Anda di halaman 1dari 23

PEDOMAN

UPAYA PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN


PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE
(DBD)

PENYUSUN
PELAKSANA PROGRAM DEMAM BERDARAH DENGUE
(DBD)

UPT PUSKESMAS PONGGOK


TAHUN 2018
KATA PENGANTAR
Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan kesehatan di Indonesia
terutama dalam mengurangi penyebaran penyakit menular diperlukan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang baik petugas kesehatan
maupun seluruh lapisan masyarakat agar penyebaran dapat di kendalikan sehingga
dapat terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Penyakit
demam berdarah merupakan salah satu penyakit menular yang perlu di waspadai
karena di Indonesia merupakan negara dengan kasus tertinggi di Asia Tenggara.
Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan penanggulangan Demam
Berdarah Dengue (DBD) yang mempunyai fungsi sebagai penggerak
masyarakat dalam menanggulangi penyebaran, penggerak masyarakat agar
berperilaku hidup bersih dan sehat, serta sebagai pusat pelayanan
kesehatan tingkat pertama di wilayah kerjanya dalam penanggulangan DBD,
mempunyai peran yang sangat setrategis dalam mencapai tujuan
pembangunan kesehatan terutama dalam mengurangi penyebaran penyakit
menular.
Pedoman Penanggulangan penyakit Demam Berdarah Dengue
(DBD) ini dapat dijadikan sebagai acuan atau pengatur aspek pelaksanaan
penanggulangan penyakit Demam Berdarah terutama di wilayah kerja
puskesmas.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan rahmat dan hidayah- Nya
kepada kita semua. Amiin.
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Penyakit Demam Berdarah (DBD) merupakan salah satu masalah
kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia. Jumlah penderita dan luas
daerah penyebarannya semakin bertambah seiring dengan meningkatnya
mobilitas dan kepadatan penduduk.
Laporan Kementrian Kesehatan (KEMENKES) mencatat di tahun 2015 pada
bulan Oktober ada 3.219 kasus DBD dengan kematian 32 jiwa, sementara
November ada 2.921 kasus dengan 37 angka kematian dan Desember 1.104
kasus dengan 31 kematian. Ada penurunan jumlah kasus dan angka
kematian penderita DBD di 34 propinsi di Indonesia di banding tahun 2014
pada bulan Oktober tercatat 8.149 kasus dengan 81 kematian, November
7.877 kasus dengan 65 kematian dan Desember 7.856 kasus dengan 50
kematian.
Target pengendalian DBD tertuang dalan dokumen Rencana
Pembangunan Jangka menengah Nasional (RPJMN) dan Rencana Srategis
(RENSTRA) Kementrian Kesehatan 2010 - 2014 dan KEPMENKES 1457
tahun 2003 tentang standar pelayanan minimal yang meguatkan pentingnya
upaya pengendalian peyakit DBD di Indonesia Kabupaten / Kota bahkan
sampai ke desa melalui pelaksanaan program pengendalian penyakit DBD di
harapkan dapat berkontribusi menurunkan angka kesakitan dan kematian
akibat penyakit menular di Indonesia

Sejak di temukan pertamakali pada tahun 1968 hingga saat ini jumlah
kasus DBD di laporkan meningkat dan penyebarannya semakin meluas
bahkan sering menimbulkan. Kejadian Luar Biasa (KLB) di beberapa daerah
Data Direktorat Pengendalian Penyakit Vektor dan Zoonosis Kemenkes
menyebutkan hingga akhir Januari Tahun 2016 KLB DBD dilaporkan ada di
12 Kabupaten dan 3 kota dari 11 Propinsi di Indonesia yang meliputi antara
lain Provinsi Banten, Sumatera Selatan, Bengkulu, Bali, Sulawesi Selatan,
Provinsi Gorontalo, Papua Barat, Propinsi Papua, NTT, Jawa tengah dan
Provinsi Sulawesi Barat .

Golongan terbanyak yang mengalami DBD di Indonesia pada Usia 5-14


tahun mencapai 43,44% dan Usia 15-44 Tahun mencapai 33,25%.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk rneningkatkan kemampuan petugas kesehatan dalam mencegah
dan melindungi diri dan masyarakat dari penularan DBD melalui
perubahan perilaku (PSN DBD) dan kebersihan lingkungan.
B.2. Khusus
B.2.1. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pencegahan dan
pengendalian DBD
B.2.2. Menurunkan jumlah kelompok masyarakat yang berisiko terhadap
penularan DBD
B.2.3. Melaksanakan penanganan penderita sesuai standar.
B.2.4. Menurunkan angka kesakitan DBD
B.2.5. Menurunkan angka kematian akibat DBD

C. SASARAN PEDOMAN
.Petugas pelaksana program pemberantasan penyakit Demam Berdarah
Dengue di wilayah kerja puskesmas.

D. RUANG LINGKUP PEDOMAN


Ruang lingkup pedoman pemberantasan penyakit demam berdarah secara
garis besar adalah meliputi upaya yang bersifat promotif, perventif, kuratf,
dan rehabilitatif yang dilaksanakan oleh petugas kesehatan dengan
melibatkan kader jumantik dan tenaga sukarelawan lainnya.

E. BATASAN OPERASIONAL
Penyakit Dengue adalah infeksi akut yang disebabkan oleh Arbovirus dan
ditularkan melalui gigitan nyamuk Aides Aigepty dan Aides Albopictus.

DBD adalah penyakit yang ditandai oleh demam yang mendadak disertai
gejala lain seperti lemah, anoreksia, muntah, nyeri pada anggota badan,
punggung, sendi, kepala , dan perut akibat adanya virus Dengue yang masuk
yang dapat menyebabkan kematian bagi penderita.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA


Untuk melaksanakan fungsinya dan menyelenggarakan pelayanan di
kecamatan Ponggok terutama dalam pengendalian penularan penyakit DBD,
Puskesmas Ponggok memiliki tenaga kerja baik dari Puskesmas maupun dari
masyarakat yaitu :
No JENIS TENAGA KUALIFIKASI JUMLAH
1 Programer DBD Perawat 1
2 Supervisor Jumantik Kader Jumantik Desa 12

Dengan melihat tabel ini dapat dilihat bahwa ketenagaan dalam program
pengendalian peyakit DBD di Puskesmas Ponggok sudah memenuhi standar,
dengan adanya satu tenaga perawat untuk menyelenggarakan pemantauan
perkembangan pengendalian penularan penyakit DBD kecamatan Ponggok
meliputi: Kuratif, Promotif, Preventif, dan Rehabilitatif dan dibantu 12 kader
Jumantik untuk melaksanakan pemantauan jentik di desa masing-masing.
.Adapun uraian tugas pengelola program pengendalian penyakit DBD Puskesmas
Ponggok berdasarkan tupoksi yang sesuai kompetensinya antara lain :
1. Menyusun rencana kerja P2 DBD berdasarkan data program puskesmas dan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku sebagai pedoman kerja. .
2. Melaksanakan kegiatan P2 DBD meliputi penemuan dini penderita suspek
DBD serta melakukan rujukan untuk penanganan lebih lanjut, Pemantauan
Jentik Berkala / Abatisasi Selektif (PJB/AS), pembinaan peran serta
masyarakat dalam kegiatan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk),
penyuluhan DBD, dan koordinasi lintas program terkait sesuai dengan
prosedur dan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
3. Mengevaluasi hasil kegiatan P2 DBD secara keseluruhan.
4. Menbuat catatan dan laporan kegiatan di bidang tugasnya sebagai bahan
informasi dan pertanggung jawaban kepada atasan.
5. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan.

B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Pengelola program P2 DBD adalah tenaga kesehatan dari puskesmas yang
ditunjuk oleh kepala puskesmas untuk melaksanakan tugasnya sebagai
pengelola program (programmer) pengendalian penularan penyakit DBD di
wilayah kerja puskesmas.
Programer P2 DBD mendapatkan SK dari kepala puskesmas.
Selain pemegang program DBD dan jumantik pelaksanaan pemberantasan
penyakit DBD juga melibatkan :
- Dokter
- Koordinator P2M dan PKM
- Petugas Laboratorium
- Petugas Administrasi
- Kader aktif

C. JADWAL KEGIATAN PELAYANAN


Bulan ke
No Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Penyelidikan X X X X X X X X X X X X
Epidemiologi
2 Penemuan dan tata X X X X X X X X X X X X
laksana kasus
3 Peningkatan peran X X X X X
serta masyarakat
melalui
pengendalian vector
(PSN)
4 Pemeriksaan Jentik X X X X
Berkala (PJB)
5 Penyuluhan
- Pada X X X X X
masyarakat
- Gemapraman X X X X X X
tik
6 Kemitraan/jejaring X X X X
kerja
7 Monitoring dan X
evaluasi
BAB III.
STANDAR FASILITAS

A. DENAH RUANG
Dalam pelaksanaan tugas pemberantasan penyakit Demam
Berdarah tidak ada ruang khusus karena merupakan program yang
berbasis masyarakat.

B. STANDAR FASILITAS
Sarana dan prasarana termasuk fasilitas, dan peralatan yang
secara tidak langsung mendukung pelayanan kesehatan terutama
mendukung pelayanan klinis diwilayah kerja programmer DBD haruslah
memadai.
Sesuai standar fasilitas pelayanan penanggulangan penyakit DBD adalah
sebagai berikut:
1. Perlengkapan medis:
No Jenis Alat
1 Poliklinik set :
Stetoskop
Tensimeter
Timbangan berat badan
Termometer suhu
Senter
2 Alat pemeriksa hematocrit
3 Obat-obatan :
Analgetik
Antipiretik

4 Formulir KD-UPK-DBD
5 SOP pelaksanaan kegiatan
6 Larvasida
2. Perlengkapan non medis:
No Jenis Alat
1 Buku petunjuk program DBD
2 Alat penyuluhan kesehatan
3 Formulir hasil epidemiologi
4 Formulir hasil PJB
5 Bagan penatalaksanaan kasus DBD
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. LINGKUP KEGIATAN
1. Lingkup kegiatan pemberantasan penyakit demam berdarah secara
garis besar adalah meliputi upaya yang bersifat promotif, perventif,
kuratif, dan rehabilitatif diwilayah kerja puskesmas Ponggok.
2. Program pemberantasan penyakit Demam Berdarah sebagai jaringan
Puskesmas harus :
- Bertanggung jawab pada kepala Puskesmas.
- Bertanggung jawab kepada masyarakat dalam penanganan DBD.
- Berkoordinasi dengan lintas sektor dan jejaring pelayanan
kesehatan lain di wilayah kerjanya.
- Membina Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM)
dalam upaya pemberantasan sarang nyamuk dan penaggulangan
penyakit DBD.

B. METODE
Terdapat metode untuk :
1. Penemuan penderita tersangka DBD
2. Rujukan penderita DBD
3. Penyuluhan kesehatan pada masyarakat meliputi :
3.1. Penyuluhan perorangan.
3.2. Penyuluhan kelompok.
4. Surveilan kasus DBD.
Angka Bebas Jentik (ABJ)
5. Surveilan Vektor
Pengamatan jentik berkala.
6. Pemberantasan vector
6.1. Abatisasi
6.2. Kegiatan 3 M.
6.3. Penanggulangan Fokus (fogging)
7. Pencatatan dan pelaporan.
C. LANGKAH KEGIATAN
1. Perencanaan
Ada perencanaan tertulis mengenai :
1.1. Penemuan penderita tersangka DBD
Kasus dilihat dari jumlah suspek DBD yang datang ke
puskesmas.
1.2. Rujukan penderita DBD
Bila terdapat tanda-tanda penyakit DBD seperti mendadak
panas tinggi 2 – 7 hari, tampak lemah dan lesu, suhu badan
antara 38º - 40º C atau lebih, tampak bintik-bintik merah pada
kulit direnggangkan bintik merah itu hilang, kadang-kadang ada
perdarahan hidung, mungkin terjadi muntah darah atau BAB
darah, tes Torniquet positif.
1.3. Penyuluhan kesehatan pada masyarakat meliputi :
1.3.1. Penyuluhan perorangan.
Terhadap individu yang berobat melalui konseling.
1.3.2. Penyuluhan kelompok.
Melalui diskusi, ceramah, penyuluhan melalui poster.
1.4. Surveilan kasus DBD.
Angka Bebas Jentik (ABJ); presentasi rumah yang bebas jentik
dibanding dengan jumlah rumah yang diperiksa.
1.5. Surveilan Vektor
Pengamatan jentik berkala ; presentasi jumlah rumah yang
diperksa jentik dibanding dengan jumlah rumah yang diperiksa.
1.6. Pemberantasan vector
1.7. Abatisasi
Pemberian bubuk abate paada tempat penampungan air yang
tidak bisa dikuras.
1.8. Kegiatan 3 M
Dengan kegiatan 3M yang perwujudannya bisa melalui jum´at
bersih selama 30 menit setiap satu minggu sekali. Dilakukan
dengan pengawasan kader, Menguras,Menutup, dan
Memanfaatkan barang bekasyang dapat menjadi sarang
berkembangbiaknya jentik nyamuk.
1.9. Penanggulangan Fokus (fogging)
1.10. Pencatatan dan pelaporan.
2. Pelaksanaan
Adalah pelaksanaan dari seluruh kegiatan yang telah tertulis dalam
perencanaan.
3. Pengawasan dan pengendalian
Melalui pencatatan dan pelaporan yang dilakukan:
3.1. Bulanan
3.2. Tribulanan
3.3. Tahunan
4. Keluaran
4.1. Penemuan penderita tersangka DBD
4.2. Rujukan penderita DBD
4.3. Penyuluhan dan penggerakan masyarakat untuk melakukan
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).
Penyuluhan /informasi tentang demam berdarah dan
pencegahannya dilakukan melalui jalur-jalur informasi yang ada:
4.3.1. Penyuluhan kelompok:
PKK, organisasi social masyarakat lain, kelompok agama,
guru, murid sekolah, pengelola tempat umum/ instansi, dll.
4.3.2. Penyuluhan perorangan:
Kepada ibu-ibu pengunjung posyandu, penderita/keluarga di
puskesmas, kunjungan rumah oleh kader/ petugas
puskesmas.
4.3.3. Penyuluhan melalui media massa :
TV, radio, dll.
4.4. Surveilan kasus DBD
Hasil angka bebas jentik. Survei jentik dilakukan dengan cara
melihat atau memeriksa semua tempat atau bejana yang dapat
menjadi tempat berkembangbiaknya nyamuk Aedes Aegypty
dengan mata telanjang untuk mengetahui ada tidaknya jentik,
yaitu dengan cara visual.
4.5. Surveilan vector
Melalui pengamatan jentik berkala (PJB) yaitu merupakan
bentuk evaluasi hasil kegiatan yang dilakukan tiap 3 bulan
sekali ditiap desa/kelurahaan endemis pada 100 rumah
/bangunan yang dipilih secara acak (Random Sampling).
4.6. Pemberantasan vector
Perlindungan perseorangan,yaitu memberikan anjuran untuk
mencegah gigitan nyamuk dengan meniadakan nyamuk didalam
rumah dengan cara menyemprotkan obat anti serangga.
BAB V.
LOGISTIK

Daftar logistik yang dipersiapkan pelaksana program pemberantasan penyakit


demam berdarah dengue puskesmas Ponggok :
1. Perlengkapan medis:
No Jenis Alat Keterangan
1 Poliklinik set :
Stetoskop Ada
Tensimeter Ada
Timbangan berat badan Ada
Termometer suhu Ada
Senter Ada
2 Alat pemeriksa hematokrit Tidak ada
3 Obat-obatan :
Analgetik Ada
Antipiretik Ada
4 Formulir KD-UPK-DBD Ada
5 SOP pelaksanaan kegiatan Ada
6 Larvasida Ada

2. Perlengkapan non medis:


No Jenis Alat Keterangan
1 Buku petunjuk program DBD Ada
2 Alat penyuluhan kesehatan Ada
3 Formulir hasil epidemiologi Ada
4 Formulir hasil PJB Ada
5 Bagan penatalaksanaan kasus DBD Tidak ada
BAB VI.
KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN

Dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan kegiatan Pemberantasan Penyakit


Demam Berdarah Dengue perlu diperhatikan keselamatan pasien dengan
melakukan identifikasi resiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada
saat pelaksanaan kegiatan. Upaya pencegahan resiko terhadap pasien harus
dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan yang akan dilaksanakan, antara lain :
1. Penatalaksanaan penderita DBD
1.1. Kolaborasi dengan medis dalam pemberian cairan harus adekuat dan
seinbang antara intake dan out put untuk menghindari overload
ataupun kekurangan cairan yang berakibat memperparah keadaan
pasien.
1.2. Kolaborasi dengan laboratorium untuk pemeriksaan DL Sereal agar
perubahan perkembangan pasien dapat terpantau.
2. Pemberian Temephos (Abate)
Pemberian Abate harus sesuai dengan takaran yaitu 10 gram untuk 100 liter
air, dan diutamakan pada penampungan air yang yang sulit di kuras dan
bukan untuk minum untuk menghindari dampak dari pemakaian temephos.
3. Pemeriksaan Jentik nyamuk
Dalam melakukan pemeriksaan harus menyeluruh dan cermat pada bagian
sudut-sudut tempat penampungan air dan dengan pencahayaan yang cukup
agar mendapatkan hasil yang maksimal.
4. Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB)
PJB dilakukan setiap 3 bulan sekali dengan cara acak (Random Sampling).
Dalam melakukan pemeriksaan diharapkan dapat dilakukan secara cermat
dan teliti agar hasil pemeriksaan berupa Angka Bebas Jentik (ABJ) dapat
dipertanggung jawabkan.
5. Pengendalian Fokkus (Fogging)
5.1. Petugas penyemprot harus dilatih terlebih dahulu dan dinyatakan
terampil dan paham bekerja dengan insektisida.
5.2. Petugas mempersiapkan perlengkapan lain berupa:
- 1 set pakaian lapangan/ werpak (2buah) untuk 1 orang penyemprot.
- 1 buah masker per orang.
- 1 buah topi lapangan.
- 1 pasang sarung tangan yang standar (tahan bahan kimia dan
lunak ditangan).
- 1 pasang sepatu lapangan.
Untuk keamanan petugas penyemprot.
5.3. Petugas menghimbau kepada warga sebelum penyemprotan:
5.3.1. Semua makanan dan minuman hendaknya disimpan ditempat yang
aman dan tertutup.
5.3.2. Hewan peliharaan dikeluarkan dari rumah sedangkan untuk ikan
hias bisa ditutup.
5.3.3. Tempat tidur/ kasur cukup dilipat, pakaian tergantung hendaknya
diturunkan kemudian ditutup Koran atau penutup lain.
5.3.4. Barang-barang elektronik, mainan anak-anak, sepatu dan lain-lain
ditutup dengan kertas Koran atau penutup lainnya.
5.3.5. Semua sumber api (kompor, lampu, AC, dll) harus dimatikan.
5.3.6. Semua jendela ditutup dan semua pintu dibuka.
5.3.7. Memberitahu kepada penyemprot/ kepala regu bahwa rumah/
bangunan siap untuk disemprot.
5.4. Petugas menghimbau warga bahwa selama penyemprotan:
5.4.1. Semua penghuni rumah/ Bangunan hendaknya berada diluar.
5.4.2. Jangan mengikuti penyemprot saat penyemprotan berlangsung.
5.5. Petugas menghimbau warga bahwa setelah penyemprotan:
5.5.1. Pintu rumah ditutup bila belum ditutup.
5.5.2. Semua penghuni rumah tetap diluar sampai lebih kurang 30 menit –
1 jam selesai disemprot.
5.5.3. Menyapu lantai bila ada hewan seperti cicak, kecoak dllyang mati
dan dikumpulkan dalam kantong plastik yang rapat jangan sampai
dilakan oleh hewan piaraan.
5.5.4. Bila lantai kotor kena larutan insektisida atau solar supaya dilap dulu
(bila licin dilap dengan bensin)
BAB VII.
KESELAMATAN KERJA

Untuk keamanan dan kenyamanan bagi petugas dalam memberikan


pelayanan kesehatan, terutama untuk mencegah tertularnya penyakit dimana banyak
kasus-kasus penyakit menular, misalnya : TBC, Kusta, Hepatitis, HIV/ AIDS, dan
bersinggungan langsung dengan bahan kimia, misalnya Abate atau obat Fogging,
maka petugas dalam melaksanakan pelayanan diwajibkan memperhatikan
keamanan diri dengan pemakaian alat perlindungan diri (APD), menggunakan
masker, sarung tangan dan celemek plastik, jas operasi bila diperlukan. Dan selalu
melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan kegiatan atau pelayanan.
,

PEMAKAIAN ALAT PERLINDUNGAN DIRI (APD)

Pemeriksaan
Sanitasi tangan Ya
Sarung tangan Ya
Masker Ya
Celemek (Apron) Tidak
BAB VIII.
PENGENDALIAN MUTU.

Pengendalian mutu pelayanan klinis merupakan kegiatan untuk mencegah


terjadinya masalah terkait pelayanan atau mencegah terjadinya kesalahan tindakan
yang diberikan yang bertujuan untuk keselamatan pasien.
Pengendalian mutu pelayanan klinis terintegrasi dengan program pengendalian
mutu pelayanan klinis Puskesmas yang dilaksanakan secara berkesinambungan.
Kegiatan pengendalian mutu pelayanan klinis meliputi :
a. Perencanaan, yaitu menyusun rencana kerja dan cara monitoring dan
evaluasi untuk peningkatan mutu standar.
b. Pelaksanaan, yaitu :
1. Monitoring dan evaluasi capaian pelaksanaan rencana kerja
(membandingkan antara capaian dan rencana kerja).
2. Memberikan umpan balik terhadap hasil capaian.
c. Tindakan hasil monitoring dan evaluasi yaitu :
1. Melakukan perbaikan kualitas pelayanan standar.
2. Meningkatkan kualitas pelayanan jika capaian sudah memuaskan.
Monitoring merupakan kegiatan pemantauan selama proses berlangsung
untuk memastikan bahwa aktifitas berlangsung sesuai dengan yang
direncanakan.
Monitoring dapat dilakukan oleh tenaga medis dan paramedik yang
melakukan proses. Aktifitas monitoring perlu direncanakan untuk
mengoptimalkan hasil pemantauan.
Contoh : monitoring pelayanan pasien, monitoring kinerja tenaga
kesehatan.
Sedangkan untuk menilai hasil atau capaian pelaksanaan pelayanan klinis,
dilakukan evaluasi. Evaluasi dilakukan terhadap data yang dikumpulkan
yang diperoleh melalui metode berdasarkan waktu, cara dan tehnis
pengambilan data.
a. Berdasarkan waktu pengambilan data, terdiri atas ;
1. Retrospektif
Pengambilan data dilakukan setelah pelayanan dilaksanakan.
Contoh : survey kepuasan pelanggan, laporan mutasi barang.
2. Prospektif
Pengambilan data dijalankan bersamaan dengan pelaksanaan
pelayanan.
Contoh : waktu pelayanan kesehatan di Puskesmas, sesuai dengan
kebutuhan.
b. Berdasarkan cara pengambilan data, terdiri atas :
1. Langsung (data primer).
Data diperoleh secara langsung dari sumber informasi oleh
pengambil data.
Contoh : survey kepuasan pelanggan terhadap kualitas pelayanan
klinis.
2. Tidak langsung (tidak langsung).
Data diperoleh dari sumber informasi yang tidak langsung.
Contoh : catatan riwayat penyakit yang lalu.
c. Cara pengambilan data ;
1. Survei
Survei yaitu pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner.
Contoh : survey kepuasan pelanggan.
2. Observasi.
Observasi yaitu pengamatan langsung aktivitas atau proses dengan
menggunakan ceklist atau perekaman.
d. Pelaksanaan evaluasi terdiri dari :
1. Audit
Audit merupakan usaha untuk menyempurnakan kualitas pelayanan
dengan pengukuran kinerja bagi yang memberikan pelayanan
dengan menentukan kinerja yang berkaitan dengan standar yang
dikehendaki dan dengan menyempurnakan kinerja tersebut. Oleh
karena itu audit merupakan alat untuk menilai, mengevaluasi,
menyempurnakan pelayanan klinis secara sistematis.
Terdapat 2 macam audit yaitu :
a. Audit Klinis.
Audit Klinis yaitu analisis klinis sistematis terhadap pelayanan
klinis, meliputi prosedur yang digunakan untuk pelayanan,
penggunaan sumberdaya, hasil yang didapat dan kualitas hidup
pasien. Audit klit klinis dikaitkan dengan pengobatan berbasis
bukti.
b. Audit Profesional.
Audit Provesional yaitu analisis kritis pelayanan klinis seluruh
tenaga medis dan paramedis terkait dengan pencapaian sasaran
yang disepakati, penggunaan sumberdaya dan hasil yang
diperoleh.
Contoh : audit pelaksanaan sister manajemen mutu.
2. Review (pengkajian).
Review (pengkajian) yaitu tinjauan atau kajian terhadap pelayanan
klinis tanpa dibandingkan dengan standar.
Contoh : kajian penggunaan antibiotik.

Indikator mutu Penanggulangan penyakit demam Berdarah meliputi :

1. Input
No Uraian Standar Kompetensi Target
1 Sumber Daya Bila Pelaksana Program berasal dari
Manusia Paramedis maka petugas harus 100 %
memiliki :
- SIK
- STR
- Sertivikat pelatihan
Penanganan KLB

2. Proses

No Standar Kompetensi Target


1 SOP Pengukuran Tekanan darah Ada
2 SOP Pemeriksaan jentik Ada

3 SOP Penyuluhan kepada Individu / keluarga Ada


4 SOP Pemeriksaan Penderita DBD Ada
5 SOP Penyelidikan Epidemiologi Penderita DBD Ada
6 SOP Pemberian Temephos (abatisasi) Ada
7 SOP Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) Ada
8 SOP Pengendalian Fokus Ada
9 SOP Penanganan KLB DBD Ada
10 SOP Pencatatan dan Pelaporan Ada
11 SOP Rujukan Pasien Ada
12 Kepatuhan Petugas Terhadap SOP 80 %
3. Out Put
No Uraian Target
1 Kepuasan Pelanggan 80 %
2 Terpenuhi target SPM :
2.1. Angka Bebas Jentik (ABJ) 95 %
2.2. Penderita DBD ditangani 100 %
2.3. Cakupan PE Kasus DBD 100 %
BAB IX
PENUTUP

Pedoman Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue Puskesmas Ponggok


ini digunakan sebagai acuan pelaksanaan pelayanan di Puskesmas Ponggok
diperlukan komitmen dan kerjasama semua pihak. Hal tersebut akan menjadikan
pelayanan semakin optimal dan dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat yang
diwilayah kerja puskesmas Ponggok. Serta dapat meningkatkan citra Puskesmas
dan kepuasan pasien atau masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai