & Indarjo, S. (2018). Implementasi
pandemi COVID-19. Kebijakan Permenkes Nomor 67 Tahun 2016
2. Dukungan pemerintah diperlukan untuk menambah tentang Penanggulangan Tuberkulosis.HIGEIA
(Journal of Public Health Research and
anggaran pendanaan dalam melakukan sosialisasi dan
Development), 2(2), 307-319.
penyuluhan dan promosi kesehatan juga ditingkatkan
sehingga hal tersebut dapat menjadi salah satu
Farzianpour, F., & Kooshad, M. A. (2016). Study of the
penghambat dalam pencapaian target strategi DOTS. status of tuberculosis control program based on the
Peningkatan dana anggaran disertai efisiensi dalam implementation of the directly observed treatment
optimalisasi pengunaan. short-course strategy (DOTS). Materia socio-
3. Ketepatan target penemuan kasus TB yang jauh dari medica, 28(4), 249.
target dapat ditingkatkan dengan koordinasi lintas
sektoral yang dapat dimanfaatkan dan ditunjang Gao, J., Berry, N. S., Taylor, D., Venners, S. A., Cook,
dengan pemberdayaan masyarakat. Hal ini dapat V. J., & Mayhew, M. (2015). Knowledge and
perceptions of latent tuberculosis infection among
melibatkan peran serta masyarakat seperti kader
Chinese immigrants in a Canadian urban centre.
untuk meningkatkan deteksi masyarakat. International journal of family medicine, 2015.
4. Pelaporan SITB, monitoring dan implementasi
sebaiknya mendapat perhatian dari pemerintah Hakim, L. N., Nurika, G., & Azizah, R. (2017).
daerah. SITB yang sulit untuk dioperasikan Tuberculosis Control Management:
membutuhkan pemahaman dari pembelajaran. Implementation of DOTS (Directly Observed
Pemerintah daerah dapat memberikan pelatihan atau Treatment Short) Strategy in Achieving The Target
workshop kepada petugas kesehatan bagian of SDG’s 2030. Proceedings of the 2nd
International Symposium of Public Health, 320–
pelayanan TB tentang tata cara pengisian SITB.
323. https://doi.org/10.5220/0007513603200323
DAFTAR PUSTAKA
Indah, M. (2018). Pusat Data dan Informasi
Tuberkulosis. Pusdatin Kemenkes RI.
Abraham, R. (2018). Implementasi kebijakan
penanggulangan penyakit tuberkulosis di
Kemenkes. (2014). Pedoman Nasional Pengendalian
Puskesmas Kamonji kota Palu. Katalogis, 6(5).
Tuberkulosis 2014. In Pedoman Nasional
Pengendalian Tuberkulosis.
Alfa Mutiara Dewi, Sundarso, S. S. (2015). Implementasi
Kebijakan Standarisasi Penghasilan Aparatur
Kemenkes RI. (2017). Pusat Data Dan Informasi
Pemerintah Desa di Kabupaten Banyumas.
(Tuberkulosis). Kemenkes RI.
Universitas Diponegoro Semarang, Volume 4.

Kemenkes RI. (2019). TB Indonesia.


Ardana, N. A. D. I. (2018). Studi Kepustakaan
https://www.tbindonesia.or.id/
Penerapan Konseling Naratif Dalam Lingkup
Pendidikan.
Kementerian Kesehatan. (2015). Indonesia survei
prevalensi tuberkulosis 2013-2014. In Kementerian
Chomaerah, S. (2020). Program Pencegahan dan
Kesehatan Republik Indonesia.
Penanggulangan Tuberkulosis di Puskesmas.
Higeia Journal of Public Health Research and
Development, 4(3), 398–410. Kementerian Kesehatan RI. (2017). PERATURAN
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 67 TAHUN 2016 TENTANG
Collins, D., Hafidz, F., & Mustikawati, D. (2017). The
PENANGGULANGAN TUBERKULOSIS. Dinas
economic burden of tuberculosis in Indonesia.
Kesehatan.
International Journal of Tuberculosis and Lung
Disease. https://doi.org/10.5588/ijtld.16.0898.
Lavôr, D. C. B. da S., Pinheiro, J. dos S., & Gonçalves,
M. J. F. (2016). Evaluation of the implementation
Dinas Kesehatan Kab. Mojokerto. (2015). Profil
of the directly observed treatment strategy for
Kesehatan Kabupaten Mojokerto 2015. Mojokerto.
tuberculosis in a large city. Revista Da Escola de
EnfermagemDaUSP,50(2),247–
Faizah, I. L., & Raharjo, B. B. (2019). Penanggulangan 254.https://doi.org/10.1590/S0080-
Tuberkulosis Paru dengan Strategi DOTS (Directly 623420160000200010
Observed Treatment Short course). Higeia Journal
of Public Health Research and Development, 3(3),
Mindarti, L. I., &Juniar, A. P. A. (2019). InovasiLayanan
430–441.

