Disaat Oleh :
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyakit Demam Berdarah (DBD) masih menjadi permasalahan serius di
Provinsi Jawa Tengah. Berdasarkan data kasus yang diperoleh, jumlah kasus DBD
di Jawa Tengah pada tahun 2016 hingga 2018 mengalami penurunan, namun pada
tahun 2019 mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2018. Jumlah kasus Demam
Berdarah Dengue (DBD) pada tahun 2018 sebanyak 3.015 kasus dan 37 orang
meninggal dunia. Jumlah kasus hingga akhir September 2019 sebanyak 8.565 kasus
dan 115 orang meninggal dunia. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah juga
mencatat jumlah kasus pada musim kemarau bulan April - September 2018
sebanyak 1.290 kasus dengan jumlah kematian sebanyak 15 orang, sedangkan pada
musim hujan bulan Oktober 2018 - Maret 2019 sebanyak 5.871 kasus dengan jumlah
kematian sebanyak 90 orang. Puncak kasus dan kematian akibat Demam Berdarah
Dengue terjadi pada bulan Januari-Februari (Dinkes Jateng, 2019).
Jumlah penderita DBD di Kabupaten Sukoharjo pada tahun 2019 meningkat
dibandingkan tahun 2018. Berturut-turut kejadian kesakitan DBD tahun 2019
sebanyak 317 kasus, tahun 2018 sebanyak 35 kasus, tahun 2017 sebanyak 115 kasus,
tahun 2016 sebanyak 558 kasus, tahun 2015 sebanyak 315 kasus yang tersebar di 12
kecamatan. Angka kesakitan DBD tahun 2019 adalah 35 per 100.000 penduduk,
sedangkan tahun 2018 adalah 3,9 per 100.000 penduduk, tahun 2017 adalah 35,4 per
100.000 penduduk, tahun 2016 sebesar 62,4 per 100.000 penduduk dan tahun 2015
adalah 35,4 per 100.000 penduduk. Peningkatan angka kesakitan DBD ini
mengakibatkan peningkatan angka kematian DBD yakni terdapat sebanyak 10
kematian tahun 2019 kematian tahun 2018. Sebagai perbandingan, jumlah kematian
tahun 2017 sebanyak 2 penderita, tahun 2016 sebanyak 13 penderita dan tahun 2015
sebanyak 7 penderita (Dinkes Sukoharjo,2019).
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh
virus Dengue dan ditularkan melalui vektor nyamuk dari spesies Aedes aegypti atau
Aedes albopictus. Peran vektor dalam penyebaran penyakit menyebabkan kasus
banyak ditemukan pada musim hujan ketika munculnya banyak genangan air yang
menjadi tempat perindukan nyamuk. Selain iklim dan kondisi lingkungan, beberapa
studi menunjukkan bahwa DBD berhubungan dengan mobilitas dan kepadatan
penduduk, serta perilaku masyarakat. Perilaku masyarakat salah satunya mengacu
dalam mencari pengobatan dengan doctor shopping, di mana seseorang cenderung
berobat dengan pindah-pindah dokter. Kebisaan ini akan berdampak buruk pada
diagnosa dan pengobatan yang tidak tepat, yang berdampak pasien terlambat di
bawa ke rumah sakit (Dinkes Sukoharjo, 2019).
Penyakit ini sebenarnya dapat dikendalikan. Pengendalian vector dapat
dilakukan dengan cara memutus rantai penularan melalui Pemberantasan Sarang
Nyamuk (PSN), terlebih vaksin untuk pencegahan terhadap infeksi virus dan obat
DBD masih dikembangkan. Akan tetapi, pengendalian vektor hampir di semua
negara dan negara endemis tidak tepat sasaran, tidak berkesinambungan dan belum
memutus rantai penularan. Penyebabnya terletak pada metode yang diterapkan
belum mampu mengacu kepada data dan informasi tentang vektor, di samping masih
mengandalkan penggunaan insektisida dengan cara penyemprotan dan larvasidasi
(Susianti, 2019).
