Anda di halaman 1dari 10

MODUL PELATIHAN

INFEKSI LATEN TUBERKULOSIS (ILTB) DAN


TERAPI PENCEGAHAN TUBERKULOSIS (TPT)

MODUL 1

EPIDEMIOLOGI TUBERKULOSIS

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
TAHUN 2022
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A. Deskripsi Singkat
B. Tujuan Pembelajaran Umum dan Khusus
C. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan
D. Model pembelajaran

BAB II SITUASI TBC DI TINGKAT GLOBAL DAN NASIONAL


A. Epidemiologi dan Permasalahan TBC (Termasuk ILTB) di tingkat
global
B. Epidemiologi dan Permasalahan TBC (Termasuk ILTB) di tingkat
nasional

BAB III STRATEGI PENANGGULANGAN TBC


A. End TB Strategy
B. Strategi Nasional Penanggulangan TBC di Indonesia

BAB IV PENUTUP
A. Latihan Soal
B. Referensi

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Deskripsi Singkat
Tuberkulosis (TBC) masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di
dunia. TBC dapat menyerang semua usia baik anak-anak maupun dewasa,
WHO telah mencanangkan program eliminasi TBC di dunia tahun 2030,
untuk itu perlu upaya yang masif dan strategis dari seluruh negara-negara
di dunia untuk ikut berperan dalam program eliminasi tersebut. Di
Indonesia kasus TBC sudah ada sejak abad ke-8 yang terukir pada salah
satu relief di candi Borobudur yang tergambarkan penderita kurus kering
dan hingga saat ini beban TBC masih tinggi dan masuk dalam kategori
epidemi di dunia.

Pemahaman mengenai epidemiologi TBC perlu ditingkatkan untuk


menjamin penatalaksanaan yang efektif dan efisien. Secara definisi
epidemiologi diartikan sebagai metode investigasi yang digunakan untuk
mendeteksi penyebab atau sumber dari penyakit, sindrom, kondisi atau
risiko yang menyebabkan penyakit, cedera, cacat atau kematian dalam
populasi atau dalam suatu kelompok manusia. Hal ini, perlu kita pelajari
lebih mendalam karena dengan mengetahui besaran masalah TBC maka
kita dapat merencanakan strategi yang tepat untuk menanggulangi TBC di
Indonesia melalui program yang mencakup upaya preventif, promotif,
tanpa mengabaikan aspek kuratif, dan rehabilitatif untuk melindungi
kesehatan masyarakat, menurunkan angka kesakitan, kecacatan atau
kematian, memutuskan penularan, mencegah resistensi obat TBC, dan
mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan akibat TBC.

B. Tujuan Pembelajaran
1. Tujuan Pembelajaran Umum
a. Peserta memiliki pemahaman mengenai Epidemiologi TBC.

2. Tujuan Pembelajaran Khusus


a. Peserta memiliki pemahaman mengenai besaran masalah TBC
b. Peserta memiliki pemahaman mengenai strategi penanggulangan
TBC

C. Bahasan
1. Pokok Bahasan
Epidemiologi TBC

2
2. Sub Pokok Bahasan
a. Situasi TBC di Tingkat Global dan Nasional
1) Epidemiologi dan Permasalahan TBC (Termasuk ILTB) di
tingkat global
2) Epidemiologi dan Permasalahan TBC (Termasuk ILTB) di
tingkat nasional
b. Strategi Penanggulangan TBC
1) End TB Strategy
2) Strategi Nasional Penanggulangan TBC di Indonesia

D. Model pembelajaran
Model pembelajaran modul ini dalam bentuk sistem kuliah mimbar atau
pemaparan langsung, fasilitator memberikan materi secara interaktif
dengan peserta dan berdiskusi aktif mengenai materi, sebagai berikut:
1. Pemaparan materi dan diskusi
Narasumber:memberikan materi
Peserta :mendengarkan, memahami materi, dan berdiskusi
interaktif dengan fasilitator
2. Diskusi Kelompok
Fasilitator : memandu diskusi kelompok
Peserta : berdiskusi dengan sesama peserta mengenai materi

3
BAB II
SITUASI TBC DI TINGKAT GLOBAL DAN NASIONAL

A. Epidemiologi dan Permasalahan TBC (Termasuk ILTB) di Tingkat


Global
Tuberkulosis (TBC) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh
bakteri Mycobacterium tuberculosis dan salah satu penyebab utama
kematian di seluruh dunia. Berdasarkan data Global TB Report Tahun
2021, sekitar seperempat dari populasi dunia terinfeksi TBC. TBC biasanya
menyerang paru-paru (TBC Paru) tetapi dapat pula menyerang organ lain,
terdapat sekitar 90% diantaranya adalah orang dewasa dengan lebih
banyak kasus pada laki-laki daripada perempuan.

