MODUL 5
BAB I PENDAHULUAN
A. Deskripsi singkat
B. Tujuan Pembelajaran umum dan khusus
C. Pokok bahasan dan sub pokok bahasan
D. Model pembelajaran
BAB V PENUTUP
A. Latihan soal
B. Referensi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Deskripsi Singkat
Pencegahan TBC melalui pengobatan pencegahan merupakan strategi
penting dalam tatalaksana TBC untuk mencapai Indonesia bebas
Tuberkulosis. Efikasi TPT untuk mencegah TBC antara 60% sampai 90%.
Pemberian TPT memiliki keuntungan lebih tinggi pada kelompok pasien
terinfeksi yang memunyai risiko progresifitas ke arah TBC aktif
dibandingkan dengan populasi lainnya.
Program penanggulangan TBC melalui TPT terdiri dari beberapa langkah
intervensi: identifikasi kontak, melakukan pemeriksaan pada kelompok
yang terindikasi, pemberian pengobatan sekaligus pemantauan untuk
memastikan pasien yang mendapatkan TPT dapat menyelesaikan terapi
dan bebas dari efek samping obat yang tidak diinginkan.
Bab ini akan membahas TPT mulai dari manfaat, sasaran, indikasi, dan
pengobatannya (pemilihan obat, dosis, lama pemberian). Disajikan kasus-
kasus yang menunjukkan pentingnya TPT pada anak (miss opportunity),
serta akibat yang mungkin akan dialami jika tidak mendapatkan TPT sejak
awal.
B. Tujuan Pembelajaran
1. Tujuan pembelajaran umum
a. Peserta memiliki pemahaman mengenai TPT
2. Tujuan pembelajaran khusus
a. Peserta memiliki pemahaman mengenai manfaat pemberian
TPT
b. Peserta mampu menentukan sasaran prioritas pemberian TPT
c. Peserta mampu menentukan pilihan pengobatan TPT
C. Bahasan
1. Pokok bahasan
Terapi pencegahan TBC
2. Sub pokok bahasan
2
A. Manfaat TPT
1. Contoh Kasus-Kasus Missed-Opportunity TPT
2. Manfaat Dari Sudut Pandang Kesehatan Masyarakat
B. Sasaran Prioritas TPT
1. Kelompok Prioritas
2. Indikasi TPT
C. Pengobatan
1. Jenis Obat TPT
2. Dosis Dan Cara Pemberian
D. Model pembelajaran
Pada modul ini bentuk pelatihan adalah menggunakan sistem kuliah
mimbar atau pemaparan langsung, fasilitator memberikan materi pelatihan
secara interaktif dengan peserta dan berdiskusi aktif mengenai materi.
Estimasi waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan modul ini adalah 1
jam, terdiri dari :
1. Pemaparan materi dan diskusi
Narasumber: memberikan materi
Peserta : mendengarkan, memahami materi, dan berdiskusi
interaktif dengan fasilitator
2. Small group discussion
Fasilitator : memandu diskusi group tentang studi kasus
Peserta : berdiskusi dengan sesama peserta mengenai materi
dan mendiskusikan beberapa kasus.
3
BAB II
MANFAAT PEMBERIAN TPT
4
detected. Pasien mendapat tatalaksana TB dengan rejimen INH,
Rifampisin, Pirazinamid, dan Ethambutol. Setelah 2 minggu perawatan
anak mengalami perbaikan klinis berat badan naik dan dipulangkan
dengan melanjutkan rejimen terapi 2 HRZE. Selama pemantauan di klinik
DOTS anak menunjukkan perbaikan klinis dan tumbuh kembang optimal.
Bahasan :
Pada pasien di atas, terjadi keterlambatan dalam melakukan deteksi dini
TBC pada ibu paska melahirkan, sehingga bayinya tidak diberi obat untuk
TPT yang berakibat bayinya menjadi terinfeksi dan sakit TBC paru berat,
pengobatannya memerlukan kombinasi obat HRZE dengan risiko efek
samping yang lebih tinggi.
Kasus 2
Seorang bayi lahir dari ibu G1P0A0, 38 minggu, riwayat malnutrisi, lahir
langsung menangis, BBL 2800 gram. Tiga hari perawatan anak mengalami
ganguan napas, dilakukan tatalaksana oksigenasi dan antibiotika,
perbaikan dan bayi dipulangkan. Sementara ibu pasien dirawat dan
meninggal dunia setelah 1 minggu melahirkan, dari gambaran foto rontgen
paru ibu terdapat kesan TB Milier dan belum sempat dilakukan
pemeriksaan dahak.
Usia 2 bulan bayi kembali datang ke Puskesmas dengan keluhan sesak
napas dan dirujuk ke RSUD, dilakukan foto rontgen didapatkan kesan TB
milier. Dari pemeriksaan dahak didapatkan hasil MTB detected low,
Rifampisin resistant detected. Pasien mendapatkan pengobatan TB
MDR dengan regimen Levofloksasin, Linezolide, Clofazimin, Sikloserin,
Ethambutol. Pasien menunjukkan perbaikan klinis dan melanjutkan terapi
di rumah setelah 1 bulan perawatan di RS, gambaran foto rontgen
mengalami perbaikan.
Bahasan :
Kemungkinan besar bayi di atas mendapatkan penularan dari ibu secara
hematogen, jika dilakukan skrining kearah TB sejak awal dan dilakukan
penatalaksanaan adekuat bayi mungkin tidak akan menderita sakit TBC
berat.
5
BAB III
SASARAN PRIORITAS TPT
A. Kelompok prioritas
Kelompok prioritas pemberian TPT adalah kelompok yang memunyai risiko
tinggi untuk sakit TB, kelompok tersebut diantaranya adalah
1. Orang dengan HIV/AIDS (ODHIV)
2. Kontak serumah/ kontak erat* dengan pasien TBC paru yang
terkonfirmasi bakteriologis atau terdiagnosis klinis dalam kondisi berat
a. Anak usia di bawah 5 tahun
b. Anak usia 5-14 tahun
c. Remaja dan dewasa (usia di atas 15 tahun)
3. Kelompok risiko lainnya dengan HIV negatif
a. Pasien immunokompromais lainnya (Pasien yang menjalani
pengobatan kanker, mendapatkan perawatan dialisis, mendapat
kortikosteroid dosis tinggi jangka panjang, sedang persiapan
transplantasi organ, dll).
b. Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP), petugas kesehatan,
sekolah berasrama, barak militer, barak pengungsian, pengguna
narkoba suntik.
Meskipun sampai saat ini prioritas program TPT Kemenkes adalah kondisi
tersebut diatas, pada kondisi tertentu dapat dipertimbangkan untuk
memperluas kelompok prioritas terutama pada anak seperti pada kondisi
berikut:
1. Anak yang tinggal di tempat penitipan (day care), tinggal diasrama
dalam jumlah besar
2. Anak yang kontak dengan pasien TBC paru dewasa terdiagnosis
klinis atau penderita TB esktra paru, yang pada keduanya status
BTA/TCM tidak diketahui
Catatan:
*) kontak serumah:
6
B. Indikasi TPT
TPT diberikan pada anak yang setelah dilakukan pemeriksaan dan tidak
terbukti sakit TB, dan tidak ada kontraindikasi untuk pemberian TPT.
Indikasi:
1. Anak dengan HIV/AIDS
2. Anak kurang dari 5 tahun kontak dengan pasien TBC dewasa
3. Anak lebih dari 5 tahun dengan hasil TST/IGRA positif
4. Pasien imunokompromais dengan hasil TST/IGRA positif
5. Pasien dengan risiko lainnya dengan hasil TST/IGRA positif
Pemberian TPT setelah dipastikan dengan pemeriksaan yang sesuai tidak
ditemukan TBC aktif.
Kontra indikasi:
1. Adanya hepatitis akut atau kronis
Hepatitis akut atau kronis dapat ditegakkan secara klinis dari riwayat
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Secara
umum gejala dan tanda klinis hepatitis akut pada anak adalah kuning,
muntah-muntah, nyeri perut menahun, pembesaran hati
2. Neuropati perifer (jika pilihan paduan menggunakan Isoniazid)
3. Konsumsi alcohol
7
a. Bagan 3.1 Algoritma
Algoritma Pemeriksaan
pemeriksaan ILTB danILTB dan Pemberian
pemberian TPT Terapi
untuk orang
Pencegahan
yang berisiko Tuberkulosis (TPT) untuk orang yang berisiko
1. Jika anak usia < 10 tahun, saat ini ada salah satu gejala seperti
batuk atau demam atau riwayat kontak dengan orang TBC
aktif atau mengalami penurunan berat badan yang dilaporkan
atau terkonfirmasi > 5% sejak kunjungan terakhir atau kurva
pertumbuhan datar atau berat badan untuk usia < -2 Z-skor. Bayi
usia < 1 tahun tanpa gejala dengan HIV hanya diobati untuk ILTB
jika mereka kontak serumah dengan orang TBC aktif.
8
BAB IV
PEMBERIAN OBAT TPT
9
>200 mg/ hari.
9. Pada pasien dewasa dengan infeksi HIV, diberikan dosis INH 300
mg/hari dan vitamin B6 25 mg/hari.
10. Yang berperan sebagai pengawas minum obat adalah orang tua atau
keluarga pasien.
11. Bisa diberikan di semua tingkat layanan termasuk di praktik swasta
(dengan catatan sudah bekerja sama dengan puskesmas dan/atau
dinas kesehatan setempat).
Paduan 3HP
1. Dosis INH dan Rifapentine berdasarkan usia dan berat badan (dapat
dilihat pada tabel.5 Karakteristik Paduan TPT pada Orang dengan
ILTB).
2. Sebagai catatan, obat ini tidak direkomendasikan penggunaannya
pada anak berusia < 2 tahun dan ibu hamil karena hingga saat ini
belum adanya data atau informasi terkait dengan keamanan serta
farmakokinetik dari rifapentin.
3. Wanita yang menggunakan kontrasepsi hormonal harus disarankan
untuk menggunakan metode kontrasepsi penghalang tambahan
seperti kondom, kap serviks, contraceptive sponge, diafragma untuk
mencegah kehamilan.