Mengingat DBD merupakan penyakit berbasis lingkungan, maka upaya
penanggulangan DBD tidak akan maksimal apabila hanya dilaksanakan oleh sektor
kesehatan saja. Sektor kesehatan sebagai instansi teknis dalam penemuan dan
tatalaksana penderita DBD masih dihadapkan pada beberapa permasalahan
diantaranya penemuan kasus secara dini yang bukanlah hal yang mudah mengingat
awal perjalanan penyakit dengan gejala yang sulit dibedakan dengan gejala infeksi
lainnya. Selain itu, kasus-kasus yang dilaporkan sebagai DBD tidak semuanya
didukung hasil pemeriksaan laboratorium klinik terutama adanya peningkatan
hematrokit dan penurunan trombosit sebagaimana kriteria yang ditetapkan WHO.
Pentingnya peran serta masyarakat dalam pengendalian vektor DBD berupa
gerakan PSN terbukti menaikkan indikator entomologi Angka Bebas Jentik (ABJ)
dan menurunkan angka penderita DBD. Hal tersebut didasarkan pada hasil
penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa indikator entomologi berupa Angka
Bebas Jentik (ABJ) cenderung meningkat pada daerah yang diintervensi
pengembangan metode pemberdayaan masyarakat dalam pengendalian vektor DBD.
Upaya pengendalian tidak hanya kebijakan yang diterbitkan, tetapi didukung
kegiatan terkait program tersebut (Trapsilowati, dkk, 2015., Sungkar, 2010.,
Trapsilowati dan Widiarti, 2013). Salah satu bentuk langsung peran serta masyarakat
adalah kegiatan Pemantauan Jentik Berkala (PJB) yang dilakukan oleh masyarakat
melalui Juru Pemantau Jentik (Jumantik). Kegiatan Jumantik sangat perlu dilakukan
untuk mendorong masyarakat agar dapat secara mandiri dan sadar untuk selalu
peduli dengan membersihkan sarang nyamuk dan membasmi jentik nyamuk
penyebab DBD.
Memperhatikan kondisi tersebut, maka program pemberantasan DBD
mengedepankan kembali program pemberantasan seperti yang ditetapkan dalam
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 581 tahun 1992. Upaya pemberantasan
mengutamakan kerjasama semua pihak dalam pengendalian vektor berupa
penggerakan masyarakat melakukan PSN. Keputusan tersebut di dukung
Kementerian Dalam Negeri dengan memerintahkan Gubernur, Bupati/ Walikota
menindaklanjuti menjadi Keputusan Kepala Daerah untuk mengoordinasikan
instansi terkait dalam pemberantasan DBD, menyusun ketentuan pelaksanaan
penerapan, melakukan pembinaan peran serta masyarakat, segera membentuk
Kelompok Kerja Operasional Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue
(Pokjanal DBD), mempersiapkan dana operasional yang dimasukkan ke dalam
APBD.
Hasil analisis ini mendukung program pemberantasan DBD dengan
mengidentifikasi aspek-aspek implementasi upaya pemberantasan sebagaimana
tercantum di dalam Kepmenkes No. 581 tahun 1992, dan menentukan strategi
pemberantasan DBD di wilayah kerja Puskesmas Gatak.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Menganalisis hasil pelaksanaan program pengendalian kasus DBD yang
telah dilakukan di Puskesmas Gatak dalam rangka mengatasi masalah DBD di
wilayah kerjanya.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui efektifitas pelaksanaan program pengendalian kasus DBD
sebelumnya.
b. Mengetahui kelemahan pelaksanaan program pengendalian kasus DBD
sebelumnya.
c. Mengevaluasi strategi pelaksanaan program pengendalian kasus DBD
sebelumnya.
C. MANFAAT
1. Bagi Mahasiswa
Hasil analisis ini sangat berguna bagi mahasiswa untuk meningkatkan
pengetahuan dan wawasan serta menambahkan pengalaman dan juga
meningkatkan kesadaran untuk mengembangkan diri secara lebih optimal
dalam memecahkan masalah kesehatan di masyarakat.