212
Implementasi Kebijakan Penanggulangan Tuberkulosis.........

015-1452-x
Kesehatan Berbasis E-Government (Studi Pada
PuskesmasKecamatanKepanjenKabupaten Tuharea, R., Suparwati, A., & Sriatmi, A. (2014).
Malang). JPSI (Journal of Public Sector Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Innovations), 3(1), 19-27. Implementasi Penemuan Pasien Tb Paru dalam
Program Penanggulangan Tb di Puskesmas Kota
Mushtaq, M.U., Ubeera, S., H. M. A. (2011). Urban- Semarang. Jurnal Manajemen Kesehatan Indonesia.
Rural Inequities In Knownledge, Attitude And
Pratice Regarding Tuberculosis In Two Districs Of Wijayanti, P., & Jannah, L. M. (2019). Implementasi
Pakistans’, Punjab Province. International Journal Kebijakan Manfaat Jaminan Hari Tua di
In Health. Indonesia. JPSI (Journal of Public Sector
Innovations), 4(1), 20-29.
Nugroho, R. (2011). Public Policy (edisi ketiga). Elex
Media Komputindo. World Health Organization (WHO). (2017). Global
Tuberculosis Report 2017.
Prameswari, A. (2018). The Evaluation of Directly
Observed Treatment Short-Course (DOTS) World Health Organization. (2005). Public-private mix
Implementation for TB in Hospital X. Jurnal for DOTS: towards scaling up: report of the third
Medicoeticolegal Dan Manajemen Rumah Sakit, meeting of the Public-Private Mix Subgroup for
7(2), 93–101. https://doi.org/10.18196/jmmr.7261 DOTS Expansion, Manila, Philippines 4₁ 6 April
2005 (No. WHO/HTM/TB/2005.356). World
Probandari, A., Utarini, A., & Hurtig, A.-K. (2008). Health Organization.
Achieving quality in the Directly Observed
Treatment Short-course (DOTS) strategy
implementation process: a challenge for hospital
Public–Private Mix in Indonesia. Global Health
Action, 1(1), 1831.
https://doi.org/10.3402/gha.v1i0.1831

Samhatul, I., & Bambang, W. (2019). Penanggulangan


Tuberkulosis Paru dengan Strategi DOTS
Samhatul. Higeia Journal Of Public Health
Research And Development, 3(2), 331–341.

Satori, D. dan A. K. (2014). Metode Penelitian Kualitatif.


Alfabeta.

Setyawan, Aditya David Bagus., dkk. (2013).


Implementasi Program Penanggulangan
Tuberkulosis Di Kabupaten Semarang Tahun 2013.
Universitas Diponegoro Semarang.

Sugiyono, P. D. (2016). Metode penelitian kuantitatif,


kualitatif,dan R&D. In Alfabeta, cv.

Supriyatno, H. (2019). Penderita TBC di Kabupaten


MojokertoMeningkat.
https://www.harianbhirawa.co.id/penderita-tbc-di-
kabupaten-mojokerto-meningkat/

Tahir, A. (2015). Kebijakan Publik & Transparansi


Penyelenggaraan Pemerintah Daerah. Alfabeta.

Tesfahuneygn, G., Medhin, G., & Legesse, M. (2015).


Adherence to Anti-tuberculosis treatment and
treatment outcomes among tuberculosis patients in
Alamata District, northeast Ethiopia. BMC
Research Notes. https://doi.org/10.1186/s13104-

213
Publika. Volume 9 Nomor 2 Tahun 201, 201-214

214

Anda mungkin juga menyukai