Penanggulangan TBC di tingkat global telah dilaksanakan di banyak


negara sejak tahun 1995 yang dikumpullkan datanya dari 215 negara, 194
diantaranya merupakan negara anggota World Health Organization
(WHO). Menurut Global TB Report tahun 2021, ditingkat global
diperkirakan 9,9 juta kasus TBC baru dengan 6,1 juta kasus diantaranya
adalah laki-laki. Sedangkan beban kasus TBC pada anak (0-14 Tahun)
sebesar 1,1 juta dan pada dewasa (≥15 Tahun) sebesar 8,8 juta. Dengan
kematian karena TBC sebesar 214.000 kasus (HIV positif) dari yang
ditemukan sebesar 787.000 (10%) kasus TBC HIV.

Dari hal diatas, kasus TBC yang ternotifikasi sebesar 5,8 juta. Pada orang
dewasa, paling banyak ditemukan kasus TBC pada laki-laki yaitu sekitar
3,3 juta kasus (58%) dan anak anak sebesar 7%. Serta hanya sekitar 86%
angka keberhasilan pengobatan yang ternotifikasi. Tidak hanya beban TBC
aktif namun beban terhadap infeksi laten tuberkulosis (ILTB) saat ini tidak
boleh diabaikan. Pada tahun 2018 diperkirakan beban ILTB di tingkat
global seperempat penduduk dunia atau sekitar 1,8 Milyar orang. Menurut
WHO Tahun 2020, cakupan pemberian TPT pada anak kontak usia
dibawah 5 tahun sebesar 35% dan ODHIV sebesar 68%.

Beban TBC dan ILTB ditingkat global semakin tahun semakin meningkat
yang dapat meningkatkan angka kesakitan dan angka kematian pada
populasi dunia, namun capaian dalam penemuan, pengobatan,
penyelesaian pengobatan, dan pemberian TPT belum optimal, sehingga
masih perlu upaya penanggulangan yang tepat menuju dunia bebas TBC.

B. Epidemiologi dan Permasalahan TBC (Termasuk ILTB) di Tingkat


Nasional
TBC di Indonesia memiliki beban TBC tertinggi ketiga di dunia, setelah
India dan China. Selain itu, tantangan yang perlu diperhatikan saat ini yaitu

4
TBC DM, TBC pada anak, dan TBC pada masyarakat, kelompok khusus
atau kelompok rentan lainnya. Berdasarkan data Global TB Report Tahun
2021, angka estimasi kasus TBC sebesar 824.000 kasus dengan 93.000
kematian akibat penyakit tersebut (selain TBC HIV) dan sekitar 4.800
kematian TBC HIV.

Angka notifikasi (penemuan dan pengobatan) kasus TBC masih rendah


yakni sebesar 384.025 kasus atau 47% dari target yang diharapkan
sebesar 85%, maka masih ada sekitar 439.975 kasus atau 53% yang
belum ternotifikasi baik yang belum terjangkau, belum terdeteksi maupun
belum terlaporkan. Dari kasus TBC yang ditemukan tersebut, 91%
merupakan kasus TBC Paru dan 9% sisanya adalah kasus TBC
Ekstraparu. Ditambah pandemi COVID-19 yang terjadi saat ini berdampak
pada penurunan notifikasi kasus TBC dan tingkat keberhasilan pengobatan
TBC. Pada orang dewasa, paling banyak ditemukan kasus TBC pada laki-
laki yaitu sebesar 53% dan anak anak sebesar 9%. Selain angka notifikasi
kasus TBC di Indonesia yang masih rendah, angka keberhasilan
pengobatanpun juga belum mencapai target yaitu sebesar 83% dari target
90%.

Indonesia sebagai negara yang termasuk High Burden Countries yaitu


TBC, TBC HIV, dan TBC RO. Selain permasalahan tersebut, Indonesia
juga dihadapkan pada beban Infeksi Laten Tuberkulosis (ILTB) yang mana
saat ini belum ada bukti tentang angka kejadian ILTB di tingkat nasional.
Estimasi beban kasus ILTB diperkirakan sekitar 2.795.994 orang yang
kontak dengan kasus TBC aktif (Waworuntu, 2019). Penanganan kasus
ILTB tersebut dilakukan dengan pemberian Terapi Pencegahan
Tuberkulosis (TPT).

