Anda di halaman 1dari 25

PENGOBATAN DAN

TERAPI PENCEGAHAN
TBC

Disampaikan pada :
Capacity Building bagi FE dan TO PPM
di Kabupaten/Kota Prioritas PPM
27 April 2022
Outline
I. Pengobatan TBC

II. Hasil pengobatan dan Tata Laksana Pengobatan Tidak Teratur

III. Pengobatan TBC pada Kondisi Khusus

IV. Tatalaksana ESO

V.Terapi Pencegahan Tuberkulosis


I.Pengobatan TBC
Jenis OAT:
a. OAT SO Dewasa
Kategori 1 :2(HRZE)/4(RH)
: 2(HRZE)/4 (RH)3

b. OAT SO anak : 2(HRZ)/4(HR)


Paduan OAT Bentuk Sediaan :
di Indonesia – Paket KDT ( Kombinasi Dosis Tetap)

(sesuai – Paket Kombipak ( Paket obat lepas )

rekomendasi c. OAT TBC RO (lini kedua) :


WHO dan • Paduan Jangka Pendek (standar) : 9-11 bulan
ISTC) • Konvensional/Individual : 20 – 26 bulan
Pengobatan TBC SO Kategori 1
Paduan Pengobatan :
2(HRZE)/4(HR)3 atau Tahap Awal Tahap Lanjutan
2(HRZE)/4(HR) Berat tiap hari selama 3 kali seminggu
56 hari selama 16
Badan RHZE minggu
diberikan pada pasien TB SO (150/75/400/275) RH (150/150)
dewasa :
30 – 37 kg 2 tablet 4KDT 2 tablet 2KDT
❑ TB paru baru terkonfirmasi
bakteriologis, 38 – 54 kg 3 tablet 4KDT 3 tablet 2KDT
❑ TB paru baru terdiagnosis 55 – 70 kg 4 tablet 4KDT 4 tablet 2KDT
klinis,
❑ TB ekstra paru ≥ 71 kg 5 tablet 4KDT 5 tablet 2KDT
*Tabel dosis OAT untuk pemberian OAT secara intermitten
Terduga TB
ALUR PENGOBATAN
Tes Cepat Molekular (TCM)
TB RO – updated

MTB negatif TB rifampisin sensitif TB rifampisin resistan (RR)

Kirim spesimen untuk DST lini 1 & 2 (LPA lini kedua DAN kultur DST)
Penatalaksanaan yang sesuai Pengobatan TB dengan OAT lini MULAI PENGOBATAN SETELAH MENGEVALUASI KRITERIA BERIKUT
pertama

KRITERIA PENGOBATAN TB RO DENGAN PADUAN JANGKA PENDEK


1. Tidak ada bukti resistan terhadap fluorokuinolon / obat injeksi lini kedua
2. Tidak ada kontak dengan pasien TB pre/XDR
3. Tidak pernah mendapat OAT lini kedua selama ≥ 1 bulan
4. Tidak terdapat intoleransi terhadap obat-obat pada paduan standar jangka pendek
5. Tidak hamil
6. Bukan kasus TB ekstra paru berat*

MEMENUHI KRITERIA TIDAK MEMENUHI KRITERIA

Paduan pengobatan TB RO yang diberikan Paduan standar jangka pendek Paduan individual

