TUBERKULOSIS
DI UPT PUSKESMAS TEGALREJO
Disusun oleh:
Pembimbing:
1.2 Masalah
Belum adanya evaluasi program Pengendalian Tuberkulosis di Puskesmas Tegalejo
tahun 2021 untuk melihat sejauh mana keberhasilan puskesmas dalam program
Pengendalian TB.
1.3 Tujuan
1.3.1. Tujuan umum
Melakukan evaluasi program Pengendalian Tuberkulosis agar dapat
diketahui pelaksanaan dan tingkat keberhasilannya di Puskesmas Tegalrejo
1.3.2. Tujuan khusus
a. Mengetahui pelaksanaan dan pencapaian program Pengendalian Tuberkulosis
di Puskesmas Tegalrejo
b. Mengetahui masalah-masalah pada program Pengendalian Tuberkulosis di
Puskesmas Tegalrejo
c. Mengetahui kemungkinan penyebab masalah-masalah dari program
Pengendalian Tuberkulosis di Puskesmas Tegalrejo dan membuat prioritas
masalah
d. Membuat alternatif pemecahan masalah untuk program Pengendalian
Tuberkulosis di Puskesmas Tegalrejo
1.4 Manfaat
1.4.1. Manfaat bagi Puskesmas
a. Mendapat masukan mengenai pelaksanaan dan masalah-masalah yang
dihadapi selama pelaksanaan program Pengendalian Tuberkulosis di
Puskesmas Tegalrejo
b. Mendapat alternatif penyelesaian masalah dalam pelaksnaan program
Pengendalian Tuberkulosis Puskesmas Tegalrejo
c. Sebagai bahan masukan untuk melakukan penyuluhan kesehatan guna
meningkatkan keberhasilan program Pengendalian Tuberkulosis Puskesmas
Tegalrejo pada tahun-tahun berikutnya
1.4.2. Manfaat bagi Penulis
a. Penulis dapat melakukan evaluasi program puskesmas dengan
mengaplikasikan ilmu kesehatan komunitas
b. Mendapatkan informasi mengenai pelaksanaan program Pengendalian
Tuberkulosis di Puskesmas Tegalrejo
c. Penulid dapat mengidentifikasi masalah dan memberikan alternatif
penyelesaian masalah sebagai masukan untuk pelaksanaan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.4 Strategi
Strategi nasional Penanggulangan Tuberkulosis di Indonesia 2020 – 2024
dilaksanakan dengan enam strategi, yaitu:
Strategi 1. Penguatan komitmen dan kepemimpinan pemerintah pusat, provinsi,
dan kabupaten/kota untuk mendukung percepatan eliminasi tuberculosis 2030
Strategi 2. Peningkatan akses layanan tuberculosis bermutu dan berpihak pada
pasien
Strategi 3. Optimalisasi upaya promosi dan pencegahan, pemberian pengobatan
pencegahan tuberculosis serta pengendalian infeksi
Strategi 4. Pemanfaatan hasil riset dan teknologi skrining, diagnosis, dan
tatalaksana tuberculosis
Strategi 5. Peningkatan peran serta komunitas, mitra, dan multisector lainnya
dalam eliminasi tuberculosis
Strategi 6. Penguatan manajemen program melalui penguatan sistem kesehatan
2.1.5 Kegiatan
A. Intervensi bagi orang dengan TB atau gejala TB yang belum/tidak mengakses
layanan kesehatan
a. Mengembangkan sistem rujukan terduga TB yang datang ke layanan
kesehatan berbasis masyarakat
b. Melibatkan apotek dalam pemantauan pengobatan TB
c. Melakukan ekspansi cakupan dan kualitas inisiatif public-private mix
B. Intervensi bagi orang dengan TB datang ke layanan tetapi tidak terdiagnosis atau
tidak dilaporkan
a. Penyesuaian alur skrining dan diagnosis TB
b. Peningkatan surveilens rutin yang disertai supervise yang berkualitas di
tingkat fasilitas pelayanan kesehatan
c. Penyediaan akses layanan test HIV secara merata pada layanan tuberculosis
d. Memastikan ketersediaan logistic laboratorium yang berkesinambungan
e. Penguatan penerapan TemPO (Temukan, Pisahkan, Obati) dan program