Tabel 4.1 Pemberian Dosis 3HP
Paduan 3HR
1. Dosis INH usia < 10 tahun 10mg/kg BB/hari (maksimal 300 mg/ hari)
dan dosis R usia <10 tahun 15kg/mg BB/hari (maksimal 600 mg/hari)
dapat dilihat pada tabel.5 Karakteristik Paduan TPT pada Orang
dengan ILTB.
2. Dosis INH usia > 10 tahun 5 mg/kgBB/hari (maksimal 300 mg/hari) dan
dosis usia < 10 tahun 10 mg/kgBB/hari
3. Dosis obat disesuaikan dengan kenaikan berat badan setiap bulan.
4. Obat dikonsumsi satu kali sehari, sebaiknya pada waktu yang sama
(pagi, siang, sore atau malam) saat perut kosong (1 jam sebelum
makan atau 2 jam setelah makan).
5. Lama pemberian 3 bulan (1 bulan = 28 hari pengobatan atau diberikan
sebanyak 84 dosis), dengan catatan bila keadaan klinis baik (tidak ada
gejala TBC yang muncul selama pengobatan), obat tetap diberikan
sampai 3 bulan, jika muncul gejala TBC lakukan pemeriksaan untuk
penegakan diagnosis TBC. Jika terbukti sakit TBC, hentikan pemberian
TPT dan diberikan OAT.
6. Obat tetap diberikan selama 3 bulan walaupun kasus indeks
meninggal, pindah atau sputumnya sudah menjadi negatif.
7. Pengambilan obat dilakukan pada saat kontrol setiap 1 bulan, dan
dapat disesuaikan dengan jadwal kontrol kasus indeks.
8. Pada pasien anak dengan gizi buruk atau infeksi HIV, diberikan vitamin
12
B6 10mg untuk dosis INH ≤ 200 mg/hari dan 2x10 mg untuk dosis INH
>200 mg/ hari.
9. Pada pasien dewasa dengan infeksi HIV, diberikan dosis INH 300
mg/hari dan vitamin B6 25 mg/hari untuk dikonsumsi sekali seminggu.
Yang berperan sebagai pengawas minum obat adalah orang tua atau
keluarga pasien.
10. Bisa diberikan di semua tingkat layanan termasuk di praktik swasta
(dengan catatan sudah bekerja sama dengan puskesmas dan/atau
dinas kesehatan setempat).
Paduan 1HP
1. Paduan yang bisa digunakan oleh program TBC Nasional untuk masa
yang akan datang.
2. 1HP merupakan kombinasi INH dan Rifapentine yang dikonsumsi
setiap hari selama satu bulan.
3. Paduan ini hanya diberikan untuk kategori umur ≥ 13 tahun.
4. Dosis pemberian 1HP adalah isoniazid 300mg dan rifapentine 600mg
untuk semua BB
5. 1HP dapat diberikan kepada pasien HIV yang menjalani pengobatan
ARV yang umum digunakan kecuali Nevirapine dan golongan protase
inhibitor.
6. Paduan 1HP belum dapat digunakan dalam program TPT nasional
karena masih dibutuhkan bukti ilmiah yang lebih untuk memastikan
keamanan paduan ini.
13
Pilihan paduan terapi.
Pemilihan paduan terapi yang direkomendasikan adalah sesuai tabel
berikut.
Tabel 4.2 Pilihan Paduan TPT
√
√
√
√
Anak terindikasi
TPT
Tidak Tidak
Tersedia RH Tersedia HP
tersedia RH tersedia
Tersedia Tidak
RH 3 bulan INH 6 bulan HP 3 bulan
RH* tersedia RH
14
a. Fluoroquinolon (moksifloksasin, levofloksasin) dengan atau tanpa
obat lain (etambutol, etionamid), lama 6 bulan
b. Indonesia: Lefofloksasin + etambutol
c. Rejimen disesuaikan dengan profile resistensi obat sumber
penularan, pada pasien Pre-XDR/XDR TBC
d. Dosis obat:
1) Levofloksasin: 15-20 mg/kgBB/hari
2) Etambutol 15-25 mg/kgBB/hari
3) Diminum setiap hari selama 6 bulan
15
BAB VI
PENUTUP
A. Latihan Soal
1. Seorang anak berusia 3 tahun datang ke Puskesmas karena ayahnya baru
saja terdiagnosis TB paru dengan hasil pemeriksaan dahak positif. Saat ini
anak dalam keadaan sehat, berat badan selalu naik dan aktif.
Bagaimanakah tatalaksana pasien tersebut?
A. TCM
B. Tuberkulin
C. IGRA
D. Foto rontgen paru
E. Terapi pencegahan
16
D. Foto rontgen
E. Pengobatan TPT
B. Referensi
Kemenkes RI. Petunjuk teknis penanganan infeksi laten Tuberkulosis (ILTB).
Kemenkes RI, Jakarta 2020.
WHO. Consolidated guidelines on tuberculosis. WHO Jeneva 2020
17