Anda di halaman 1dari 13

PEDOMAN

PROGRAM DBD
DI UPT. PUSKESMAS KEBONSARI

PEMERINTAH KOTA PASURUAN


DINAS KESEHATAN KOTA
UPT PUSKESMAS KEBONSARI
PASURUAN
KATA PENGANTAR

Bismillaahirrohmaanirrohiim

Assalamualaikum Wr. Wb.

Segala puji bagi Alllah SWT, Panduan Kegiatan Program DBD Puskesmas UPT
Puskesmas Kebonsari Kota Pasuruan telah selesai disusun.

Panduan ini dibuat untuk melaksanakan Kegiatan DBD di Puskesmas Industri sebagai
unit penyelenggara pelayanan public.

Selain itu, penyusunan panduan ini bertujuan untuk memberikan petunjuk cara
pelaksanaan DBD di Puskesmas Industri bagi seluruh staf Puskesmas UPT Puskesmas
Kebonsari.

Semoga panduan ini dapat bermanfaat bagi pengguna layanan Puskesmas UPT
Puskesmas Kebonsari dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.

Pasuruan, Januari 2017

Penyusun,

Pemegang Program DBD


Mengetahui
UPT Puskesmas Kebonsari
Kepala Puskesmas Kebonsari

Suwartik, Amd Keb.


dr.Rusmala Dewi
NRPTT 13 4 048 7850
NIP. 19780904 200604 2 015

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Tujuan Pedoman

C. Sasaran Pedoman

D. Ruang Lingkup Pedoman

E. Batasan Operasional

BAB II STANDART KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber daya Manusia

B. Distribusi Ketenagaan

C. Jadwal Kegiatan

BAB III STANDART FASILITAS

A. Denah Ruang

B. Standart Fasilitas

BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Lingkup Kegiatan

B. Metode

C. Langkah Kegiatan

BAB V LOGISTIK

BAB VI KESELAMATAN SASARAN PROGRAM

BAB VII KESELAMATAN KERJA PELAKSANA

BAB VIII PENGENDALIAN MUTU

BAB IX PENUTUP

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Demam Dengue ( DD ) dan Demam Berdarah Dengue ( DBD ) disebabkan virus


dengue yang termasuk kelompok B Atrhorod Borne Virus ( Arboviroses ) yang
sekarang dikenal sebagai genus Flaviviridae, dan mempunyai 4 jenis serotipe,
yaitu : DEN-1,DEN-2, DEN-3, DEN-4. Infeksi salah satu serotype akan menimbulkan
antibody terhadap serotype yang bersangkutan, sedangkan antibody yang terbentuk
terhadap serotipelain sangat kurang, sehingga tidak dapat memberikan
perlindungan yang memadai terhadap serotype lain tersebut.
Seseorang yang tinggal didaerah endemis dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4
serotipe selama hidupnya. Keempat serotype virus dengue dapat ditemukan di
berbagai daerah Indonesia. Di Indonesia pengamatan virus dengue yang dilakukan
sejak tahun 1975 di beberapa rumah sakit menunjukkan bahwa keempat serotype
ditemukan dan bersirkulasi sepanjang tahun.

B. TUJUAN
1. TUJUAN UMUM
Menanggulangi penyakit DBD di masyarakat.
2. TUJUAN KHUSUS
a. Memahami penyebab dan penularan penyakit DBD
b. Terevaluasi perencanaan program DBD tahun 2017
c. Adanya kerjasama lintas program dan lintas sektor

C. SASARAN
Penanggungjawab dan pelaksana program DBD dan seluruh pegawai
Puskesmas .

D. RUANG LINGKUP
Pelaksanaan Program DBD di Puskesmas mencakup:

1.Pemberian penyuluhan tentang DBD

2.Pemeriksaan Jentik dirumah maupun di TTU

3.PSN

4.P.E ( Pemeriksaan epidemologi )