pencegahan dan pengendalian infeksi TB
C. Intervensi bagi orang yang dilaporkan sebagai kasus TB tetapi tidak berhasil diobati
a. Penggunaan teknologi terbaru untuk melakukan pemantauan pengobatan TB
b. Implementasi penggunaan obat baru dan panduan standar jangka pendek
untuk meningkatkan kualitas pengobatan pasien TBC RO di Indonesia
D. Intervensi kebijakan dan regulasi dengan mengembangkan kebijakan
penanggulangan TB yang komprehensif di tingkat kabupaten/kota serta memiliki
regulasi dan sumber daya yang optimal untuk penanggulangan TB
E. Kerjasama multipihak dan lintas program
a. Skrining dan penemuan kasus pada populasi resiko tinggi
b. Mendorong kerjasama multi-pihak dan lintas program untuk meningkatan
jumlah orang dengan TBRO yang memulai pengobatan
c. Mengembangkan strategi komunikasi untuk konseling dan pengurangan
stigma TB SO, TB RO, dan TB-HIV
d. Mendorong kerjasama lintas sector untuk meningkatkan cakupan ARV pada
orang dengan TB-HIV
e. Melakukan kajian multisectoral untuk melakukan monitoring dan evaluasi
pencapaian dan tantangan penanggulangan TB di Indonesia
F. Intervensi mengenai pembiayaan Kesehatan
Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3.
Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3.
1. Kategori-1 (2HRZE/ 4H3R3) Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru:
• Pasien baru TB paru BTA positif.
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati
sebelumnya:
• Pasien kambuh
• Pasien gagal
Paket sisipan KDT adalah sama seperti paduan paket untuk tahap
intensif kategori 1 yang diberikan selama sebulan (28 hari).
Tabel 2.5 Dosis KDT untuk Sisipan
2.1.10Evaluasi Program
Pengumpulan data bersumber dari data primer dan data sekunder. Sumber data
primer diperoleh melalui wawancara dengan koordinator pelaksana Program Pengendalian
Tuberkulosis di UPT Puskesmas Tegalrejo. Selain itu, data sekunder didapatkan dari Profil
UPT Puskesmas Tegalrejo 2021.
Mengetahui atau menetapkan indikator dan tolok ukur atau standar yang ingin
dicapai merupakan langkah pertama untuk menentukan adanya suatu masalah dari
pencapaian hasil output. Indikator didapatkan dari berbagai rujukan, rujukan
tersebut harus realistis dan sesuai sehingga layak digunakan untuk mengukur.
Tolok ukur juga diperoleh dari rujukan.
3.3.2. Membandingkan pencapaian masing-masing indikator keluaran dengan tolok
ukurnya.
Langkah selanjutnya adalah membandingkan hasil pencapaian program
(output) dengan tolok ukurnya. Jika terdapat kesenjangan antara tolok ukur dengan
hasil pencapaian pada unsur keluaran maka disebut sebagai masalah.
3.3.3. Menetapkan prioritas masalah.
Masalah bisa lebih dari satu, tergantung dari indikator yang dipakai. Sehingga
perlu dibuat prioritas masalah. Tujuan menetapkan prioritas masalah adalah
menetapkan masalah yang akan dipecahkan masalahnya terlebih dahulu.
3.3.4. Membuat kerangka konsep dari masalah yang diprioritaskan.
Setelah membuat alternatif jalan keluar yang dianggap paling baik dan
memungkinkan
3.4 Cara Evaluasi
Pengolahan data dilakukan secara manual dengan data di tabel- tabel yang
tersedia, kemudian dilanjutkan dengan perhitungan secara komputerisasi.
3.5 Waktu dan Lokasi
Kelurahan : Karangwaru
Kecamatan : Tegalrejo
Provinsi : DIY
Puskesmas Tegalrejo merupakan Puskesmas Rawat Jalan dengan
persalinan 24 jam yang terletak di Jl. Magelang Km 2 No 180 Yogyakarta.
Dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:
1. Sebelah utara : kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman
2. Sebelah timur : Kecamatan Jetis, Kota Yogyakarta
3. Sebelah selatan : Kecamatan Jetis, Kecamatan Wirobrajan
4. Sebelah barat : Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul
Puskesmas Tegalrejo mempunyai luas wilayah kerja 2,91 km2, countur
tanahnya adalah datar dengan dilewati beberapa sungai yang lebarnya sedang 5-
10 M dengan debit air yang relatif kecil. Ketinggian daratan adalah 113 M dari
permukaan air laut,
Wilayah Tegalrejo termasuk perkotaan dengan padatnya bangunan
perumahan dan pertokoan serta pusat-pusat bisnis dan Pendidikan. Kecamatan
Tegalrejo sendiri terdiri dari 4 kelurahan memiliki 46 RW dan 188 RT
1. Kelurahan Kricak : 13 RW, 61 RT
2. Kelurahan Karangwaru : 14 RW, 56 RT
3. Kelurahan Tegalrejo : 12 RW, 47 RT
4. Kelurahan Bener : 7 RW. 26 RT
Adapun wilayah kerja Puskesmas Tegalrejo dibatasi oleh wilayah-
wilayah sebagai berikut :
Gambar 4.1 Peta Kecamatan Tegalrejo
4.1.2. Data Demografis
Wilayah Tegalrejo memiliki penduduk yang sangat beragam, baik dari segi
sosial ekonomi, tingkat Pendidikan, asal daerah, agama, dll. Keragaman tersebut
menjadi kesatuan yang dinamis karena semua menjalankan fungsinya dengan baik.
Hal ini didukunh pula oleh struktur kepemerintahan yang sudah terpola dan
masyarakat yang telah memiliki kesadaran tinggi terhadap aspek-aspek kehidupan.
Transportasi dapat berjalan lancar karena memiliki jalan raya yang
menunjang yang menghubungkan dengan pusat kota dan pusat-pusat bisnis
pergerakan ekonomis. Kepadatan penduduk merata dengan jumlah penduduk 37.261
jiwa terdiri dari 18.206 jiwa laki-laki dan 19.055 jiwa perempuan, serta jumlah
Kepala Keluarga sebanyak 12.560 KK
Tabel 4.3 Perbandingan Jumlah Pasien TB Baru Kecamatan Tegalrejo Tahun 2020
dan 2021
Kasus
Tabel 4.4. Perbandingan Pasien TB Selesai Pengobatan Tahun 2020 dan 2021
Kasus
BAB V
PROPOSAL
Sasaran CDR yang belum tercapai di Puskesmas Tegalrejo merupakan keluaran yang
tidak sesuai dengan target. Keluaran merupakan salah satu unsur system, sehingga untuk
mengatasi keluaran yang tidak sesuai target harus dilihat kemungkinan adanya masalah
dari masukan, proses, umpan balik, dan lingkungan. Penyebab masalah dapat ditetapkan
dengan menggambarkan terlebih dahulu proses terjadinya masalah atau kerangka konsep,
sehingga diharapkan semua factor penyebab masalah dapat diketahui dan diidentifikasi
Refreshment tenaga
Pembinaan dan kesehatan untuk
pelatihan SDM Money penemuan kasus dan
Machine
diagnosis kasus TB
Cara pemecahan masalah telah dibuat dan akan dipilih satu cara
pemecahan masalah yang dianggap paling baik dan memungkinkan.
Pemilihan prioritas cara dari pemecahan masalah ini dengan menggunakan
teknik kriteria matriks, yaitu dengan menentukan:
1. Efektifitas
KESIMPULAN
6.1 Kesimpulan
d. Pemecahan masalah yang terpilih adalah penyuluhan kepada penderita TB, pasien
dan masyarakat secara langsung.
DAFTAR PUSTAKA
Sari, A. I., Windi, R. R., & Mutiara, H. (2019). 1. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Pusat data dan informasi tuberkulosis. Jakarta: InfoDATIN; 2018. 2. Sharma SK, Mohan
A, Sharma A. Miliary tuberculosis: A new look at an old foe. J Clin Tuberc. 2016; 3 (1):
13–27. 3. Ray S. Diagnosis and mana. Medical Profession Journal of Lampung, 9(2), 374-
378.