2. Bagi Puskesmas
Hasil analisis ini diharapkan dapat menjadi masukan dan informasi tambahan
dalam usaha mengurangi dan mencegah kasus DBD di Kabupaten Sukoharjo
khususnya di wilayah kerja Puskesmas Gatak, sehingga kasus DBD dapat
ditekan serendah mungkin.
3. Bagi Masyarakat
Memberikan tambahan informasi bagi masyarakat mengenai kasus Demam
Berdarah diwilayahnya dengan harapan munculnya kesadaran bersama dalam
pengendalian DBD.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. PUSKESMAS
1. Definisi Puskesmas
Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan tingkat pertama,
dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya diwilayah kerja
(Permenkes No.75 Tahun 2014).
Di Indonesia, puskesmas merupakan tulang punggung pelayanan
kesehatan tingkat pertama. Konsep puskesmas dilahirkan tahun 1968 ketika
dilangsungkan Rapat kerja Kesehatan Nasional (Rakerkesnas) I di Jakarta,
dimana dibicarakan upaya pengorganisasian sistem pelayanan kesehatan di
tanah air, karena pelayanan keehatan tingkat pertama pada waktu itu dirasa
kurang menguntungkan dan dari kegiatan-kegiatan seperti BKIA, BP, P4M dan
sebagainya masih berjalan sendiri-sendiri. Melalui Rakerkesnas tersebut timbul
gagasan untuk menyatukan semua pelayanan tingkat pertama kedalam suatu
organisasi yang dipercaya dan diberi nama Pusat Kesehatan Masyarakat
(Puskesmas).
2. Tujuan Puskesmas
Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas bertujuan
untuk mewujudkan masyarakat yang (Permenkes No. 75 tahun 2014):
a. Memiliki perilaku sehat meliputi kesadaran, kemauan, dan kemampuan
hidup sehat
b. Mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu
c. Hidup dalam lingkungan sehat
d. Memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat.
3. Fungsi Puskesmas
Menurut Permenkes No. 75 Tahun 2014, fungsi puskesmas dalam pelayanan
kesehatan adalah:
a. Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan
masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan
b. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan
c. Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan
masyarakat dalam bidang kesehatan
d. Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan memyelesaikan
masalah kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang
bekerjasama dengan sector lain terkait
e. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan upaya
kesehatan berbasis masyarakat
f. Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia puskesmas
g. Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasab kesehatan
h. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses, mutu,
dan cakupan pelayanan kesehatan
i. Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat,
termasuk dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon
penanggulangan penyakit.
5. Organisasi Puskesmas
a. Struktur Organisasi
Struktur organisasi puskesmas bergantung dari beban tugas masing-
masing puskesmas. Penyusunan struktur organisasi puskesmas di suatu
wilayah kabupaten/kota dilakukan oleh Dinas Kesehatan kabupaten/kota,
sedangkan penetapannya dilakukan dengan peraturan daerah. Sebagai acuan
dapat diperguanakan pola struktur organisasi puskesmas sebagai berikut:
1) Kepala Puskesmas
2) Unit Tata Usaha yang bertanggungjawab membantu kepala
puskesmas dalam pengelolaan :
a) Data dan Informasi
b) Perencanaan dan penilain
c) Umum dan kepegawaian
d) Unit pelaksanaan teknis fungsional puskesmas
e) Upaya kesehatan masyarakat termasuk pembinaan terhadap
UKBM
f) Upaya kesehatan perorangan
g) Jaringan pelayanan perorangan
h) Unit puskesmas pembantu
i) Unit puskesmas keliling
j) Unit bidan di desa/komunitas (Permenkes No. 75 Tahun 2014)
b. Kriteria Personalia
Kriteria personalia yang mengisi struktur organisasi puskesmas
disesuaikan denga tugas dan tanggung jawab masing-masing unit
puskesmas. Khusus untuk kepala puskesmas kriteria tersebut dipersyaratkan
harus seorang sarjana di bidang kesehatan yang kurikulum pendidikannya
mencakup kesehatan masyarakat (Permenkes No. 75 Tahun 2014)
c. Eselon Kepala Puskesmas
Kepala puskesmas adalah penanggung jawab pembangunan kesehatan
di tingkat kecamatan, sesuai dengan tanggung jawab tersebut dan besarnya
peran kepala puskesmas dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan di
tingkat kecamatan maka jabatan kepala puskesmas adalah jabatan structural
eselon IV.
