Anda di halaman 1dari 28

PROGRAM DBD

No. Dokumen : 440/ /2012.14/2023


No. Revisi :
TanggalTerbit :
KAK
Halaman :
BOJONEGOR
O

PUSKESMAS
KEPOHBARU
dr. Rizka Dianita Anggraeni
Nip19831011 201503 2 001

I. PENDAHULUAN
Dalam Rencana Pembangunan Nasional Jangka Panjang (RPJP)
2005─2025, disebutkan bahwa pembangunan sumber daya manusia diarahkan
untuk terwujudnya manusia Indonesia yang sehat, cerdas, produktif, dan
masyarakat yang semakin sejahtera (Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional, 2004). Melalui Program “Indonesia Sehat 2010”, gambaran
masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai adalah masyarakat
yang antara lain hidup dalam lingkungan yang sehat dan mempraktekkan
perilaku hidup bersih dan sehat (Departemen Kesehatan RI, 2003). Lingkungan
sehat yang dimaksud, termasuk di dalamnya bebas dari wabah penyakit
menular.

Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2004-2009,


salah satu program di bidang kesehatan adalah pencegahan dan
pemberantasan penyakit, termasuk wabah penyakit menular. Penanganan
secara cepat terhadap wabah penyakit juga merupakan bagian dari peningkatan
pelayanan kesehatan dasar yang menjadi satu dari tiga prioritas program 100
hari pertama Kabinet Indonesia Bersatu 2004-2009 di bidang kesehatan (Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional, 2004; Departemen Kesehatan RI, 2005).
Saat ini, isu tentang kesehatan masyarakat menjadi perhatian dan prioritas
program Pemerintah (dalam hal ini Departemen Kesehatan).
Jumlah ledakan penyakit-penyakit menular semakin meningkat pada
tahun-tahun belakangan ini. Ada beberapa alasan yang melandasinya yaitu
penebangan hutan yang meluas, pembangunan irigasi, program pengendalian
vektor penyakit yang terbengkalai, kepadatan penduduk secara berlebihan
disertai kondisi sanitasi yang jelek, dan kesadaran masyarakat untuk hidup sehat
yang masih rendah. Salah satu contoh penyakit menular yang sampai saat ini
angka kejadiannya masih tinggi dan masuk dalam Kejadian Luar Biasa (KLB)
adalah Demam Berdarah Dengue (DBD).

Secara nasional angka DBD cenderung meningkat dari tahun ke tahun, di


beberapa wilayah angka kematian ini relatif masih cukup tinggi, sedangkan
sasaran nasional angka kematian DBD di Indonesia kurang dari 1,0% (Direktorat
Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan RI, 2005). 
Penyakit ini banyak terjadi di kota-kota yang padat penduduknya, tetapi dalam
tahun-tahun belakang ini demam berdarah mulai berjangkit di daerah pedesaan.
Penyebaran penyakit biasanya di mulai dari sumber-sumber penularan di kota
kemudian menjalar ke daerah-daerah pedesaan. Makin ramai lalu lintas manusia
di suatu daerah, makin besar pula kemungkinan penyebaran penyakit ini.

Sebagaimana diketahui, bahwa obat untuk membasmi virus belum


tersedia. Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Departemen
Kesehatan RI, 2005), pencegahan penyakit DBD yang paling utama adalah
dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) melalui kegiatan yang dikenal
sebagai 3 M, yaitu Menguras bak atau penampungan air, Menutup bak atau
tempat penampungan air, dan Menimbun/ mengubur barang-barang bekas
seperti kaleng, botol, dan lain-lain. Kegiatan ini bertujuan untuk memutus rantai
perkembangbiakan nyamuk dengan cara membasmi telur dan jentik-jentik
nyamuk, sehingga diharapkan tidak sampai menjadi nyamuk dewasa. Kegiatan 3
M ini harus dilaksanakan oleh masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya
masing-masing.

Meskipun cara ini dianggap efektif, tetapi kenyataan di lapangan tidak


menunjukkan adanya penurunan kasus DBD, justru terjadi peningkatan. Hal ini
disebabkan karena kurangnya pengetahuan dan sosialisasi pemerintah tentang
cara tepat melakukan 3 M. Hanya kalangan tertentu saja yang dapat melakukan
3 M dengan tepat, sementara masyarakat yang dengan perekonomian rendah
tidak atau kurang tepat melaksanakan 3 M. Di sisi lain, angka masyarakat miskin
di Indonesia sangat tinggi, sehingga program 3 M tidak terlaksana secara baik.

II. LATAR BELAKANG


Mengingat penyebaran nyamuk DBD yang telah tersebar luas di seluruh
tanah air, baik di rumah-rumah maupun di tempat-tempat umum, maka upaya
pemberantasannya tidak hanya tugas pemerintah (tenaga kesehatan) saja,
tetapi harus didukung peran serta masyarakat secara aktif. Oleh karena itu,
partisipasi seluruh lapisan masyarakat melalui strategi yang lebih bersifat (1)
akomodatif, (2) fasilitatif/bottom up, (3) kemitraan, yakni masyarakat termasuk
lembaga swadaya masyarakat termasuk swasta dan lain-lain mempunyai peran
yang lebih besar, (4) terfokus, dengan prioritas, local specific, bertahap, (5)
lebih mengoptimalkan kerjasama lintas sektor didukung data, terutama data
sosial budaya, serta diprogramkannya PSN DBD secara luas di propinsi,
kabupaten dan kota, dan pada setiap Puskesmas.
Untuk membatasi penularan penyakit DBD yang cenderung meluas,
mencegah KLB, dan menekan angka kesakitan maupun kematian, perlu
menggerakkan masyarakat untuk bersama-sama dalam mencegah dan
menanggulangi terjadinya penyakit DBD sejak dini. Untuk membina peran serta
masyarakat perlu dilakukan pembentukan dan pengoptimalan sumber daya dan
kekompakan masyarakat setempat, sebab sejauh ini partispasi masyarakat
dalam rangka pencegahan dan pemberantasan DBD belum optimal. Untuk itu
perlu dipersiapkan petugas kesehatan dari dinas kesehatan, terutama yang
memiliki keahlian di bidang epidemiologi, untuk memberikan pengetahuan
kepada masyarakat. Diharapkan dengan terlaksananya program DBD
Mengurangi angka kesakitan dan angka kematian akibat DBD, mencegah dan
menaggulangi adanya KLB DBD.

III. TUJUAN
1. TujuanUmum
Membatasi penularan dan penyebaran penyakit DBD agar tidak lagi
menjadi masalah kesehatan masyarakat
2. Tujuan Khusus:
Mengurangi angka kesakitan dan angka kematian akibat DBD, mencegah
dan menaggulangi adanya KLB DBD.

IV. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN


1. Penyuluhan DBD
2. PJB
3. PE
4. Abatisasi selektif
5. Foging focus
6. Monitoring dan evaluasi

V. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN


1. Penyuluhan kepada masyarakat di setiap Desa
2. Pemantauan jentik berkala di setiap Desa dengan PSN 3M Plus
3. Penyelidikan epidemiologi
4. Abatesasi selektif di desa endemis dan sporadic dilakukan setiap bulan
5. Cakupan foging focus
6. Penemuan dan pelaporan kasus DBD, Pemantauan jumlah kasus DBD
per minggu per desa melalui pemantauan wilayah setempat (PWS)
P2DBD

VI. SASARAN
Masyarakat di 17 Desa wilayah kerja Puskesmas Sugihwaras

VII. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN


Tabel 7.1 Jadwal Pelaksanaan Program DBD
NO KEGIATANA BULAN KET
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Penyuluhan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
DBD
2 PJB √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
3 PE Sesuai Kasus
4 Abatisasi √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
selektif
5 Foging focus Sesuai Kasus
6 Monitoring √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
dan evaluasi

VIII. TATA NILAI PUSKESMAS SUGIHWARAS


1. Berpikir pada rakyat :
Kegiatan atau pelaksanaan program pengendalian penyakit DBD di
utamakan kepada kesejahteran masyarkat di wilayah kerja Puskesmas
Sugihwaras pada umumnya dan pada khususnya kepada pemegang
program
2. Jujur :
Berusaha jujur di setiap melaksanakan tanggung jawab yang telah di
berikan
3. Responsif :
Dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, menindak lanjuti
sitiap ada informasi insiden kasus DBD baik dari Puskesmas, RS atau
pun informasi yang di dapat dari masyarakat.
Melakukan PE ketika ada insiden kasus DBD baik insiden yang di
dapat dari Puskesmas atau RS
4. Ramah :
Dalam memberikan pelayanan kepada masyarakt, koordinasi lintas
program dan sektor

IX. PERAN LINTAS PROGRAM


Berkerjasama di dalam lingkup Puskesmas atau lingkup Dinas Kesehatan :
1. Sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan.
2. Sebagai pusat Pemberdayaan Masyarakat
3. Sebagai pelayanan kesehatan perorangan
4. Sebagai playanan kesehatan masyarakat
5. Mengidentifikasi masalah dan hambatan dalam pelaksanaan kegiatan
Puskesmas secara bersama-sama
6. Mengidentifikasi penyebab masalah serta diupayakannya pemecahan
masalah.
7. Bersama-sama merencana kerja untuk periode selanjutnya.
8. Memantau pelaksanaan kegiatan Puskesmas ber-dasarkan
perencanaan dan memecahkan masalah yang dihadapi serta
tersusunnya rencana kerja baru.
9. Meningkatkan kerjasama antar petugas intern Puskesmas, termasuk
Puskesmas Pembantu dan Bidan di Desa.
10. Mendapatkan kesepakatan untuk melaksanakan kegiatan sesuai
dengan perencanaan yaitu Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK).
11. Meningkatkan motivasi petugas Puskesmas untuk dapat melaksanakan
kegiatan sesuai dengan perencanaan (RPK).
12. Mengkaji pelaksanaan rencana kerja (RPK) yang telah disusun,
memecahkan masalah yang terjadi dan menyusun upaya pemecahan
dalam bentuk rencana kerja yang baru.

X. PERAN LINTAS SEKTORAL


Berkerjasama dengan organisasi Lembaga Swadaya Masyarakat atau
LSM, dan pemerintah Desa, dengan menggalang kerjasama dalam rangka
penyelenggaraan pembangunan di bidang kesehatan untuk meningkatkan
program pembinaan pembangunaan bidang kesehatan masing-masing sektor.
Mengetahui peran masing-masing sektor dan saling mendukung untuk
melaksanakan pembangunan di bidang kesehatan, merumuskan kerja sama
pembinaan pembangunan dalam bidang kesehatan dengan melaksanakan
perencanaan pembinaan secara terpadu di masyarakat dengan
mengedepankan skala prioritas melalui langkah-langkah :
1. Identifikasi
2. Sosialisasi tentang program
3. Penyamaan persepsi
4. Pembentukan komitmen
5. Pengaturan peran
6. Komunikasi intensif
7. Melakukan kegiatan
8. Dan melakukan pemantauan dan evaluasi

Perannya sebagai berikut :


1. Pemerintahan (Camat atau Desa)
Menyusun kebijakan, melaksanakan pembinaan, dan motivasi kepada
masyarakat dalam melaksanakan pembanguan termasuk
pembangunan bidang kesehatan P2 DBD. Bertanggung jawab di wilayah
kecamatan merencanakan, penggerak, pengawasan, pengendalian
dan peningkatan dalam kegiatan penyuluhan PSN 3M plus.
2. TP PKK Kecamatan dan Desa
a. Pembina, Motivator masyarakat untuk melaksanakan
pembangunan kesehatan meliputi dalam bidang
P r o m o s i K e s e h a t a n P 2 D B D melalui kegiatan kelompok.
b. Memotivasi kader dalam pelaksanaan Pembinaan, penyuluhan ibu-ibu
Bayi dan balita.- Penyuluhan dan memotivasi ibu-ibu untuk ikut berusaha
dalam meningkatkan kewaspadaan dengan melakukan PSN 3M Plus.

3. Koramil
a. Berkoordinasi dalam masalah keamanan dan penanggulangan
bencana(siaga bencana)
b. Bersama sama melaksanakan PSN( Pemberantasan sarang
nyamuk), Sebegai anggota tim supervisi terpadu PSN
c. Memberikan masukan,harapan dan kebutuhan masyarakat akan
pelayanan kesehatan
4. Polsek
a. Bersama sama melaksanakan PSN( Pemberantasan sarang
nyamuk), Sebegai anggota tim supervisi terpadu PSN
b. Memberikan masukan,harapan dan kebutuhan masyarakat akan
pelayanan kesehatan
5. Dinas Pendidikan
a. Berkoordinasi pada kegiatan
b. Berkoordinasi pada kegiatan Penyuluhan PSN 3M Plus
c. Berkoordinas dalam inspeksi bejana penampungan air TTU di
instansi pendidikan (TK,SD, SMP, dan SMA/SMK)
d. Bersama sama melaksanakan PSN( Pemberantasan sarang
nyamuk), Sebegai anggota tim supervisi terpadu PSN
e. Berkoordinasi dalam pelaporan
f. Memberikan masukan,harapan dan kebutuhan masyarakat akan
pelayanan kesehatan
6. UPT B-KB
a. Memberikan pembinaan dan motivasi dalam upaya
meningkatkan kesejahteraan
b. Memberikan masukan ,harapan dan kebutuhan masyarakat akan
pelayanan kesehatan
c. Bersama sama melakukan PSN, sebagai anggota tim supervisi
terpadu PSN
7. KUA
a. Sebagai anggota pokjanal PSN-GJB
b. Berkoordinas dalam inspeksi bejana penampungan air TTU di
instansi pendidikan (MI,MTs dan RA)

8. Kepala Desa
a. Memberikan dukungan kepada pelayanan kesehatan di
puskesmas
b. Sebagai ketua tim pelaksana tingkat desa akselerasi penurunan
penderita DBD
c. Sebagai penanggung jawab / koordinator pelaksanaan PSN-GJB
tingkat desa
d. Memotivasi masyarakat yang tidak mau dirujuk ke Rumah Sakit
e. Memberikan masukan,harapan dan kebutuhan masyarakat akan
pelayanan kesehatan
f. Bersama sama menyusun jadwal kegiatan program kesehatan
PSN
g. Membuat surat keputusan tentang penetapan kader aktif
9. PKK
a. Melakukan pembinaan, memotivasi masyarakat untuk
melaksanakan pembangunan
b. kesehatan meliputi kegiatan dibidang Promosi kesehatan PSN
3M Plus melalui kegiatan kelompok
c. Memberikan masukan,harapan dan kebutuhan masyarakat akan
pelayanan kesehatan
d. Sebagai anggota pokjanal PSN-GJB
10. Kader
a. Pelaksana dalam Kegiatan Juru Pemantau jentik (Jumantik),
Survei Perumahan dan lingkungan
b. Sebagai Penggerak peran serta masyarakat
c. Membantu kegiatan puskesmas di Masyarakat Pelaporan
tersangka penderita DBD
d. Sebagai Penyuluh kesehatan di masyarakat
e. Membantu petugas puskesmas dalam melaksanakan kegiatan

XI. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN


Evaluasi jadwal pelaksanaan kegiatan dilakukan setiap bulan, dilakukan
oleh pelaksana Program dan dilakukan tindakan korektif jika terjadi ketidak
tepatan jadwal pelaksanaan keigatan.
Pelaporan tentang evaluasi ketepatan jadual pelaksanaan kegiatan berupa
chek list disertai dengan keterangan tindakan korektif jika terjadi ketidak tepatan
jadwal pelaksanaan kegiatan, Laporan evaluasi ini dibuat pada minggu ke-4
setiap bulan selama tahun 2016 atau sesuai kasus.
Laporan evaluasi ini ditunjukkan kepada program UKP dilanjutkan Kepala
UPTD Puskesmas Sugihwaras dan pemegan Program DBD Dinkes Kabupaten
Bojonegoro

Tabel 8.1 Tabel Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan Program DBD


NO KEGIATANA WAKTU TEMPAT
1 Penyuluhan Setiap Bulan Desa
DBD
2 PJB Setiap Bulan Desa
3 PE Sesuai Kasus Desa
4 Abatisasi Setiap ada kasus dan Setiap 3 Desa
selektif
Bulan
5 Foging focus Sesuai Kasus Desa
6 Monitoring Setiap ada kasus PE, FF dan Puskesmas
dan evaluasi
Setiap 3 Bulan

IX PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN


Pencatatan, pelaporan dan evaluasi setiap selesai kegiatan, dan hasil
kegiatan di laporkan ke Kepala Puskesmas dan diteruskan ke P2 Dinas
Kesehatan Kabupaten dan untuk dilakukan tindak lanjut.
ABATESASI SELEKTIF
No. Dokumen : 440/ /2012.14/2023
No. Revisi :
TanggalTerbit :
KAK
Halaman :
BOJONEGOR
O

PUSKESMAS
KEPOHBARU
dr. Rizka Dianita Anggraeni
Nip19831011 201503 2 001

I. PENDAHULUAN
Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit
menular yang sering menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) di Indonesia.
Penyakit ini mempunyai perjalanan penyakit yang cepat, mudah menyebar dan
dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat.
Prediksi kejadian demam berdarah dengue di suatu wilayah, selama ini
dilakukan berdasarkan stratifikasi endemisitas, pola maksimal−minimal dan
siklus 3−5 tahun sesuai dari data Surveilans epidemiologi
Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit akut yang disebabkan oleh
infeksi virus yang dibawa oleh nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus
betina yang umumnya menyerang pada pada musim hujan dan musim panas.
Virus itu menyebabkan gangguan pada pembuluh darah kapiler dan pada sistem
pembekuan darah, sehingga mengakibatkan perdarahan-perdarahan.
Manifestasi klinis dari infeksi virus dengue dapat berupa demam dengue dan
DBD dengue.
Secara umum 2,5 sampai 3 milyar orang beresiko terserang penyakit DBD,
Aedes aegypti merupakan vektor epidemi utama, penyebaran penyakit ini,
diperkirakan terdapat 50 sampai 100 juta kasus per tahun, 500.000 kasus
menuntut perawatan di Rumah Sakit, dan 90 % menyerang anak-anak dibawah
15 tahun, rata-rata angka kematian (Case Fatality Rate/CFR ) mencapai 5 %,
secara epidemis bersifat siklis (terulang pada jangka waktu tertentu), dan belum
ditemukan vaksin pencegahnya (Depkes RI, 2000).
Pencegahan demam berdarah yang paling ampuh adalah dengan
memberantas nyamuk Aedes Aegypty. Hal ini dapat dilakukan dengan
meniadakan genangan-genangan air, terutama air bersih. Di samping itu, cara
lain yang juga tidak kalah ampuh ialah abatisasi, yaitu menaburkan bubuk Abate
pada tempat-tempat penampungan air
Keampuhan Abate ini bisa efektif sampai dua bulan dalam bak yang tidak
dikuras. Sedangkan Abate ini sendiri adalah suatu larvasida (pembunuh larva)
yang efektif untuk memberantas jentik segala macam nyamuk. Walaupun
beracun untuk jentik nyamuk, namun Abate tidak berbahaya untuk manusia dan
ikan. Karena itu tidak perlu khawatir menggunakannya walaupun memilki balita.
Tapi yang harus diketahui, abatisasi hanya perlu dilakukan pada tempat-
tempat air tergenang, seperti bak mandi, jambangan bunga, dan selokan kecil
yang airnya tergenang. Jadi Abate hanya efektif digunakan untuk wadah-wadah
air yang lebih kecil volumenya, seperti bak mandi dan tempat penampungan
air lainnya.Abate tidak bermanfaat ditaburkan pada air mengalir. Selain itu Abate
tidak cocok digunakan untuk sumur.
Juga perlu diketahui, pengertian bahwa Abate dapat membunuh virus
penyakit demam berdarah adalah salah. Karena Abate hanya membunuh jentik
nyamuk, bukan virus penyebab penyakit demam berdarah. Tindakan abatisasi ini
sendiri, sebenarnya juga bukan ditujukan untuk membunuh nyamuk dewasa
tetapi membunuh jentik-jentiknya. Tindakan ini dilakukan untuk memutuskan
mata rantai perkembangbiakan nyamuk tersebut, Agar usaha dapat mencapai
hasil maksimal abatisasi sebaiknya dilakukan secara serempak oleh warga dari
suatu wilayah atau daerah

II. LATAR BELAKANG


Demam Berdarah Dengue merupakan salah satu penyakit yang
cenderung meningkat jumlah kasusnya dan penyebarannya, serta sering
menimbulkan kejadian luar biasa dan kematian sehingga menjadi masalah
kesehatan masyarakat.
Untuk memberantas penyakit demam berdarah dengue diperlukan peran
serta masyarakat guna mencegah dan membatasi penyebaran penyakit,
peningkatan peran serta masyarakat dilaksanakan dengan penyuluhan dan
motivasi kepada masyarakat.
Abatisasi adalah penaburan insektisida pembasmi jentik pada tempat
penampungan air. Pengendalian secara kimiawi merupakan cara pengandalian
serta pembasmian nyamuk serta jentiknya dengan menggunakan bahan-bahan
kimia. Cara pengendalian ini antara lain dengan, Memberikan bubuk abate
(temephos) pada tempat-tempat penampungan air  seperti gentong air, vas
bunga, kolam dan lain-lain.
Cara yang paling mudah namun efektif dalam mencegah penyakit DBD
adalah dengan mengkombinasikan cara-cara diatas yang sering kita sebut
dengan istilah 3M plus yaitu dengan menutup tempat penampungan air,
menguras bak mandi dan tempat penampungan air sekurang-kurangnya
seminggu sekali serta menimbun sempah-sampah dan lubang-lubang pohon
yang berpotensi sebagai tempat perkembangan jentik-jentik nyamuk. Selain itu
juga dapat dilakukan dengan melakukan tindakan plus seperti memelihara ikan
pemakan jentik-jentik nyamuk, menur larvasida, menggunakan kelambu saat
tidur, memesang kasa, menyemprot dengan insektisida, menggunakan
repellent, memesang obat nyamuk, memeriksa jentik nyamuk secara berkala
serta tindakan lain yang sesuai dengan kondisi setempat

III. TUJUAN
1. TujuanUmum
Tujuan pelaksanaan abatisasi selektif adalah sebagai tindakan sweeping
hasil penggerakan masyarakat dalam PSN-DBD

2. Tujuan Khusus:
Pengendalian secara kimiawi pada jentik nyamuk dengan menggunakan
bahan-bahan kimia atau bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat
penampungan air.

IV. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN


1. Siapkan surat pemberitahuan kepada Kepala Desa/ Lurah tentang Jadwal
pelaksanaan Abatisasi selektif.
2. Siapkan surat tugas pelaksanaan.
3. Siapkan perlengkapan bagi tenaga pelaksana (Form pemeriksaan jentik,
senter dan abate)
4. Siapkan data lokasi Abatisasi selektif
5. Catat hasil Abatisasi selektif pada Form PJB

V. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN


Abatisasi dilakukan dengan memeriksa tempat penampungan air (TPA)
baik didalam maupun diluar rumah pada seluruh rumah dan bangunan di
desa/kelurahan endemis dan sporadik dan penaburan bubuk abate (larvasida)
pada TPA yang ditemukan jentik. Pelaksana abatisasi adalah petugas yang
telah dilatih oleh petugas Puskesmas.

VI SASARAN
1. Semua tempat berkembang biakan nyamuk penular DBD
2. Tempat penampungan air untuk keperluan sehari – hari
3. Tempat pemampungan air bukan untuk keperluan sehari – hari
4. Tempat penampungan air alamiah

VII JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN


N0 URAIAN BULAN KET
KEGIATANA 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 PJB √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
2 Pencatatan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
dan pelaporan

VIII EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN


1. Evaluasi PJB dilakukan setelah pelaksanaan kegiatan
2. Hasil evaluasi dilaporkan kepada Kepala Puskesmas
3. Dan dilanjutkan ke P2 Dinkes Kabupaten setiap 3 bulan sekali

IX PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN


Pencatatan, pelaporan dan evaluasi setiap selesai kegiatan, dan hasil
kegiatan di laporkan ke Kepala Puskesmas dan diteruskan ke P2 Dinas
Kesehatan Kabupaten

FOGING FOKUS
No. Dokumen : 440/ /2012.14/2023
No. Revisi :
TanggalTerbit :
KAK
Halaman :
BOJONEGOR
O

PUSKESMAS
KEPOHBARU
dr. Rizka Dianita Anggraeni
Nip19831011 201503 2 001

I. PENDAHULUAN
Demem berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit menular yang
sering menimbulkan kejadian luar biasa (KLB)/ wabah, nyamuk penularnya Aedes
Aegepty dan virus dengue tersebar luas di sebagian luas wilayah Indonesia sehingga
penularan DBD dapat terjadi di semua tempat/ wilayah yang terdapat penularan nyamuk
tersebut.
Setiap di ketahui adanya penderita DBD Segera di tindak lanjuti dengan kegiatan
Penyelidikan Epidemiologi (PE) dan penanggulangan Fokus, sehingga kemungkinan
penyebaran dapat di batasi dan KLB dapat di cegah
Dalam melaksanakan kegiatan pemberantasan DBD sangat di perlukan peran serta
masyarakat, baik untuk membantu kelancaran pelaksanaan kegiatan pemberantasan
nyamuk penularnya.

II. LATAR BELAKANG


Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan salah satu penyakit yang cenderung
meningkat jumlah kasusnya dan penyebarannya, serta sering menimbulkan kejadian
luar biasa dan kematian sehingga menjadi masalah kesehatan masyarakat.
Untuk itu perlu dilakukan berbagai kegiatan pemberantasan penyakit demam
berdarah dengue secara dini dan terus-menerus. Upaya pemberantasan penyakit Demam
Berdarah Dengue dilakukan melalui kegiatan pencegahan, penemuan, pelaporan
penderita, pengamatan penyakit dan penyelidikan epidemiologi, penanggulangan
seperlunya, penanggulangan lain dan penyuluhan kepada masyarakat.
Penanggulangan seperlunya adalah penyemprotan insektisida dan /atau
pemberantasan sarang nyamuk pembawa virus dengue yang dilakukan berdasarkan hasil
penyelidikan epidemiologi.

III. TUJUAN
1. Tujuan Umum :
Mengendalikan popolasi nyamuk aedes aegypti sehingga penularan DBD dapat di
cegah atau di kurang
2. Tujuan Khusus:
Untuk membatasi penularan DBD dan mencegah terjadinya KLB di lokasi tempat
tinggal penderita DBD dan rumah/ bangunan sekitarnya serta tempat – tempat
umum yang berpotensi menjadi sumber penular DBD lebih lanjut.

IV. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN


Tidak lanjut dari hasil PE adalah sebagai berikut:
1. Bila di temukan penderita DBD lainnya (1 atau lebih) atau di temukan 3 atau lebih
tersangka DBD dan di temukan jentik (> 5%) dari rumah dan bangunan yang di
periksa, maka di lakukan penggerakan masyarakat dalam PSN 3M Plus DBD,
Larvasida, dan Pengasapan.
2. Pengasapan dengan insektisida di rumah penderita DBD dan rumah/ bangunan
sekitarnya dalam radius 200 meter, 2 siklus dengan interval 1 minggu.
3. Buat pemetaan (mapping) daerah yang akan ditanggulangi dan daftar rumah per
RT dalam bentuk tabel
4. Fogging dilakukan saat aktifitas puncak nyamuk menghisap darah yaitu pada pagi
hari jam 07.00 – 09.00 atau sore hari jam 15.00 – 17.00 waktu setempat. Fogging
sebaiknya dilaksanakan pada kondisi tidak ada hujan, angin, dan menghindari suhu
udara yang relatif panas.
5. Bila tidak di temukan penderita lainnya seperti di atas tetapi ditemukan jentik
maka di lakukan penggerakan masyarakat dalam PSN DBD, larvasida dan
penyuluhan.
6. Bila tidak di temukan penderita lainnya seperti di atas dan tidak ditemukan jentik
maka di lakukan penyuluhan masyarakat

V. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN


1. Memberitahu kepada Kepala Desa tentang hasil PE dan rencana penanggulangan
focus.
2. Memberitahu kepada Ketua RW/RT tentang jadwal kegiatan penaanggulangan
focus.
3. Kegiatan Penanggulangan Focus sesuai hasil PE
a. Penggerakan masyarakan dalam PSN DBD dan larvasida.
b. Penyuluhan.
c. Pengasapan dengan insektisida.
4. Hasil pelaksanaan penanggulangan focus di laporkan oleh puskesmas kepada
dinas kesehatan .
5. Hasil kegiatan pemberantasan DBD di laporkan oleh puskesmas kepada dinas
kesehatan kabupaten setiap bulan dengan menggunakan formulir K- DBD.

VI. SASARAN
Rumah dan tempat – tempat umum

VII. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN


Menindak lanjuti hasil penyelidikan Epidemiologi yang memerlukan penanganan
dan bila terjadi wabah

VIII. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN


1. Evaluasi foging focus dilakukan setelah pelaksanaan kegiatan
2. Hasil evaluasi dilaporkan kepada Kepala Puskesmas dan dilanjutkan ke P2 Dinkes
Kabupaten

IX PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN


Pencatatan, pelaporan dan evaluasi setiap selesai kegiatan, dan hasil kegiatan di
laporkan ke Kepala Puskesmas dan diteruskan ke P2 Dinas Kesehatan Kabupaten
X. PENDANAAN
APBD Kabupaten dan swadaya Desa setempat

PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGIS

No. Dokumen : 440/ /2012.14/2023


No. Revisi :
KAK TanggalTerbit :
BOJONEGOR
Halaman :
O

PUSKESMAS
KEPOHBARU
dr. Rizka Dianita Anggraeni
Nip19831011 201503 2 001

I. PENDAHULUAN
Demam Berdarah merupakan salah satu penyakit menular yang sering
menimbulkan kejadian luar biasa (KLB), nyamuk penularnya Aedes Aegepty dan Virus
Dengue tersebar luas di sebagiaan besar wilayah Indonesia, sehingga penularan DBD
dapat terjadi di semua tempat / wilayah yang terdapat nyamuk penular penyakit
tersebut.
Pemberantasan penyakit demam berdarah dengue pada dasarnya dilakukan sesuai
dengan pemberantasan penyakit menular pada umumnya, namun mengingat vaksin
untuk mencegah dan obat untuk membasmi virusnya belum ditemukan, maka
pemberantasan penyakit demam berdarah dengue dilaksanakan terutama dengan
memberantas nyamuk penularnya
Setiap di ketahui adanya penderita DBD Segera di tindak lanjuti dengan kegiatan
Penyelidikan Epidemiologi (PE) sehingga kemungkinan penyebaran DBD dapat di
batasi dan KLB dapat di cegah.

II. LATAR BELAKANG.


Seluruh wilayah Indonesia, mempunyai risiko untuk kejangkitan penyakit Demam
Berdarah Dengue karena virus penyebab dan nyamuk penularnya (Aedes aegypti)
tersebar luas, baik di rumah-rumah maupun di Tempat Umum, kecuali yang
ketinggiannya lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut.
Demam Berdarah Dengue masih menjadi masalah kesehatan yang cukup serius di
Indonesia kususnya jawa timur. Penyebaran kasus DBD cenderung meluas dari tahun ke
tahun di Jawa Timur.
KLB DBD yang terus meningkat membutuhkan penanganan yang baik, serius dan
benar pada semua kejadian. Di harapkan dengan penanganan yang baik serius dan benar
maka KLB dapat di tanggulangi dan di cegah.

III. TUJUAN
1. Tujuan Umum :
Mengetahui potensi penularan dan penyebaran DBD lebih lanjut serta tindakan
penanggulangan yang perlu di lakukan di wilayah di sekitar tempat tinggal penderita.
2. Tujuan Khusus:
a. Mengetahui adanya penderita dan tersangka infeksi DBD lainnya.
b. Mengetahui angka bebas jentik (ABJ)
c. Mengidentifikasi factor risiko lingkungan dan perilaku masyarakat terhadap
timbulnya DBD
d. Menentukan jenis tindakan yang akan dilakukan

IV. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN


1. Setelah menemukan atau menerima laporan adanya penderita DBD, petugas
puskesmas atau Programer DBD segera berkoordinasi dengan Nakes Desa
Perawat atau Bidan setempat. Kalau penderita MRS meminta KDRS di RS
setempat.
2. Menyiapkan peralatan survey, seperti: senter, formulir PE dan ATK.
3. Memberitahu Kades atau Ketua RW/RT setempat bahwa wilayahnya ada
penderita DBD dan akan di laksanakan PE
4. Masyarakat di lokasi tempat tinggal penderita dimohon untuk membantu
kelancaran pelaksanaan PE.
5. Pelaksanaan PE

V. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN


1. Petugas puskesmas memperkenalkan diri dan selanjutnya wawancara dengan
keluarga, untuk mengetahui ada tidaknya penderita DBD/Panas yang lainnya.
2. Bila ditemukan penderita demam tanpa sebab yang jelas pada saat itu di lakukan
pemeriksaan di kulit dan di lakukan uji Tourniquet.
3. Melakukan pemeriksaan jentik pada tempat penampungan air (TPA) dan tempat –
tempat lain yang menjadi tempat berkembang biakan nyamuk Aedes Aegypti baik
di dalam maupun di luar rumah / bangunan.
4. Kegiatan dilaksanakan ± 20 rumah di sekitar tempat tinggal penderita.
5. Bila penderita adalah siswa sekolah, maka PE dilakukan juga di sekolah siswa
yang bersangkutan.
6. Hasil pemeriksaan adanya penderita lain dan hasil pemeriksaan terhadap penderita
demam (tersangka DBD) dan pemeriksaan jentik dicatat dalam formulir PE
7. Hasil PE dilaporkan kepada kepala dinas kesehatan Kabupaten/Kota, untuk tindak
lanjut lapangan di koordinasikan dengan Kades setempat.
8. Berdasar kanhasil PE yang terdapat penderita DBD 3 orang di lakukan
Penanggulangan Fokus.

VI. SASARAN
17 desa di wilayah kerja Puskesmas Sugihwaras yang terdapat incident kasus

VII. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN


N0 URAIAN BULAN KET
KEGIATANA 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 PE v v v v v v v v v v v v
2 Pencatatan dan v v v v v v v v v v v v
Pelaporan

VIII. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN


3. Evaluasi PE dilakukan oleh pelaksana kegiatan di Desa terkait dengan pelaksana
program setelah kegiatan.
4. Hasil evaluasi dilaporkan kepada Kepala Puskesmas dan dilanjutkan ke P2 Dinkes
Kabupaten

IX. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN


Pencatatan, pelaporan dan evaluasi setiap selesai kegiatan, dan hasil kegiatan di
laporkan ke Kepala Puskesmas dan diteruskan ke P2 Dinas Kesehatan Kabupaten
PEMERIKSAAN JENTIK BERKALA
No. Dokumen : 440/ /2012.14/2023
No. Revisi :
TanggalTerbit :
KAK
Halaman :
BOJONEGOR
O

PUSKESMAS
KEPOHBARU
dr. Rizka Dianita Anggraeni
Nip19831011 201503 2 001

I. PENDAHULUAN
Penyakit demam berdarah dengue umumnya ditularkan melalui gigitan nyamuk
Aedes aegypti (meskipun juga dapat ditularkan oleh Aedes albopictus yang hidup di
kebun). Nyamuk ini mendapat virus dengue pada waktu mengisap darah penderita
penyakit demam berdarah dengue atau orang tanpa gejala sakit yang membawavirus itu
dalam darahnya (carier)
Nyamuk penular demam berdarah dengue Aedes Aegepty hingga saat ini masih
Sebagai panduan untuk melaksanakan tindakan pemeriksaan DBD yang tersebar luas hampir di
seluruh pelosok Indonesia, sehingga cara yang efektif dalam pemberantasan penyakit ini
adalah dengan melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk Demam Berdarah Dengue
(PSN DBD) oleh selurah lapisan masyarakat di rumah rumah dan tempat tempat umum
(TTU) serta lingkungan masing – masing secara terus menerus.
Pembinaan peran serta masyarakat dilaksanakan dengan penyuluhan dan motivasi
kepada masyarakat. Oleh karena itu pemberantasan penyakit demam berdarah dengue
dilaksanakan melalui kerjasama lintas program dan sektoral yang dikoordinasikan oleh
kepala Wilayah/Daerah
Apabila kegiatan PSN DBD ini dapat di laksanakan dengan intensif maka popolasi
nyamuk Aedes Aegepty dapat di kendalikan sehingga penularan demam berdarah dengue
dapat di cegah atau di kurangi.
II. LATAR BELAKANG
Demam Berdarah Dengue merupakan salah satu penyakit yang cenderung
meningkat jumlah kasusnya dan penyebarannya, serta sering menimbulkan kejadian
luar biasa dan kematian sehingga menjadi masalah kesehatan masyarakat.
Untuk memberantas penyakit demam berdarah dengue diperlukan peran serta
masyarakat guna mencegah dan membatasi penyebaran penyakit, peningkatan peran
serta masyarakat dilaksanakan dengan penyuluhan dan motivasi kepada masyarakat.
Penyuluhan dan motivasi dapat dilaksanakan secara aktif atau pasif, pada saat
pemeriksaan jentik berkala dapat dilakukan penyuluhan dan motivasi secara langsung
dengan menunjukkan bejana rumah penduduk yang terdapat jentik.
Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) adalah pemeriksaan tempat penampungan air
dan tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti untuk mengetahui adanya jentik
nyamuk, yang dilakukan di rumah dan tempat umum secara teratur sekurang-kurangnya
tiap 3 bulan untuk mengetahui keadaan populasi jentik nyamuk penular penyakit
Demam Berdarah Dengue.

III. TUJUAN
3. TujuanUmum
Untuk mengetahui tingkat keberhasilan pemberantasan sarang nyamuk (PSN)
melalui 3M

4. Tujuan Khusus:
Melakukan pemeriksaan jentik nyamuk penular demam berdarah dengue dan
memotivasi keluarga/ masyarakat dalam melaksanakan PSN DBD dengan
kunjungan yang berulang di sertai penyuluhan diharapkan masyarakat dapat
melaksanakan PSN DBD secara teratur dan terus menerus.

IV. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN


6. Siapkan surat pemberitahuan kepada Kepala Desa/ Lurah tentang Jadwal
pelaksanaan PJB.
7. Siapkan surat tugas pelaksanaan.
8. Siapkan perlengkapan bagi tenaga pelaksana (Form pemeriksaan jentik dan senter)
9. Siapkan data lokasi PJB
10. Pilih100 rumahsecara acak
11. Catat hasil pemeriksaan jentik pada Form PJB

V. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN


1. Dilakukan dengan mengunjungi rumah dan tempat – tempat umum untuk
memeriksa Tempat penampungan air (TPA), non TPA dan tempat penampungan air
alamiah Didalam dan di luar rumah/ bangunan serta memberikan penyuluhan
tentang PSN DBD kepada keluarga dan masyarakat.
2. Jika di temukan jentik, anggota keluarga atau pengelola tempat – tempat umum di
minta untuk ikut melihat / menyaksikan, kemudian lanjutkan dengan PSN DBD (3
M atau 3 M plus).
3. Memberikan penjelasan dan anjuran PSN DBD kepada keluarga dan pengelola/
petugas kebersihan tempat – tempat umum.
4. Mencatat hasil pemeriksaan jentik pada Kartu jentik rumah/ bangunan yang di
rumah/ bangunan dan pada formulir, untuk pelaporan kepuskesmas dan yang terkait
lainnya.

VI SASARAN
5. Semua tempat berkembang biakan nyamuk penular DBD
6. Tempat penampungan air untuk keperluan sehari – hari
7. Tempat pemampungan air bukan untuk keperluan sehari – hari
8. Tempat penampungan air alamiah

VII JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN


N0 URAIAN BULAN KET
KEGIATANA 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 PJB v v v v
2 Pencatatan dan v v v v
pelaporan

VIII EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN


4. Evaluasi PJB dilakukan setelah pelaksanaan kegiatan
5. Hasil evaluasi dilaporkan kepada Kepala Puskesmas
6. Dan dilanjutkan ke P2 Dinkes Kabupaten setiap 3 bulan sekali

IX PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN


Pencatatan, pelaporan dan evaluasi setiap selesai kegiatan, dan hasil kegiatan di
laporkan ke Kepala Puskesmas dan diteruskan ke P2 Dinas Kesehatan Kabupaten
PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK
No. Dokumen : 440/ /2012.14/2023
No. Revisi :
TanggalTerbit :
KAK
Halaman :
BOJONEGOR
O

PUSKESMAS
KEPOHBARU
dr. Rizka Dianita Anggraeni
Nip19831011 201503 2 001

I. PENDAHULUAN
Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan salah satu penyakit yang cenderung
meningkat jumlah kasusnya dan penyebarannya, serta sering menimbulkan kejadian luar
biasa dan kematian sehingga menjadi masalah kesehatan masyarakat
Bahwa untuk itu perlu dilakukan berbagai kegiatan pemberantasan penyakit demam
berdarah dengue secara dini dan terus-menerus
Pemberantasan penyakit ini adalah dengan melaksanakan pemberantasan sarang
nyamuk 3M Plus Demam Berdarah Dengue (PSN DBD) oleh selurah lapisan masyarakat
di rumah rumah dan tempat-tempat umum (TTU) serta lingkungan masing – masing
secara terus menerus Apabila kegiatan PSN 3M Plus DBD ini dapat di laksanakan
dengan intensif maka popolasi nyamuk Aedes Aegepty dapat di kendalikan sehingga
penularan demam berdarah dengue dapat di cegah atau di kurangi.

II. LATAR BELAKANG


Pengendalian Vektor DBD yang paling efisian dan efektif adalah dengan
memutus rantai penularan melalui pemberantasan jentik. Pelaksanaannya di masyarakat
dilakukan melalui upaya Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue
(PSN-DBD) dalam bentuk kegiatan 3M Plus. Untuk mendapatkan hasil yang
diharapkan, kegiatan 3M Plus ini harus dilakukan secara luas/serempak dan terus-
menerus/berkesinambungan. Tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku yang sangat
beragam sering menghambat suksesnya gerakan ini. Untuk itu sosialisasi kepada
masyarkat/individu untuk melakukan kegiatan ini secara rutin, serta penguatan peran
tokoh masyarakat untuk mau secara terus menerus menggerakkan masyarakat harus
dilakukan melalui kegiatan promosi kegiatan.
Dengan promosi kegiatan, penyuluhan dan motivasi yang intensif melalui
berbagai jalur komunikasi dan informasi kepada masyarakat seperti melalui televisi,
radio, dan media masa lainnya, kerja bakti dan lomba PSN DBD dikelurahan/ desa,
sekolah atau tempat tempat umum lainnya. Pelaksanaan penyuluhan dan motivasi
dilaksanakan melalui kerjasama lintas program dan sektoral yang dikoordinasikan oleh
kepala Wilayah/Daerah.

III. TUJUAN
1. Tujuan Umum :
Mengendalikan populasi nyamuk Aedes Aegepty sehingga penularan DBD dapat di
cegah atau di kurangi
2. Tujuan Khusus:
a. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pencegahan dan pengendalian
DBD
b. Menurunkan jumlah kelompok masyarakat yang berisiko terhadap penularan
DBD
c. Menurunkan angka kesakitan DBD
d. Menurunkan angka kematian akibat DBD

IV. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN


12. Menguras dan menyikat tempat-tempat penampungan air, seperti bak mandi/wc,
drum, dan lain-lain seminggu sekali (M1)
13. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air, seperti gentong air/tempayan, dan
lain-lain (M2)
14. Mengubur atau memanfaatkan/mendaur ulang barang-barang bekasyang dapat
menampung air hujan (M3)

V. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN


1. Dilakukan dengan mengunjungi rumah dan tempat – tempat umum untuk
memeriksa tempat penampungan air ( TPA ), non TPA dan tempat penampungan
air alamiah di dalam dan di luar rumah / bangunan
2. Di rumah dilaksanakan oleh anggota keluarga
3. Tempat-tempat umum dilaksanakan oleh petugas yang ditunjuj oleh pimpinan atau
pengelola tempat-tempat umum

VI SASARAN
1. Semua tempat berkembangbiakan nyamuk penular DBD
2. Tempat penampungan air untuk keperluan sehari – hari
3. Tempat pemampungan air bukan untuk keperluan sehari – hari
4. Tempat penampungan air alamiah

VII JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN


N0 URAIAN BULAN KET
KEGIATANA 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 PSN v v v v v v v v v v v v
2 Pencatatan dan v v v v v v v v v v v v
pelaporan

VIII EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN


7. Evaluasi PSN dilakukan setelah pelaksanaan kegiatan
8. Hasil evaluasi dilaporkan kepada Kepala Puskesmas

IX PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN


Pencatatan, pelaporan dan evaluasi setiap selesai kegiatan, dan hasil kegiatan di
laporkan ke Kepala Puskesmas dan diteruskan ke P2 Dinas Kesehatan Kabupaten.

Anda mungkin juga menyukai