Anda di halaman 1dari 41

INFEKSI TBC LATEN DAN

TERAPI PENCEGAHAN TBC


SITUASI TBC GLOBAL
(WHO, 2021)
–Secara Global, estimasi kasus TBC
sebanyak 9.870.000 kasus.
–Pria dewasa menyumbang 56% dari
semua kasus TB pada tahun 2020
–Kasus TB di SEARO terbanyak yaitu
4.270.000.

- Indonesia termasuk delapan negara yang menyumbang


2/3 kasus TBC di seluruh dunia, menempati posisi
ketiga setelah India dan China dengan estimasi kasus
sebanyak 824.000
- Cakupan penemuan dan pengobatan kasus TB
(Treatment coverage) berdasarkan Global TB Report
2021 baru mencapai 47%
PERPRES NO.67 TAHUN 2021 TENTANG
PENANGGULANGAN TBC
SURAT DIREKTUR P2PML TENTANG
PEMBERITAHUAN DAN PERMOHONAN
DUKUNGAN TPT
Surat No PM.01.01/1/3402.1/2020
tentang Pemberitahuan Juknis ILTB
kepada dinkes provinsi, IDI, IDAI
dan PDPI
Surat No. PM.01.01/1/48/2021
tentang permohonan dukungan
pelaksanaan TPT, kepada IDI,
IDAI, PAPDI, PDPI
PETA JALAN ELIMINASI TBC 2030

2020 2025 2030


INSIDENSI TURUN INSIDENSI TURUN INSIDENSI TURUN
20% 50% 90%

1. TREATMENT COVERAGE : 80% 1. TREATMENT COVERAGE: 90%


1. TREATMENT COVERAGE : >= 90%
2. SUCCES RATE : 90% 2. SUCCES RATE : 90%
2. SUCCES RATE >= 90%
3. TPT KONTAK SERUMAH : 11% 3. TPT KONTAK SERUMAH : 70%
3. TPT KONTAK SERUMAH >=80%
ILT
B
• • Target pemberian TPT 40%
Beban TB di Indonesia masih tinggi, TB
pada tahun 2018
Laten juga tinggi
 Tidak tercapai
• Beban ILTB didunia 1.7 M orang, 35% • Hasil pada tahun 2019 :
Asia Tenggara termasuk Indonesia  7681 ODHA ..... (16%)
• TPT di Indonesia mulai dengan PP  6080 anak < 5 th .... (8,5%)
INH pada 2 populasi
1. ODHA ( mulai th 2012)
2. Anak < 5 th terbukti tidak TBC yg memiliki
kontak serumah dengan pasien TBC aktif Perlu Peningkatan
(mulai th 2016) & Perluasan Pengendalian
TB LATEN

ELIMINASI TBC
Penanganan TB
TH 2030 TBP, TBEP <<< LATEN sukses
PEDOMAN
FKRTL

Buku Petunjuk
Teknis
Penanganan
ILTB
Tahun 2020
Infeksi TB
Laten
Infeksi TB Laten (ILTB) :
Suatu keadaan dimana sistem kekebalan tubuh orang yang terinfeksi
tidak mampu mengeliminasi bakteri M.TB dari tubuh secara sempurna
tetapi mampu mengendalikan bakteri TBC sehingga tidak timbul
gejala sakit TBC.

? • Tidak menunjukkan gejala aktif TB


• Tidak menular karena kuman dalam
keadaan inaktif
(kumannya tidur /dorman )
Orang terinfeksi TB • Dapat berkembang menjadi TB aktif apabila
orang tersebut dalam keadaan immunitas
yang rendah
Tahapan TBC
Pengertian Infeksi dan sakit TB

Kontak dengan pasien TB

Terinfeksi
Terpajan Sakit TB
(Infeksi Laten)
Gejala (-) Gejala (-) Gejala (+)
Uji Tuberkulin / IGRA (-) Uji Tuberkulin /IGRA (+) Uji Tuberkulin / IGRA (+)
Rontgen (-) Rontgen (-) Rontgen (+/-)
BTA/Kultur/Tes Cepat TB (-) BTA/Kultur/Tes Cepat TB (-) BTA/Kultur/Tes Cepat TB (+/-)
TERAPI PENCEGAHAN TUBERKULOSIS
Upaya untuk mencegah
kesakitan atau sakit yang 1 VAKSINASI BCG BAGI BAYI
berat bagi populasi
rentan dapat dilakukan
dengan memberikan PENGOBATAN PENCEGAHAN
kekebalan berupa 2 BAGI ANAK DI BAWAH 5 TAHUN
vaksinasi BCG dan DAN ODHA ANAK
pemberian pengobatan
pencegahan dengan
terapy Pencegahan TERAPI PENCEGAHAN TBC
3
Tuberkulosis (TPT). (TPT) BAGI ODHA DEWASA
Strategi Peningkatan 01 Perluasan Sasaran Pemberian TPT
Cakupan TPT
Penggunaan paduan TPT Jangka
02 Pendek

Penguatan Strategi Komunikasi terkait


03 penanganan ILTB dan Pemberian TPT

04 Optimalisasi Peran Kader Komunitas


terkait IK
Prioritas Sasaran Pemberian TPT
1. Orang dengan HIV/AIDS (ODHA)
2. Kontak serumah dengan pasien TB paru yang terkonfirmasi
bakteriologis
a) Anak umur di bawah 5 tahun
b) Anak usia 5-14 tahun
c) Remaja dan dewasa (usia di atas 15 tahun)
3. Kelompok risiko tinggi lainnya dengan HIV negatif
a) Pasien immunokompremais lainnya (Pasien yang menjalani
pengobatan anti-TNF (tumor necrosis factor), pasien yang
mendapatkan perawatan dialisis, pasien yang mendapat
kortikosteroid jangka panjang, pasien yang sedang persiapan
transplantasi organ, dll).
b) Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP), petugas kesehatan,
sekolah berasrama, barak militer, pengguna narkoba suntik.
POPULASI BERISIKO
• Kontak serumah dengan pasien TBC paru yang terkonfirmasi bakteriologis
 Dewasa (Keluarga inti, ART,Pengasuh anak / Pengasuh Lansia /driver,
keluarga lain yg tinggal bersama)
• Kelompok risiko lainnya dg HIV negatif • Berisiko terinfeksi mjd TB laten,
• Terinfeksi mjd TB aktif
 Pasien imunokompromais lainnya : 
• TB laten reaktifasi mjd aktif
 Pasien DM
 Pasien yg menjalani pengobatan kanker,
 Pasien yg mendapatkan perawatan dialisis,
 Pasien yg mendapat pengobatan kortikosteroid jangka panjang,
 Pasien yg mendapatkan obat imunosupresan,
 Pasien yg sedang persiapan transplantasi organ, dll
 Warga Binaan Pemasyarakatan ,
 Petugas kesehatan,
 Siswa sekolah berasrama,
 Penghuni barak militer,
 Pengguna narkoba suntik.
TEMPAT YANG BERISIKO MENULARKAN TBC
FASKES DILUAR FASKES
• Triage • Busway
• Ruang tunggu • Stasiun KA
• Poliklinik • Kereta api
• Ruang tindakan • Lapas
• Ruang operasi • Sekolah berasrama
• Ruang rawat inap • Lingkungan rumah
• Lab, radiologi , apotik dll kumuh dan padat
• Loket Pembayaran, ruang tunggu • Tempat2 umum lainnya
dan adm lainnya
• Lift, tempat foto copy, kafe , dll

ORANG-ORANG YANG SERING ADA


DI TEMPAT INI BERISIKO TBC LATEN
TB P TBEP
TB Laten Yang Sering Ditemukan
TBEP

 TB Kelenjar Limfe
 TB Meningitis
 TB Pleura
 TB Mata
 TB Tulang
 TB THT
 TB Peritoneal
 TB Pancreas, Limpa, Hati
 TB Perikardial
 TB Payudara
 TB Kulit
 TB Ginjal
 TB Urogenital
 TB Alat reproduksi
 dll.
RASIONALISASI TPT

Berdasarkan Review :
 Pengobatan laten TBC dapat mengurangi risiko reaktivasi
sekitar 60%-90%
 Terapi Pencegahan pada ODHA dapat memberikan
perlindungan hingga lebih dari 5 tahun.
 Pedoman WHO tahun 2018 merekomendasikan TPT jangka
pendek yang lebih dapat ditoleransi dan memiliki efikasi yang
baik sehingga dapat meningkatkan angka kepatuhan
pengobatan.
TERAPI PENCEGAHAN TUBERKULOSIS

• Pemberian TPT bukan kegiatan yang berdiri sendiri, tetapi


harus diimplementasikan secara komprehensif di layanan TBC,
dan sistem kesehatan.
• Pasien yang baru saja didiagnosis TBC, kontak serumah
khususnya anak dianggap sbg satu kesatuan penerima
manfaat layanan TBC.
• Mereka yang memiliki penyakit TBC aktif harus memulai
pengobatan OAT dan keluarga kontak memulai TPT.
Bertujuan untuk mencegah orang ILTB yang berisiko
untuk berkembang menjadi sakit TBC
PENEMUAN ORANG DENGAN ILTB

• Investigasi kontak ( aktif dan pasif)


 Investigasi kontak secara aktif:
1. Mencegah terlambatnya penemuan orang dg infeksi TB laten
2. Mencegah terjadinya infeksi TBC aktif pada orang dg infeksi TB
laten
3. Memutus rantai penularan TBC di masyarakat
 Investigasi kontak secara pasif (contact invitation)
Wawancara dengan kasus index mengenai kontak serumah, selanjutnya
kontak tersebut diminta datang kefaskes bersama kasus index saat kontrol
• Penemuan ditempat khusus yang berisiko
• Pemeriksaan medical check up rutin
Algoritma pemeriksaan ILTB dan TPT pada individu berisiko
PILIHAN PADUAN TPT

KONTRAINDIKASI PEMBERIAN TPT


 Hepatitis akut / kronis
 Neuropati perifer ( jika menggunakan INH)
6H
Obat di konsumsi satu kali sehari
Lama pemberian 6 bulan
(1 bulan = 30 hari pengobatan atau diberikan sebanyak 180 dosis)
PMO: orang tua atau keluarga pasien. Pengambilan obat dilakukan pada saat kontrol setiap 1 bulan

- Dosis INH usia <10 tahun 10mg/kg BB/hari (maksimal 300 mg/ hari)
- Dosis INH usia ≥10 tahun 5mg/kg BB/hari (maksimal 300 mg/hari)
Dosis obat di sesuaikan dengan kenaikan berat badan setiap bulan

Bila keadaan klinis baik (tidak ada gejala TBC yang muncul selama pengobatan), obat tetap
diberikan sampai 6 bulan, jika muncul gejala TBC lakukan pemeriksaan untuk penegakan
diagnosis TBC. Jika terbukti sakit TBC, hentikan pemberian TPT dan diberikan OAT

Pada pasien anak dengan gizi buruk atau infeksi HIV,


berikan vitamin B6
10 mg untuk dosis INH ≤ 200 mg/hari 2x10 mg untuk dosis INH
>200 mg/ hari
3HP
Obat di konsumsi satu kali seminggu
Lama pemberian 3 bulan
(1 bulan = 4 minggu pengobatan atau diberikan sebanyak 12 dosis)

Metode pemberian 3HP kepada pasien : directly observed treatment (DOT) atau Self-administered treatment (SAT) PMO:
orang tua atau keluarga pasien

Paduan 3HP hanya dapat digunakan pada usia mulai ≥2 tahun

Bila keadaan klinis baik (tidak ada gejala TBC yang muncul selama pengobatan),
obat tetap diberikan sampai 3 bulan, jika muncul gejala TBC lakukan
pemeriksaan untuk penegakan diagnosis TBC. Jika terbukti sakit TBC,
hentikan pemberian TPT dan diberikan OAT

Pada pasien anak dengan gizi buruk atau infeksi HIV, berikan vitamin B6
10 mg untuk dosis INH ≤ 200 mg/hari 2x10 mg untuk dosis INH >200 mg/
hari
3HP
Usia 2-14 tahun
Sediaan Obat 10-15 kg 16-23 kg 24-30 kg 31-34 kg >34 kg
INH 100 mg (tablet) 3 5 6 7 7
Rifapentine 150 mg (tablet) 2 3 4 5 5

Usia >14 tahun


Sediaan Obat 30-35 kg 36-45 kg 46-55 kg 56-70 kg >70 kg
INH 100 mg (tablet) 3 3 3 3 3
Rifapentine 150 mg (tablet) 6 6 6 6 6

Dosis INH maksimal 900 mg/hari


Dosis Rifapentine maksimal 900 mg/hari
Dosis obat di sesuaikan dengan kenaikan berat badan setiap bulan

3HP dapat diberikan kepada pasien HIV yang menjalani pengobatan ARV yang umum digunakan kecuali Nevirapine
dan golongan protase inhibitor.
ARV seperti efavirenz atau raltegravir termasuk didalamnya dolutegravir aman digunakan tanpa perubahan dosis
Jika selama menjalani TPT dengan paduan 3HP pasien didiagnosis malaria. Lakukan pengobatan malaria terlebih dahulu dan lanjutkan setelah
pengobatan malaria selesai dan gejala menghilang
3HR

Obat di konsumsi setiap hari


Lama pemberian 3 bulan
(1 bulan = 28 hari pengobatan atau diberikan sebanyak 84 dosis)

Usia <10 tahun dosis INH 10mg/kg BB/hari (maksimal 300 mg/ hari) dan
dosis R 15kg/mg BB/hari (maksimal 600 mg/hari)

Usia ≥10 tahun dosis INH 5mg/kg BB/hari (maksimal 300 mg/hari) dan
dosis R 10 mg/kg BB/hari

Dosis obat di sesuaikan dengan kenaikan berat badan setiap bulan


Dapat dilihat pada tabel.5 Karakteristik Paduan TPT pada Orang dengan ILTB

Pada pasien anak dengan gizi buruk atau infeksi HIV,


berikan vitamin B6
10 mg untuk dosis INH ≤ 200 mg/hari
2x10 mg untuk dosis INH >200 mg/ hari
EFEK SAMPING OBAT DAN TATALAKSANA
Efek Samping
EFEK SAMPING Obat danTATALAKSANA
OBAT DAN Tatalaksana
TPT PADA KONTAK SERUMAH DENGAN PASIEN TBC RO

 Tatalaksana pemberian TPT kontak dengan TBC RO dapat merujuk pada


buku Petunjuk Teknis RO terbaru
 Bukti efektifitas dan keamanan TPT terhadap kontak dengan pasien TBC
RO ditunjukan melalui beberapa studi menggunakan obat golongan
Fluorokuinolon (seperti Levofloxacin, Moxifloxacin) dengan atau tanpa
agent lain (Ethambutol, Ethionamide)
 Durasi dan pertimbangan paduan yang akan digunakan sebagai TPT
terhadap kontak dengan pasien TBC RO didasarkan pada clinical
judgement dari para ahli terkait
 Contoh yang sudah diterapkan oleh IDAI:
Merekomendasikan Levofloxacin dan Ethambutol sebagai paduan
TPT terhadap anak kontak dengan pasien TBC RO
MONITORING BULANAN

1. Evaluasi munculnya gejala TBC


– Jika terdapat gejala TBC maka dilakukan
pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis TBC
→ Tata laksana selanjutnya tergantung dari
hasil

2. Evaluasi Efek samping dan tatalaksana


– Pemantauan efek samping TPT dilakukan
pada semua individu yang mendapatkan TPT

3. Lakukan penilaian terhadap kepatuhan dan


keteraturan pasien minum obat
HASIL AKHIR PEMBERIAN TPT
a. Pengobatan lengkap
Dewasa maupun anak yang telah menyelesaikan minimal 80% rangkaian pengobatan
pencegahan sesuai dengan durasi dari paduan TPT yang dipilih

Perpanjangan waktu
untuk penyelesaian
Durasi total Jumlah dosis yang 80% dari rekomendasi
Paduan TPT pengobatan
(bulan) diharapkan jumlah dosis
(durasi pengobatan + 33%
tambahan waktu

6H (harian) 6 182 146 239


3HR (harian) 3 84 68 120
3HP (mingguan) 3 12 11 16
(90% dari rekomendasi
jumlah dosis)

1HP (harian) 1 28 23 40
HASIL AKHIR PEMBERIAN TPT
b. Putus berobat
Jika dewasa maupun anak tidak minum obat TPT selama 1 bulan atau lebih secara berturut-turut.

c. Gagal selama pemberian TPT


Dewasa maupun anak yang sedang dalam pemberian TPT menjadi sakit TBC.

d. Meninggal
Dewasa maupun anak yang meninggal sebelum menyelesaikan TPT dengan sebab apapun.

e. Tidak dievaluasi
Dewasa maupun anak yang tidak diketahui hasil akhir terapi, termasuk dalam kriteria ini adalah
pasien pindah ke fasyankes lain dimana hasil terapi tidak diinformasikan ke fasyankes pengirim
PENYEBAB RENDAHNYA CAKUPAN TPT/PPINH

KLINISI
Diagnosis yang belum adekuat terkait sarana dan pengetahuan
Ragu memberikan INH karena khawatir terjadinya resistensi
Kurang info studi baru

PASIEN
 Pasien / orang tua pasien menolak karena merasa tidak sakit
 Pasien ODHA menolak karena jumlah obat yang harus diminum sudah banyak
 Tingkat kepatuhan pasien
 Penyelesaian terapi (terkait lama pengobatan)

MASYARAKAT
Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pentingnya PP INH
PENYEBAB RENDAHNYA CAKUPAN TPT/PPINH

FASKES
 Kurangnya tenaga kesehatan di setiap layanan
 Keterlambatan dalam menentukan atau mendiagnosis kontak balita yang akan
mendapatkan PP INH
 Lokasi fasyankes yang jauh
 Anggaran yang rendah dalam penanggulangan TBC
 Sistem pencatatan dan pelaporan tidak berjalan dengan baik, akibatnya cakupan
yang sebenarnya dari kegiatan ini tidak diketahui
 Belum semua layanan HIV AIDS memberikan pencegahan INH
 Kurangnya kapasitas tenaga kesehatan dalam mendiagnosis dan
memberikan PP INH
Identifikasi tantangan pemberian TPT:

• Keengganan masyarakat untuk minum obat TPT


karena merasa sehat
• Lamanya masa pengobatan TPT menggunakan
regimen 6H (6 bulan)
Upaya Tindak Lanjut:
• Kurang percaya dirinya petugas fasyankes dalam • Skrining aktif berbasis desa oleh kader desa yang
menginisiasi pemberian TPT (petugas khawatir diikuti dengan pemberian TPT
terjadi resistan obat)
• Pemberian TPT pada anak sekolah
• Importasi obat TPT (3HR, 3HP) → proses • Piloting implementasi penggunaan regimen jangka
pengadaan obat membutuhkan waktu yang pendek (3HP)
lama (6-9 bulan).
• Belum optimalnya sosialisasi implementasi TPT
hingga level fasyankes.
• Belum optimalnya dukungan kader komunitas
terhadap implementasi TPT
TAKE HOME MESSAGES
• Jumlah TBC Laten di Indonesia tinggi, namun target
pengobatan belum tercapai
• TBC Laten mudah menjadi TBC aktif bagi orang2 dengan kondisi
tertentu, imunokompromais dll
• TBC Laten harus diberikan TPT agar tidak menjadi TBC aktif
• TPT yang diberikan 6H, atau 3 RH atau 3 HP
• Pemberian TPT mendorong tercapainya eliminasi TBC di Indonesia
tahun 2030
SASARAN TPT ODHA
Semua ODHA usia ≥12 bulan yang tidak memiliki TBC termasuk ODHA dalam pengobatan
ARV, ibu hamil dan ODHA yang telah menyelesaikan pengobatan TBC dan dinyatakan
sembuh.

ODHA usia <12 bulan tidak memiliki TBC namun memiliki riwayat kontak
dengan pasien TBC.
PENILAIAN DASAR YANG DILAKUKAN
SEBELUM PEMBERIAN TPT SESUAI PEDOMAN NASIONAL

o Skrining gejala dan tanda TBC harus dilakukan sebelum dimulainya terapi pencegahan
tuberkulosis.
o Pada ODHA yang mempunyai gejala dan tanda TBC maka dilanjutkan dengan pemeriksaan TBC
dan pengobatan TBC apabila terbukti sesuai dengan Pedoman Nasional TBC. Setelah ODHA sudah
menyelesaikan pengobatan OAT dan dinyatakan sembuh, maka ODHA dapat diberikan TPT
sekunder.
o Jika pada ODHA tidak ditemukan gejala dan tanda TBC, dilanjutkan dengan penentuan adanya
kontraindikasi pemberian TPT.
o Untuk ODHA usia dibawah 12 bulan, hanya yang memiliki kontak erat dengan pasien TBC yang
dapat diberikan TPT dengan syarat tidak memiliki kontra indikasi terhadap pemberian TPT.
o Dalam inisiasi TPT, pasien harus diberikan informasi mengenai keuntungan dan risiko pemberian
TPT serta edukasi mengenai efek samping. Pasien harus diberikan konseling mengenai kepatuhan
dalam pengobatan melalui pendekatan 5M (mengkaji, menyarankan, menyetujui, membantu,
dan merencanakan).
PENILAIAN DASAR LAINNYA YANG DILAKUKAN SEBELUM PEMBERIAN TPT

1. Riwayat penyakit
• Alergi atau hipersensitivitas terhadap OAT
• Status HIV dan rejimen ARV
• Status kehamilan atau metode KB yang digunakan
• Komorbiditas (seperti malnutrisi, diabetes, hepatitis virus) dan catat obat yang digunakan untuk
komorbid tersebut
• Riwayat kontak dengan pasien TBRO
• Potensi kontraindikasi terhadap TPT: seperti hepatitis aktif atau peningkatan transaminase (3 kali
lipat di atas batas
atas normal), gejala neuropati perifer.
2. Riwayat pengobatan: informasi mengenai riwayat pengobatan untuk membantu dalam pemilihan
regimen TPT yang tepat sesuai dengan kondisi komorbid.
3. Pemeriksaan fungsi hati
4. Situasi sosial dan finansial
5. Konseling kepatuhan pasien dalam minum obat melalui pendekatan 5M (menilai,
menyarankan, menyetujui, menyepakati dan merencanakan)
PANDUAN TPT ODHA

INH setiap hari selama 6 bulan (6H) INH dan Rifapentine setiap minggu
• Pada ODHA dengan gizi buruk, selama 3 bulan (3HP)
diberikan Vitamin B6 dengan dosis 25
mg per hari atau 50 mg selang sehari • Paduan ini merupakan paduan jangka pendek
atau 2 hari sekali. Meskipun demikian, yang dapat digunakan sebagai alternatif
tidak tersedianya vitamin B6 tidak pilihan TPT
menjadi hambatan untuk memulai • 3HP adalah paduan obat Isoniazid dan
TPT. Rifapentine yang dikonsumsi sekali seminggu
selama 3 bulan.
• Semua ODHA yang setelah dievaluasi
• Pada ODHA dengan gizi buruk, diberikan
dengan seksama tidak menderita TBC, Vitamin B6 dengan dosis 25 mg per
dan ODHA yang memiliki kontak erat minggu. Meskipun
dengan pasien TBC harus diobati demikian, tidak tersedianya vitamin B6 tidak
sebagai infeksi TB laten dengan INH menjadi hambatan untuk memulai TPT.
300 mg/hari selama 6 bulan (total 180 • Beberapa studi menunjukan bahwa tingkat
dosis). toksisitas 3HP lebih rendah dibandingkan dengan
PP INH.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai