PENYUSUN
PELAKSANA PROGRAM DEMAM BERDARAH DENGUE
(DBD)
A. LATAR BELAKANG
Penyakit Demam Berdarah (DBD) merupakan salah satu masalah
kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia. Jumlah penderita dan luas
daerah penyebarannya semakin bertambah seiring dengan meningkatnya
mobilitas dan kepadatan penduduk.
Laporan Kementrian Kesehatan (KEMENKES) mencatat di tahun 2015 pada
bulan Oktober ada 3.219 kasus DBD dengan kematian 32 jiwa, sementara
November ada 2.921 kasus dengan 37 angka kematian dan Desember 1.104
kasus dengan 31 kematian. Ada penurunan jumlah kasus dan angka
kematian penderita DBD di 34 propinsi di Indonesia di banding tahun 2014
pada bulan Oktober tercatat 8.149 kasus dengan 81 kematian, November
7.877 kasus dengan 65 kematian dan Desember 7.856 kasus dengan 50
kematian.
Target pengendalian DBD tertuang dalan dokumen Rencana
Pembangunan Jangka menengah Nasional (RPJMN) dan Rencana Srategis
(RENSTRA) Kementrian Kesehatan 2010 - 2014 dan KEPMENKES 1457
tahun 2003 tentang standar pelayanan minimal yang meguatkan pentingnya
upaya pengendalian peyakit DBD di Indonesia Kabupaten / Kota bahkan
sampai ke desa melalui pelaksanaan program pengendalian penyakit DBD di
harapkan dapat berkontribusi menurunkan angka kesakitan dan kematian
akibat penyakit menular di Indonesia
Sejak di temukan pertamakali pada tahun 1968 hingga saat ini jumlah
kasus DBD di laporkan meningkat dan penyebarannya semakin meluas
bahkan sering menimbulkan. Kejadian Luar Biasa (KLB) di beberapa daerah
Data Direktorat Pengendalian Penyakit Vektor dan Zoonosis Kemenkes
menyebutkan hingga akhir Januari Tahun 2016 KLB DBD dilaporkan ada di
12 Kabupaten dan 3 kota dari 11 Propinsi di Indonesia yang meliputi antara
lain Provinsi Banten, Sumatera Selatan, Bengkulu, Bali, Sulawesi Selatan,
Provinsi Gorontalo, Papua Barat, Propinsi Papua, NTT, Jawa tengah dan
Provinsi Sulawesi Barat .
C. SASARAN PEDOMAN
.Petugas pelaksana program pemberantasan penyakit Demam Berdarah
Dengue di wilayah kerja puskesmas.
E. BATASAN OPERASIONAL
Penyakit Dengue adalah infeksi akut yang disebabkan oleh Arbovirus dan
ditularkan melalui gigitan nyamuk Aides Aigepty dan Aides Albopictus.
DBD adalah penyakit yang ditandai oleh demam yang mendadak disertai
gejala lain seperti lemah, anoreksia, muntah, nyeri pada anggota badan,
punggung, sendi, kepala , dan perut akibat adanya virus Dengue yang masuk
yang dapat menyebabkan kematian bagi penderita.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
Dengan melihat tabel ini dapat dilihat bahwa ketenagaan dalam program
pengendalian peyakit DBD di Puskesmas Ponggok sudah memenuhi standar,
dengan adanya satu tenaga perawat untuk menyelenggarakan pemantauan
perkembangan pengendalian penularan penyakit DBD kecamatan Ponggok
meliputi: Kuratif, Promotif, Preventif, dan Rehabilitatif dan dibantu 12 kader
Jumantik untuk melaksanakan pemantauan jentik di desa masing-masing.
.Adapun uraian tugas pengelola program pengendalian penyakit DBD Puskesmas
Ponggok berdasarkan tupoksi yang sesuai kompetensinya antara lain :
1. Menyusun rencana kerja P2 DBD berdasarkan data program puskesmas dan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku sebagai pedoman kerja. .
2. Melaksanakan kegiatan P2 DBD meliputi penemuan dini penderita suspek
DBD serta melakukan rujukan untuk penanganan lebih lanjut, Pemantauan
Jentik Berkala / Abatisasi Selektif (PJB/AS), pembinaan peran serta
masyarakat dalam kegiatan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk),
penyuluhan DBD, dan koordinasi lintas program terkait sesuai dengan
prosedur dan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
3. Mengevaluasi hasil kegiatan P2 DBD secara keseluruhan.
4. Menbuat catatan dan laporan kegiatan di bidang tugasnya sebagai bahan
informasi dan pertanggung jawaban kepada atasan.
5. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan.
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Pengelola program P2 DBD adalah tenaga kesehatan dari puskesmas yang
ditunjuk oleh kepala puskesmas untuk melaksanakan tugasnya sebagai
pengelola program (programmer) pengendalian penularan penyakit DBD di
wilayah kerja puskesmas.
Programer P2 DBD mendapatkan SK dari kepala puskesmas.
Selain pemegang program DBD dan jumantik pelaksanaan pemberantasan
penyakit DBD juga melibatkan :
- Dokter
- Koordinator P2M dan PKM
- Petugas Laboratorium
- Petugas Administrasi
- Kader aktif
A. DENAH RUANG
Dalam pelaksanaan tugas pemberantasan penyakit Demam
Berdarah tidak ada ruang khusus karena merupakan program yang
berbasis masyarakat.
B. STANDAR FASILITAS
Sarana dan prasarana termasuk fasilitas, dan peralatan yang
secara tidak langsung mendukung pelayanan kesehatan terutama
mendukung pelayanan klinis diwilayah kerja programmer DBD haruslah
memadai.
Sesuai standar fasilitas pelayanan penanggulangan penyakit DBD adalah
sebagai berikut:
1. Perlengkapan medis:
No Jenis Alat
1 Poliklinik set :
Stetoskop
Tensimeter
Timbangan berat badan
Termometer suhu
Senter
2 Alat pemeriksa hematocrit
3 Obat-obatan :
Analgetik
Antipiretik
4 Formulir KD-UPK-DBD
5 SOP pelaksanaan kegiatan
6 Larvasida
2. Perlengkapan non medis:
No Jenis Alat
1 Buku petunjuk program DBD
2 Alat penyuluhan kesehatan
3 Formulir hasil epidemiologi
4 Formulir hasil PJB
5 Bagan penatalaksanaan kasus DBD
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
A. LINGKUP KEGIATAN
1. Lingkup kegiatan pemberantasan penyakit demam berdarah secara
garis besar adalah meliputi upaya yang bersifat promotif, perventif,
kuratif, dan rehabilitatif diwilayah kerja puskesmas Ponggok.
2. Program pemberantasan penyakit Demam Berdarah sebagai jaringan
Puskesmas harus :
- Bertanggung jawab pada kepala Puskesmas.
- Bertanggung jawab kepada masyarakat dalam penanganan DBD.
- Berkoordinasi dengan lintas sektor dan jejaring pelayanan
kesehatan lain di wilayah kerjanya.
- Membina Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM)
dalam upaya pemberantasan sarang nyamuk dan penaggulangan
penyakit DBD.
B. METODE
Terdapat metode untuk :
1. Penemuan penderita tersangka DBD
2. Rujukan penderita DBD
3. Penyuluhan kesehatan pada masyarakat meliputi :
3.1. Penyuluhan perorangan.
3.2. Penyuluhan kelompok.
4. Surveilan kasus DBD.
Angka Bebas Jentik (ABJ)
5. Surveilan Vektor
Pengamatan jentik berkala.
6. Pemberantasan vector
6.1. Abatisasi
6.2. Kegiatan 3 M.
6.3. Penanggulangan Fokus (fogging)
7. Pencatatan dan pelaporan.
C. LANGKAH KEGIATAN
1. Perencanaan
Ada perencanaan tertulis mengenai :
1.1. Penemuan penderita tersangka DBD
Kasus dilihat dari jumlah suspek DBD yang datang ke
puskesmas.
1.2. Rujukan penderita DBD
Bila terdapat tanda-tanda penyakit DBD seperti mendadak
panas tinggi 2 – 7 hari, tampak lemah dan lesu, suhu badan
antara 38º - 40º C atau lebih, tampak bintik-bintik merah pada
kulit direnggangkan bintik merah itu hilang, kadang-kadang ada
perdarahan hidung, mungkin terjadi muntah darah atau BAB
darah, tes Torniquet positif.
1.3. Penyuluhan kesehatan pada masyarakat meliputi :
1.3.1. Penyuluhan perorangan.
Terhadap individu yang berobat melalui konseling.
1.3.2. Penyuluhan kelompok.
Melalui diskusi, ceramah, penyuluhan melalui poster.
1.4. Surveilan kasus DBD.
Angka Bebas Jentik (ABJ); presentasi rumah yang bebas jentik
dibanding dengan jumlah rumah yang diperiksa.
1.5. Surveilan Vektor
Pengamatan jentik berkala ; presentasi jumlah rumah yang
diperksa jentik dibanding dengan jumlah rumah yang diperiksa.
1.6. Pemberantasan vector
1.7. Abatisasi
Pemberian bubuk abate paada tempat penampungan air yang
tidak bisa dikuras.
1.8. Kegiatan 3 M
Dengan kegiatan 3M yang perwujudannya bisa melalui jum´at
bersih selama 30 menit setiap satu minggu sekali. Dilakukan
dengan pengawasan kader, Menguras,Menutup, dan
Memanfaatkan barang bekasyang dapat menjadi sarang
berkembangbiaknya jentik nyamuk.
1.9. Penanggulangan Fokus (fogging)
1.10. Pencatatan dan pelaporan.
2. Pelaksanaan
Adalah pelaksanaan dari seluruh kegiatan yang telah tertulis dalam
perencanaan.
3. Pengawasan dan pengendalian
Melalui pencatatan dan pelaporan yang dilakukan:
3.1. Bulanan
3.2. Tribulanan
3.3. Tahunan
4. Keluaran
4.1. Penemuan penderita tersangka DBD
4.2. Rujukan penderita DBD
4.3. Penyuluhan dan penggerakan masyarakat untuk melakukan
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).
Penyuluhan /informasi tentang demam berdarah dan
pencegahannya dilakukan melalui jalur-jalur informasi yang ada:
4.3.1. Penyuluhan kelompok:
PKK, organisasi social masyarakat lain, kelompok agama,
guru, murid sekolah, pengelola tempat umum/ instansi, dll.
4.3.2. Penyuluhan perorangan:
Kepada ibu-ibu pengunjung posyandu, penderita/keluarga di
puskesmas, kunjungan rumah oleh kader/ petugas
puskesmas.
4.3.3. Penyuluhan melalui media massa :
TV, radio, dll.
4.4. Surveilan kasus DBD
Hasil angka bebas jentik. Survei jentik dilakukan dengan cara
melihat atau memeriksa semua tempat atau bejana yang dapat
menjadi tempat berkembangbiaknya nyamuk Aedes Aegypty
dengan mata telanjang untuk mengetahui ada tidaknya jentik,
yaitu dengan cara visual.
4.5. Surveilan vector
Melalui pengamatan jentik berkala (PJB) yaitu merupakan
bentuk evaluasi hasil kegiatan yang dilakukan tiap 3 bulan
sekali ditiap desa/kelurahaan endemis pada 100 rumah
/bangunan yang dipilih secara acak (Random Sampling).
4.6. Pemberantasan vector
Perlindungan perseorangan,yaitu memberikan anjuran untuk
mencegah gigitan nyamuk dengan meniadakan nyamuk didalam
rumah dengan cara menyemprotkan obat anti serangga.
BAB V.
LOGISTIK
Pemeriksaan
Sanitasi tangan Ya
Sarung tangan Ya
Masker Ya
Celemek (Apron) Tidak
BAB VIII.
PENGENDALIAN MUTU.
1. Input
No Uraian Standar Kompetensi Target
1 Sumber Daya Bila Pelaksana Program berasal dari
Manusia Paramedis maka petugas harus 100 %
memiliki :
- SIK
- STR
- Sertivikat pelatihan
Penanganan KLB
2. Proses