5.Foging

3.Pencatatan hasil pemeriksaan

E. BATASAN OPERASIONAL
Dasar utama Program DBD di Puskesmas adalah :
1. Pemberdayaan
Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk menumbuhkan dan
meningkatkan pengetahuan ,kemauan dan kemampuan individu, keluarga dan
masyarakat untuk mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya,
menciptakan lingkungan sehat serta berperan aktif dalam penyelenggaraan
setiap upaya kesehatan.
Pemberdayaan terhadap individu ,keluarga dan masyarakat harus
memperhatikan kondisi dan situasi,khususnya sosial budaya masyarakat
setempat.
a. Pemberdayaan individu
Pemberdayaan terhadap individu dilakukan oleh setiap petugas kesehatan
puskesmas terhadap individu-individu yang datang memanfaatkan
pelayanan puskesmas.
b. Pemberdayaan Keluarga
Pemberdayaan keluarga dilakukan petugas puskesmas yang melakukan
kunjungan rumah terhadap keluarga,yaitu keluarga dari individu
pengunjung puskesmas atau keluarga-keluarga yang berada di wilayah
kerja puskesmas.
c. Pemberdayaan masyarakat
pemberdayaan masyarakat atau kelompok dilakukan oleh petugas
puskesmas merupakan upaya penggerakan atau pengorganisasian
masyarakat.
Penggerakan atau pengorganisasian masyarakat diawali dengan
membantu kelompok masyarakat mengenali masalah-masalah yang
mengganggu kesehatan sehingga masalah tersebut menjadi masalah
bersama.
Beberapa yang harus dilakukan oleh puskesmas dalam pemberdayaan
masyarakat yang berwujud UKBM :
Upaya kesehatan ibu dan anak : Posyandu, Bina Keluarga Balita
Upaya pengobatan : Pos Pembantu
Upaya perbaikan gizi : Posyandu, Keluarga sadar gizi (kadarzi)
Upaya kesehatan sekolah : Kader Tiwisada, KKR
Disamping itu , Puskesmas juga berfungsi sebagai penggerak pembangunan
berwawasan kesehatan yaitu :
Menggerakkan lintas sektor dan dunia usaha di wilayah kerjanya agar
menyelenggarakan pembangunan yang berwawasan kesehatan
Mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit
tanpa mengabaikan penyembuhan dan pemulihan
Hal tersebut bertujuan untuk mendorong masyarakat lintas sektor/LSM/Dunia
swasta untuk membantu pelayanan DBD melalui bantuan dana, sarana,
metode yang dimilikinya dan diutamakan pada sasaran yang tepat.

2. Bina Suasana
Bina suasana adalah upaya menciptakan suasana atau lingkungan sosial
yang mendorong individu , keluarga dan masyarakat untuk mencegah
penyakit dan meningkatkan kesehatannya serta menciptakan lingkungan
sehat dan berperan aktif dalam setiap upaya penyelenggaraan kesehatan.
Seseorang akan terdorong untuk mau melakukan perilaku yang diperkenalkan
apabila lingkungan sosialnya, keluarga,tokoh panutan,kelompok pengajian dll)
mendukung. Oleh karena itu, untuk mendukung proses pemberdayaan
masyarakat,khususnya dalam upaya mengajak individu, keluarga dan
masyarakat mengalami peningkatan dari fase tahu ke fase mau perlu
diciptakan lingkungan yang mendukung.

3. Advokasi
Advokasi merupakan upaya atau proses yang terencana untuk mendapatkan
komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait (tokoh-tokoh
masyarakat informal dan formal) agar masyarakat di lingkungan puskesmas
berdaya untuk mencegah serta meningkatkan kesehatannya serta
menciptakan lingkungan sehat.
Dalam upaya pemberdayaan individu, keluarga dan masyarakat, puskesmas
membutuhkan dukungan dari pihak-pihak lain, sehingga advokasi perlu
dilakukan.

4. Kemitraan
Dalam pemberdayaan, bina suasana dan advokasi, prinsip-prinsip kemitraan
harus ditegakkan. Kemitraan dikembangkan antara petugas kesehatan
puskesmas dengan sasarannya (para pasien atau pihak lain) dalam
pelaksanaan pemberdayaan, bina suasana dan advokasi. Disamping itu,
kemitraan juga dikembangkan karena kesadaran bahwa untuk meningkatkan
efektifitas DBD, petugas kesehatan puskesmas harus bekerjasama dengan
berbagai pihak terkait, seperti misalnya kelompok profesi, pemuka
agama,LSM,media massa dll.