Pentingnya penggunaan TPT didasarkan pada sebuah review yang


dilakukan terhadap paduan pengobatan ditemukan bahwa TPT dapat
mengurangi risiko reaktivasi sekitar 60% sampai 90%. Selain itu uji coba
randomisasi terkontrol yang dilakukan dinegara dengan beban TBC tinggi
menunjukan bahwa TPT pada ODHIV dapat memberikan perlindungan
hingga lebih dari 5 tahun. Oleh karenanya pedoman WHO tahun 2018
merekomendasikan TPT jangka pendek yang lebih dapat ditoleransi dan
memiliki efikasi yang baik sehingga dapat meningkatkan angka kepatuhan
pengobatan. Hasil modeling yang dilakukan oleh Dye et al (2013)
menunjukkan target End TB Strategy pada tahun 2035 hanya dapat dicapai
dengan mengkombinasikan upaya pengobatan TBC aktif secara efektif dan
upaya pencegahan TBC dengan pemberian TPT pada kasus ILTB.

Diketahui sejak tahun 2016 sasaran populasi TPT masih terbatas pada
populasi anak kontak usia dibawah 5 tahun dan ODHIV. Cakupan

5
Pemberian TPT pada anak kontak usia dibawah 5 tahun sebesar 3,6% jauh
dari target yang diharapkan yaitu sebesar 40% pada tahun 2020.
Sedangkan cakupan pemberian TPT pada ODHIV data tidak tersedia.

Permasalahan yang muncul dari cakupan yang rendah didasarkan pada


beberapa faktor seperti adanya underdetected dan underreporting pada
kasus TBC, sedangkan pada kasus ILTB dipengaruhi oleh beberapa faktor
seperti rendahnya pengetahuan masyarakat terhadap TPT sehingga
menolak untuk diberikan obat TPT dan merasa dirinya sehat, adanya
keraguan petugas kesehatan dalam memberikan TPT, serta lamanya
pemberian obat.

6
BAB III
Strategi Penanggulangan TBC

A. End TB Strategy
Pada Tahun 2014 dan 2015, seluruh anggota WHO dan United Nations
(UN) berkomitmen mengakhiri epidemi TBC mengacu pada End TB
Strategy WHO dan UN Sustainable Development Goals (SDGs). Komitmen
global dalam mengakhiri TBC dituangkan dalam End TB Strategy pada
tahun 2030 dibandingkan tahun 2015 yang menargetkan penurunan
kematian akibat TBC hingga 90%, pengurangan insiden TBC sebesar 80%,
dan tidak ada rumah tangga yang mengalami biaya katastropik akibat TBC.
Dalam End TB Strategy terdapat 3 pilar dan komponen untuk eliminasi TBC
Tahun 2030, pertama Penanganan dan pencegahan Tuberkulosis yang
terintegrasi dan berpusat pada pasien, kedua sistem pendukung serta
kebijakan-kebijakan yang tegas, dan ketiga Inovasi dan penelitian yang
intensif (Stop TB Partnership, 2019a).

Pada tahun 2018, diadakan juga Pertemuan Tingkat Tinggi Negara, United
Nations High Level Meeting (UNHLM) on TB yang dihadiri oleh pemimpin
negara dan pejabat tinggi pemerintah dari negara-negara dengan beban
kasus TBC tinggi. Kesepakatan yang dicapai adalah komitmen
menemukan dan mengobati total 40 juta diseluruh dunia (2018-2022)
termasuk 3,5 juta anak dan 1,5 juta TBC RO termasuk anak sebanyak
115.000. selain itu, dipertegas dengan komitmen meningkatkan skala
pemberian TPT yang menjangkau total 30 juta diseluruh dunia (2018-
2022), termasuk 6 juta orang dengan ODHIV dan 4 juta anak kontak usia
di bawah lima tahun, serta 20 juta orang dewasa yang kontak serumah
dengan pasien TBC (Stop TB Partnership, 2019b).

