Anda di halaman 1dari 16

MODUL PELATIHAN

INFEKSI LATEN TUBERKULOSIS (ILTB) DAN


TERAPI PENCEGAHAN TUBERKULOSIS (TPT)

MODUL 3

DIAGNOSIS INFEKSI LATEN TUBERKULOSIS


(ILTB)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
TAHUN 2022
DAFTAR ISI

BAB I Pendahuluan
A. Deskripsi singkat
B. Tujuan Pembelajaran umum dan khusus
C. Pokok bahasan dan sub pokok bahasan
D. Model pembelajaran

BAB II Pengertian ILTB

BAB III Diagnosis ILTB & Cara pemeriksaan


A. Sasaran dan Alur Pemeriksaan ILTB
B. TST
C. IGRA
D. Perbedaan Penggunaan TST dan IGRA

BAB IV Penutup
A. Latihan soal
B. Referensi

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Deskripsi Singkat
Infeksi Laten Tuberkulosis (ILTB) adalah suatu keadaaan dimana sistem
kekebalan tubuh orang yang terinfeksi tidak mampu mengeliminasi bakteri
Mycobacterium tuberculosis dari tubuh secara sempurna tetapi mampu
mengendalikan bakteri TBC sehingga tidak timbul gejala sakit TBC. Orang
dengan ILTB apabila dilakukan Tuberculin Skin Test (TST) atau
pemeriksaan Interferon Gamma-Release Assay (IGRA) hasilnya akan
positif, tetapi hasil pemeriksaan rontgen thorax normal serta hasil
pemeriksaan dahak dan Xpert MTB/Rif® negatif.

Sasaran ILTB pada kontak usia <5 tahun dan ODHIV dengan melihat ada
tidaknya gejala TBC (tanpa diperiksa dengan TST atau IGRA), namun
pada kontak usia ≥5 tahun dan kelompok risiko lainnya perlu dilakukan
pemeriksaan TST atau IGRA sebagai diagnosis ILTB. Hal ini didasarkan
pada sebuah studi pemodelan beban TBC tinggi yang menyarankan bahwa
pemberian TPT tanpa melakukan pemeriksaan ILTB pada anak <5 tahun
lebih efektif terkait biaya.

Pada saat ini, kebijakan pemeriksaan ILTB yang digunakan adalah TST.
TST menggunakan Purified Protein Derivative (PPD) tuberculin yang
disuntikan ke bagian kulit untuk mengetahui ada atau tidaknya bakteri
penyebab penyakit tuberkulosis pada tubuh. Namun, tidak menutup
kemungkinan untuk pemeriksaan ILTB dengan menggunakan IGRA.
Berdasarkan rekomendasi WHO terdapat 2 jenis IGRA yang dapat
digunakan, yaitu QuantiFERON®-TB Gold In-Tube dan T-SPOT® TB.
IGRA merupakan alat pemeriksaan darah yang digunakan untuk
menentukan ILTB dengan mendeteksi interferon gamma yang disekresi
oleh sel T sebagai respon restimulasi kembali dari antigen spesifik
Mycobacterium tuberculosis.

2
B. Tujuan Pembelajaran
1. Tujuan pembelajaran umum
a. Peserta memiliki pemahaman mengenai Diagnosis ILTB
2. Tujuan pembelajaran khusus
a. Peserta memiliki pemahaman mengenai dan Alur Pemeriksaan
ILTB
b. Peserta memiliki pemahaman mengenai TST
c. Peserta memiliki pemahaman mengenai IGRA
d. Peserta memiliki pemahaman mengenai perbedaan
penggunaan TST dan IGRA

3
C. Bahasan

1. Pokok bahasan
Diagnosis ILTB

2. Sub Pokok Bahasan


a. Pengertian ILTB
b. Diagnosis ILTB & Cara Pemeriksaan
1) Sasaran dan Alur Pemeriksaan ILTB
2) TST
3) IGRA
4) Perbedaan Penggunaan TST dan IGRA

D. Model pembelajaran
Pada modul ini bentuk pelatihan adalah menggunakan sistem kuliah
mimbar atau pemaparan langsung, fasilitator memberikan materi pelatihan
secara interaktif dengan peserta dan berdiskusi aktif mengenai materi.
Estimasi waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan modul ini adalah:
1. Pemaparan materi dan diskusi
Naarasumber: memberikan materi
Peserta : mendengarkan, memahami materi, dan berdiskusi
interaktif dengan fasilitator
2. Small group discussion
Fasilitator : memandu diskusi group
Peserta : berdiskusi dengan sesama peserta mengenai materi

4
BAB II
PENGERTIAN ILTB

Infeksi Laten Tuberkulosis (ILTB) adalah suatu keadaaan dimana sistem


kekebalan tubuh orang yang terinfeksi tidak mampu mengeliminasi bakteri
Mycobacterium tuberculosis dari tubuh secara sempurna tetapi mampu
mengendalikan bakteri TBC sehingga tidak timbul gejala sakit TBC. Orang
dengan ILTB apabila dilakukan Tuberculin Skin Test (TST) atau pemeriksaan
Interferon Gamma-Release Assay (IGRA) hasilnya akan positif, tetapi hasil
pemeriksaan rontgen thorax normal serta hasil pemeriksaan dahak dan Xpert
MTB/Rif® negatif.

Beberapa hasil studi menunjukkan, sekitar 5-10% orang dengan ILTB akan
berkembang menjadi TBC aktif, biasanya terjadi dalam 5 tahun sejak pertama
kali terinfeksi. Pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah,
terutama Orang dengan HIV (ODHIV), malnutrisi, orang yang sedang menjalani
pengobatan kanker, orang yang sedang menjalani dialisis, dan orang yang
menggunakan steroid jangka panjang berisiko mengalami penyakit TBC lebih
tinggi daripada orang dengan sistem kekebalan tubuh normal. Risiko penyakit
TBC pada ODHIV, anak kontak serumah dengan pasien TBC terkonfirmasi
bakteriologis dan kelompok berisiko lainnya dapat dikurangi dengan pemberian
TPT.

ILTB yang berkembang menjadi penyakit TBC di dunia diantara 1,7 Milyar
penduduk yang terinfeksi TBC akan bertambah setiap tahun. Review sistematis
yang dilakukan terhadap 11 penelitian di Asia Tenggara menunjukkan 24,4%
sampai 69,2% anak umur di bawah 15 tahun berkontak dengan orang TBC aktif
dan 3,3% sampai 5,5% di antaranya akan berkembang menjadi TBC aktif.

5
Tabel. 2.1 Perbedaan TBC laten dan TBC aktif
TBC laten TBC aktif
Tidak ada gejala Memiliki salah satu gejala berikut:
demam, batuk, nyeri dada, berat
badan turun, keringat malam,
hemoptisis, lemah, dan penurunan
nafsu makan
Uji tuberculin atau IGRA positif Uji tuberculin atau IGRA positif
Foto toraks normal Foto toraks abnormal tetapi bisa
normal pada orang imunokompromis
atau TBC ekstraparu
Hasil pemeriksaan mikrobiologi Hasil pemeriksaan mikrobiologi
negative (BTA, kultur, dan TCM) dapat positif ataupun negatif,
termasuk pada kasus TBC
ekstraparu
Tidak dapat menularkan Dapat menularkan kuman TBC ke
orang lain
Perlu terapi pencegahan pada Perlu pengobatan sesuai standar
kondisi tertentu terapi TBC

6
BAB III
DIAGNOSIS ILTB DAN CARA PEMERIKSAAN
A. Sasaran dan Alur Pemeriksaan ILTB
Berikut ini adalah kelompok risiko yang merupakan prioritas sasaran
pemberian TPT:
1. Orang dengan HIV (ODHIV)
2. Kontak serumah dengan pasien TBC paru yang terkonfirmasi
bakteriologis:
a. Anak usia <5 tahun
b. Anak usia 5-14 tahun
c. Remaja dan dewasa (usia ≥15 tahun)
3. Kelompok risiko lainnya dengan HIV negatif
a. Pasien immunokompremais lainnya (Pasien yang menjalani
pengobatan kanker, pasien yang mendapatkan perawatan dialisis,
pasien yang mendapat kortikosteroid jangka panjang, pasien yang
sedang persiapan transplantasi organ, dll).
b. Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP), petugas kesehatan,
sekolah berasrama, barak militer, pengguna narkoba suntik.

7
Bagan 3.1 Alur Pemeriksaan ILTB

Keterangan Alur Pemeriksaan ILTB


1. Jika anak usia < 10 tahun, saat ini ada salah satu gejala seperti batuk
atau demam atau riwayat kontak dengan orang TBC aktif atau
mengalami penurunan berat badan yang dilaporkan atau terkonfirmasi
> 5% sejak kunjungan terakhir atau kurva pertumbuhan datar atau
berat badan untuk usia <-2 Z-skor. Bayi usia <1 tahun tanpa gejala
dengan HIV hanya diobati untuk ILTB jika mereka kontak serumah
dengan orang TBC aktif
2. Adanya batuk atau demam atau keringat di malam hari atau batuk
darah atau nyeri dada atau sesak napas atau lemah dan lesu atau
penurunan berat badan (misal pada anak usia <5 tahun tidak terdapat
anoreksia/nafsu makan normal meskipun sudah diberikan perbaikan
gizi tetapi berat badan tetap tidak naik/gagal tumbuh). Lesu atau anak
kurang aktif bermain, keringat malam saja bukan merupakan gejala
spesifik TBC pada anak apabila tidak disertai gejala umum lainnya.

8
3. Termasuk kelompok risiko lainnya dengan HIV negatif seperti :
a. Pasien immunokompromais lainnya (pasien yang menjalani
pengobatan kanker, pasien yang mendapatkan perawatan dialisis,
pasien yang mendapat kortikosteroid jangka panjang, pasien yang
sedang persiapan transplantasi organ, dll) langsung diperiksa
dengan TST atau IGRA (tanpa harus melihat ada tidaknya gejala
TBC).
b. Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP), petugas kesehatan,
sekolah berasrama, barak militer, pengguna narkoba suntik.
4. Kontraindikasi pemberian TPT yaitu adanya hepatitis akut atau kronis,
neuropati perifer (jika menggunakan isoniazid), konsumsi alkohol biasa
atau berat. Kehamilan atau riwayat TBC sebelumnya bukan
merupakan kontraindikasi.
5. Paduan yang dipilih mempertimbangkan usia, kegawatan (obat rentan
atau lainnya), risiko toksisitas, ketersediaan dan preferensi.
6. Rontgen thorax atau chest X-ray (CXR) dapat dilakukan diawal sebagai
bagian dari penemuan kasus intensif. Jika gambaran rontgen dada
mendukung TBC (abnormal) maka orang tersebut terdiagnosis klinis.

B. TST
Tuberculin Skin Test (TST) adalah pemeriksaan untuk mengetahui ada
atau tidaknya bakteri penyebab penyakit TBC pada tubuh. TST dilakukan
dengan cara menyuntikan 0,1ml Purified Protein Derivative (PPD) RT-23
atau PPD-S 5 TU intrakutan pada bagian volar lengan bawah, kemudian
hasilnya dibaca 48-72 jam setelah penyuntikan dengan mengukur
indurasinya (Panduan prosedur TST terlampir).

Cairan tuberkulin PPD RT 23 atau PPD-S 5 TU harus disimpan pada suhu


antara 2°C dan 8°C serta terlindung dari cahaya. Tanggal kedaluwarsa
yang tercantum pada label tidak boleh terlampaui. Setelah dibuka untuk
dosis pertama, vial harus disimpan pada suhu antara 2°C - 8°C dan yang
masih tersisa sebaiknya digunakan dalam maksimal 30 hari dengan
penyimpanan yang sesuai standar. Hasil interpretasi TST terdapat pada
tabel dibawah ini:
9
Tabel 3.1 Hasil Interpretasi TST
Indurasi ≥5mm Indurasi ≥10mm Indurasi ≥15mm
dianggap positif dianggap positif dianggap positif
pada: pada: pada:
ODHIV Imigran (dalam kurun Setiap orang termasuk
waktu kurang dari 5 pada orang-orang yang
tahun) dari negara tidak diketahui faktor
dengan prevalensi TBC risiko TBC, meskipun
yang tinggi demikian pemeriksaan
TST harusnya hanya
dilakukan pada
kelompok berisiko
tinggi.
Baru berkontak dengan Pengguna narkoba
pasien TBC suntik
Orang dengan Penduduk atau pekerja
perubahan bercak yang tinggal di tempat
fibrosis pada rontgen khusus dengan risiko
dada tinggi
- Pasien dengan - Staf laboratorium
tranplantasi organ mikrobakteriologi
- Pasien - Orang-orang
immunosupresan dengan kondisi
dengan alasan klinis khusus yang
apapun berisiko tinggi
Anak usia dibawah 5
tahun, atau anak dan
remaja yang terpapar
dengan orang dewasa
yang masuk kedalam
kategori risiko tinggi

10
Hasil positif palsu dapat ditemukan pada kondisi:
• Riwayat vaksinasi BCG sebelumnya
• Infeksi lain dengan bakteri nontuberkulosis
• Penyuntikkan yang tidak sesuai
• Kesalahan saat pembacaan atau interpretasi hasil

Uji IGRA dapat dipertimbangkan pada indiividu dengan Riwayat vaksinasi BCG
karena hasil uji IGRA tidak dipengaruhi imunisasi BCG saat kecil.

Hasil negatif palsu dapat ditemukan pada kondisi:


• Inadekuat respon sel T atau anergi kutaneus sekunder akibat
imunosupresi
• Riwayat infeksi tuberkulosis baru (kurang dari 8 minggu setelah
pajanan)
• Infeksi tuberkulosis lama
• Anak-anak usia kurang dari 6 bulan
• Infeksi virus (cacar air, campak, dll)
• Riwayat baru vakinasi dengan virus hidup (cacar, campak) dalam waktu
4-6 minggu
• Penyuntikan yang tidak sesuai
• Kesalahan saat pembacaan hasil

C. IGRA
Interferon Gamma-Release Assay (IGRA) adalah uji laboratorium
diagnosis in-vitro dengan metode enzyme-linked immunosorbent assay
yang mengukur reaksi pembentukan interferon-Y dalam darah pasien yang
dikaitkan dengan infeksi M. Tuberculosis. IGRA yang direkomendasi oleh
WHO terdapat 2 jenis yaitu QuantiFERON®-TB Gold In-Tube (QFT-GIT)
dan T-SPOT® TB. Beberapa meta-analisis mendapatkan nilai sensitivitas
QFT-GIT berkisar antara 70-83% dan untuk T-SPOT TB antara 62-84%.
Sedangkan spesifisitasnya berkisar antara 91-100% untuk QFT-GIT dan
untuk T-SPOT TB antara 90-96%.

11
D. Perbedaan Penggunaan TST dan IGRA
Perbedaan Penggunaan TST dan IGRA, pada IGRA memiliki kemampuan
dalam membedakan infeksi yang disebabkan oleh M. Tuberculosis dengan
infeksi mycobacterium lainnya yang merupakan penyebab positif palsu
pada uji tuberkulin. Perbedaan TST dan IGRA terdapat pada tabel dibawah
ini.
Tabel 3.1 Perbedaan TST dan IGRA
Kriteria TST IGRA
Sensitivitas 68 – 71,5% 80 – 84,5 %
Spesifisitas 86 – 88,7% 99 – 99,4%
Pengaruh vaksinasi Ada Tidak ada
BCG terhadap hasil
Pembacaan hasil 48-72 jam Sekitar 2 hari (48 jam)
(2x kunjungan) (1x kunjungan)
Tempat pemeriksaan Pemeriksaan bisa Pemeriksaan dilakukan di
dilakukan di poli, laboratorium/RS Rujukan
puskesmas dll dgn fasilitas hematologi,
centrifuge dan CO2
Incubator
Listrik Tidak perlu Perlu untuk sentrifuge
E-Katalog Sudah ada Masih proses pendaftaran
Izin edar Ada Ada
Biaya Relatif lebih murah Relatif lebih mahal
(disediakan program, (800 ribu – 1 juta)
alur permintaan pada
modul logistik)

12
BAB IV
PENUTUP

A. Latihan Soal
1. Apa yang Anda ketahui tentang ILTB?
2. Siapa saja sasaran ILTB?
3. Bagaimana cara pemeriksaan ILTB? Jelaskan!
4. Alat dan bahan apa saja yang dibutuhkan untuk pemeriksaan TST?
5. Studi kasus: Dalam satu rumah, terdapat satu orang ODHIV (suami), 1
orang istri, 2 orang anak (remaja 13 tahun dan balita 3 tahun), dan kakek
menderita TBC dalam masa pengobatan (1bulan terakhir). Sebagai
petugas kesehatan, Apakah yang bisa Anda lakukan pada kasus
tersebut yang berkaitan melalui pendekatan pemeriksaan ILTB?
Jelaskan!

B. Referensi
• Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan XIX Ilmu Kesehatan Anak.
2017.
• Prosiding Comprehensive Management of Spesific Conditions and
Chronic Disease in Pediatrics.
• Kementerian Kesehatan RI. 2020. Petunjuk Teknis Penanganan
Infeksi Laten Tuberkulosis

13
Lampiran. Chekclist Prosedur Uji Tuberkulin

Alat dan Bahan:


1. Kapas alcohol
2. Larutan PPD RT 23 – 2 TU atau PPD-S 5 TU
3. Disposable tuberculin syringe
4. Jarum Suntik 26-27 G
5. Medical disposal box
6. Non-Medical disposal box
7. Alcohol based hand rub
8. Model tangan/pasien
9. Penggaris transparan
10. Pena

Panduan Prosedur TST


No. Kegiatan Ya Tidak Ket
PERSIAPAN
1. Sapa orangtua pasien /pasien dan perkenalkan diri

Berikan penjelasan pada orangtua/ pasien apa


yang akan dilakukan dan bila tidak jelas dapat
mengajukan pertanyaan (informed consent)
PROSEDUR
2. Hand hygiene
3. Ambil 0.1 ml larutan PPD RT-23 2 TU solution
atau PPD-S 5 TU ke dalam disposable
tuberculin syringe
4. Ganti jarum suntik dengan yang baru (ukuran
26-27 G)
5. Apus daerah yang akan dilakukan penyuntikan
(permukaan volar lengan bawah 5-10 cm dibawah
lipat siku) dengan kapas yang dibasahi alkohol 70%.
Pilih area kulit yang tidak ada kelainan
6. Regangkan permukaan kulit
7. Suntikan jarum dengan hati-hati secara intrakutan
dengan bevel jarum menghadap keatas pada sudut
5-15°. Bevel jarum harus tampak di bawah
permukaan kulit.

14
8. Periksa tempat suntikan. Jika benar akan timbul
wheal 6-10 mm pada tempat suntikan. Jika tidak,
lakukan penyuntikan ulang di tempat lain dengan
jarak minimal 5 cm dari tempat semula.
9. Keluarkan jarum. Masukkan jarum dan syringe pada
disposal box.
10. Hands hygiene
11. Catat waktu (tanggal dan jam) dan lokasi
penyuntikan pada rekam medis
12. Beri penjelasan kepada orangtua agar membawa
kembali anak pada 48-72 jam setelah penyuntikan
untuk pembacaan TST
PEMBACAAN TST
13. Metode palpasi
Palpasi/raba tepi lateral indurasi kemudian
beri tanda dengan pena, atau
Metode ballpoint
Tentukan tepi lateral indurasi dengan menggunakan
pena
14. Ukur diameter transversal indurasi dengan
menggunakan pengaris transparan dalam millimeter
15. Catat hasil pembacaan pada buku rekam medis.
Jika tidak tedapat indurasi catat sebagai 0 mm
INTERPRETASI HASIL TST
16. Imunokompeten: positif bila indurasi ≥10 mm
Imunokompromais: positif bila indurasi ≥5 mm

15

Anda mungkin juga menyukai