BAB II

STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Pengelolaan DBD hendaknya dilakukan oleh koordinator yang mempunyai
kapasitas di bidang DBD. Koordinator tersebut dipilih dari tenaga khusus DBD
(yaitu pejabat fungsional penyuluh Kesehatan masyarakat atau PKM). Jika tidak
tersedia tenaga kesehatan khusus DBD tersebut dapat dipilih dari semua tenaga
kesehatan Puskesmas yang melayani pasien/klien
(dokter,perawat,bidan,sanitarian,dan lain-lain).
Semua tenaga kesehatan yang ada di puskesmas hendaknya memiliki
pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan informasi atau konseling. Jika
keterampilan ini ternyata belum dimiliki maka harus diselenggarakan program
pelatihan/kursus.
Sesuai Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1114/Menkes/SK/VII/2005
tentang pedoman Pelaksanaan DBD di daerah disebutkan bahwa standart
tenaga khusus DBD untuk Puskesmas adalah sebagai berikut :

No Kualifikasi Jumlah Kompetensi Umum


D3 1 Orang a. Membantu tenaga
Kesehatan+minat kesehatan lain
dan bakat di bidang merancang
DBD pemberdayaan
b. Melakukan bina
suasana dan
advokasi
B. Distribusi Ketenagaan
Ketenagaan Program DBD di UPT Puskesmas Kebonsari ada 1 pegawai dengan
kualifikasi D3 kebidanan sebagai tanggung jawab program.

C. Jadwal Kegiatan

Kegiatan DBD Di Puskesmas meliputi :

1.Pemberian penyuluhan tentang DBD

2.Pemeriksaan Jentik dirumah maupun di TPA

3.PSN

4.P.E ( Pemeriksaan epidemologi )

5.Foging

6.Pencatatan hasil pemeriksaan

BAB III

STANDART FASILITAS

A. DENAH RUANG

Ruangan khusus untuk DBD di Puskesmas bergabung dengan ruangan


petugas Penanggung jawab Program Kesehatan Lngkungan.

B. STANDART FASILITAS

Untuk mendukung pelaksanaan Program DBD, Puskesmas memiliki


fasilitas bagi pelaksana Program DBD yang meliputi :
Laptop masih milik pribadi untuk printer jadi satu dengan TU

Wairless microphone

Lcd projector

Kamera foto

Video

Televisi

Tape cassete recorder

Manual Microphone

Papan informasi

Banner

Leaflet

Poster

BAB IV

TATALAKSANA PELAYANAN

A. LINGKUP KEGIATAN
Lingkup kegiatan program DBD meliputi :

1. PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat)


Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah sekumpulan
perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil
pembelajaran ,yang menjadikan seseorang ,keluarga,kelompok atau
masyarakat mampu menolong dirinya sendiri (mandiri) di bidang
kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat.
PHBS meliputi PHBS di 5 Tatanan :
a. PHBS di Rumah Tangga
b. PHBS di Institusi Pendidikan
c. PHBS di TTK
d. PHBS di TTU
e. PHBS di Faskes

2. UKBM (Upaya Kesehatan berbasis Masyarakat)


UKBM (Upaya kesehatan berbasis masyarakat) meliputi :
a. Pustu
Adalah UKBM yang dibentuk di desa/kelurahan dalam rangka
menyediakan pelayanan kesehatan dasar utamanya promotif dan
preventif bagi masyarakat desa dengan melibatkan kader atau tenaga
sukarela lainnya.
Peran petugas puskesmas :
Memberikan penyuluhan tentang DBD
. Melakukan pemeriksaan jentik oleh kader

b. Posyandu balita
Salah satu bentuk UKBM yang dikelola dan diselenggarakan dari,oleh,
untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan
kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan
kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan
dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian DBD dan ABJ .95%
didampingi oleh Bikel/pemkel.