Perubahan paduan berdasarkan: Sensitif / toleran terhadap Resistan/ intoleran terhadap Resistan/ intoleran terhadap FQ Sensitif / toleran terhadap FQ dan atau SLI
Hasil DST lini kedua FQ dan atau SLI FQ dan atau SLI dan atau SLI
Toleransi obat LANJUTKAN paduan jangka LANJUTKAN paduan individual sambil
GANTI ke paduan individual LANJUTKAN paduan individual KONSULTASI TAK untuk kemungkinan
pendek
perubahan paduan berdasarkan hasil DST dan
kondisi klinis
Sesuai SE Dirjen P2P No. 936/2021 tentang perubahan alur diagnosis dan
pengobatan TBC di Indonesia
Terkait dengan tatalaksana pengobatan, perubahan yang terjadi adalah
sebagai berikut:
1. Obat Anti TBC (OAT) Kategori 1 fase awal dan lanjutan dengan dosis
harian.
OAT Kat 1 dosis harian akan mulai dipergunakan secara bertahap. Pada
tahun 2021, prioritas pemberian OAT ini adalah untuk:
1) Pasien TBC HIV
2) Kasus TBC yang diobati di Rumah Sakit
3) Kasus TBC dengan hasil MTB pos Rifampisin sensitif dan
Rifampisin indeterminate dengan riwayat pengobatan
sebelumnya.
2. Pemberian OAT Kategori 2 tidak direkomendasikan untuk
pengobatan Pasien TBC.
Mulai tahun 2021 Program TBC tidak menyediakan OAT Kategori 2.
Akan tetapi bila stok OAT Kategori 2 masih tersedia di instalasi farmasi
provinsi, kabupaten/kota dan di fasilitas pelayanan kesehatan, maka harus
dimanfaatkan sampai habis.
3. Pasien TBC MTB pos Rifampisin Sensitif yang berasal dari kriteria dengan riwayat
pengobatan sebelumnya (kambuh, gagal dan loss to follow up) diobati dengan
OAT Kategori 1 dosis harian.
4. Sejak tahun 2019, Program TBC sudah menyediakan OAT dalam
sediaan tablet dispersible untuk pengobatan TBC RO anak dan TPT
anak kontak dengan pasien TBC RO.
Sediaan ini mudah dikonsumsi oleh anak, namun pemanfaatannya
masih terbatas.
Dinas Kesehatan Provinsi dan Kab/Kota agar melakukan sosialisasi
supaya OAT RO anak dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya.
II..Hasil Pengobatan TBC dan
Tatalaksana Pasien Berobat
Tidak Teratur
Hasil Pengobatan Pasien TBC Dewasa & Anak
Tatalaksana pasien berobat tidak teratur
Tatalaksana pasien berobat tidak teratur (2)
• Pengobatan TB pada ODHIV
• Pengobatan TB pada Diabetes Mellitus
yang tidak terkontrol
III. Pengobatan • Pengobatan Pasien TB dengan Kelainan
Hati
Pasien TBC • Pengobatan TB pada ibu hamil, pengguna
Dengan Keadaan kontrasepsi dan wanita usia subur
• Pengobatan pasien TB dengan gangguan
Khusus fungsi ginjal
• Pasien TB yang perlu mendapatkan
tambahan kortikosteroid
• Pasien TBC dengan alergi
Tempat penatalaksanaan efek samping
IV. tergantung pada berat atau ringannya gejala:
◆ Efek samping ringan sampai sedang
Tatalaksana ditangani di FKTP.
◆ Efek samping berat atau tidak
Efek menunjukkan perbaikan setelah
Samping penanganan efek samping ringan
atau sedang segera rujuk ke FKRTL.
Obat ◆ Alur rujukan tata laksana efek
samping mengikuti alur jejaring yang
Prinsip : telah disepakati antara pengelola
program TB, penyedia layanan dan
Pahami mekanisme pembayaran layanan
Tatalaksana kesehatan yang dimiliki oleh pasien
Catat TB.
Efek samping ringan OAT Efek samping berat OAT
V. Terapi Pencegahan TBC
Tujuan Pemberian TPT:
Untuk mencegah terjadinya sakit TBC sehingga
dapat menurunkan beban TBC.
KELOMPOK RISIKO YANGMERUPAKANPRIORITAS SASARAN PEMBERIAN
TERAPI PENCEGAHAN TUBERKULOSIS (TPT)

RISIKO LAINNYA DENGAN HIV


HIV/AIDS(ODHA) KONTAK SERUMAH NEGATIF :
YANG TERKONFIRMASI PASIEN
TB IMMUNOCOMPROMISE LAINNYA
• ANAK < 5 TAHUN (KEMOTERAPI, KONSUMSI
KORTIKOSTEROID JANGKA
• ANAK 5-14 TAHUN PANJANG,PERSIAPAN
• REMAJA DAN DEWASA TRANSPLANTASI ORGAN
> 15 TAHUN WARGA BINAAN
PERMASYARAKATAN (WBP),
PETUGAS
KESEHATAN,PENGGUNA ASRAMA,
BARAK MILITER,PENGGUNA
NARKOBA SUNTIK
Algoritma pemeriksaan ILTB dan pemberian TPT
Pilihan Paduan TPT

• Bila 3HR belum tersedia dapat


menggunakan TPT 6H, bila 3HR sudah
tersedia maka TPT untuk anak usia < 2
tahun menggunakan 3HR
• ODHA yang mendapatkan jenis ARV
yang memiliki interaksi dengan
rifampisin, kehamilan, ibu menyusui
dan malaria berat merupakan
kontraindikasi untuk paduan berbasis
rifampisin seperti 3HP atau 3HR maka
alternatif lain dapat menggunakan
paduan 6H
Jenis TPT
Isoniasid (H) 100 mg
Isoniazid (H) 300 mg dan Rifapentine
(P) 150 mg (3HP Lepasan) untuk ILTB yang
Kombinasi Dosis Tetap (KDT) 3HP kontak dengan
(Isoniazid 300 mg/ Rifapentine 300 mg) TBC SO
Kombinasi Dosis Tetap (KDT) 3HR
(Isoniazid 50 mg/ Rifampisin 75 mg)
Levofloxacin (Lfx) 250 mg dan
Etambutol 400 mg (Dosis Dewasa) untuk ILTB yang
Levofloxacin (Lfx) 100 mg dan kontak dengan
Etambutol 100 mg (Dosis Anak) TBC RO
Pemantauan TPT

1. Evaluasi munculnya gejala TBC


2. Evaluasi efek samping
– Pemantauan efek samping TPT dilakukan pada semua individu yang
mendapatkan TPT
– Konseling kepatuhan untuk memastikan kepatuhan minum obat jika
diperlukan untuk memantau efek samping (

3. Lakukan penilaian terhadap kepatuhan dan keteraturan


pasien minum obat. Jika terdapat ketidakteraturan minum
obat, harus dicari permasalahannya dan didiskusikan
pemecahannya.
Referensi

• Peraturan Menteri Kesehatan RI No 67 Tahun 2016 tentang Penanggulangan Tuberkulosis.


2016. Kementerian Kesehatan RI
• Surat Edaran Dirjen P2P kemenkes RI no. 936/2021 tentang Perubahan Alur diagnosis dan
Pengobatan Tuberkulosis di Indonesia.
• Petunjuk Teknis Penanganan Infeksi Laten Tuberkulosis (ILTB), Kemenkes RI, 2020
• Modul Pelatihan Pengobatan TBC FKTP FKRTL, Dirjen P2P Kemenkes RI, 2020
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai