Anda di halaman 1dari 81

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI IMPLEMENTASI

PROGRAM PROMOSI KESEHATAN DI PUSKESMAS


SIMPANG LIMUN MEDAN
TAHUN 2018

SKRIPSI

Oleh

RIBKA SIMANJUNTAK
NIM : 141000501

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI IMPLEMENTASI
PROGRAM PROMOSI KESEHATAN DI PUSKESMAS
SIMPANG LIMUN MEDAN
TAHUN 2018

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

RIBKA SIMANJUNTAK
NIM : 141000501

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018
Pernyataan Keaslian Skripsi

Saya menyatakan dengan ini bahwa skripsi saya yang berjudul “Faktor-
Faktor yang Memengaruhi Implementasi Program Promosi Kesehatan di
Puskesmas Simpang Limun Medan Tahun 2018” beserta seluruh isinya adalah
benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan
dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang belaku dalam
masyarakat keilmuan kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan
disebut dalam daftar pustaka. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko
atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya
pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak
lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, November 2018

Ribka Simanjuntak
Judul Skripsi : Faktor-Faktor yang Memengaruhi Implementasi
Program Promosi Kesehatan di Puskesmas
Simpang Limun Medan Tahun 2018
Nama Mahasiswa : Ribka Simanjuntak
Nomor Induk Mahasiswa : 141000501
Departemen : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Menyetujui
Komisi Pembimbing :

Ketua

(Destanul Aulia, SKM, MBA, MEc, Ph.D.)


NIP. 197508042002122001

Dekan

(Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si.)


NIP. 196803201993082001

Tanggal Lulus : 5 November 2018

ii
Telah diuji dan dipertahankan

Pada tanggal : 5 November 2018

TIM PENGUJI SKRIPSI

Ketua : Destanul Aulia, S.K.M., M.B.A., M.Ec., Ph.D.

Anggota : 1. Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kes.

2. Puteri Citra Cinta Asyura Nst. S.K.M., M.P.H.

iii
Abstrak

Promosi kesehatan merupakan upaya untuk meningkatkan kesehatan secara


menyeluruh. Salah satu dari upaya kesehatan wajib Puskesmas yang harus
ditingkatkan kinerjanya di Puskesmas Simpang Limun adalah pelayanan promosi
kesehatan. Tujuan penelitian ini adalah unutk mengetahui faktor-faktor yang
memengaruhi implementasi program promosi keehatan di Puskesmas Simpang
Limun. Jenis penelitian ini merupakan penelitian survei dengan menggunakan
pendekatan explanatory research. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
petugas kesehatan di Puskesmas Simpang Limun sebanyak 30 orang. Sampel
dalam penelitian ini adalah jumlah seluruh populasi sebanyak 30 orang.
Pengumpulan data menggunakan wawancara dengan alat bantu kuesioner. Data
dianalisis dengan menggunakan uji regresi logistik berganda. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa variabel yang memiliki hubungan terhadap implementasi
program promosi kesehatan di Puskesmas Simpang Limun adalah sumber daya,
sikap, dan komunikasi. Variabel yang paling berpengaruh terhadap implementasi
program promosi adalah sumber daya (p=0,046) dan sikap (p=0,11). Diharapkan
kepada Dinas Kesehatan Kota Medan untuk melakukan upaya-upaya peningkatan
pengetahuan dan ketrampilan sumber daya manusia terutama petugasl promosi
kesehatan yang ada dengan melakukan bimbingan teknis program promosi
kesehatan, kepada petugas kesehatan Puskesmas Sentosa Simpang Limun agar
memberikan komitmen untuk meningkatkan program promosi kesehatan melalui
peningkatan kualitas sumber daya yang ada, yaitu sarana dan prasana serta media
komunikasi yang digunakan dalam pelaksanaan promosi kesehatan.
Kata Kunci: Implementasi, Promosi kesehatan

iv
Abstract

Health promotion is an effort to increase health as a whole. One of the effort of


local government clinic duty health that must be increased in Puskesmas Simpang
Limun is health promotion service. The purpose of this research was to find out
the elements which influenced the implementation of health promotion
programme in Puskesmas Simpang Limun. This research was survey research
with explanatory research approach. The population of this research was an the
health official in Puskesmas Simpang Limun numbered 30 persons. The sample of
this research was all the number of population namely 30 persons. The data was
collected by using interview and questionnaire. The data was analyzed by using
double logistic regression test. The result of the research show that the variable
which had relation with the implementation of health promotion programme in
Puskesmas Simpang Limun were resources, disposition, and communication. The
most influenced variable against it was resources (p=0,46) and disposition
(p=0,11). It was expected to the Health Departemen of Medan to carry out the
effort of increasing the knowledgement and human resources skill, especially the
official of health promotion by giving technical leadership of health promotion
programme to the health official in Puskesmas Simpang Limun, so That it could
give connitmet to increase the health promotion programme through increasing
the quality of the exist resources, namely infrastructure and communication
media, which was used in doing the health promotion.
Key words: Implementation, Health Promotion

v
Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas kasih

dan anugerahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Faktor-Faktor yang Memengaruhi Implementasi Program Promosi Kesehatan di

Puskesmas Simpang Limun Kota Medan Tahun 2018”

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) dari Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara. Selama penyusunan skripsi ini penulis banyak

mendapatkan bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu

dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum. selaku Rektor Universitas

Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si. selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara di Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Drs. Zulfendri, M.Kes. selaku Ketua Departemen Administrasi dan

Kebijakan Kesehatan Universitas Sumatera Utara.

4. Destanul Aulia, S.K.M., M.B.A., M.Ec., Ph.D. selaku Dosen Pembimbing

sekaligus sebagai Ketua Penguji yang telah banyak meluangkan waktu

untuk memberikan bimbingan, saran, dukungan, nasehat serta pengarahan

kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Drs. Alam Bakti Keloko M.Kes. selaku Dosen Penguji I yang telah

memberikan bimbingan, saran, dukungan, nasehat, dan arahan untuk

vi
kesempurnaan penulisan skripsi ini.

6. Putri Citra Cinta Asyura Nasution, S.K.M., M.P.H. selaku Dosen Penguji II

yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan masukan serta saran-

saran kepada penulis dalam perbaikan skripsi ini.

7. Seluruh Dosen dan Staf di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara yang telah banyak memberikan ilmu dan bantuan selama

penulis menjalani pendidikan.

8. Kepala Dinas Kesehatan Kota Medan dan seluruh Staf yang telah membantu

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Kepala Puskesmas Simpang Limun dan seluruh staf terkhusus Ibu Ratna

Silaban dan yang telah banyak membantu penulis.

10. Teristimewa kepada kedua orang tua penulis Bapak Warison Simanjuntak

dan Ibu Deliana br. Manullang serta kedua saudara penulis Yoel Sapto

Saver Simanjuntak dan Natanael Simanjuntak yang senantiasa memberikan

dukungan, semangat, dan doa kepada penulis selama pengerjaan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi

ini. Kritik dan saran yang konstruktif sangat penulis harapkan untuk

menyempurnakan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat

bermanfaat terutama dalam kemajuan ilmu pengetahuan.

Medan, November 2018

Ribka Simanjuntak

vii
Daftar Isi

Halaman
Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi i
Halaman Pengesahaan ii
Halaman Penetapan Tim Penguji Skripsi iii
Abstrak iv
Abstract v
Kata Pengantar ....
vi
Daftar Isi viii
Daftar Tabel
xi
Daftar Gambar xii
Daftar Lampiran xii
Daftar Istilah
xiii
Riwayat Hidup xiv

Pendahuluan 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 7
Tujuan Penelitian 7
Tujuan umum 7
Tujuan khusus 7
Manfaat Penelitian 7

Tinjauan Pustaka 9
Promosi Kesehatan 9
Pengertian dan sasaran pomosi kesehatan 9
Peluang dan strategi pomosi kesehatan 10
Kegiatan upaya pelayanan pomosi kesehatan 12
Indikator keberhasilan program puskesmas 14
PHBS tatanan rumah tangga 17

Puskesmas 19
Definisi dan tujuan puskesmas 19
Visi dan misi puskesmas 20
Fungsi puskesmas 21
Tenaga kesehatan 22
Upaya penyelenggaraan kesehatan 23
Landasan Teori Implementasi 26

viii
Tahap-tahap implementasi .27
Faktor yang memengaruhi implementasi 27
Kerangka Konsep 32
Hipotesis Penelitian 33

Metode Penelitian .34


Jenis Penelitian 34
Lokasi dan Waktu Penelitian .34
Populasi dan Sampel .34
Definisi Operasional .34
Metode Pengumpulan Data 35
Uji Validitas dan Reliabilitas .35
Uji validitas 36
Uji reliabilitas 37
Metode Pengukuran 38
Metode Analisis Data .39

Hasil Penelitian .41


Gambaran Umum Puskesmas Simpang Limun 41
Profil Puskesmas Simpanng Limun 41
Data geografis dan demografis 41
Gambaran Umum Responden 42
Analisis Univariat 43
Analisis Bivariat 44
Hubungan sumber daya terhadap implementasi program
promosi kesehatan 44
Hubungan sikap terhadap implementasi program promosi
kesehatan 45
Hubungan komunikasi terhadap implementasi program
promosi kesehatan 46
Hubungan struktur birokrasi terhadap implementasi
program promosi kesehatan 47
Ringkasan hasil uji bivariat 48
Analisis Multivariat 48

Pembahasan 51
Implementasi Program Promosi Kesehatan ....
51
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Implementasi Program
Promosi Kesehatan di Puskesmas Simpang Limun Medan 54
Pengaruh variabel sumber daya terhadap implementasi
program promosi kesehatan 54
Pengaruh variabel sikap terhadap implementasi program
promosi kesehatan 56

ix
Pengaruh variabel komunikasi terhadap implementasi
program promosi kesehatan 59
Pengaruh variabel struktur birokrasi terhadap
implementasi program promosi kesehatan 61

Kesimpulan dan Saran 63


Kesimpulan 63
Saran 63

Daftar Pustaka 65
Daftar Lampiran

x
Daftar Tabel

No Judul Halaman

1 Kegiatan Upaya Pelayanan Promosi Kesehatan 13

2 Hasil Uji Validitas pada Variabel Sumber Daya 36

3 Hasil Uji Validitas pada Variabel Sikap .37

4 Hasil Uji Validitas pada Variabel Komunikasi 37

5 Hasil Uji Validitas pada Variabel Struktur Birokrasi 37

6 Hasil Uji Reliabilitas pada Variabel (Sumber Daya, Sikap,


Komunikasi, Struktur Birokrasi) 38

7 Distribusi Penduduk Berdasarkan Kelurahan 42

8 Distribusi Responden Menurut Umur dan Pendidikan Terakhir 43

9 Distribusi Frekuensi Variabel Sumber Daya, Sikap,


Komunikasi, Struktur Birokrasi, dan Implementasi Program
Promosi Kesehatan 44

10 Tabel Hubungan Sumber Daya dengan Implementasi Program


Promosi Kesehatan 45

11 Tabel Hubungan Sikap dengan Implementasi Program Promosi


Kesehatan 46

12 Tabel Hubungan Komunikasi dengan Implementasi Program


Promosi Kesehatan 47

13 Tabel Hubungan Struktur Birokrasi dengan Implementasi


Program Promosi Kesehatan 48

14 Hasil Uji Bivariat antara Variabel Bebas dengan Variabel


Terikat 48

15 Hasil Uji Regresi Logistik Berganda ....

49

xi
Daftar Gambar

No Judul Halaman

1 Model Faktor Implementasi Kebijakan Menurut Edward III 32

2 Kerangka Konsep .33

xii
Daftar Lampiran

Lampiran Judul Halaman

1 Kuesioner Penelitian 67

2 Metode Pengukuran Variabel Bebas 74

3 Master Data Penelitian 77

4 Output Uji Validias dan Reliabilitas 79

5 Output Hasil Uji Statistik 83

6 Dokumentasi Penelitian 91

7 Surat Permohonan Izin Penelitian 93

8 Surat Izin Penelitian 94

9 Surat Keterangan Telah Selesai Penelitian 96

xiii
Daftar Istilah

CBIA Cara Belajar Insan Aktif


CSR Corporate Social Responsibility
Depkes Departemen Kesehatan
HIV/AIDS Human Immunodeficiency Virus/ Acquired Immuno Deficiency
Syndrome
ISPA Infeksi Saluran Pernafasan Akut
IVA Inspeksi Visual Asam Asetat
IMS Infeksi Menular Seksual
KB Keluarga Berencana
KEK Kurang Energi Kronik
Kemenkes RI Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
Kepmenkes Keputusan Menteri Kesehatan
KIA Kesehatan Ibu dan Anak
KIE Komunikasi Informasi Edukasi
LSM Lembaga Swadaya Masyarakat
MP-ASI Makanan Pendamping Air Susu Ibu
PHBS Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
PJB Pemeriksaan Jentik Berkala
PKRS Promosi Kesehatan Rumah Sakit
PMBA Pemberian Makanan Bayi dan Anak
Posyandu Pos Pelayanan Terpadu
Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat
Permenkes RI Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
PSN Pemberantasan Sarang Nyamuk
Riskesdas Riset Kesehatan Dasar
UKM Upaya Kesehatan Masyarakat
UKP Upaya Kesehatan Perorangan
UU Undang-Undang
3M Menguras, Mengubur, Menutup

xiv
Riwayat Hidup

Penulis bernama Ribka Simanjuntak berumur 21 tahun, dilahirkan di

Jakarta pada tanggal 23 Agustus 1997 di Jakarta. Penulis beragama Kristen

Protestan, anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Warison

Simanjuntak dan Ibu Deliana br. Manullang.

Pendidikan formal dimulai di Sekolah Dasar Negeri 068344 Medan pada

tahun 2002-2008, pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 31 Medan pada

tahun 2008-2011, pendidikan menengah atas di SMA Swasta Katolik Budi Murni

2 Medan pada tahun 2011-2014, selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di

Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

Medan, November 2018

Ribka Simanjuntak

xv
Pendahuluan

Latar Belakang

UU Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan menyebutkan bahwa

kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang

memungkinan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Dengan

demikian, Kesehatan merupakan investasi untuk mendukung pembangunan

ekonomi serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan.

Oleh karena itu, dilakukan pembangunan kesehatan untuk menigkatkan derajat

kesehatan setinggi-tingginya di wilayah Republik Indonesia.

Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan derajat kesehatan salah

satunya melalui kegiatan promosi kesehatan. Menurut Green (1984) dalam

Kholid (2015), promosi kesehatan adalah segala bentuk kombinasi antara

pendidikan kesehatan dan intervensi yang terkait dengan ekonomi, politik dan

organisasi yang dirancang untuk memudahkan perubahan perilaku dan

lingkungan yang kondusif bagi kesehatan. Sehingga dapat dikatakan bahwa

promosi kesehatan merupakan upaya untuk meningkatkan kesehatan secara

menyeluruh bukan hanya perubahan perilaku tetapi juga perubahan

lingkungan.

Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan tingkat pertama,

dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif untuk mencapai derajat

kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Salah satu dari

1
2

upaya kesehatan wajib Puskesmas yang harus ditingkatkan kinerjanya adalah

pelayanan promosi kesehatan. Promosi Kesehatan oleh Puskesmas adalah upaya

Puskesmas untuk meningkatkan kemampuan pasien, individu sehat, keluarga

(rumah tangga) dan masyarakat, agar (1) pasien dapat mandiri dalam

mempercepat kesembuhan dan rehabilitasinya, (2) individu sehat, keluarga dan

masyarakat dapat mandiri dalam meningkatkan kesehatan, mencegah masalah-

masalah kesehatan dan mengembangkan upaya kesehatan bersumber daya

masyarakat, melalui (3) pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama mereka,

sesuai sosial budaya mereka, serta didukung kebijakan publik yang berwawasan

kesehatan (Kemenkes RI, 2011).

Sasaran primer (utama) upaya promosi kesehatan sesungguhnya adalah

pasien, individu sehat dan keluarga (rumah tangga) sebagai komponen dari

masyarakat. Mereka ini diharapkan mengubah perilaku hidup mereka yang tidak

bersih dan tidak sehat menjadi perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). PHBS

adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil

pembelajaran, yang menjadikan seseorang, keluarga, kelompok atau masyarakat

mampu menolong dirinya sendiri (mandiri) di bidang kesehatan dan berperan aktif

dalam mewujudkan kesehatan masyarakat (Kemenkes RI, 2011)

PHBS harus dipraktikkan di semua bidang kesehatan masyarakat karena

pada hakikatnya setiap masalah kesehatan merupakan hasil perilaku, yaitu

interaksi manusia (host) dengan bibit penyakit atau pengganggu lainnya (agent)

dan lingkungan (environment). Tingkat pencapaian pembinaan PHBS di Rumah

Tangga dapat diukur melalui 10 indikator sebagai berikut: (1) Persalinan ditolong
3

oleh tenaga kesehatan, (2) Memberi bayi ASI Ekslusif, (3) Menimbang balita

setiap bulan, (4) Menggunakan air bersih, (5) Mencuci tangan dengan air bersih

dan sabun, (6) Menggunakan jamban sehat, (7) Memberantas jentik di rumah

seminggu sekali, (8) Makan sayur dan buah setiap hari, (9) Melakukan aktivitas

fisik setiap hari, (10) Tidak merokok di dalam rumah (Kemenkes RI, 2016).

Pada PHBS tahun 2013 untuk rumah tangga dengan balita digunakan 10

indikator, sehingga nilai tertinggi adalah 10; sedangkan untuk rumah tangga tanpa

balita terdiri dari 7 indikator, sehingga nilai tertinggi adalah tujuh. Penilaian

PHBS rumah tangga baik diukur dengan batasan yang sama dengan penilaian

rumah tangga PHBS tahun 2007. Kriteria rumah tangga dengan PHBS baik adalah

rumah tangga yang memenuhi indikator baik, sebesar 6 indikator atau lebih untuk

rumah tangga yang punya balita dan 5 indikator atau lebih untuk rumah tangga

yang tidak mempunyai balita (Riskesdas, 2013). Pada tahun 2014, target cakupan

PHBS Rumah Tangga ditetapkan dalam Rencana Strategis (Renstra) Kementrian

Kesehatan RI sebesar 70 % (Kemenkes RI, 2011). Namun hasil Riskesdas 2013

menunjukkan bahwa proporsi nasional PHBS Rumah Tangga baik hanya 32,3 %.

Berdasarkan Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2016,

jumlah rumah tangga yang ber-PHBS cenderung fluktuatif, bila dilihat dari

pencapaian tahun 2015 mengalami penurunan 2,51% dari tahun 2014. Namun

pada tahun 2016 kemudian mengalami peningkatan kembali sebesar 2,71%. Pada

tahun 2015, dari 3.307.289 jumlah RT, hanya 1.197.669 RT yang dipantau dan

RT yang ber-PHBS sebanyak 607.901 RT (50,75%). Kemudian, pada tahun 2016,

dari 3.295.701 jumlah RT, hanya 1.423.092 yang dipantau, dan RT yang ber-
4

PHBS sebanyak 760.826 RT (53,46%). Profil kesehatan Kota Medan tahun 2016

menunjukkan dari 511.511 jumlah rumah tangga yang ada di kota Medan,

dipantau sebanyak 122.380 rumah tangga dan diketahui 46.901 rumah tangga

(38,2%) diantaranya berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

Berdasarkan Profil Kesehatan Puskesmas Simpang Limun, persentase

rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) tahun 2017, menurut

keluharan dan pustu, Kelurahan Sudirejo I memiliki 4.757 jumlah rumah tangga,

yang dipantau 1.200 rumah tangga dan sebanyak 615 rumah tangga (51,3%) ber-

PHBS, Kelurahan Sudirejo II memiliki 1.863, yang dipantau 920 rumah tangga

dan sebanyak 450 rumah tangga (48,9%) ber-PHBS, Kelurahan Sitirejo I memiliki

2.754 rumah tangga, yang dipantau 1.005 rumah tangga dan sebanyak 550 rumah

tangga (54,7%) ber-PHBS. Secara keseluruhan, dari 9.347 rumah tangga, ada

3.125 rumah tangga yang dipantau dan sebanyak 1.615 rumah tangga (51,7%)

yang ber-PHBS.

Puskesmas Simpang Limun merupakan salah satu dari 39 Puskesmas yang

ada di Kota Medan dengan wilayah kerja terdiri dari 3 wilayah kelurahan dan

jumlah penduduk sebanyak 29.498 jiwa. Pemilihan lokasi penelitian di Puskesmas

Simpang Limun mengingat Puskesmas ini terletak di pusat kota yakni berada di

Kecamatan Medan Kota dan memiliki jumlah kepadatan penduduk yang cukup

tinggi serta mayoritas penduduknya bekerja di sektor swasta dan pedagang. Serta

memiliki trend penyakit tertinggi diwilayah kerjanya, seperti penyakit ISPA

(Infeksi Saluran Pernafasan Akut), penyakit maag, hipertensi, penyakit, diabetes

mellitus, dan sebagainya yang merupakan beberapa penyakit yang disebabkan


5

oleh perilaku yang tidak bersih dan tidak sehat (tidak PHBS). Apabila

dibandingkan dengan Puskesmas Teladan yang merupakan sesama bagian dari

Kecamatan Medan Kota yang memiliki cakupan PHBS sebesar 92,5%, sudah

seharusnya bagi Puskesmas Simpang Limun bekerja dengan optimal untuk

menyaingi capaian tersebut.

Berdasarkan data yang didapatkan, Puskesmas Simpang Limun Medan

belum memenuhi target pencapaian cakupan rumah tangga ber-PHBS

sebagaimana telah ditetapkan dalam Rencana Strategis (Renstra) Kementrian

Kesehatan 2015-2019 yaitu target rumah tangga ber-PHBS nasional yaitu sebesar

80%. Dengan tidak mencapai target nasional, hal ini menunjukkan bahwa

pelaksanaan promosi kesehatan oleh Puskesmas Simpang Limun belum berhasil

dilakukan dengan maksimal yangmana untuk melihat keberhasilan program

promosi kesehatan dapat dilihat dari cakupan PHBS-nya.

Upaya promosi kesehatan melalui berbagai kegiatan baik di dalam gedung

maupun di luar gedung telah dilakukan di Puskesmas Simpang Limun diantaranya

penyuluhan PHBS (rumah tangga, institusi pendidikan, institusi sarana kesehatan,

institusi tempat-tempat umum), penyuluhan penyakit tidak menular, penyuluhan

Human Immunodeficiency Virus/ Acquired Immuno Deficiency Syndrome

(HIV/AIDS), penyuluhan ASI Ekslusif, kunjungan rumah (bumil, gizi buruk,

Tuberkulosis mangkir) namun belum menunjukkan hasil yang maksimal.

Dalam pelaksanaan pelayanan promosi kesehatan, Puskesmas Simpang

Limun memiliki kendala-kendala yang dihadapi, yakni tidak memiliki

kelengkapan alat untuk mendukung kegiatan penyuluhan misalnya in focus,


6

flipcharts dan stands, portable generator, dan alat peraga. Kemudian, kepala

lingkungan dan kader tidak hadir ketika melaksanakan kegiatan penyuluhan

kesehatan. Tanpa kehadiran dan bantuan kepala lingkungan dan kader, masyarakat

tidak mau menerima kedatangan petugas Puskesmas yang turun ke lapangan.

Ditambah lagi, masyarakat tidak terinformasi sewaktu kegiatan penyuluhan akan

dilaksanakan, sehingga ketika melihat ke lapangan hanya sedikit masyarakat yang

menghadiri penyuluhan kesehatan oleh Puskesmas. Kegiatan-kegiatan tidak

berjalan sesuai dengan jadwal rencana kegiatan yang telah ditetapkan karena

petugas yang bertanggung jawab melaksanakan kegiatan mendahulukan

kepentingan pribadinya, cuaca, dan keterlambatan dana yang dikirim untuk

melakukan pelaksanaan kegiatan promosi kesehatan,.

Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Bintang Gumilang

(2015) tentang analisis faktor yang memengaruhi implementasi kebijakan Promosi

Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) di Rumah Sakit Universitas Airlangga

menunjukkan kualifikasi sumber daya sudah memenuhi syarat namun perlu

penambahan kuantitas. Komunikasi unit PKRS dengan unit pelaksana belum

memiliki pola yang sistematis. Unit PKRS belum memiliki unit keorganisasian

yang lengkap. Monitoring dan evaluasi belum didukung sistem sehingga belum

terlaksana.

Berkenaan dengan pentingnya peranan promosi kesehatan dalam

mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, perlu dilakukan penelitian

untuk mengetahui faktor-faktor implementasi program promosi kesehatan di

Puskesmas Simpang Limun Medan.


7

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat diambil

rumusan masalah dari penelitian ini yaitu faktor-faktor apa sajakah yang

memengaruhi implementasi program promosi kesehatan di Puskesmas Simpang

Limun Tahun 2018.

Tujuan Penelitian

Tujuan umum. Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk

mengetahui faktor-faktor apa saja yang memengaruhi implementasi program

promosi kesehatan di Puskesmas Simpang Limun Tahun 2018.

Tujuan khusus. Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh sumber daya terhadap implementasi program

promosi kesehatan di Puskesmas Simpang Limun Medan

2. Untuk mengetahui pengaruh sikap terhadap implementasi program promosi

kesehatan di Puskesmas Simpang Limun Medan

3. Untuk mengetahui pengaruh komunikasi implementasi program promosi

kesehatan di Puskesmas Simpang Limun Medan

4. Untuk mengetahui pengaruh struktur birokrasi terhadap implementasi

program promosi kesehatan di Puskesmas Simpang Limun Medan

5. Untuk mengetahui faktor yang paling berpengaruh terhadap implementasi

program promosi kesehatan di Puskesmas Simpang Limun Medan

Manfaat Penelitian
8

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Pemerintah

Hasil penelitan ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi Pemerintah

Daerah dalam rangka mewujudkan pembangunan kesehatan agar terwujud

derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

2. Bagi Dinas Kesehatan Kota Medan

Hasil penelitan ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi Dinas

Kesehatan Kota Medan dalam mendukung fungsi utama puskesmas untuk

mewujudkan pembangunan kesehatan.

3. Bagi Puskesmas Simpang Limun

Hasil penelitan ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi Puskesmas

Simpang Limun dalam upaya peningkatan pelayanan promosi kesehatan.

4. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitan ini diharapkan dapat menjadi bahan untuk menambah

wawasan ilmu kesehatan masyarakat terutama di bidang Administrasi dan

Kebijakan Kesehatan dalam pelaksanaan pelayanan promosi kesehatan serta

menjadii bahan informasi bagi peneliti selanjutnya.


Tinjauan Pustaka

Promosi Kesehatan

Pengertian dan sasaran promosi kesehatan. Promosi kesehatan adalah

sebuah tahapan memandirikan atau pemberdayaan masyarakat untuk mampu

menjaga serta meningkatkan kesehatan mereka. Langkah memandirikan atau

pemberdayaan masyarakat juga berkaitan dengan pengumpulan dari setiap

dorongan di masyarakat dan bukan saja sekedar pada upaya memberi informasi

(misalnya KIE, pendidikan kesehatan, serta kegiatan penyuluhan) (Maulana,

2014).

Di Puskesmas, promosi kesehatan merupakan usaha dari badan ini agar

pasien mampu bersikap mandiri sehubungan dengan mempercepat kesembuhan

dan rehabilitasinya, dalam menaikkan angka kesehatan, meminimalisir masalah

kesehatan serta mengembangkan usaha kesehatan yang berbasis masyarakat

dengan cara pemberian ajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat, juga

ditunjang dengan kebijakan publik dengan wawasan kesehatan.

Terdapat tiga (3) jenis sasaran dalam melakukan promosi kesehatan,

yakni:

Sasaran primer. Sasaran primer (utama) usaha promosi kesehatan adalah

masyarakat itu sendiri. Berdasarkan dari masalah kesehatan, sasaran primer dibagi

menjadi kelompok: ibu hamil dan menyusui untuk masalah KIA (Kesehatan Ibu

dan Anak), anak sekolah untuk masalah kesehatan remaja, kepala keluarga untuk

9
10

masalah kesehatan umum, dan lainnya. Usaha promosi yang dilaksanakan pada

sasaran primer ini sejajar dengan strategi dalam memberdayakan masyarakat.

Sasaran sekunder. Sasaran sekunder yaitu tokoh agama, tokoh adat,

tokoh masyarakat, dan lainnya. Dengan memberi ajaran tentang kesehatan pada

kelompok sasaran sekunder, diharapkan agar berikutnya kelompok ini dapat

mengajarkan tentang kesehatan tersebut pada masyarakat di lingkungannya.

Sasaran tersier. Sasaran tersier yakni orang-orang yang membuat

keputusan maupun penentu dari kebijakan di tingkat pusat dan daerah merupakan

kelompok sasaran tersier promosi kesehatan (Notoatmodjo, 2014).

Peluang dan strategi promosi kesehatan. Menurut (Notoatmodjo, 2014)

terdapat banyak peluang agar dapat melakukan upaya promosi kesehatan oleh

puskesmas. Peluang itu pada umunya dikelompokkan menjadi :

Di dalam gedung. Di dalam gedung puskesmas, promosi kesehatan

dilakukan sejalan dengan pelayanan yang dilaksanakan oleh puskesmas. Jadi,

dalam gedung puskesmas dapat dikatakan bahwa ada berbagai peluang sebagai

berikut :

1. Promosi kesehatan yang ada di tempat pendaftaran, yakni di stasiun/tempat

pasien wajib untuk memberi laporan/melakukan pendaftaran sebelum

memperoleh pelayanan kesehatan.

2. Promosi kesehatan di pelayanan KIA & KB , di ruang perawatan, serta pada

pelayanan medis di poliklinik (khusus puskesmas dengan tempat perawatan).

3. Promosi Kesehatan pada pelayanan penunjang medis, yakni di apotek/ruang

obat serta di laboratorium.


11

4. Promosi kesehatan dalam pelayanan klinik-klinik khusus seperti klinik

sanitasi.

5. Promosi kesehatan di tempat pembayaran rawat, yakni di ruang yang apabila

pasien rawat inap akan meninggalkan puskesmas harus menyelesaikan

pembayaran biaya rawat inap (untuk puskesmas dengan tempat perawatan).

6. Promosi kesehatan di lingkungan puskesmas, seperti di tempat parkir,

halaman, dinding, kantin/kios, tempat ibadah, dan pagar halaman puskesmas.

Di masyarakat (di luar gedung). Untuk melakukan promosi keehatan,

Puskesmas dapat melakukannya di berbagai tatanan, yaitu :

1. Tatanan rumah tangga, yaitu di pemukiman penduduk misalnya di kompleks-

kompleks perumahan, Dasa Wisma, Rukun Tetangga/Rukun Warga dan lain-

lain.

2. Tatanan sarana pendidikan, seperti di sekolah-sekolah, madrasah, pondok

pesantren, kursus-kursus, perguruan tinggi dan lain-lain.

3. Tatanan tempat kerja, yakni di pabrik-pabrik, kantor-kantor,

koperasikoperasi, himpunan petani, pelelangan ikan, komplek pertokoan dan

lainlain.

4. Tatanan tempat umum, misalnya di pasar, terminal, stasiun,

dermaga/pelabuhan, restauran, penginapan dan lain-lain.

Strategi dasar utama atau pokok promosi kesehatan yaitu pemberdayaan

masyarakat yang didorong oleh bina suasana dan advokasi serta dijiwai semangat

kemitraan.
12

Pemberdayaan. Pemberdayaan merupakan usaha untuk mencegah dan

atau mengatasi masalah kesehatan yang dihadapi oleh pasien dengan memberikan

atau meningkatkan pengetahuan, kemauan, dan kemampuan pasien (to facilitate

problem solving), dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

Bina suasana. Bina Suasana adalah proses membentuk suasana

lingkungan sosial yang kondusif dan mendorong dipraktikkannya PHBS serta

memberikan contoh teladan dalam melaksanakan PHBS dan melestarikannya.

Advokasi. Advokasi merupakan proses melakukan pendekatan dan

motivasi kepada pihak-pihak tertentu yang kemungkinan dapat mendukung

keberhasilan pembinaan PHBS baik dari segi materi maupun non materi.

Kemitraan. Dalam melaksanakan pemberdayaan, bina suasana, dan

advokasi, petugas kesehatan dengan kelompok sasaran mengembangkan

kemitraan. Kemitraan ini dikembangkan atas kesadaran bahwa untuk

meningkatkan efektivitas promosi kesehatan, petugas-petugas kesehatan harus

bekerjasama dengan berbagai pihak terkait seperti: kelompok profesi, pemuka

agama, LSM, media massa, dll.

Kegiatan upaya pelayanan promosi kesehatan. Menurut Permenkes No.

75 Tahun 2014 Tentang Puskesmas, berikut merupakan kegiatan-kegiatan yang

dilakukandi bidang promosi kesehatan dalam melaksanakan upaya kesehatan

masyarakat, yaitu:
13

Tabel 1
Kegiatan Upaya Pelayanan Promosi Kesehatan
Upaya Kegiatan Puskesmas Kawasan Perkotaan
Pelayanan Penyuluhan Promosi kesehatan di sekolah pendidikan
Promosi dasar
kesehatan Promosi pemberdayaan masyarakat dibidang
kesehatan
Penyuluhan kesehatan jiwa masyarakat dan
napza (kesekolah)
Penyuluhan kesehatan jiwa bagi ibu hamil
dan menyusui
Penyuluhan pada kelompok atau masyarakat
tentang perilaku menjaga kebersihan diri
Penyuluhan kesehatan gigi dan mulut pada
ibu hamil, anak balita, anak remaja, dewasa,
lansia (pendekatan siklus kehidupan)
Penyuluhan peningkatan kesadaran
masyarakat tentang imunisasi
Konseling kesehatan reproduksi pada
kelompok anak remaja
Peningkatan pengetahuan komprehensif
masyarakat tentang pencegahan penularan
HIV-AIDS dan IMS
Peningkatan pengetahuan dan kepedulian
masyarakat tentang penyakit diare, tifoid dan
hepatitis
Edukasi dan konseling Pemberian Makanan
Bayi dan Anak (PMBA) meliputi ASI dan
MP-ASI untuk balita sehat,balita kurang gizi,
dan balita gizi buruk rawat jalan
Edukasi dan konseling mengenai pola makan,
perilaku makan dan aktifitas fisik bagi anak
usia sekolah
Edukasi dan konseling mengenai pola makan,
perilaku makan bagi bumil KEK/Kurus
Konseling dietetik
Kegiatan Edukasi dan Konseling tentang
Swamedikasi dan Penggunaan Obat
Pemberdaya Memotivasi tokoh masyarakat dalam
-an pembentukan kader kesehatan atau
Masyarakat pembentukan kelompok yang peduli terhadap
kesehatan
Membentuk jejaring dalam pembentukan
PHBS di masyarakat
(bersambung)
14

Tabel 1
Kegiatan Upaya Pelayanan Promosi Kesehatan
Upaya Kegiatan Puskesmas Kawasan Perkotaan
Pemberdaya Penggerakan kelompok masyarakat dalam
-an pemanfaatan Posyandu
Masyarakat Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat untuk
Peningkatan Penggunaan Obat Rasional
melalui Metode Cara Belajar Insan Aktif
(CBIA)
Pelatihan Melatih kader kesehatan tentang perawatan
diri dan mempraktikkan PHBS
Melatih kader kesehatan dalam
menyampaikan informasi pada kelompok atau
masyarakat tentang perawatan diri dan
mempraktikkan PHBS didaerah binaan
Melatih Kader tentang Swamedikasi dan
Penggunaan Obat melalui Metode Cara
Belajar Insan Aktif (CBIA)
Advokasi Mengadvokasi masyarakat dan lintas terkait
dalam praktik PHBS dan penanggulangan
masalah kesehatan tertentu
Advokasi tokoh masyarakat dalam
membentuk kelompok swabantu terkait
perawatan masalah gizi

Indikator keberhasilan promosi kesehatan. Indikator keberhasilan

promosi kesehatan yang dilakukan mencakup indikator masukan (input), indikator

proses, indikator keluaran (output), dan indikator dampak (outcome) agar dapat

melakukan evaluasi secara sempurna.

Indikator masukan (input). Berikut adalah masukan yang perlu

diperhatikan, yaitua berupa komitmen, sumber daya manusia, sarana/peralatan dan

dana. Dengan demikian, indikator masukan ini antara lain :

1. Kepala Puskesmas yang memiliki komitmen terlihat dari Rencana Umum

Pengembangan Promosi Kesehatan Puskesmas.

2. Seluruh jajaran memiliki komitmen yang tercermin dalam Rencana


15

Operasional Promosi Kesehatan Puskesmas.

3. Petugas promosi kesehatan Puskesmas yang memenuhi standar tenaga

promosi kesehatan Puskesmas.

4. Petugas promosi kesehatan dan petugas-petugas kesehatan lainnya yang

mengikuti pelatihan.

5. Sarana dan peralatan promosi kesehatan Puskesmas memenuhi standar

sarana/peralatan promosi kesehatan Puskesmas.

6. Dana di Puskesmas cukup untuk menyelenggarakan promosi kesehatan di

Puskesmas.

Indikator proses. Indikator proses yang diperhatikan adalah proses

pelaksanaan promosi kesehatan puskesmas baik promosi kesehatan di dalam

gedung maupun promosi kesehatan di masyarakat. Indikator yang digunakan

yaitu:

1. Sudah atau belum dilaksanakan kegiatan promosi kesehatan di dalam gedung

(promosi dilakukan tenaga kesehatan atau diselenggarakan klinik khusus,

pemasangan poster, dll) serta frekuensinya.

2. Media komunikasi yang digunakan (poster, spanduk, dll) memiliki kondisi

fisik yang bagus atau sudah rusak

3. Pernah atau tidak dilaksanakan kegiatan promosi kesehatan di masyarakat

(kunjungan rumah dan pengorganisasian masyarakat)

Indikator keluaran. Indikator keluaran yang diperhatikan yaitu keluaran

dari kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan, baik secara umum maupun secara

khusus. Dengan demikian, indikator keluarannya berupa cakupan dari kegiatan,


16

misalnya:

1. Seluruh petugas kesehatan Puskesmas telah melaksanakan promosi kesehatan

pemberdayaan atau konseling

2. Banyaknya jumlah pasien/klien yang sudah dilayani oleh berbagai kegiatan

promosi kesehatan dalam gedung (denah puskesmas, alur

pelayanan,konseling, dll).

3. Jumlah keluarga yang telah mendapat kunjungan rumah oleh Puskesmas.

4. Banyaknya jumlah kelompok masyarakat yang sudah dirangkul oleh

Puskesmas dengan pengorganisasian masyarakat

Indikator dampak. Indikator dampak berdasar pada tujuan

dilaksanakannya promosi kesehatan itu sendiri, yaitu terwujudnya PHBS di

masyarakat. Oleh karena itu, waktu yang tepat untuk evaluasi adalah setelah

promosi kesehatan Puskesmas berjalan dalam beberapa waktu. Tatanan yang

dianggap mewakili untuk di evaluasi adalah tatanan rumah tangga. Jadi indikator

dampaknya adalah berupa : persentase keluarga atau rumah tangga yang telah

melaksanakan PHBS. PHBS itu sendiri merupakan kumpulan dari sejumlah

indikator perilaku. PHBS meliputi berbagai tindakan atau perilaku. Sumber daya

memiliki keterbatasan untuk mengevaluasi, oleh karena itu perlu ditetapkan

beberapa perilaku yang sangat sensitif untuk indikator yang akan dikompositkan

(KEPMENKES No.585 Tahun 2007).

PHBS tatanan rumah tangga. Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)

merupakan kumpulan-kumpulan perilaku yang dilakukan berdasarkan kesadaran

dari hasil pembelajaran seseorang atau keluarga sehingga dapat menolong diri
17

sendiri dibidang kesehatan serta berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan

masyarakatnya. Mengubah perilaku yang tidak sehat menjadi perilaku sehat dan

menciptakan lingkungan sehat yang dilakukan oleh tiap-tiap anggota rumah

tangga maka akan mewujudkan keadaan sehat sehingga mampu menjaga,

meningkatkan, dan melindungi kesehatan setiap anggota rumah tangga dan

terhindar dari gangguan ancaman penyakit dan lingkungan yang kurang kondusif

untuk hidup sehat.

PHBS di Rumah Tangga merupakan usaha agar memberdayakan anggota

rumah tangga untuk sadar, mau dan mampu mempraktikkan PHBS untuk

memelihara dan meningkatkan kesehatannya, mencegah resiko terjadinya

penyakit dan melindungi diri dari ancaman penyakit serta berperan aktif dalam

gerakan kesehatan masyarakat. Dengan demikian, tatanan rumah tangga sehat

dapat diwujudkan dengan perilaku sehat dan lingkungan sehat.

Indikator merupakan petunjuk yang digunakan untuk membatasi fokus

perhatian dalam memberikan suatu penilaian. PHBS tatanan rumah tangga

memiliki indikator sebagai berikut:

1. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, yaitu pertolongan pertama

pada persalinan dalam rumah tangga dilakukan oleh tenaga kesehatan (dokter,

bidan dan paramedis lainnya).

2. Bayi diberi ASI ekslusif, adalah bayi yang mendapat ASI saja sejak lahir

sampai usia 6 bulan;

3. Memiliki Jaminan Pemeliharaan Kesehatan, adalah setiap anggota rumah

tangga memiliki pembiayaan praupaya kesehatan seperti askes, kartu sehat,


18

dana sehat, Jamsostek dan lain sebagainya;

4. Ketersediaan air bersih, adalah adanya akses rumah tangga terhadap air bersih

dan dapat digunakan untuk kebutuhan sehari-hari misalnya berasal dari air

dalam kemasan, air leding, air sumur terlindung dan penampungan air hujan.

Sumber air pompa, sumur dan mata air terlindung berjarak minimal 10 meter

dari tempat penampungan kotoran atau limbah.

5. Ketersediaan jamban sehat, adalah rumah tangga yang memiliki jamban leher

angsa dengan tangki septik atau lubang penampungan kotoran sebagai

pembuangan akhir;

6. Mencuci tangan pakai sabun : Agar tangan bersih dan bebas kuman, tangan

dicuci menggunakan sabun dan di air yang mengalir;

7. Memberantas jentik di rumah sekali seminggu : Melakukan Pemeriksaan

Jentik Berkala (PJB) di lingkungan rumah tangga. PJB adalah pemeriksaan

tempat perkembangbiakan nyamuk yang ada di dalam rumah, seperti bak

mandi, WC, vas bunga, tatakan kulkas, dan di luar rumah seperti talang air,

dll yang dilakukan secara teratur setiap minggu. Selain itu, juga lakukan

Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara 3 M (Menguras,

Mengubur, Menutup).

8. Tidak merokok di dalam rumah, adalah anggota keluarga tidak merokok di

dalam rumah selama ketika berada bersama anggota keluarga lainnya selama

1 bulan terakhir.

9. Melakukan aktifitas fisik setiap hari, adalah setiap anggota keluarga

melakukan aktifitas fisik (sedang maupun berat) minimal 30 menit setiap hari
19

dalam 1 minggu terakhir.

10. Makan buah dan sayur setiap hari, adalah anggota rumah tangga umur 10

tahun keatas yang mengkonsumsi minimal 3 porsi buah dan 2 porsi sayuran

atau sebaliknya setiap hari dalam 1 minggu terakhir (Anik, 2013)

Puskesmas

Definisi dan tujuan Puskesmas. Fasilitas pelayanan kesehatan adalah

suatu tempat dimana upaya pelayanan kesehatan diselenggarakan, baik promotif,

preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilaksanakan oleh pemerintah,

pemerintah daerah dan/atau masyarakat. Pusat Kesehatan Masyarakat yang

disebut dengan Puskesmas merupakan fasilitas pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan

perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan

preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya

di wilayah kerjanya (Permenkes RI, 2014).

Puskesmas menyelenggarakan pembangunan kesehatan yang bertujuan

untuk mewujudkan masyarakat yang memiliki perilaku sehat yang meliputi

kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat; mampu menjangkau pelayanan

kesehatan bermutu; hidup dalam lingkungan sehat; dan memiliki derajat kesehatan

yang optimal, baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Pembangunan

kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas tersebut dilaksanakan untuk

mendukung terwujudnya kecamatan sehat (Permenkes RI, 2014).

Visi dan misi Puskesmas. Visi pembangunan kesehatan yang

dilaksanakan oleh Puskesmas yaitu pembangunan kesehatan yang sesuai dengan


20

paradigma sehat, pertanggungjawaban wilayah, kemandirian masyarakat,

pemerataan, teknologi tepat guna dan keterpaduan dan kesinambungan

(Permenkes RI, 2014).

Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas yaitu

mendukung tercapainya visi pembangunan kesehatan nasional. Misi tersebut

adalah:

1. mendorong seluruh pemangku kepentingan agar berkomitmen dalam usaha

mencegah dan meminimalisir resiko kesehatan yang dihadapi individu,

keluarga, kelompok dan masyarakat.

2. menggerakkan dan bertanggung jawab terhadap pembangunan kesehatan di

wilayah kerjanya.

3. mendorong kemandirian hidup sehat bagi individu, keluarga, kelompok, dan

masyarakat.

4. menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang dapat diakses dan terjangkau

oleh seluruh masyarakat di wilayah kerjanya secara adil tanpa membedakan

status sosial, ekonomi, agama, budaya dan kepercayaan.

5. menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dengan memanfaatkan teknologi

tepat guna yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan, mudah dimanfaatkan

dan tidak berdampak buruk bagi lingkungan.

6. mengintegrasikan dan mengoordinasikan penyelenggaraan UKM dan UKP

lintas program dan lintas sektor serta melaksanakan Sistem Rujukan yang

didukung dengan manajemen Puskesmas (Permenkes RI, 2014).


21

Fungsi Puskesmas. Dalam melaksanakan tugasnya, puskesmas

menyelenggarakan fungsi yakni penyelenggaraan Upaya Kesehatan Masyarakat

(UKM) tingkat pertama di wilayah kerjanya dan Upaya Kesehatan Perorangan

(UKP) tingkat pertama di wilayah kerjanya. Wewenng Puskesmas dalam

menjalankan fungsinya antara lain:

1. melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan

masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan;

2. melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan;

3. melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan masyarakat

dalam bidang kesehatan;

4. menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan

masalah kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang

bekerjasama dengan sektor lain terkait;

5. melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan upaya

kesehatan berbasis masyarakat;

6. melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia Puskesmas;

7. memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan;

8. melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses, mutu, dan

cakupan Pelayanan Kesehatan; dan

9. memberikan masukan terkait masalah kesehatan masyarakat, termasuk

dorongan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon penanggulangan

penyakit (Permenkes RI, 2014).


22

Tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan merupakan orang-orang yang

mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta mempunyai pengetahuan dan atau

keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu

memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Puskesmas sendiri

terdiri atas tenaga kesehatan dan tenaga non kesehatan. Jenis dan jumlah tenaga

kesehatan dan tenaga non kesehatan dihitung berdasarkan analisis beban kerja,

dengan mempertimbangkan jumlah pelayanan yang diselenggarakan, jumlah

penduduk dan persebarannya, karakteristik wilayah kerja, luas wilayah kerja,

ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama lainnya di wilayah

kerja, dan pembagian waktu kerja. Jenis tenaga kesehatan sebagaimana paling

sedikit terdiri atas:

1. dokter atau dokter layanan primer;

2. dokter gigi;

3. perawat;

4. bidan;

5. tenaga kesehatan masyarakat;

6. tenaga kesehatan lingkungan;

7. ahli teknologi laboratorium medik;

8. tenaga gizi; dan

9. tenaga kefarmasian.

Tenaga non kesehatan harus mampu mendukung kegiatan ketatausahaan,

administrasi keuangan, sistem informasi, dan kegiatan operasional lain di

Puskesmas. Tenaga kesehatan di Puskesmas harus bekerja sesuai dengan standar


23

profesi, standar pelayanan, standar prosedur operasional, etika profesi,

menghormati hak pasien, serta mengutamakan kepentingan dan keselamatan

pasien dengan memperhatikan keselamatan dan kesehatan dirinya dalam bekerja.

Seluruh tenaga kesehatan yang bekerja di puskesmas harus mempunyai surat izin

praktik sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan (Permenkes RI, 2014).

Upaya penyelenggaraan kesehatan. Puskesmas menyelenggarakan

upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama.

Upaya kesehatan dilaksanakan secara terintegrasi dan berkesinambungan. Upaya

kesehatan masyarakat tingkat pertama yang dimaksud yakni upaya kesehatan

masyarakat dan upaya kesehatan masyarakat pengembangan (Permenkes RI,

2014).

Upaya kesehatan masyarakat esensial adalah sebagai berikut:

1. pelayanan promosi kesehatan;

2. pelayanan kesehatan lingkungan;

3. pelayanan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana;

4. pelayanan gizi; dan

5. pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit.

Upaya kesehatan masyarakat esensial harus dilaksanakan oleh setiap

Puskesmas agar mampu mencapai standar pelayanan minimal kabupaten/kota

bidang kesehatan.Upaya kesehatan masyarakat pengembangan yang dimaksud

merupakan upaya kesehatan masyarakat yang kegiatannya membutuhkan usaha

yang sifatnya inovatif dan/atau bersifat ekstensifikasi dan intensifikasi pelayanan,

berdasarkan dengan prioritas masalah kesehatan, kekhususan wilayah kerja dan


24

keterampilan sumber daya yang tersedia di masing-masing Puskesmas

(Permenkes RI, 2014).

Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang diatur berdasarkan

komitmen atau kesepakatan nasional, regional, dan global serta yang memiliki

daya ungkit tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya

kesehatan wajib meliputi program basic six yang harus dilaksankan oleh setiap

puskesmas yang ada di wilayah Indonesia. Upaya kesehatan wajib yaitu sebagai

berikut.

1. Upaya promosi kesehatan, meliputi:

a. promosi kesehatan di dalam gedung puskesmas, dan

b. promosi kesehatan di luar gedung puskesmas

2. Kesehatan lingkungan, meliputi:

a. penyehatan air

b. penyehatan tempat pembuangan sampah dan limbah

c. penyehatan lingkungan pemukiman dan jamban keluarga

d. pengawasan sanitasi tempat-tempat umum

e. pengamanan tempat pengelolaan pestisida

f. pengendalian vector

3. KIA termasuk keluarga berencana, meliputi:

a. kesehatan ibu

b. kesehatan bayi

c. upaya kesehatan balita dan anak prasekolah

d. upaya kesehatan anak usia sekolah dan remaja


25

e. pelayanan keluarga berencana

4. Upaya perbaikan gizi masyarakat

5. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular, meliputi:

a. TB Paru

b. pelayanan imunisasi

c. diare

d. ISPA

6. Upaya pengobatan, meliputi:

a. pengobatan, dan

b. pemeriksaan laboratorium (Satrianegara, 2014).

Upaya kesehatan adalah semua kegiatan yang dilaksankan secara terpadu,

terintregasi dan berkesinambungan agar memelihara dan meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan,

pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan/atau

masyarakat.

Pelayanan kesehatan promotif merupakan suatu kegiatan dan/atau

serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan kegiatan

yang bersifat promosi kesehatan (Undang-Undang No.36 Tahun 2009). Promotif

(peningkatan kesehatan) adalah upaya yang dilakukan melalui usaha-usaha,

peningkatan gizi, pemeliharaan kesehatan perseorangan, pemeliharaan kesehatan

lingkungan, olahraga secara teratur, istirahat yang cukup dan rekreasi sehingga

sseorang dapat mencapai tingkat kesehatan yang optimal.


26

Pelayanan kesehatan preventif merupakan suatu kegiatan mencegah

terjadinya suatu masalah kesehatan/penyakit. Preventif (pencegahan penyakit)

adalah upaya yang dilakukan melalui usaha-usaha pemberian imunisasi pada bayi

dan anak, ibu hamil, pemeriksaan kesehatan secara berkala untuk mendeteksi

penyakit secara dini untuk mencegah penyakit (Syarifuddin, 2015).

Pelayanan kesehatan kuratif merupakan upaya pengobatan yang dilakukan

untuk penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit,

pengendalian penyakit, atau pengendalian kecacatan agar kualitas penderita dapat

terjaga sebaik mungkin.

Teori Implementasi Kebijakan

Implementasi kebijakan adalah suatu tahapan dari proses kebijakan setelah

penetapan undang-undang. Bila dilihat secara luas, implementasi memiliki

pengertian melaksanakan undang-undang dimana berbagai aktor organisasi,

prosedur, dan cara bekerja bersama-sama untuk melaksanakan kebijakan dalam

upaya untuk meraih tujuan-tujuan kebijakan atau program-program.

Tahap-tahap implementasi kebijakan. Untuk memperoleh

implementasi kebijakan yang efektif, , maka perlu adanya tahap-tahap

implementasi kebijakan tersebut. Menurut Brian W. Hogwood dan Lewis A.

Gunn mengemukakan bahwa beberapa tahapan implementasi yaitu sebagai

berikut:

Tahap I : Terdiri atas kegiatan-kegiatan :

1. Merancang suatu program dengan penetapan tujuan secara

jelas;
27

2. Menetapkan standar pelaksanaan;

3. Menetapkan biaya yang akan digunakan dan waktu

pelaksanaan.

Tahap II : Merupakan pelaksanaan program dengan menggunakan struktur

staf, sumber daya, prosedur, biaya serta metode;

Tahap III : Merupakan kegiatan-kegiatan :

1. Menentukan jadwal;

2. Melakukan pemantauan ;

3. Menyelenggarakan pengawasan untuk menjamin kelancaran

pelaksanaan program. Dengan demikian apabila ditemukan suatu

penyimpangan atau pelanggaran maka diambil tindakan yang

sesuai, dengan segera.

Faktor-faktor yang memengaruhi implementasi kebijakan. Menurut

Indianahono ( 2017) yang mengutip pendapat Van Meter dan Horn (1975) ada

enam variabel yang memengaruhi kinerja implementasi kebijakan publik tersebut,

meliputi:

Standar dan sasaran kebijakan. Pada dasarnya standard dan sasaran pada

kebijakan merupakan apa yang ingin dicapai atau diraih suatu kebijakan atau

program, baik yang kelihatan maupun tidak, jangka pendek dan jangka panjang.

Kejelasan dan sasaran kebijakan ini dapat dilihat secara spesifik hingga pada akhir

program dapat diketahui apakah program tersebut berhasil atau gagal.

Sumber daya. Keberhasilan dari implementasi kebijakan sangat

tergantung dari kemampuan memanfaatkan sumber daya yang tersedia. Hal ini
28

menunjukkan seberapa besar dukungan materi dan sumber daya manusia

melaksanakan program kebijakan.

Karakteristik agen pelaksana. Karkteristik ini menunjukkan seberapa

besar daya dukung struktur organisasi, nilai-nilai yang berkembang, hubungan-

hubungan dan komunikasi yang terjadi di internal organisasi. Hal ini sangat

penting karena kinerja implementasi kebijakan (publik) akan sangat banyak

dipengaruhi oleh ciri-ciri yang tepat dan sangat cocok dengan para agen

pelaksana.

Sikap dan kecenderungan para petugas. Sikap penerimaan atau

penolakan dari pelaksana sangat memengaruhi keberhasilan atau tidaknya kinerja

implementasi kebijakan. Seberapa demokratis, rasa antusias, dan responsif

terhadap kelompok sasaran dan lingkungan beberapa yang data ditunjuk sebagai

bagian dari sikap pelaksana ini.

Komunikasi antar organisasi dan aktivitas pelaksana. Hal ini

menunjukkan bahwa komunikasi dibuat sebagai acuan seperti, seberapa sering

rapat rutin dilakukan, tempat, dan waktu. Komunikasi juga menunjukkan bahwa

perrlu adanya saling dukung atar isstitusi yang berkaitan dengan program

kebijakan.

Lingkungan ekonomi, sosial dan politik. Hal terakhir yang perlu

diperhatikan guna menilai kinerja implementasi publik dalam perspektif yang

ditawarkan oleh Van metter dan Van Horn adalah sejauh mana lingkungan

eksternal ikut serta dalam mendorong keberhasilan kebijakan publik yang telah

ditentukan. Lingkungan sosial ekonomi yang tidak kondusif dapat menjadi


29

penyebab dari kegagalan kinerja implementasi. Oleh sebab itu, upaya untuk

mengimplementasikan kebijakan harus memperhatikan kondisi lingkungan

eksternal.

Menurut Indianahono (2017) yang mengutip pendapat George C. Edward

III mengemukakan ada beberapa hal yang dapat memengaruhi keberhasilan

implementasi kebijakan, yaitu:

Komunikasi. Konsep ini menunjukkan suatu komunikasi efektif yang

terjadi antara pelaksana program dengan kelompok sasaran akan membuat setiap

kebijakan terlaksana dengan baik pula. Tujuan dan sasaran kebijakan yang

disosialisasikan dengan baik akan menghindari adanya penyimpangan atas

kebijakan. Hal ini sangat penting karena dengan tingginya pengetahuan kelompok

sasaran terhadap program yang telah ditetapkan maka akan mengurangi tingkat

penolakan dan kesalahpahaman dalam mengimplementasikan program dan

kebijakan dalam ranah yang sesungguhnya.

Sumber daya. Edward III menunjuk bahwa setiap sumber daya yang

diperlukan untuk implementasi kebijakan harus memadai, baik sumber daya

manusia maupun sumber daya finansial. Sumber daya manusia merupakan

kuantitas dan kualitas pelaksana yang cukup untuk melingkupi seluruh kelompok

sasaran. Sumber daya finansial merupakan kecukupan modal untuk sebuah

program/kebiajakn. Dua hal tersebut harus diperhatikan dalam melaksanakan

program/kebijakan pemerintah. Sebab tanpa keterampilan implementor, kebijakan

menjadi kurang baik dan berjalan lambat dan seadanya. Sedangkan, sumber daya

finansial menjamin keberlangsungan program/kebijakan. Tanpa ada dukungan


30

finansial yang memadai, program tak dapat berjalan efektif dan cepat dalam

mencapai tujuan.

Disposisi atau Sikap. Edward III memandang disposisi sebagai

karakteristik yang menempel erat pada pelksana kebijakan. Kejujuran, komitmen,

dan demokratis merupakan karakteristik yang harus dimiliki oleh pelaksana

kebijakan. Implementor yang memiliki komitmen tinggi dan jujur akan tetap

bertahan apabila menemukan hambatan dalam pelaksanaan kebijakan. Kemudian

kejujuran yang akan mengarahkan pelaksana untuk tetap berada dalam program

yang telah ditetapkan. Komitmen serta kejujurannya yangan membuat pelaksana

semakin antusias dalam melaksanakan tahappan-tahapan program secara

konsisten.

Struktur birokrasi. Meskipun sumber-sumber untuk

mengimplementasikan kebijakan cukup dan para pelaksana kebijakan mengetahui

apa dan bagaimana cara melakukannya, serta mempunyai keinginan untuk

melakukannya, implementasi kebijakan dapat jadi masih belum efektif, karena

adanya ketidakefesienan struktur birokrasi. Struktur birokrasi mencakup aspek-

aspek seperti struktur organisasi yang ada dalam organisasi yang bersangkutan,

dan hubungan organisasi dengan luar organisasinya.


31

Communications

Resources

Implementation

Disposition

Bureaucratic structure

Gambar 1. Model faktor penentu implementasi kebijakan menurut Edward III

Kerangka Konsep

Peneliti menerapkan model implementasi kebijakan yang dikembangkan

oleh model George Edward III dengan indikator sumber daya, sikap, komunikasi,

dan struktur birokrasi.

Variabel Bebas Variabel Terikat


(Independen Variable) (Dependen Variable)

Sumber Daya

Sikap Implementasi
program promosi
Komunikasi kesehatan

Struktur Birokrasi

Gambar 2. Kerangka konsep penelitian

Hipotesis Penelitian

Ada pengaruh sumber daya, sikap, komunikasi, dan struktur birokrasi

terhadap implementasi program promosi kesehatan di Puskesmas Simpang Limun

Medan.
Metode Penelitian

Jenis Penelitian

Penelitian yang digunakan bersifat survei dengan pendekatan explanatory

research agar diketahui dengan jelas faktor-faktor yang memengaruhi

implementasi program promosi kesehatan di Puskesmas Simpang Limun Kota

Medan tahun 2018.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Simpang Limun Kota Medan dan

waktu pelaksanaan penelitian dilakukan sejak bulan Januari 2018 sampai dengan

selesai.

Populasi dan Sampel

Populasi. Populasi dalam penelitian ini meliputi seluruh aspek

pelaksanaan program promosi kesehatan di Puskesmas Simpang Limun Medan.

Dengan demikian, populasi penelitian ini adalah kepala Puskesmas Simpang

Limun dan petugas kesehatan yang bertanggung jawab unutk melakukan promosi

kesehatan berjumlah 30 orang.

Sampel. Menurut Ahmad (2015), Sampling jenuh adalah tektink

penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel apabila

jumlah populasi relatif kecil. Sampel dalam penelitian ini adalah jumlah populasi

sama dengan jumlah sampel untuk kepala Puskesmas dan petugas kesehatan yang

bertanggung jawab untuk melakukan promosi kesehatan sebanyak 30 orang.

32
33

Definisi Operasional

Variabel bebas (independen). Definisi operasional variabel bebas dalam

penelitian ini adalah:

1. Sumber daya adalah sebagai segala sesuatu yang digunakan dalam

implementasi program promosi kesehatan yaitu pengalaman, jumlah dan

kualitas pelaksana sesuai kebutuhan (sumber daya manusia), jumlah anggaran

yang tersedia sesuai kebutuhan (sumber daya dana), sarana dan prasarana

yang tersedia memadai(sumber daya fisik)

2. Sikap adalah meliputi kemauan serta komitmen para petugas menjalankan

pelayanan promosi kesehatan dan pemahaman mengenai kebijakan promosi

kesehatan

3. Komunikasi adalah penyampaian informasi yang dilakukan terhadap

kelompok sasaran (masyarakat) disosialisasikan dengan baik, informasi tepat

dan jelas.

4. Struktur birokrasi adalah hubungan pihak-pihak organisasi yang

berkepentingan dalam implementasi program promosi kesehatan dalam

melakukan pemantauan dan pengawasan yang kontinu.

Variabel terikat (dependen). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah

implementasi program promosi kesehatan yakni keberhasilan pelaksanaan

promosi kesehatan di Puskesmas Simpang Limun

Metode Pengumpulan Data

Data primer diperoleh dengan wawancara langsung terhadap responden

dengan menggunakan kuesioner. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian


34

ini adalah data-data yang diperoleh dari profil Puskesmas Simpang Limun.

Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas. Uji validitas digunakan oleh peneliti untuk mengukur data

yang merupakan data yang telah valid dengan alat ukur yang digunakan yaitu

kuesioner. Suatu skala pengukur dikatakan valid apabila skala digunakan untuk

mengukur apa yang seharusnya diukur.

Kriteria dalam pengukuran kuesioner adalah sebagai berikut:

1. Jika rhitung> rtabel maka pernyataan dinyatakan valid

2. Jika rhitung< rtabel maka pernyataan dinyatakan tidak valid

Uji validitas dilakukan pada 30 petugas kesehatan di Puskesmas Pasar

Merah Kecamatan Medan Kota yang mempunyai kriteria yang sama dengan

sampel. Nilai r-tabel untuk sampel pengujian kuesioner adalah sebesar 0,3, maka

dikatakan valid jika nilai r-hitung variabel ≥0,3 (r-tabel) dinyatakan valid dan nilai

r-hitung variabel ¿0,3 (r-tabel) dinyatakan tidak valid (Suyanto, 2018). Hasil uji

validitas dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2
Hasil Uji Validitas pada Variabel Sumber daya
Nomor Pertanyaan Nilai Corrected Item-Total Correlation Ket
S1 0,559 Valid
S2 0,539 Valid
S3 0,691 Valid
S4 0,736 Valid
S5 0,504 Valid
S6 0,588 Valid
S7 0,529 Valid
S8 0,603 Valid
35

Tabel 3
Hasil Uji Validitas pada Variabel Sikap
Nomor Pertanyaan Nilai Corrected Item-Total Correlation Ket
Sik1 0,546 Valid
Sik2 0,663 Valid
Sik3 0,565 Valid
Sik4 0,707 Valid
Sik5 0,700 Valid
Sik6 0,587 Valid
Sik7 0,686 Valid
Sik8 0,603 Valid
Sik9 0,525 Valid
Sik10 0,670 Valid
Sik11 0,641 Valid
Sik12 0,680 Valid
Sik13 0,532 Valid
Sik14 0,513 Valid
Sik15 0,534 Valid

Tabel 4
Hasil Uji Validitas pada Variabel Komunikasi
Nomor Pertanyaan Nilai Corrected Item-Total Correlation Ket
K1 0,721 Valid
K2 0,610 Valid
K3 0,602 Valid
K4 0,566 Valid
K5 0,621 Valid
K6 0,584 Valid
K7 0,507 Valid
K8 0,614 Valid

Tabel 5
Hasil Uji Validitas pada Variabel Struktur Birokrasi
Nomor Pertanyaan Nilai Corrected Item-Total Correlation Ket
Sb1 0,913 Valid
Sb2 0,756 Valid
Sb3 0,961 Valid

Uji reliabilitas. Uji reliabilitas dapat diartikan sebagai keterpercayaan.

Keterpercayaan berhubungan erat dengan ketepatan dan konsistensi. Instrumen

yang dapat dipercaya atau reliabel jika hasil pengukurannya relatif konsisten. Hal
36

ini menunjukkan bahwa sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten bila

dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala menggunakan alat ukur

yang sama.

Uji reliabilitas dengan menggunakan metode Cronbach Alpha yaitu

dengan menguji instrument kepada sekelmpok responden pada satu kali

pengukuran. Apabila nilai r-reliabilitas instrument (r-hitung) lebih besar dari r-

tabel, maka instrument tersebut adalah reliabel, dan apabila r-hitung lebih kecil

dari r-tabel maka instrument tersebut tidak reliabel.

Berdasarkan hasil uji reliabilitas terlihat nilai r-tabel adalah 0,65. Apabila r-

alpha ≥ 0,65 maka kuesioner tersebut dikatakan reliabel, bila nilai r-alpha ≤ 0,6 5

maka kuesioner dikatakan tidak reliabel (Suyanto, 2018). Hasil uji reliabilitas

dapat dilihat pada tabel 6 berikut ini:

Tabel 6
Hasil Uji Reliabilitas Variabel (Sumber daya, Sikap, Komunikasi dan Struktur
Birokrasi)
Variabel Cronbach Alpha Ket
Sumber daya 0,719 Reliabel
Sikap 0,870 Reliabel
Komunikasi 0,730 Reliabel
Struktur Birokrasi 0,853 Reliabel

Metode Pengukuran

Metode pengukuran variabel bebas (independen variabel). Variabel

bebas dalam penelitian ini adalah sumber daya, sikap, komunikasi, dan struktur

birokrasi. Metode pengukuran variabel bebas dalampenelitian ini dapat dilihat

pada lampiran.

Metode pengukuran variabel terikat (dependen variabel). Variabel

terikat dalam penelitian ini implementasi program promosi kesehatan. Variabel


37

dependen dalam penelitian ini dinilai berdasarkan persentase keberhasilan

pelaksanaan promosi kesehatan menurut responden, kemudian diambil mean

(nilai rata-rata) sehingga dapat dikategorikan sebagai berikut:

1. Berhasil, apabila nilai persentase > mean

2. Tidak berhasil, apabila nilai persentase < mean

Metode Analisis Data

Analisis data dilakukan melalui 3 tahap, yaitu :

Analisis univariat. Untuk menjelaskan variabel independen yaitu nilai

variabel penelitian secara tunggal yaitu sumber daya, sikap, komunikasi, dan

struktur birokrasi dengan implementasi program promosi kesehatan yang dibuat

dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan dideskripsikan

Analisis bivariat. Analisis bivariat digunakan untuk melihat ada tidaknya

hubungan antara variabel bebas yaitu sumber daya, sikap, komunikasi, dan

struktur birokrasi terhadap variabel terikat yaitu implementasi program promosi

kesehatan dengan menggunakan uji chi-square. Bila hasil bivariat menghasilkan

P value < 0,05 maka variabel tersebut langsumg masuk tahap multivariat.

Analisis multivariat. Analisis yang digunakan dengan menggunakan uji

regresi logistik berganda untuk menguji pengaruh antara variabel dependen dan

beberapa variabel independen. Variabel dependen dinyatakan dengan huruf Y,

sedangkan variabel independen dinyatakan dengan huruf X. Hasil uji regresi

logistik berganda akan diperoleh persamaan :

Y = a + a1x1 + . . . . + anxn
38

Dimana :

y : Implementasi Program Promosi Kesehatan

a : Koefisien regresi variabel independen

x : Nilai variabel independen


Hasil Penelitian

Gambaran Umum Puskesmas Simpang Limun

Profil Puskesmas Simpang Limun. Puskesmas Simpang Limun adalah

unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kota Medan yang bertanggung jawab

menyelenggarakan pembangunan kesehatan di sebagian wilayah Kecamatan

Medan Kota. Sebagai unit pelaksana teknis, Puskesmas melaksanakan sebagian

tugas Dinas Kesehatan Kota Medan. Puskesmas berdasarkan kebijakan dasar

pusat kesehatan masyarakat (Peraturan Menteri Kesehatan nomor 75 tahun 2014)

mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam Sistem Kesehatan Nasional

dan sistem kesehatan kabupaten/kota.

Puskesmas Simpang Limun mempunyai jumlah posyandu aktif sebanyak

26 dengan jumlah kader terlatih ditiap kelurahan sebanyak 130 orang dibawah

koordinasi Puskesmas Simpang Limun. Sementara dokter kecil yang telah dididik

dan dilatih oleh petugas Puskesmas sebanyak 76 orang. Puskesmas Simpang

Limun berdasarkan posyandu terbanyak berada di Kelurahan Sudirejo 1 sebanyak

11, kader terbanyak di Kelurahan Sudirejo 1 sebanyak 55 , dokter kecil terbanyak

di Kelurahan Sudirejo 2 sebanyak 37 jiwa, dokter remaja terbanyak di Kelurahan

Sitirejo 1 sebanyak 99 jiwa dan jumlah UKS terbanyak di Kelurahan Sudirejo 1

sebanyak 17.

Data geografis dan demografis. Secara geografis, wilayah kerja

Puskesmas Simpang Limun berada di Kecamatan Medan Kota dengan luas

wilayah sebesar 210,69 Ha. Wilayah kerja Puskesmas Simpang Limun terdiri atas

39
40

3 kelurahan, yaitu Kelurahan Sudirejo I, Kelurahan Sudirejo II, Kelurahan Sitirejo

I. Batas-batas wilayah kerja Puskesmas Simpang Limun sebagai berikut.

- Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Medan Timur

- Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Medan Amplas

- Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Medan Maimun

Secara demografis, wilayah kerja Puskesmas Simpang Limun memiliki

distribusi penduduk berdasarkan keluarahan sebagai berikut.

Tabel 7
Distribusi Penduduk Berdasarkan Kelurahan
Kelurahan Laki-Laki % Perempuan % Jumlah
Penduduk
Sudirejo I 6603 50,2 6538 49,8 13141
Sudirejo II 4385 47,7 4813 52,3 9198
Sitirejo I 3543 49,5 3616 50,5 7159
Total 14531 49,3 14967 50,7 29498

Gambaran Umum Responden


Gambaran umum responden (tenaga kesehatan) di Puskesmas Simpang

Limun terdiri atas distribusi umur dan pendidikan terakhir. Berdasarkan hasil

penelitian yang dilakukan terhadap 30 tenaga kesehatan di Puskesmas Simpang

Limun Kota Medan tahun 2018, maka didapatkan hasil bahwa sebanyak 16

responden (53,3%) berusia ≤ 44 tahun dan sebanyak 14 responden (46,7%)

berusia > 44 tahun. Berdasarkan distribusi pendidikan terakhir, terdapat sebanyak

3 responden (10%) dengan pendidikan terakhir SMA, sebanyak 3 responden

(10%) dengan pendidikan terakhir Diploma I, sebanyak 11 responden (36,7%)

dengan pendidikan terakhir Diploma III, sebanyak 12 responden (40%) dengan

pendidikan terakhir S1, dan sebanyak 1 responden (3,3%) dengan pendidikan

terakhir S2. Distribusi tersebut dapat dilihat pada tabel 9 berikut:


41

Tabel 8
Distribusi Responden Menurut Umur dan Pendidikan Terakhir
Variabel N %
Umur
≤ 44 tahun 16 53,3
> 44 tahun 14 46,7
Pendidikan terakhir
SMA 3 10,0
Diploma I 3 10,0
Diploma III 11 36,7
S1 12 40,0
S2 1 3,3
Jumlah 30 100,0

Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi dari

variabel independen (bebas) dan dependen (terikat) dalam penelitian ini meliputi,

sumber daya, sikap, komunikasi, struktur birokrasi, serta implementasi program

promosi kesehatan.

Berdasarkan hasil penelitian, distribusi variabel sumber daya dengan

kategori baik sebanyak 17 responden (56,7%) dan sebanyak 13 reponden (43,3%)

dengan kategori kurang baik. Berdasarkan distribusi variabel sikap, sebanyak 15

responden (50,0%) dengan kategori baik dan sebanyak 15 responden (50,0%)

dengan kategori kurang baik. Berdasarkan distribusi variabel komunikasi,

sebanyak 19 responden (63,7%) dengan kategori baik dan sebanyak 11 responden

(36,7%) dengan kategori kurang baik. Distribusi variabel struktur birokrasi,

sebanyak 20 responden (66,7%) dengan kategori baik dan sebanyak 10 responden

(33,3%) dengan kategori kurang baik, Berdasarkan distribusi variabel

implementasi program promosi kesehatan, terdapat sebanyak 15 responden

(50,0%) dengan kategori berhasil dan sebanyak 15 responden (50,0%) dengan


42

kategori tidak berhasil.

Tabel 9
Distribusi Frekuensi Variabel Sumber daya, Sikap, Komunikasi, Struktur
Birokrasi, dan Implementasi Program Promosi Kesehatan
Variabel n %
Sumber daya
Baik 17 56,7
Kurang Baik 13 43,3
Sikap
Baik 15 50,0
Kurang Baik 15 50,0
Komunikasi
Baik 19 63,3
Kurang Baik 11 36,7
Struktur Birokrasi
Baik 20 66,7
Kurang Baik 10 33,3
Implementasi Program
Berhasil 15 50,0
Tidak Berhasil 15 50,0
Jumlah 30 100,0

Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk melihat ada tidaknya hubungan antara

variabel bebas yaitu sumber daya, sikap, komunikasi, dan struktur birokrasi

terhadap variabel terikat yaitu implementasi program promosi kesehatan dengan

menggunakan uji chi-square. Bila hasil bivariat menghasilkan P value < 0,05

maka variabel tersebut langsung masuk tahap multivariat.

Hubungan sumber daya dengan implementasi program promosi

kesehatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 17 responden yang

memberikan tanggapan sumber daya baik, sebanyak 13 responden (74,4%) yang

memberikan tanggapan implementasi program promosi kesehatan berhasil dan

sebanyak 4 responden (23,6%) yang memberikan tanggapan implementasi

program promosi kesehatan tidak berhasil sedangkan dari 13 responden yang


43

memberikan tanggapan sumber daya kurang baik, sebanyak 2 responden (15,3%)

yang memberikan tanggapan implementasi program promosi kesehatan berhasil

dan sebanyak 11 responden (84,7%) yang memberikan tanggapan implementasi

program promosi kesehatan tidak berhasil.

Hasil uji statistik menggunakan uji chi-square diperoleh nilai p=0,003

(p<0,25) yang berarti ada hubungan antara sumber daya dengan implementasi

program promosi kesehatan. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 10 berikut ini:

Tabel 10
Tabel Hubungan Sumber Daya dengan Implementasi Program Promosi
Kesehatan
Implementasi Program Promosi
Sumber Daya Kesehatan Total P Value
Berhasil Tidak Berhasil
N % n % n %
Baik 13 74,4 4 23,6 17 100,0 0,003
Kurang Baik 2 15,3 11 84,7 13 100,0
Total 15 50,0 15 50,0 30 100,0

Hubungan sikap dengan implementasi program promosi kesehatan.

Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa dari 15 responden yang memiliki

sikap baik, sebanyak 13 responden (86,7%) yang memberikan tanggapan

implementasi program promosi kesehatan berhasil dan sebanyak 2 responden

(13,3%) yang memberikan tanggapan implementasi program promosi kesehatan

tidak berhasil sedangkan dari 15 responden yang memiliki sikap kurang baik,

sebanyak 2 responden (13,3%) yang memberikan tanggapan implementasi

program promosi kesehatan berhasil dan sebanyak 13 responden (86,7%) yang

memberikan tanggapan implementasi program promosi kesehatan tidak berhasil.

Hasil uji statistik menggunakan uji chi-square diperoleh nilai p=0,0001


44

(p<0,05) yang berarti ada hubungan antara sikap dengan implementasi program

promosi kesehatan. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 11 berikut ini:

Tabel 11
Tabel Hubungan Sikap dengan Implementasi Program Promosi Kesehatan
Implementasi Program Promosi
Sikap Kesehatan Total P Value
Berhasil Tidak Berhasil
N % n % n %
Baik 13 86,7 2 13,3 15 100,0 0,0001
Kurang Baik 2 13,3 13 86,7 15 100,0
Total 15 50,0 15 50,0 30 100,0

Hubungan komunikasi dengan implementasi program promosi

kesehatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 19 responden yang

memberikan tanggapan komnikasi baik, sebanyak 13 responden (68,4%) yang

memberikan tanggapan implementasi program promosi kesehatan berhasil dan

sebanyak 6 responden (31,6%) yang memberikan tanggapan implementasi

program promosi kesehatan tidak berhasil sedangkan dari 11 responden yang

memberikan tanggapan komunikasi kurang baik, sebanyak 2 responden (18,2%)

yang memberikan tanggapan implementasi program promosi kesehatan berhasil

dan sebanyak 9 responden (81,8%) yang memberikan tanggapan implementasi

program promosi kesehatan tidak berhasil.

Hasil uji statistik menggunakan uji chi-square diperoleh nilai p=0,023

(p<0,05) yang berarti ada hubungan antara komunikasi dengan implementasi

program promosi kesehatan. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 12 berikut ini:
45

Tabel 12
Tabel Hubungan Komunikasi dengan Implementasi Program Promosi Kesehatan
Implementasi Program Promosi
Komunikasi Kesehatan Total P Value
Berhasil Tidak Berhasil
N % n % n %
Baik 13 68,4 6 31,6 19 100,0 0,023
Kurang Baik 2 18,2 9 81,2 11 100,0
Total 15 50,0 15 50,0 30 100,0

Hubungan struktur birokrasi dengan implementasi program promosi

kesehatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 20 responden yang

memberikan tanggapan struktur birokrasi baik, sebanyak 11 responden (55,0%)

yang memberikan tanggapan implementasi program promosi kesehatan berhasil

dan sebanyak 9 responden (45,0%) yang memberikan tanggapan implementasi

program promosi kesehatan tidak berhasil sedangkan dari 10 responden yang

memberikan tanggapan struktur birokrasi kurang baik, sebanyak 6 responden

(60,0%) yang memberikan tanggapan implementasi program promosi kesehatan

berhasil dan sebanyak 4 responden (40,0%) yang memberikan tanggapan

implementasi program promosi kesehatan tidak berhasil.

Hasil uji statistik menggunakan uji chi-square diperoleh nilai p=0,699

(p>0,05) yang berarti tidak ada hubungan antara struktur birokrasi dengan

implementasi program promosi kesehatan. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 13

berikut ini:
46

Tabel 13
Tabel Hubungan Struktur Birokrasi dengan Implementasi Program Promosi
Kesehatan
Implementasi Program Promosi
Struktur Kesehatan Total P Value
Birokrasi Berhasil Tidak Berhasil
N % n % n %
Baik 11 55,0 9 45,0 20 100,0 0,699
Kurang Baik 6 60,0 4 40,0 10 100,0
Total 15 50,0 15 50,0 30 100,0

Ringkasan hasil uji bivariat. Pada tabel 15 dibawah diperoleh hasil

bahwa p value pada variabel struktur birokrasi berada di atas 0,05 yaitu 0,699

sedangkan variabel sumber daya, sikap, dan komunikasi berada dibawah 0,05

yaitu 0,003, 0,0001, dan 0,23. Hal ini menunjukkan bahwa variabel sumber daya,

sikap, dan komunikasi dapat masuk ke tahap analisis multivariat.

Tabel 14
Hasil Uji Bivariat antara Variabel Bebas dan Variabel Terikat
No Variabel Bebas Variabel Nilai p Keterangan
. Terikat
1. Sumber daya Implementasi 0,003 Ada hubungan
2. Sikap program 0,0001 Ada hubungan
3. Komunikasi promosi 0,023 Ada hubungan
4. Struktur Birokrasi kesehatn 0,699 Tidak ada hubungan

Analisis Multivariat
Hasil uji bivariat diperoleh bahwa variabel sumber daya, sikap,

komunikasi dapat dilanjutkan ke analisis multivariat dengan uji regresi logistik

berganda. Analisis multivariat bertujuan untuk mendapatkan model terbaik dalam

menentukan variabel dominan yang berpengaruh terhadap implementasi program

promosi kesehatan dengan menggunakan uji regresi logistik berganda. Uji regresi

logistik berganda dilakukan untuk mengetahui variabel yang paling berpengaruh

terhadap implementasi program promosi kesehatan di Puskesmas Simpang Limun


47

Medan. Dalam uji ini, variabel struktur birokrasi tidak dilanjutkan ke analisis

multivariat karena berdasarkan hasil uji bivariat variabel tersebut memiliki nilai

p>0,05. Hasil uji multivariat secara rinci dapat dilihat pada tabel 15 berikut ini:

Tabel 15
Hasil Uji Regresi Logistik Berganda
Variabel B Nilai p Exp (B)
Sumber daya 2,637 0,042 13,977
Sikap 3,550 0,005 34,797
Komunikasi 1,178 0,365 3,248
Konstanta -9,526 0,004 0,0001

Berdasarkan hasil uji statistik multivariat dengan menggunakan uji regresi

logistik berganda didapatkan bahwa variabel sumber daya (p=0,042) dan sikap

(p=0,005) memiliki pengaruh terhadap implementasi program promosi kesehatan.

Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa dari 3 variabel yang diuji terdapat

1 variabel yang mempunyai nilai p>0,05 yaitu komunikasi (p=0,365) yang artinya

tidak ada pengaruh antara komunikasi terhadap implementasi program promosi

kesehatan.

Variabel yang berpengaruh terhadap implementasi program promosi

kesehatan di Puskesmas adalah variabel sikap karena memiliki nilai Exp (B) yang

terbesar. Variabel sikap memiliki nilai Exp (B) sebesar 34,797 artinya tenaga

kesehatan yang mempunyai sikap yang baik 34,7 kali lebih besar akan

berpengaruh dalam implementasi program promosi kesehatan dibandingkan

tenaga kesehatan yang memiliki sikap yang kurang baik. Variabel sumber daya

mempunyai nilai Exp (B) sebesar 13,977 artinya Puskesmas yang mempunyai

sumber daya yang baik 13,9 kali lebih besar akan berpengaruh dalam

implementasi program promosi kesehatan dibandingkan dengan Puskesmas


48

dengan sumber daya yang kurang baik. Secara keseluruhan dijelaskan bahwa nilai

Overal Percentage sebesar 86,7%, artinya variabel sikap dan sumber daya dapat

memberikan pengaruh sebesar 86,7 terhadap keberhasilan implementasi program

promosi kesehatan di puskesmas.

Model persamaan regresi yang terbentuk adalah :

Y = -9,526 (konstanta) + 3,550 (X1) + 2,637 (X2)

y = Implementasi program promosi kesehatan

X1 = Sikap

X2 = Sumber daya

Berdasarkan persamaan di atas maka dapat dideskripsikan yaitu semakin

baik (positif) sikap petugas, maka variabel impelementasi program promosi

kesehatan akan naik sebesar 3,550 kali. Semakin baik (memadai) sumber daya,

maka variabel implementasi prograam promosi kesehatan akan naik sebesar 2,637

kali. Apabila variabel sikap dan sumber daya tidak diperbaiki atau ditingkatkan,

maka variabel implementasi program promosi kesehatan akan turun sebesar 9,526

kali.
Pembahasan

Hasil uji statistik multivariat dengan menggunakan uji regresi logistik

berganda menjelaskan pengaruh sumber daya, sikap, komunikasi, dan struktur

birokrasi terhadap implementasi program promosi kesehatan menunjukkan bahwa

variabel sumber daya dan sikap memiliki pengaruh terhadap program promosi

kesehatan, sedangkan variabel komunikasi dan struktur birokrasi tidak memilliki

pengaruh terhadap implementasi program promosi kesehatan.

Implementasi Program Promosi Kesehatan

Promosi kesehatan merupakan proses pemberdayaan atau memandirikan

masyarakat agar dapat memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Proses

pemberdayaan atau memandirikan masyarakat tidak hanya terbatas pada kegiatan

pemberian informasi (seperti kegiatan penyuluhan, KIE, dan pendidikan

kesehatan), tetapi juga menyangkut penggalangan berbagai dukungan di

masyarakat (Maulana, 2014). Promosi Kesehatan di Puskesmas adalah upaya

puskesmas untuk meningkatkan kemampuan pasien, agar dapat mandiri dalam

mempercepat kesembuhan dan rehabilitasinya, dalam meningkatkan kesehatan,

mencegah masalah kesehatan dan mengembangkan upaya kesehatan bersumber

daya masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama mereka,

serta didukung kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.

Secara operasional, upaya promosi kesehatan di Puskesmas dilakukan agar

masyarakat mampu berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) sebagai bentuk

pemecahan masalah-massalah kesehatan yang dihadapinya (Kepmenkes No 585

49
50

Tahun 2007). Oleh sebab itu, keberhasilan program promosi kesehatan dilihat dari

cakupan PHBS Puskesmas. Berdasarkan data yang didapatkan, Puskesmas

Simpang Limun Medan belum memenuhi target pencapaian cakupan rumah

tangga ber-PHBS sebesar 51,7% sebagaimana telah ditetapkan dalam Rencana

Strategis (Renstra) Kementrian Kesehatan 2015-2019 yaitu target rumah tangga

ber-PHBS nasional yaitu sebesar 80%.

Variabel dependen dalam penelitian ini dinilai berdasarkan persentase

keberhasilan pelaksanaan promosi kesehatan menurut responden, kemudian

diambil mean (nilai rata-rata) sehingga dapat dikategorikan berhasil dan tidak

berhasil. Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa dari 30 responden

diperoleh sebanyak 15 responden (50,0%) yang memberikan tanggapan

implementasi program promosi kesehatan berhasil sedangkan 15 responden

(50,0%) yang memberikan tanggapan implementasi program promosi kesehatan

tidak berhasil.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti di lapangan dengan

melihat langsung promosi kesehatan di dalam gedung dan di luar gedung oleh

Puskesmas Simpang Limun diperoleh informasi bahwa promosi kesehatan baik di

dalam gedung dan di luar sudah terlaksana dengan baik namun belum optimal

terlihat dari kurangnya media komunikasi promosi kesehatan di dalam gedung

Puskesmas yakni di ruang-ruang seperti ruang pendafataran, ruang pengobatan,

ruang KIA/KB, serta dalam melakukan penyuluhan di luar gedung terlihat

sedikitnya kelompok sasaran yang hadir.


51

Berdasarkan hasil wawancara kepada responden, promosi kesehatan di

Puskesmas Simpang Limun baik di luar gedung maupun di dalam gedung belum

menunjukkan hasil yang optimal dikarenakan kurangnya kemampuan peugas

dalam memberikan inovasi-inovasi yang baru dalam pelaksanaan promosi

kesehatan sehingga tidak dapat meningkatkan keberhasilan implementasi program

promosi kesehatan di Puskesmas. Sebagian responden menganggap petugas

promosi kesehatan kurang memiliki motivasi serta komitmen dalam menjalankan

tugasnya melaksanakan promosi kesehatan dikarenakan petugas promosi

kesehatan memiliki tugas rangkap yang diperintahkan oleh pimpinan. Media

promosi yang belum lengkap dalam pelaksanaan promosi kesehatan menjadi

salah satu alasan sebagian responden sebagai penghambat keberhasilan

pelaksanaan promosi kesehatan oleh Puskesmas serta penyuluhan kesehatan yang

dilakukan tidak menyeluruh kepada semua lapisan masyarakat. Selain itu,

responden mengungkapkan bahwa dari sisi sosial-ekonomi masyarakat yang

menengah ke bawah sehingga kurang memiliki kemampuan untuk mengerti

materi promosi kesehatan yang diberikan oleh petugas kesehatan.

Berdasarkan asumsi peneliti, bahwa belum tercapainya implementasi yang

opimal karena kurangnya kemauan petugas dalam memaksimalkan pelaksanaan

promosi kesehatan di Puskesmas, tidak secara keseluruhan masyarakat sebagai

kelompok sasaran mendapat informasi perihal kegiatan promosi kesehatan,

kurangnya dukungan serta ketegasan dari pimpinan terhadap proses pelaksanaan

promosi kesehatan yang dijalankan petugas, serta kurangnya kelengkapan alat dan

media dalam penyampaian informasi terkait kegiatan promosi kesehatan.


52

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Implementasi Program Promosi

Kesehatan di Puskesmas Simpang Limun Medan

Variabel independen dalam penelitian ini adalah sumber daya, sikap,

komunikasi, dan struktur birokrasi. Adapun variabel independen yang mempunyai

pengaruh dalam implementasi program promosi kesehatan adalah variabel sumber

daya (p=0,042) dan sikap (p=0,005), sedangkan variabel komunikasi (p=0,365)

serta struktur birokrasi (p=0,699) tidak mempunyai pengaruh terhadap

implementasi program promosi kesehatan.

Pengaruh variabel sumber daya terhadap implementasi program

promosi kesehatan di Puskesmas Simpang Limun Medan. Hasil analisis

multivariat dengan menggunakan analisis statistik regeresi logistik berganda

diperoleh p value=0,042 (p<0,05) yang berarti ada pengaruh antara sumber daya

terhadap implementasi program promosi kesehatan. Variabel sumber daya

mempunyai nilai Exp (B) sebesar 13,977 artinya Puskesmas yang mempunyai

sumber daya yang baik atau memadai mempunyai peluang 13,9 kali lebih besar

untuk memengaruhi implementasi program promosi kesehatan dibandingkan

dengan Puskesmas dengan sumber daya yang kurang baik.

Faktor sumber daya yang diteliti dalam implementasi program promosi

kesehatan meliputi tenaga pelaksana, sarana dan prasarana dan dana. Berdasarkan

hasil penelitian di lapangan diketahui bahwa mayoritas responden memberikan

tanggapan bahwa sumber daya di Puskesmas sudah baik. Hal ini dapat dilihat dari

uraian responden tentang sumber daya di Puskesmas, sebagian responden merasa

tenaga pelaksana untuk melaksanakan promosi kesehatan sudah cukup dan dengan
53

kualitas tenaga pelaksana yang cukup baik. Diketahui juga bahwa dana untuk

pelaksanaan promosi kesehatan cukup dan tidak ada kendala dalam pencairan

dana. Namun, di sisi lain, sebagian responden memberikan tanggapan bahwa

kurangnya kelengkapan sarana dan prasarana dalam pelaksanaan promosi

kesehatan. Hal ini menunjukkan sarana dan prasarana yang kurang lengkap

menjadi faktor penghambat dalam implementasi program promosi kesehatan.

Sarana promosi kesehatan merupakan peralatan yang digunakan untuk

menyampaikan informasi kesehatan untuk mempermudah penerimaan pesan-

pesan kesehatan bagi masyarakat atau klien. Sarana/peralatan promosi kesehatan

yang minimal harus ada di puskesmas adalah flipcharts dan stands, Over Head

Projector (OHP), amplifier dan wireless microphone, kamera foto, megaphone,

portable generator, tape cassette recorder dan papan informasi (Kepmenkes No.

585 Tahun 2007).

Menurut asumsi peneliti, berdasarkan hasil penelitian di lapangan

diketahui bahwa sumber daya yang masih kurang lengkap dalam pelaksanaan

promosi kesehatan membuat kurang maksimalnya penyampaian informasi dalam

melaksanakan promosi kesehatan sehingga tidak tercapainya target dari promosi

kesehatan itu sendiri. Semakin baik atau lengkap sumber daya di Puskesmas akan

semakin berhasil pula implementasi promosi kesehatan.

Menurut Winarno (2014) yang menyebutkan bahwa sumber daya memiliki

peranan penting dalam keberhasilan implementasi. Bagaimanapun jelas dan

konsistensinya ketentuan-ketentuan dan aturan-aturan serta bagaimanapun

akuratnya penyampaian ketentuan-ketentuan atau aturan-aturan tersebut, jika para


54

pelaksana kebijakan yang bertanggung jawab untuk melaksanakan kebijakan

kurang mempunyai sumber-sumber daya untuk melaksanakan kebijakan secara

efektif maka implementasi kebijakan tersebut tidak akan efektif. Sumber daya di

sini berkaitan dengan segala sumber yang dapat digunakan untuk mendukung

keberhasilan implementasi kebijakan. Sumber daya ini mencakup sumber daya

manusia, anggaran, fasilitas, serta waktu.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Ardiyansyah (2013) yang menunjukkan bahwa sarana prasarana penunjang dalam

implementasi kebijakan program promosi kesehatan penanggulangan gizi buruk di

Kotamadya Surabaya masih sangat kurang sehingga mengakibatkan implementasi

kebijakan tidak bisa menjadi optimal. Dengan demikian penelitian ini mendukung

konsep Edward III bahwa keberhasilan implementasi kebijakan sangat ditentukan

oleh faktor sumber daya.

Upaya yang mungkin dapat dilakukan untuk meningkatkan implementasi

program promosi kesehatan adalah menjalin dan membangun kemitraan yang

saling menguntungkan dengan sektor swasta terutamanya dalam bentuk

implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) dalam pemenuhan sarana

dan prasarana fisik program promosi kesehatan di Puskesmas.

Pengaruh variabel sikap terhadap implementasi program promosi

kesehatan di Puskesmas Simpang Limun Medan. Hasil analisis multivariat

dengan menggunakan analisis statistik regresi logistik berganda diperoleh p

value=0,005 (p<0,05) yang berarti ada pengaruh antara sikap terhadap

implementasi program promosi kesehatan. Variabel sikap mempunyai nilai Exp


55

(B) sebesar 34,797 artinya tenaga kesehatan yang mempunyai sikap yang baik

atau positif mempunyai peluang 34,7 kali lebih besar untuk memengaruhi

implementasi program promosi kesehatan dibandingkan tenaga kesehatan yang

memiliki sikap yang kurang baik.

Sikap dari pelaksana kebijakan akan sangat berpengaruh dalam

implementasi kebijakan. Apabila pelaksana memiliki sikap yang baik maka dia

akan dapat menjalankan kebijakan dengan baik seperti apa yang diinginkan oleh

pembuat kebijakan, sebaliknya apabila sikapnya tidak mendukung maka

implementasi tidak akan terlaksana dengan baik. Penerimaan implementor

terhadap kebijakan juga memengaruhi keberhasilan pelaksanaan suatu kebijakan.

Oleh karena itu diperlukan penerimaan yang baik dari pelaksana kebijakan dan

mereka juga dapat melaksanakan tugasnya dengan baik sesuai tanggung jawab

yang dimiliki.

Dalam hal ini berkenaan dengan kesediaan dari para implementor untuk

melaksanakan kebijakan tersebut. Sikap dalam organisasi publik Puskesmas

Simpang Limun adalah adanya sikap dukungan, pengetahuan, komitmen, dan

motivasi yang diberikan oleh petugas Puskesmas dalam melaksanakan promosi

kesehatan di Puskesmas. Sikap dukungan ini terdapat pada aktor-aktor yang

melaksanakan promosi kesehatan yaitu petugas khusus promosi dan

pemberdayaan yang sudah mendapatkan pelatihan tentang promosi kesehatan dan

dibantu dengan kader yang berasal dari masyarakat dengan diberikan penyuluhan

secara berkala di Puskesmas.


56

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan diketahui bahwa hanya sebagian

responden yang menunjukkan sikap yang baik sedangkan sebagiannya lagi

memiliki sikap yang kurang baik terhadap implementasi program promosi

kesehatan di Puskesmas. Kurangnya komitmen terhadap tugas yang diemban

dalam melaksanakan promosi kesehatan membuat seringkali tidak terlaksana

sesuai tujuan atau perencanaan yang telah dilakukan oleh Puskesmas. Motivasi

yang dimiliki oleh petugas kurang, sehingga dalam menjalankan tugasnya tidak

membuahkan hasil yang maksimal.

Menurut asumsi peneliti, keberhasilan implementasi program promosi

kesehatan di Puskesmas belum optimal disebabkan oleh sikap para pelaksana

yang kurang baik. Apabila para petugas pelaksana memiliki sikap yang baik maka

akan semakin baik pula implementasi program promosi kesehatan yang

dijalankan.

Menurut Winarno (2014) bahwa keberhasilan implementasi kebijakan

bukan hanya ditentukan oleh sejauhmana para pelaku kebijakan (implementors)

mengetahui apa yang harus dilakukan dan mampu melakukannya, tapi juga

ditentukan oleh kemauan (sikap) dan komitmen kuat para pelaku kebijakan

terhadap proses implementasi.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi

et al (2013) yang menunjukkan bahwa faktor penghambat dalam implementasi

promosi kesehatan di Puskesmas Dinoyo yaitu kurangnya dukungan petugas

promosi kesehatan sehingga kurangnya sumber daya manusia yang bergerak pada

bidang ini yaitu Promosi kesehatan di Puskesmas Dinoyo masih belum optimal.
57

Dengan demikian penelitian ini mendukung konsep Edward III bahwa

keberhasilan implementasi kebijakan sangat ditentukan oleh faktor sikap.

Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan sikap para petugas

adalah Dinas Kesehatan Kota Medan berkomitmen dengan program promosi

kesehatan melakukan upaya-upaya peningkatan pengetahuan dan keterampilan

sumber daya manusia terutama petugas fungsional promosi kesehatan yang ada

dengan melakukan bimbingan teknis kepada petugas fungsional promosi

kesehatan Puskesmas.

Pengaruh variabel komunikasi terhadap implementasi program

promosi kesehatan di Puskesmas Simpang Limun Medan. Variabel

komunikasi dilanjutkan ke dalam uji statistik regresi logistik berganda namun

tidak memenuhi syarat karena memiliki nilai p>0,05. Hasil analisis multivariat

dengan menggunakan analisis statistik regresi logistik berganda diperoleh nilai

p=0,365 (p>0,05) yang berarti tidak ada pengaruh antara komunikasi terhadap

implementasi program promosi kesehatan.

Faktor komunikasi dalam implementasi kebijakan program promosi

kesehatan dinilai berdasarkan indikator-indikator penyampaian informasi yang

dilakukan terhadap kelompok sasaran (masyarakat) disosialisasikan dengan baik,

informasi tepat dan jelas. Indikator-indikator ini merupakan salah satu persyaratan

penting dalam mendukung keberhasilan pelaksanaan program promosi kesehatan.

Dalam hal ini komunikasi berkenaan dengan pelaksanaan promosi kesehatan di

dalam gedung Puskesmas maupun di luar gedung Puskesmas untuk

menginformasikan terkait perilaku hidup bersih dan sehat kepada seluruh lapisan
58

masyarakat, menggunakan jenis komunikasi yang baik dan menggunakan bahasa

yang dimengerti sehingga ada kejelasan informasi yang disampaikan kepada

masyarakat dan sesuai dengan harapan kelompok sasaran.

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, ditemukan mayoritas responden

mengungkapkan bahwa komunikasi tidak berpengaruh secara signifikan dalam

implementasi program promosi kesehatan yang menunjukkan komunikasi di

Puskesmas simpang Limun sudah berjalan dengan baik yang dapat dilihat melalui

cara petugas menggunakan metode penyampaian informasi yang baik, kejelasan

penyampaian dan bahasa yang digunakan dalam penyuluhan yang cukup jelas

serta sesuai dengan harapan masyarakat. Meskipun demikian, dalam

mensosialisasikan jadwal kegiatan kepada masyarakat, petugas masih belum

mampu mencakup seluruh kelompok sasaran masyarakat, juga masih kurangnya

media-media yang dapat membantu memudahkan dalam pemberian informasi

kepada masyarakat seperti, poster, leaflet, flyer, dan buklet.

Menurut asumsi peneliti, komunikasi dalam implementasi program

promosi kesehatan di Puskesmas sudah baik namun belum optimal. Masyarakat

yang kurang terinformasi dalam jadwal kegiatan promosi kesehatan menjadi salah

satu penghambat keberhasilan program promosi kesehatan karena kurang

mendapat penjelasan dan pembinaan mengenai perilaku hidup bersih dan sehat

sehingga dapat dilihat dari cakupan perilaku hidup bersih dan sehat yang masih

menunjukkan jauh di bawah target nasional.

Menurut Winarno (2014) bahwa komunikasi sangat menentukan

keberhasilan pencapaian tujuan dan implementasi kebijakan publik. Kebijakan


59

yang dikomunikasikan pun harus tepat, akurat, dan konsisten. Komunikasi

diperlukan agar para pembuat keputusan dan para pelaksana implementasi akan

semakin konsisten dalam melaksanakan setiap kebijakan yang akan diterapkan

dalam masyarakat.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Masyuni (2010) yang menunjukkan bahwa kurang berhasilnya promosi

pencegahan diare pada anak dibawah usia tiga tahun dipengaruhi oleh frekuensi

penyuluhan dan teknik komunikasi yang digunakan. Teknik komunikasi yang

digunakan lebih banyak menggunakan ceramah dan konseling tanpa

menggunakan media lain.

Menurut penelitian Syahrial dkk (2016) menyatakan bahwa sebanyak 32%

responden pernah mendapatkan informasi PHBS dengan metode ceramah dan

17% responden mendapatkan informasi PHBS dengan metode diskusi, sedangkan

sisanya tidak pernah mendapatkan informasi PHBS dengan metode apapun

sehingga warga di kota Padangsidempuan beresiko terkena penyakit tropikal

terbukti dari tingginya angka penderita penyakit paru-paru karena mereka tidak

pernah mendapatkan informasi apapun tentang pencegahan penyakit TB Paru.

Pengaruh variabel struktur birokrasi terhadap implementasi

program promosi kesehatan di Puskesmas Simpang Limun Medan. Variabel

struktur birokrasi tidak dapat dilanjutkan ke dalam uji regresi logistik berganda

karena memiliki nilai p>0,05 sehingga tidak memenuhi syarat untuk masuk dalam

uji statistik regresi logistik berganda. Hasil analisis statistik dengan menggunakan

uji chi-square, variabel pekerjaan memiliki nilai p=0,365 (p>0,05) berarti tidak
60

ada hubungan antara struktur birokrasi dengan implementasi program promosi

kesehatan.

Faktor struktur birokrasi dalam penelitian ini adalah hubungan pihak-pihak

organisasi yang berkepentingan dalam implementasi program promosi kesehatan

dalam melakukan pemantauan dan pengawasan yang kontinyu serta pelaporan

yang sudah sesuai jadwal. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, ditemukan

mayoritas responden mengungkapkan bahwa strutur birokrasi tidak berpengaruh

secara signifikan dalam implementasi program promosi kesehatan yang

menunjukkan struktur birokrasi di Puskesmas Simpang Limun sudah berjalan

dengan baik yang dapat dilihat melalui uraian responden mengenai adanya kerja

sama dengan lintas sektor yang baik, dukungan pemimpin Puskesmas terhadap

implementasi program promosi kesehatan serta ketegasan oleh pimpinan

Puskesmas terkait pelaksanaan promosi kesehatan.

Menurut Winarno (2014) bahwa meskipun sumber-sumber untuk

mengimplementasikan kebijakan cukup dan para pelaksana kebijakan mengetahui

apa dan bagaimana cara melakukannya, serta mempunyai keinginan untuk

melakukannya, implementasi kebijakan dapat jadi masih belum efektif, karena

adanya ketidakefesienan struktur birokrasi. Struktur birokrasi mencakup aspek-

aspek seperti struktur organisasi yang ada dalam organisasi yang bersangkutan,

dan hubungan organisasi dengan luar organisasinya.

Hasil penelitian ini sejalan dengan Ardiyansyah (2013) bahwa program

promosi kesehatan penanggulangan gizi buruk di Kotamadya Surabaya sudah

dilakukan dengan melibatkan pihak lintas sektor yang terkait. Secara substansial
61

prosedur penyusunan perumusan kebijakan program promosi kesehatan

penanggulangan gizi buruk melibatkan pihak yang terkait, namun pelaksanaan

kebijakan tersebut sektor lain masih belum optimal.


Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

1. Ada pengaruh antara variabel sumber daya dan sikap terhadap implementasi

program promosi kesehatan di Puskesmas Simpang Limun Medan

2. Tidak ada pengaruh antara variabel komunikasi dan struktur birokrasi

terhadap program promosi kesehatan di Puskesmas Simpang Limun Medan

3. Variabel sikap merupakan variabel yang paling dominan berpengaruh

terhadap implementasi program promosi kesehatan di Puskesmas Simpang

Limun Medan karena memiliki nilai Exp (B) paling besar diantara variabel

yang lain, yaitu sebesar 34,797.

Saran

1. Bagi Dinas Kesehatan Kota Medan

Diharapkan agar Dinas Kesehatan Kota Medan memberikan pelatihan-

pelatihan kepada petugas fungsional promosi kesehatan Puskesmas untuk

meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan motivasi petugas promosi

kesehatan Puskesmas dalam meningkatkan keberhasilan program promosi

kesehatan.

2. Bagi Puskesmas Simpang Limun

Diharapkan Puskesmas Simpang Limun mengikuti pelatihan-pelatihan yang

diberikan oleh Dinas Kesehatan Kota Medan untuk meningkatkan

pengetahuan, keterampilan, dan motivasi petugas dalam meningkatkan

keberhasilan program promosi kesehatan.

62
Daftar Pustaka

Ahmad, J. (2015). Metode penelitian administrasi publik teori dan proses.


Yogyakarta: Gava Media

Anik, M. (2013). Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Jakarta: Trans Media.

Ardiyansyah, A. (2013). Implementasi kebijakan promosi kesehatan dalam upaya


penanggulangan gizi buruk di Kotamadya Surabaya (Tesis). Fakultas
Kesehatan Masyarakat, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Republik Indonesia


(2013). Riset kesehatan dasar. Jakarta: Anonim.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Pembangunan kesehatan


berbasis promotif dan preventif. Jakarta: Anonim.

Dinas Kesehatan Kota Medan. (2016). Profil kesehatan Kota Medan tahun 2016.
Medan: Anonim

Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara. (2016). Profil kesehatan Provinsi


Sumatera Utara. Medan: Anonim.

Gumilang, B. (2015). Analisis faktor yang memengaruhi implementasi Kebijakan


Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) di Rumah Sakit Universitas
Airlangga (Skripsi). Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas
Airlangga, Surabaya.

Hartono, B. (2010). Promosi kesehatan di Puskesmas dan Rumah Sakit. Jakarta:


Rineka Cipta.

Indianahono, D. (2017). Kebijakan publik berbasis Dynamic Policy Analysis.


Yogyakarta: Gava Media

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2011). Panduan promosi kesehatan


di daerah bermasalah kesehatan. Jakarta: Anonim.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2016). Pedoman umum program


Indonesia Sehat dengan pendekatan keluarga. Jakarta: Anonim.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2015). Rencana strategi


pembangunan kesehatan. Jakarta: Anonim.

63
64

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.. (2007). Keputusan Menteri


Kesehatan Republik Indonesia Nomor 585 tentang pedoman
pelaksanaan promosi kesehatan di Puskesmas. Jakarta: Anonim.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2014). Peraturan Menteri Kesehatan


Nomor 75 tentang Puskesmas. Jakarta: Anonim.

Masyuni. (2010). Implementasi program promosi pencegahan diare pada anak


berusia di bawah tiga tahun di Puskesmas Mangkurawang (Tesis).
Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Maulana, H. (2014). Promosi kesehatan. Jakarta: Buku Kedokteran ECG.

Muninjaya. (2013). Manajemen kesehatan (Edisi ke-3). Jakarta: EGC

Notoatmodjo. (2015). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. (2014). Promosi kesehatan dan perilaku kesehatan. Jakarta:


Rineka Cipta.

Pratiwi, Indah, W., Soesilo, Z., &, Riyanto. (2014). Implementasi kebijakan
promosi kesehatan. Jurnal Administrasi Publik, 2(11), 3-5.

Puskesmas Simpang Limun. (2017). Profil Puskesmas Simpang Limun Tahun


2017. Medan: Anonim.

Satrianegara, F. (2014). Organisasi dan manajemen pelayanan kesehatan.


Jakarta: Salemba Medika.

Subarsono, A., G. (2013). Analisis kebijakan publik (konsep, teori, dan aplikasi).
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta

Suyanto, &, Susila. (2018). Metodologi penelitian cross sectional kedokteran dan
kesehatan. Yogyakarta: Bossscript

Syarifuddin. (2015). Ilmu kesehatan masyarakat. Jakarta: Trans Info Media.

Pemerintah Indonesia. (2009). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36


Tentang Kesehatan. Jakarta: Anonim.

Winarno, B. (2014). Kebijakan publik teori, proses dan studi kasus. Yogyakarta:
CAPS.

Anda mungkin juga menyukai