c. Posyandu Lansia
Merupakan salah satu bentuk UKBM yang diselenggarakan dari, oleh dan
untuk masyarakat yang bertujuan untuk memberdayakan masyarakat
dalam memperoleh pelayanan kesehatan kepada lansia yang
mengutamakan aspek promotif dan preventif didampingi pemegang
program lansia.
Peran petugas puskesmas :
Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat
Memberikan penyuluhan tentang DBD dan melakukan pemerikaan
jentik berkala oleh kader.

d. Pos UKK (Upaya Kesehatan Kerja)


Bentuk operasional dari pelayanan kesehatan di lingkungan pekerja.
Merupakan wadah dari serangkaian upaya pemeliharaan kesehatan
pekerja yang terencana, teratur dan berkesinambungan yang
diselenggarakan dari, oleh dan untuk masyarakat pekerja.
Tempat pos UKK dibentuk dimana terdapat kelompok masyarakat pekerja
(diutamakan dari jenis pekerjaan sama).
Pelaksana Pos UKK adalah kader kesehatan kerja yang dipilih oleh
pekerja itu sendiri didampingi oleh petugas Kesja.

B. METODE
Pada prinsipnya , baik pemberdayaan, suasana, maupun advokasi adalah
proses komunikasi. Oleh sebab itu ,perlu ditentukan metode yang tepat dalam
proses tersebut. Pemilihan metode harus dilakukan dengan memperhatikan
kemasan informasinya, keadaan penerima informasi (termasuk sosial
budayanya), dan hal-hal lain seperti ruang dan waktu.
Media atau sarana informasi juga perlu dipilih mengikuti metode yang
telah ditetapkan, memperhatikan sasaran atau penerima informasi . Bila
penerima informasi tidak bisa membaca maka komunikasi dan tidak akan efektif
jika digunakan media yang penuh tulisan, atau bila penerima informasi hanya
memiliki waktu sangat singkat, tidak akan efektif jika dipasang poster yang berisi
kalimat yang terlalu panjang.

C. LANGKAH KEGIATAN
Kegiatan program DBD :

Membina tatalaksana penanganan DBD di rumah, melakukan penyuluhan


kepada anak sekolah, masyarakat (diposyandu/ kader posyandu), PSN.
1. Kegiatan pokok DBD :
a) Kewaspadaan dini penyakit demam berdarah dengue
b) Penemuan dan pelaporan penderita
c) Penanggulangan focus
Penyelidikan epidemiologi
Penyuluhan 3M , abatisasi, pengasapan focus
d) Pemberantasan vector intensif ( di desa endemis)
Penyuluhan , 3M , abatisasi
Pengasapan missal
e) Bulan kewaspadaan gerakan 3M pada saat sebelum musim penularan
Penyuluhan intensif
Kerja bakti 3M , abatisasi
Kunjungan rumah

f) Pemantauan jentik berkala di desa endemis setiap tiga bulan sekali


g) Promosi kesehatan penyakit DBD berupa komunikasi perubahan perilaku
dalam pemberantasan sarang nyamuk melalui pesan pokok 3M saat ini
kegiatan diintensifkan menjadi sub program PSN
h) Pemberantsan vector nyamuk penular
Nyamuk dewasa dengan pengasapan
Jentik dengan PSN
Fisik: 3M (menguras,menutup,mengubur)
Larvasida : bubuk temephos ( abatisasi)
Ikanisasi : ikan adu/cupang
i) Penagnggulangan kejadian luar biasa (KLB)
Penyuluhan
PSN (3M)
Abatisasi selektif
Fogging massal
j) Peningkatan SDM dan meningkatkan jenjang kemitraan
Pelatihan: tata laksan kasus, penanggung jawab program, petugas
penyemprot,metode PSN, pendekatan MTBS
Seminar
Diskusi
Penelitian: epidemiologi, vector, sosio budaya, manajemen program
Kerja sama dengan LSM / swasta
BAB V

LOGISTIK

Standart sarana/peralatan DBD Puskesmas minimalnya adalah sebagai berikut :

No JENIS SARANA JUMLAH


1 Flipchart & stands 1 set
2 LCD 2 buah
3 Amplifier & wireless microphone 1 set
4 Kamera Photo 1 buah
5 Megaphone/Public address system 1 set
6 Portable generator 1 buah
7 Tape/cassette recorder/player 1 buah
8 Papan Informasi 1 buah

Dari standart sarana/prasarana Program DBD, sarana dan prasarana yang sudah
dimiliki oleh Puskesmas adalah :
Flipchart dan stand
Wireless microphone
Kamera foto
Tape cassete recorder
Papan Informasi
Lcd projector
Manual microphon

BAB VI
KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN

Dalam upaya keselamatan sasaran pada saat pelaksanaan kegiatan


program DBD, perlu diadadakan identifikasi keselamatan sasaran program. Pada
Pelaksanaan kegiatan program DBD kami menemukan pelaksanaan program
DBD yaitu semakin banyaknya penderita DBD dan ABJ Dikelurahan tersebut ,<
95 % untuk itu kita melakukan PJB oleh kader .
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Karena strategi DBD di puskesmas adalah Advokasi, bina suasana,


pemberdayaan masyarakat dan kemitraan yang pada garis besarnya dalam
bentuk komunikasi, maka selain harus menyiapkan sumberdaya manusia yang
kompeten maka perlu juga adanya payung hukum dan kebijakan dalam
Pelaksanaan DBD di Puskesmas. Diantaranya adalah :
a. Surat Keputusan menteri Kesehatan nomor 1193/menkes/SK/X/2004 tentang
Kebijakan Nasional DBD.
b. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 tahun 2014 tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat.
c. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 585/MENKES/SK/V/2007 Tentang
Pedoman Pelaksanaan DBD Di Puskesmas
d. Surat Tugas Dari Kepala UPT Puskesmas Kebonsari untuk melaksanakan
Kegiatan DBD.

BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Indikator mutu yang digunakan di Program DBD adalah tercapainya ABJ >
95% dan penderita DBD ditahun 2016 32 kasus di seluruh wilayah UPT
Puskesmas Kebonsari . Indikator mutu akan dipantau oleh tim mutu Pskesmas
melalui monitoring dan evaluasi pelaksanaan. Pencapaian indikator mutu
dibahas dalam pertemuan tinjauan manajemen dan dilaporkan kepada Kepala
Puskesmas.
BAB IX

PENUTUP

Pedoman ini sebagai acuan bagi Pegawai Puskesmas Industri dan lintas sektor
terkait dalam pelaksanaan kegiatan DBD di wilayah kerja Puskesmas.
Keberhasilan DBD untuk meningkatkan PHBS (perilaku hidup bersih dan sehat) di
Puskesmas bukanlah tugas petugas Puskesmas saja, namun tanggungjawab upaya
Program DBD di Puskesmas adalah Kepala Puskesmas,dan menjadi tugas bagi
seluruh petugas kesehatan Puskesmas. Yang paling penting dilaksanakan dalam
rangka program DBD puskesmas adalah upaya-upaya pemberdayaan, baik
pemberdayaan terhadap pasien maupun terhadap individu/keluarga/masyarakat yang
sehat.
Namun demikian, upaya-upaya pemberdayaan ini akan lebih berhasil jika didukung oleh
upaya-upaya bina suasana dan advokasi. Bina suasana dilakukan terhadap mereka
yang paling berpengaruh terhadap pasien/individu/keluarga/masyarakat. Sedangkan
advokasi dilakukan terhadap mereka yang dapat mendukung/membantu Puskesmas
dari segi kebijakan atau peraturan perundang-undangan dan sumberdaya,dalam rangka
pemberdayaan pasien/individu/keluarga/masyarakat.
Banyak sekali peluang untuk melaksanakan DBD Puskesmas, yaitu didalam gedung
dan diluar gedung puskesmas atau masyarakat. Peluang-peluang tersebut harus dapat
dimanfaatkan dengan baik, sehingga upaya wajib puskesmas, yaitu DBD dapat
terlaksana dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai