Anda di halaman 1dari 22

PEDOMAN INTERNAL PROGRAM P2 DBD

UPTD PUSKESMAS PANGANDARAN

UPTD PUSKESMAS PANGANDARAN

Dsn. Bojongkarekes Rt. 01 Rw. 16 Desa Babakan

Kec. Pangandaran Kab. Pangandaran


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji syukur kita panjatkan kehadirat allah swt, karena atas rahmat dan
karunianya penyusunan pedomal internal program P2 DBD di UPTD Puskesmas
Pangandaran dapat diselesaikan dengan baik.

Pedoman ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi tenaga pelaksana program P2
DBD dan tenaga kesehatan lainnya termasuk pengelola program kesehatan di
puskesmas dalam melaksanakan program P2 DBD yang berkualitas di UPTD
Puskesmas Pangandaran.

Pedoman ini mencangkup seluruh kegiatan DBD yang ada di UPTD Puskesmas
Pangandaran, meliputi kegiatan DBD di dalam dan diluar gedung.

Ucapan terima kasih serta penghargaan yang tinggi kami sampaikan kepada
semua pihak yang telah member masukan, saran dan kritik dalam penyusunan pedoman
ini.

Pangandaran, Juli 2018

Programer P2 DBD
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang endemis di
Indonesia, hingga saat ini angka kesakitan DBD cenderung meningkat dan kejadian luar
biasa (KLB) masih sering terjadi di berbagai wilayah di Indonesia.

Cara yang tepat dalam mencegah dan menanggulangi DBD saat ini adalah
dengan memberantas sarangnyamuk penularnya (PSN-DBD), namun belum optimal dan
memerlukan partisipasi seluruh lapisan masyarakat. Oleh karena itu partisipasi
masyarakat perlu lebih ditingkatkan melalui strategi yang lebih bersifat akomodatif,
fasilitatif / bottom up, kemitraan dimana masyarakat termasuk lembaga swadaya
masyarakat, swasta dan lain-lain mempunyai peran yang lebih besar, terfokus (prioritas,
local spesifik, bertahap), lebih mengoptimalkan kerjasama intas sector, didukung data
(evidence base) terutama data social budaya serta diprogramkannya secara lua PSN-
DBD secara luas di tingkat provinsi, kabupaten/kota, dan puskesmas.

Secara nasional angka kematian DBD cenderung menurun dari tahun ketahun,
namun dibeberapa wilayah angka kematian ini relative masih cukup tinggi, sedangkan
sasaran nasional angka kematian DBD di Indonesia kurang dari 1,0%, untuk itu
manejemen kasus perlu lebih ditingkatkan terutama melalui pelaksanaan kasus di
Rumah Sakit.

Berdasarkan besaran masalah DBD tersebut diatas, maka diperlukan investasi


program untuk mengatasi masalah – masalah tersebut. Kegiatan investasi tersebut
diharapkan dapat meningkatkan cakupan sesuai dengan target yang telah ditetapkan
minimalnya, bahkan diharapkan bisa melebihi target.

Agar program P2 DBD ini dapat dielola dengan baik dari aspek manajemen di
puskesmas maupun aspek pelayanan kepada masyarakat yang mencangkup promotive,
preventive, dan kuratif, maka diperlukan suatu pedoman internal program P2 DBD,
program ini akan menjadi acuan bagi programmer dan tenaga kesehatan lainnya dalam
pelaksanaan dan pengembangan program P2 DBD di wilayah kerja UPTD Puskesmas
Pangandaran.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum :
Tersediannya acuan dalam melaksanakan kegiatan P2 DBD di UPTD Puskesmas
Pangandaran.
2. Tujuan Khusus :
a. Tersedianya acuan tentang jenis kegiatan P2 DBD, peran dan fungsi
ketenagaan, sarana dan prasarana di UPTD Puskesmas Pangandaran dan
jejaringnya.
b. Tersedianya acuan untuk melaksanakan kegiatan P2 DBD yang bermutu
di Puskesmas pangandaran dan jejaringnya.
c. Tersedianya acuan bagia programmer P2 DBD di pudkesmas untuk
bekerja secara professional melaksanakan kegiatan P2 DBD yang
bermutu kepada masyarakat di puskesmas dan jejaringnya.
d. Tersedianya acuan mentoring dan evaluasi kegiatan P2 DBD di
puskesmas dan jejaringnya.

C. Sasaran.

 Tenaga programmer DBD dan tenaga kesehatan lainnya di puskesmas,


 Pengelola program kesehatan dari lintas sector terkait.

D. Ruang Lingkup.

a. Kegiatan P2 DBD di dalam gedung, meliputi skrining pasien dengan suspek


DBD dan penyuluhan.
b. Kegiatan P2 DBD di luar gedung, meliputi pemeriksaan jentik berkala,
penyidikan epidemiologi, penyuluhan, pemberantasan sarang nyamuk dan
abatisasi selektif.
E. Batasan Oprasional

1. Pengelolaa program P2 DBD


a. Perencanaan program : suatu kgiatan pengumpulan, pengolahan, analisis data,
merumuskan masalah, mengidentifikasi sasaran dan merumuskan tujuan serta
target dalam rangka menentukan kegiatan P2 DBD sesuai dengan masalah
yang ada tenaga dan sarana untuk mencapaitujuan yang ditentukan.
b. Pencatatan dan pelaporan : suatu kegiatan mencatat dan melaporkan kegiatan
yang telah dilaksanakan tepat waktu sesuai dengan format yang telah
ditentukan.
2. Skrining pasien dengan gejala penyakit DBD adalah memeriksa pasien dengan
gejala demam tinggi tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus menerus selama 7
hari disertai manifetasi perdarahan (sekurang – kurangnya uji tourniquet positif)
3. Penyidikan epidemologi(PE) adalah kegiatan pencarian penderita penderita
DBD ditempat atau penderita DBD lainnya dan pemeriksaan jentik nyamuk
penular DBD di tempat tinggal penderita dan rumah / bangunan sekitarnya
termasuk tempat-tempat umum dalam radius sekurang-kurangnya 100 meter.
4. Penanggulangan focus adalah kegaitan pemberantasan nyamuk penular DBD
yang dilaksanakan dengan melakukan pemberantasan sarang nyamuk demam
berdarah dengue (PSN DBD), larvasida, penyuluhan dan penyemprotan
(pengasapan) menggunakan insektisida sesuai dengan kriteria.
5. Penanggulangan kejadian luar biasa (KLB) adalah upaya penanggulangan yang
meliputi pengobatan/perawatan penderita, pemberantasan vector penular DBD,
penyuluhan terhadap masyarakat dan evaluasi / penilaian penanggulangan yang
dilakukan di seluruh wilayah yang terjadi KLB.
6. Pemberantasan sarang nyanmuk DBD (PSN-DBD) adalah kegiatan
memberantas telur, larva, dan jentik nyamuk penular DBD (aedes aegypti) di
tempat-tempat perkembangbiakannya.
7. Pemeriksaan jentik berkala (PBJ) adalah pemeriksaan tempat-tempat
perkembangbiakan nyamuk aedes aegyoti yang dilakukan secara teratur oleh
petugas kesehatan, kader atau petugas pemantau jentik (jumantik).
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Tenaga kesehatan yang berkerja di puskesmas adalah perawat, baik perawat
laki-laki maupun perawat perempuan yang mempunyai latar belakang pendidikan
minilamal D3 keperawatan dengan pengalaman kerja minimal 3 (tiga) tahun dan
memiliki surat tanda Registrasi (STR) dan surat ijin praktek (SIP) sesuai peraturan
perundang-undangan. Dan mengikuti pelatihan yang mengacu kepada system
pendidikan dan pelatihan yang sedang berlaku.
Syarat keterampilan petuga DBD dapat berlatar belakang pendidikan dokter,
bidan dan perawat. Dokter dapat mendeklarasikan kewenangan pelayanan DBD kepada
perawat atau bidan sesuai dengan ketentuan peraturan untuk melaksanakan program
DBD wajib sesuaiprogram pemerintah.

B. Distribusi Ketenagaan
Untuk terselenggaranya pelayanan DBD maka setiap puskesmas harus memiliki
jumlah dan ketenagaan yang sesuai dengan standar yaitu memenuhi persyaratan
kewenangan dan profesi serta mendapatkan pelatihan kompetensi.

C. Jadwal Kegiatan Program P2 DBD

RENCANA KEGIATAN PROGRAM P2 DBD


UPTD PUSKESMAS PANGANDARAN

Bulan
NO jan Feb mar Apr Mei jun jul Agt Sep okt nop des
Uraian Kegiatan

1. Perencanaan
persiapan
administrasi
2. pemeriksaan jentik
secara berkala
3. Abatisasi selektif

4. Penyelidikan
epidemiologi
5. Penyuluhan DBD
BAB III
STANDARISASI FASILITAS
A. Denah Ruang Puskesmas

B. Standar Fasilitas

Ruang Pemeriksaan Umum

NO JENIS PERALATAN JUMLAH MINIMUM


PERALATAN
I. SET PEMERIKSAAN UMUM
1. Anuskop 3
2. Bingkai Uji Untuk Pemeriksaan Refraksi 1
3. Buku Ishihara Tes 1
4. Kaca Pembesar Untuk Diagnostic 1
5. Lampu senter Untuk Pemeriksa/Pen Light 1
6. Metline (Pengukur Lingkar Pinggang) 1
7. Otoscope 1
8. Palu Reflex 1
9. Snellen Chart 2 Jennis(E Chart + Alphabet Chart) 1
10. Sphygmomanometer Untuk Dewasa 1
11. Stetoskop Untuk Dewasa 1
12. Supid Lidah Logam / Spatula Lidah Logam 4
Panjang 12 Cm
13. Tempat Tidur Periksa Dan Perlengkapannya 1
14. Thermometer Untuk Dewasa 1

15. Timbangan Untuk Dewasa 1


NO JENIS PERALATAN JUMLAH MINIMUM
PERALATAN
II. BAHAN HABIS PAKAI
1. Alcohol Sesuai Kebutuhan
2. Povidone Iodine Sesuai Kebutuhan
3. Kapas Sesuai Kebutuhan
4. Kasa Non Steril Sesuai Kebutuhan
5. Kasa Steril Sesuai Kebutuhan
6. Masker Wajah Sesuai Kebutuhan
7. Sabun Tangan Atau Antiseptic Sesuai Kebutuhan
8. Sarung Tangan Steril Sesuai Kebutuhan
9. Sarung Tangan Non Steril Sesuai Kebutuhan

III. PERLENGKAPAN
1. Bantal 1
2. Kasur 1

3. Meteran tinggi badan 1


4. Sarung bantal 2
5. Sikat untuk membersihkan peralatan 1
6. Stop watch 1
7. Tempat sampah tertutup yang dilengkapi oleh 2
ijakan pembuka dan penutup.

IV. MEUBELAIR
1. Kursi kerja 3
2. Lemari arsip 1
3. Meja tulis ½ biro 1

V. PENCATATAN DAN PELAPORAN


1. Buku Register Pelayanan Sesuai Kebutuhan
2. Formulirdan Surat Keterangan Lain Sesuai Sesuai Kebutuhan
Kebutuhan pelayanan yang diberikan
3. Formulir Rujukan Sesuai Kebutuhan
4. Kertas Resep Sesuai Kebutuhan
5. Surat Keterangan Sakit Sesuai Kebutuhan
6. Surat Keterangan Sehat Sesuai Kebutuhan

BAB IV

TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Lingkup Kegiatan Program P2 DBD

Program P2 DBD dilaksanakan di dalam gedung dan diluar gedung yang


meliputi preventif, promotive dan kuratif dalam rangka mencegah dan menurunkan
angka kejadian dbd di wilayah kerja uptd puskesmas pangandaran.

B. Metode Program P2 DBD


1. Wawancara langsung
2. Kunjungan rumah
3. Diskusi.

C. Langkah Kegiatan
1. Persiapan
a. Mempersiapkan tempat untuk melakukan penyuluhan baik didalam
maupun diluar gedung
b. Mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan seperti abate, senter untuk
melaksanakan pemeriksaan jentik (PJB)
c. Mempersiapkan peralatan yang diperlukan untuk penyuluhan baik di
dalam maupun diluar ruangan.
2. Perencanaan
a. Menyusun rencana usulan kegaitan program P2 BDB
b. Menyusun rencana pelaksanaan kegiatan program P2 DBD
c. Menyusun panduan kegiatan program P2 DBD
d. Menyusun kerangka acuan kegiatan program P2 DBD
e. Mengalokasikan anggaran untuk kegiatan program P2 DBD
3. Pelaksanaan
a. Melaksanakan kegiatan program P2 DBD sesuai jadwal yang sudah
tersusun.
b. Menyusun laporan hasil kegaitan program P2 DBD
BAB V
LOGISTIK
Kebutuhan dana dan logistic untuk pelakanaan program P2 DBD direncanakan
dalam perencanaan tahunan puskesmas sesuai dengan tahapan kegiatan dan metode
yang digunakaan
A. Ruangan Pemeriksaan Umum.

JUMLAH MINIMUM PERALATAN

Standar
NO JENIS PERALATAN Minimum Kondisi Saat Ini

Jml Jml Jml Jumlah


Puskesmas
Yan Yang Yang Kebutuhan

g Baik Rusak
Ada

I. SET PEMERIKSAAN UMUM


1. Anuskop 3 0 0 0 3

2. Bingkai Uji Untuk 1 0 0 0 1


Pemeriksaan Refraksi
3. Buku Ishihara Tes 1 0 0 0 1

4. Corong Telinga/Speculum 1 0 0 0 1
Telinga Ukuran Sedang Dan
Besar
5. Lampu senter Untuk 1 0 0 0 1
Pemeriksa/Pen Light
6. Metline (Pengukur Lingkar 1 0 0 0 1
Pinggang)
7. Otoscope 1 0 0 0 1

8. Palu Reflex 1 0 0 0 1

9. Snellen Chart 2 Jennis (E 1 0 0 0 1


Chart + Alphabet Chart)
10. Sphygmomanometer Untuk 1 3 3 0 1
Dewasa

Jumlah Minimum Peralatan

Standar
Kondisi Saat Ini
Minimum
Jumlah
No. Jenis Peralatan Puskesma Jml Jml Jml
Kebutuhan
s Yang Yang Yang
Ada Baik Rusak

I. SET PEMERIKSAAN UMUM

1. Stetoskop Untuk Dewasa 1 3 2 1 2


2. Supid Lidah Logam / 4 4 4 0 4
Spatula Lidah Logam
Panjang 12 Cm
3. Tempat Tidur Periksa Dan 1 1 1 0 1
Perlengkapannya
4. Thermometer Untuk 1 1 1 0 1
Dewasa
5. Timbangan Untuk Dewasa 1 1 1 0 1

II. BAHAN HABIS PAKAI


1. Alcohol Sesuai 0 0 0 Sesuai
Kebutuhan Kebutuhan
2. Povidone Iodine Sesuai 0 0 0 Sesuai
Kebutuhan Kebutuhan
3. Kapas Sesuai 0 0 0 Sesuai
Kebutuhan Kebutuhan
4. Kasa Non Steril Sesuai 0 0 0 Sesuai
Kebutuhan Kebutuhan
5. Kasa Steril Sesuai 0 0 0 Sesuai
Kebutuhan Kebutuhan
6. Masker Wajah Sesuai 0 0 0 Sesuai
Kebutuhan Kebutuhan
7. Sabun Tangan Atau Sesuai 0 0 0 Sesuai
Antiseptic Kebutuhan Kebutuhan
8. Sarung Tangan Steril Sesuai 0 0 0 Sesuai
Kebutuhan Kebutuhan
9. Sarung Tangan Non Steril Sesuai 0 0 0 Sesuai
Kebutuhan Kebutuhan
III. PERLENGKAPAN
1. Bantal 1 0 0 0 1
2. Kasur 1 0 0 0 1

3. Meteran tinggi badan 1 0 0 0 1


4. Sarung bantal 2 0 0 0 2
5. Sikat untuk membersihkan 1 0 0 0 1
peralatan
6. Stop watch 1 0 0 0 1
7. Tempat sampah tertutup 2 0 0 0 2
yang dilengkapi oleh ijakan
pembuka dan penutup.

IV. MEUBELAIR
1. Kursi kerja 3 2 2 0 1
2. Lemari arsip 1 0 0 0 1
3. Meja tulis ½ biro 1 2 2 0 1

V. PENCATATAN DAN PELAPORAN


1. Buku Register Pelayanan Sesuai 1 1 0 Sesuai
Kebutuhan Kebutuhan
2. Formulirdan Surat Sesuai 1 1 0 Sesuai
Keterangan Lain Sesuai Kebutuhan Kebutuhan
Kebutuhan pelayanan
yang diberikan
3. Formulir Rujukan Sesuai 1 1 0 Sesuai
Kebutuhan Kebutuhan
4. Kertas Resep Sesuai 1 1 0 Sesuai
Kebutuhan Kebutuhan
5. Surat Keterangan Sakit Sesuai 1 1 0 Sesuai
Kebutuhan Kebutuhan
6. Surat Keterangan Sehat Sesuai 1 1 0 Sesuai
Kebutuhan Kebutuhan

BAB VI
KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN / PROGRAM

Adapun penerapan keselamatan pasien / klien pelayanan program P2 DBD tidak


terlepas dari 6 (enam) standar keselamatan pasien (SKP) sebagaimana yang ditetapkan
oleh PMK No. 1691 tetang keselamatan pasien sebagai berikut :
1. Ketetapan identifikasi pasien
2. Peningkatan komunikasi yang efektif
3. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai
4. Kepastian tepat-prosedur, tepat-prosedur
5. Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
6. Pengirangan resiko pasien jatuh

Dalam menerapkan standar keselamatan pasien terebut tenaga kesehatan harus


berkoordinasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter, perawat, bidan, analisis dan
petugas lain.
BAB VII

KESELAMATAN KERJA

Agar program penanggulangan reiko dalam keselamatan kerja berlangsung efektif :

1. Telah secara berkala : apakah ada perubahan, dampak terhadap kerugian/ bahaya
dan upaya penanggulangannya yang menyangkut biaya, program keselamatan,
pencegahan kerugian dan sebagainya.
2. Dokumen kerugian harus selalu diperiksa untuk mengetahui perkembangan

Hal-hal umum terjadinya resiko :

1. Lantai licin sehingga pasien/keluarga jatuh (KUH perdata 1367 dan


1369)
2. Listrik,kabel yang terbuka/ terkelupas.
3. Pemeliharaan : alat-alat tidak siap pakai
4. Tanda peringatan : DILARANG MEROKOK, DILARANG MASUK,
AWAS TEGANGAN TINGGI, dll

Karena klien DBD adalah manusia (yang unik) upaya menjaga mutu meliputi :
1. Mutu prilaku : memperlakukan pelanggan berdasarkan penghargaan
hubungan manuiawi yang lebih baik
2. Mutu prosedur

Sasaran / tujuan manejemen resiko :

1. Mengidentifikasi berbagai variable kualitas asuhan yang membahayakan


2. Mengoreksi atau meminimalkan sehingga mencegah terjadinya masalah.

Langkah- langkah proses manajemen resiko :

1. Menentukan tujuan yang ingin dicapai


2. Mengidentifikasi resiko-resiko yang dihadapi atau terjadinya kerugian
(paling sulit tapi penting)
3. Menentukan besarnya resiko atau kerugian :
a. Frekuensi kejadian
b. Besarnya akibat dari kerugian tersebut terhadap keuangan
(kegawatannya)
c. Kemampuan meramalkan besarnya kerugian yangjelas akan timbul.
4. Mencari cara penanggulangan yang paling baik, tepat dan ekonomis.
5. Mengkoordinir dan melaksanakan keputusan untuk penanggulangan
6. Mencatat, memonitor dan mengevaluasi langkah-langkah yang ditempuh.
BAB VIII

PENGENDALIAN MUTU

Jaminan mutu dalam pelayanan program P2 DBD merupakan salah satu


pendekatan atau upaya yang sangat penting serta mendasar dalam memberikan layanan
kesehatan kepada klien.

Seorang tenaga pelaksana kesehatan puskesmas yang professional harus


senantiasa berupaya memberikan pelayanan kesehatan dengan mutu yang terbaik
kepada semua klien tanpa terkecuali. Pendekatan jaminan mutu layanan kesehatan
merupakan salah satu perangkat yang sangat berguna bagi mereka yang megelola atau
merencanakan pelaksanaan program P2 DBD pendekatan tersebut juga merupakan
bagian keterampilan yang mendasar bagia setiap pemberi pelayanan kesehatan secara
langsung melayani klien.

Pelayanan program kesehatan yang bermutu adalah layanan kesehatan yang


senantiasa berupaya memenuhi harapan klien sehingga klien selalu puas terhadap
pelayanan yang diberikan tenaga programmer P2 DBD puskesmas. Pendekatan jaminan
mutu layanan program P2 DBD mengutamakan keluaran layanan kesehatan P2 DBD
atau apa yang dihasilkan dan diakibatkan oleh layanan kesehatan.

Hasil pelayanan program P2 DBD yang bermutu hanya mungkin dihasilakan


oleh pekerjaan yang benar, dengan demikian klien akan berada dalam lingkungan
organisasi pelayanan program P2 DBD yang baik karena segala kebutuhan klien
tersebut sangat diperhatikan dan kemudian dilayani dengan layanan program P2 DBD
dengan mutu terbaik.

Tidak mengherankan bahwa pelayanan program P2 DBD yang selalu


memperhatikan mutu selalu akan dengan mudah mendapatkan akreditasi serta
memperoleh kepercayaan dari masyarakat dan organisasi lain sejenisnya.

Penerapan pendekatan jaminan mutu pelayanan kesehatan harus sesuai dengan


hal-hal berikut :

1. Penerapan pendekatan jaminanan mutu layanan kesehatan akan menjamin


bahwa organisasi layanan kesehatan akan sealau menghasilakn layanan
kesehatan yang bermutu, artinya layanan kesehatan yang sesuai dengan harapan
dan kebutuhan klien serta mamou dibayar olehnya.
2. Penerapan pendekatan jaminan mutu layanan kesehatan akan menjadikan
organisasi kesehatann semakin efisien karena semua orang yang berkerja dalam
organisasi itu akan selalu berkerja lebih baik dalam suatu system terus –
menerus.
3. Penerapan pendekatan jaminan mutu layanan kesehatan akan membuat
organisasi layanan kesehatan menjadi terhormat.
4. Penerapan pendekatan jaminan mutu layanan kesehatan terutama akan
memperhatikan outcome layanan kesehatan benar-benar bermanfaat bagi klien.
5. Penerapan pendekatan jaminan mutu layanan kesehatan akan menumbuhkan
kepuasan kerja, komitmen dan peningkatan moral profesi layanan kesehatan
serta akhirnya menimbulkan kepuasan klien.
Melakukan pelayanan bermutu sesuatu yang menimbulkan kepuasan pribadi,
dengan menerapkan jaminan mutu jaminan kesehatan, perawat diharapkan berkerja
semakin cermat dan selalu menggunakan nalar. Berkeja dengan lebih cermat bukan
berarti harus berkerja keras, sebaliknya berkerja dengan memperhatikan mutu artinya
berkerja lebih arif dengan system yang baik ehingga hasilnya akan lebih baik, tetapi
dengan upaya dan pemborosan yang semakin kurang.

Mutu layanan kesehatan yang diterima oleh klien sehingga konsumen akan
ditentukan oleh mutu layanan kesehatan yang diberikan oleh berbagai profesi layanan
kesehatan yang terdapat didalam organisasi layanan kesehatan tersebut. Mutu layanan
kesehatan juga ditentukan pula oleh mutu manajemen organisasi layanan itu. Dengan
demikian akan terdapat hubungan timbal balikanatar profesi layanan kesehatan dengan
klien. Tingkat mutu layanan kesehatan akan ditentukan berdasarkan tingkat
keseimbangan yang terjadi antara ketiga unsure tersebut.

Dalam rangka lebih meningakatkan dan memfokuskan pembanguanan


kesehatan. Depkes RI telah merumuskan visi yang baru yaitu masyarakat yang mandiri
untuk hidup sehat dengan misi membuat rakyat sehat. Untuk mencapai visi dan misi
tersebut dikembangkan 4 strategi yaitu :

1. Menggerakan dan membudayakan masyarakat hidup sehat.


2. Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas.
3. Meningkatkan system surveilans mentoring dan informasi kesehatan.
4. Meningkatkan pembiayaan kesehatan.
BAB IX

PENUTUP

Pelaksanaan kegiatan kesehatan P2 DBD di puskesmas terdiri dari kegiatan


pelayanan program P2 DBD di dalam gedung umumnya bersifat individual, dapat
berupa pelayanan promotive, preventif, kuratif dan rehabilitative. Kegiatan di dalam
gedung juga meliputi perencanaan program kesehatan yang akan dilaksanakan diluar
gedung. Sedangkan pelaksanaan pelayanan keehatan diluar gedung umumnya
merupakan pelayanan keehatan pada kelompok dan masyarakat dalam bentuk
promotive dan preventif.

Pedoman internal ini diharapkan dapat diperguanakan sebagai acuan bagi tenaga
programmer P2 DBD puskesmas dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan UPTD Puskesmas Pangandaran. Untuk meningkatkan efektifitas pemanfaatan
pedoman internal ini, tenaga programmer P2 DBD Puskesmas menjabarkan dalam
standar oprasional (SOP) yang berisi langkah-langkah dari setiap kegiatan.
Mengetahui

Kepala UPTD Puskesmas Pangandaran Wakil Manajemen Mutu

Anda mungkin juga menyukai