Apabila tidak tersedia tenaga yang memenuhi syarat, maka ditunjuk
pejabat sementara sesuai dengan kriteria kepala puskesmas yakni seorang
sarjana dibidang kesehatan masyarakat, dengan kewenangan yang setara
dengan pejabat tetap (Permenkes No. 75 Tahun 2014).
6. Tata Kerja Puskesmas
a. Dengan Kantor Kecamatan
Dalam melaksanakan fungsinya, puskesmas berkoordinasi dengan
kantor kecamatan melalui pertemuan berkala yang diselenggarakan di
tingkat kecamatan. Koordinasi tersebut mencakup perencanaanm,
penggerakan, pelaksanaan, pengawasan, dan penegndalian serta penialaian.
Dalam hal pelaksanaan fungsi penggalian sumber daya masyarakat oleh
puskesmas, koordinasi dengan kantor kecamatan mencakup pula kegiatan
fasilitas.
b. Dengan Dinas kabupaten/Kota
Puskesmas adalah unit pelaksana tekns Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota. Dengan demikian secara teknis dari administratif,
puskesmas bertanggung jawab kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Sebaliknya Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota bertanggung jwab membina
serta memberikan bantuan administratif dan teknis kepada puskesmas.
c. Dengan Jaringan Pelayanan Kesehatan Strata Pertama
Sebagai mitra pelayanan strata pertama yang dikelola oleh lembaga
masyarakat dan swasta, puskesmas menjalin kerja sama termasuk
penyelenggara rujukan dan memantau kegiatan yang diselenggrakan.
Sedangkan sebagai Pembina upaya kesehatan bersumber daya masyarakat,
puskesmas melaksanakan bimbingan teknis, pemberdayaan dan rujukan
sesuai kebutuhan.
d. Dengan Jarinagn Pelayanan Kesehatan Rujukan
Dalam menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya
kesehatan masyarakat, Puskesmas menjalin kerjasama yang erat dengan
berbagai pelayanan kesehatan rujukan. Untuk upaya kesehatan perorangan,
jalinan kerja sama tersebut diselenggarakan dengan berbagai sarana
pelayanan kesehatan perorangan, seperti Rumah Sakit ( Kabupaten / Kota )
dan berbagai balai kesehatan masyarakat ( Balai Pengobatan Penyakit Paru-
Paru, Balai Kesehatan Mata Masyarakat, Balai Kesehatan Kerja
Masyarakat, Balai Kesehatan Olahraga Masyarakat, Balai Kesehatan Jiwa
Masyarakat, Balai Kesehatan Indra Masyarakat).
e. Dengan Lintas Sektor
Tanggung jawab puskesmas sebagai unit pelaksana teknis adalah
menyelenggarakan tugas pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.Untuk hasil optimal, penyelenggaraan
pembangunan kesehatan tersebut harus dikoordinasikan dengan berbagai
lintas sektor terkait yang ada ditingkat kecamatan.
f. Dengan Masyarakat
Sebagai penanggung jawab penyelenggaraan pembangunan kesehatan
di wilayah kerjanya, puskesmas memerlukan dukungan aktif dari
masyarakat sebagai objek dan subjek pembangunan.Dukungan aktif
tersebut diwujudkan melalui pembentukan Badan Penyantun Puskesmas
(BPP) yang menghimpun berbagai potensi masyarakat seperti tokoh
masyarakat, tokoh agama, LSM dan serta kemasyarakatan (Permenkes
No.75 tahun 2014)
7. Program Puskesmas
a. Program Pokok Puskesmas
Program pokok Puskesmas merupakan program pelayanan kesehatan
yang wajib di laksanakan karena mempunyai daya ungkit yang besar
terhadap peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya. Ada 6 Program Pokok pelayanan kesehatan di Puskesmas yaitu:
1) Program pengobatan (kuratif dan rehabilitatif) yaitu bentuk pelayanan
kesehatan untuk mendiagnosa, melakukan tindakan pengobatan pada
seseorang pasien dilakukan oleh seorang dokter secara ilmiah
berdasarkan temuan-temuan yang diperoleh selama anamnesis dan
pemeriksaan.
2) Promosi Kesehatan yaitu program pelayanan kesehatan puskesmas
yang diarahkan untuk membantu masyarakat agar hidup sehat secara
optimal melalui kegiatan penyuluhan (induvidu, kelompok maupun
masyarakat).
3) Pelayanan KIA dan KB yaitu program pelayanan kesehatan KIA dan
KB di Puskesmas yang ditujuhkan untuk memberikan pelayanan
kepada PUS (Pasangan Usia Subur) untuk ber KB, pelayanan ibu
hamil, bersalin dan nifas serta pelayanan bayi dan balita.
4) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit menular dan tidak menular
yaitu program pelayanan kesehatan Puskesmas untuk mencegah dan
mengendalikan penular penyakit menular/infeksi (misalnya TB, DBD,
Kusta dll).
5) Kesehatan Lingkungan yaitu program pelayanan kesehatan lingkungan
di puskesmas untuk meningkatkan kesehatan lingkungan pemukiman
melalui upaya sanitasi dasar, pengawasan mutu lingkungan dan tempat
umum termasuk pengendalian pencemaran lingkungan dengan
peningkatan peran serta masyarakat.
6) Perbaikan Gizi Masyarakat yaitu program kegiatan pelayanan
kesehatan, perbaikan gizi masyarakat di Puskesmas yang meliputi
peningkatan pendidikan gizi, penanggulangan Kurang Energi Protein,
Anemia Gizi Besi, Gangguan Akibat Kekurangan Yaodium (GAKY),
Kurang Vitamin A, Keadaan zat gizi lebih, Peningkatan Survailans
Gizi, dan Perberdayaan Usaha Perbaikan Gizi Keluarga/Masyarakat.
b. Program Pengembangan Puskesmas
Program Pengembangan pelayanan kesehatan Puskesmas adalah
beberapa upaya kesehatan pengembangan yang ditetapkan Puskesmas dan
Dinas Kesehatan kabupaten/kota sesuai dengan permasalahan, kebutuhan
dan kemampuan puskesmas. Dalam struktur organisasi puskesmas program
pengembangan ini biasa disebut Program spesifik lokal. Program
pengembangan pelayanan kesehatan Puskesmas tersebut adalah:
1) Usaha Kesehatan Sekolah, adalah pembinaan kesehatan masyarakat
yang dilakukan petugas Puskesmas di sekolah-sekolah (SD,SMP dan
SMP) diwilayah kerja Puskesmas
2) Kesehatan Olah Raga adalah semua bentuk kegiatan yang menerapkan
ilmu pengetahuan fisik untuk meningkatkan kesegaran jasmani
masyarakat, naik atlet maupun masyarakat umum. Misalnya pembinaan
dan pemeriksaan kesegaran jasmani anak sekolah dan kelompok
masyarakat yang dilakukan puskesmas di luar gedung
3) Perawatan Kesehatan Masyarakat, adalah program pelayanan
penanganan kasus tertentu dari kunjungan puskesmas akan ditindak
lanjuti atau dikunjungi ketempat tinggalnya untuk dilakukan asuhan
keperawatan induvidu dan asuhan keperawatan keluarganya. Misalnya
kasus gizi kurang penderita ISPA/Pneumonia
4) Kesehatan Kerja, adalah program pelayanan kesehatan kerja
puskesmas yang ditujuhkan untuk masyarakat pekerja informal maupun
formal diwilayah kerja puskesmas dalam rangka pencegahan dan
pemberantasan penyakit serta kecelakaan yang berkaitan dengan
pekerjaan dan lingkungan kerja. Misalnya pemeriksaan secara berkala
di tempat kerja oleh petugas puskesmas.
5) Kesehatan Gigi dan Mulut, adalah program pelayanan kesehatan gizi
dan mulut yang dilakukan Puskesmas kepada masyarakat baik didalam
maupun diluar gedung (mengatasi kelainan atau penyakit ronggo mulut
dan gizi yang merupakan salah satu penyakit yang terbanyak di jumpai
di Puskesmas
6) Kesehatan Jiwa, adalah program pelayanan kesehatan jiwa yang
dilaksanakan oleh tenaga Puskesmas dengan didukung oleh peran serta
masyarakat, dalam rangka mencapai derajat kesehatan jiwa
masyarakat yang optimal melalui kegiatan pengenalan/deteksi dini
gangguan jiwa, pertolongan pertama gangguan jiwa dan konseling
jiwa. Sehat jiwa adalah perasaan sehat dan bahagia serta mampu
menghadapi tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana
adanya dan mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang
lain. Misalnya ada konseling jiwa di Puskesmas.
7) Kesehatan Mata adalah program pelayanan kesehatan mata terutama
pemeliharaan kesehatan (promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif)
dibidang mata dan pencegahan kebutaan oleh tenaga kesehatan
Puskesmas dan didukung oleh peran serta aktif masyarakat. Misalnya
upaya penanggulangan gangguan refraksi pada anak sekolah.
8) Kesehatan Usia Lanjut, adalah program pelayanan kesehatan usia
lanjut atau upaya kesehatan khusus yang dilaksanakan oleh tenaga
Puskesmas dengan dukungan peran serta aktif masyarakat dalam
rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat usia lanjut.
Misalnya pemeriksaan kesehatan untuk mendeteksi dini penyakit
degeneratif, kardiovaskuler seperti : diabetes Melitus, Hipertensi dan
Osteoporosis pada kelompok masyarakat usia lanjut.
9) Pembinaan Pengobatan Tradisional, Adalah program pembinaan
terhadap pelayanan pengobatan tradisional, pengobat tradisional dan
cara pengobatan tradisional. Yang dimaksud pengobatan tradisional
adalah pengobatan yang dilakukan secara turun temurun, baik yang
menggunakan herbal (jamu), alat (tusuk jarum, juru sunat) maupun
keterampilan (pijat, patah tulang).
10) Kesehatan haji adalah program pelayanan kesehatan untuk calon dan
jemaah haji yang meliputi pemeriksaan kesehatan, pembinaan
kebugaran dan pemantauan kesehatan jemaah yang kembali (pulang)
dari menaikan ibadah haji.
11) Dan beberapa upaya kesehatan pengembangan lainnya yang spesifik
lokal yang dikembangkan di Puskesmas dan Dinas Kesehatan
kabupaten/kota.
B. PUSKESMAS GATAK
1. Visi Puskesmas Gatak
“Menjadi Puskesmas yang unggul dan pilihan pertama pelayanan kesehatan
masyarakat Gatak dan sekitarnya.”
b. Tenaga Kesehatan
1) Jumlah Tenaga Medis (dokter umum, spesialis, dokter gigi) di
Sarana Kesehatan
a) Dokter spesialis :-
b) Dokter Umum : 16 orang
c) Dokter gigi : 4 orang
2) Jumlah Tenaga Keperawatan (bidan, perawat) di Sarana Kesehatan
a) Bidan : 45 orang
b) Perawat : 21 orang
3) Jumlah Tenaga Kefarmasian (apoteker, asisten apoteker) di Sarana
Kesehatan
a) Apoteker dan sarjana farmasi : 9 orang
b) D III Farmasi dan Asisten Apoteker : 19 orang
4) Jumlah dan Rasio Tenaga Gizi (ahli gizi) di Sarana Kesehatan
a) D- IV Gizi :-
b) D III Gizi : 1 orang
5) Jumlah tenaga Kesehatan Masyarakat (kesmas, sanitarian) di
Sarana Kesehatan
a) Sarjana Kesmas :-
b) D III Kesmas :
c) Tenaga Sanitasi : 2 orang
6) Jumlah Tenaga Teknisi Medis dan Fisioterapis di Sarana
Kesehatan
a) Analis Kesehatan : 2 orang
b) Radiografer : 2 orang
c) Fisioterapis : 2 orang
d) Rekam Medis dan informatika kesehatan : 1 orang
7) Jumlah Tenaga Kesehatan Lain Di Fasilitas Kesehatan
a) Pengelola program kesehatan : 32 orang
b) Tenaga kesehatan lainnya :-
8) Jumlah Tenaga Non Kesehatan Di Fasilitas Kesehatan
a) Pejabat Struktural : 1 orang
b) Staf penunjang administrasi : 9 orang
8. Program Puskesmas Gatak
a) UKM Esensial Dan Keperawatan Kesehatan Masyarakat
1) Pelayanan Promosi Kesehatan
2) Pelayanan Pemberdayaan Kesehatan
3) Pelayanan Kesehatan Lingkungan
4) Pelayanan Kesehatan Ibu-KB
5) Pelayanan Kesehatan Anak
6) Pelayanan Gizi
7) Surveilans dan SKD KLB dan Imunisasi
8) P2 TB, Ispa, Diare, Typoid; P2 HIV, IMS, Hepatitis, Kusta; Laborat
TB; dan P2 Bersumber Binatang
9) P2 PTM
10) Pelayanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat
b) UKM Pengembangan
1) Pelayanan UKS
2) Pelayanan Kesehatan Lansia
3) Pelayanan Kesehatan Matra dan Haji dan P3K Bencana
4) Pelayanan Sertifikasi, Resgritrasi & Farmamin
5) Pelayanan Kesehatan Jiwa dan Napza
6) Pelayanan Kesehatan Olahraga
7) Pelayanan Kesehatan Tradisional Komplementer
8) Pelayanan Kesehatan Indera
9) Pelayanan Kesehatan Kerja
10) Pelayanan Kesehatan Gigi Masyarakat
c) UKP Kefarmasian Dan Laboratorium
1) Pelayanan Pemeriksaan Umum
2) Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
3) Pelayanan KIA-KB
4) Pelayanan Gawat Darurat
5) Pelayanan Gizi
6) Pelayanan Persalinan
7) Pelayanan Rawat Inap
8) Pelayanan Kefarmasian
9) Pelayanan Laboratorium
10) Pelayanan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
A. ANALISA SWOT
Dinkes Jateng. 2019. Profil Kesehatan Jawa Tengah Tahun 2019. Dinas Kesehatan Provinsi
Jawa Tengah.
Dinkes Sukoharjo. 2019. Profil Kesehatan Kabupaten Sukoharjo 2019. Dinas Kesehatan
Kabupaten Sukoharjo.
Sungkar, 2010. Pengaruh Penyuluhan dan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) terhadap
Kepadatan Jentik Aedes Aegypti di Kecamatan Cempaka Putih. Majalah Kedokteran
FK UKI 2010, XXVII (4).
Susianti, Novia. 2018. Strategi Pemerintah dalam Program Pemberantasan Demam Berdarah
Dengue (DBD) di Kabupaten Merangin Provinsi Jambi. Buletin Penelitian Sistem
Kesehatan, 22 (1), 34-43.
Trapsilowati, dan Widiarti, 2013. Evaluasi Implementasi Kebijakan Penanggulangan Demam
Berdarah Dengue di Kabupaten Pati. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, 16 (3), 305-
312.
Trapsilowati, dkk, 2015. Pengembangan Metode Pemberdayaan Masyarakat dalam
Pengendalian Vektor Demam Berdarah Dengue di Kota Semarang Provinsi Jawa
Tengah. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, 18 (1), 95-103.