B. Strategi Nasional Penanggulangan TBC di Indonesia


Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (RI) telah menyusun Peta
Jalan Eliminasi TBC di Indonesia 2020-2030. Dalam dokumen tersebut,
disebutkan target penurunan insidensi TBC mendekati 65 kasus per
100.000 penduduk pada tahun 2030. Pencapaian target eliminasi TBC di
Indonesia pada tahun 2030 dioptimalisasi dengan pemodelan epidemiologi
TBC menggunakan perangkat Tuberculosis Impact Model and Estimates
(TIME). Pemodelan menggambarkan proyeksi insidensi TBC pada
beberapa waktu yang akan datang berdasarkan kondisi program saat ini
(diistilahkan sebagai Bussiness As Usual atau BAU) dengan penerapan
intervensi kunci. Pemodelan untuk menuju eliminasi TBC tahun 2030
menggambarkan lima intervensi kunci sebagai berikut:

7
1. Pengelolaan ILTB, dengan target cakupan TPT hingga 80% pada
seluruh individual dengan ILTB pada tahun 2030;
2. Skrining pada kelompok-kelompok dengan risiko tinggi TBC dan
memperluas jangkauan layanan pada orang-orang dengan TBC di
masyarakat yang selama ini tidak terdeteksi;
3. Mencapai cakupan diagnosis terkonfirmasi bakteriologis yang tinggi
pada terduga TBC pada tahun 2030,
4. Ekspansi diagnosis bakteriologis dengan penggunaan Tes Cepat
Molekuler (TCM) hingga 80% pada seluruh terduga tuberkulosis pada
tahun 2030;
5. Meningkatkan investasi sumber daya untuk memperkuat layanan TBC
sehingga dapat meningkatkan keberhasilan pengobatan TBC sensitif
dan resistan obat.

Upaya menuju eliminasi TBC di Indonesia pada tahun 2030 seperti yang
telah diamanatkan dalam RPJMN 2020-2024 dan Strategi Pembangunan
Kesehatan Nasional 2020-2024 akan dicapai dengan penerapan enam
strategi, yakni:

1. Penguatan komitmen dan kepemimpinan pemerintah pusat, provinsi,


dan kabupaten/kota untuk mendukung percepatan eliminasi TBC
2030;
2. Peningkatan akses layanan TBC bermutu dan berpihak pada pasien;
3. Optimalisasi upaya promosi dan pencegahan, pemberian pengobatan
pencegahan TBC dan pengendalian infeksi;
4. Pemanfaatan hasil riset dan teknologi skrining, diagnosis, dan
tatalaksana TBC;
5. Peningkatan peran serta komunitas, mitra dan multisektor lainnya
dalam eliminasi Tuberkulosis;
6. Penguatan manajemen program melalui penguatan sistem
kesehatan.

Dalam rangka upaya akselerasi program TBC dilakukan dua upaya


penemuan kasus under-reporting melalui Active Surveillance dan
underdetected melalui Active Case Finding. Kegiatan Active Surveillance
meliputi validasi data TBC di puskesmas dan penyisiran kasus di rumah
sakit sedangkan kegiatan Active Case Finding meliputi skrining gejala dan
edukasi TBC di populasi umum, skrining gejala dan Xray di populasi umum,
dan Investigasi Kontak (IK). Kegiatan IK tersebut, dapat menunjang
penemuan kasus ILTB dan pemberian TPT.

8
BAB IV
PENUTUP

A. Latihan Soal
1. Berapa beban TBC di wilayah anda (provinsi/ kabupaten/kota) dalam
2 tahun terakhir serta berikan interpretasi data?
2. Berapa cakupan indikator utama dan target TBC (Treatment
Coverage, Treatment Success Rate, dan TPT) di wilayah anda tahun
sebelumnya serta berikan interpretasi data?
3. Identifikasi permasalahan TBC (termasuk ILTB) yang mencakup
penemuan, pengobatan, dan pencegahan di wilayah Anda
berdasarkan 6 strategi program TBC Nasional!
4. Bagaimana strategi untuk mengatasi permasalahan TBC (termasuk
ILTB) di wilayah Anda?
5. Apa saja upaya yang sudah dilakukan dalam menanggulangi
permasalahan TBC (termasuk ILTB) di wilayah Anda?

B. Referensi
Stop TB Partnership. (2019a). Stop TB Partnership | Country Targets.
Stop TB Partnership. (2019b). UN HIGH-LEVEL MEETING ON TB KEY
TARGETS & COMMITMENTS FOR 2022.
http://www.stoptb.org/assets/documents/global/advocacy/unhlm/U
NHLM_Targets&Commitments.pdf
WHO. 2021. Global Tuberculosis Report 2021. World Health
Organization.
Waworuntu, W. (2019). Update Situasi Penanggulangan Tuberkulosis di
Indonesia (Issue November). Direktorat Jenderal Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan RI.

Anda mungkin juga menyukai