Anda di halaman 1dari 17

PEDOMAN

PENYELENGGARAAN PROGRAM DBD


PUSKESMAS RARANG

PELAKSANAAN PROGRAM :
SUPRIATI, AMKL

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR


DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS RARANG
TAHUN 2019

1
KATA PENGANTAR

Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan kesehatan di Indonesia terutama


dalam mengurangi penyebaran penyakit menular diperlukan kesadaran , kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang baik petugas kesehatan maupun seluruh lapisan
masyarakat agar penyebaran dapat di kendalikan. Penyakit demam berdarah merupakan
salah satu penyakit menular yang perlu di waspadai karena di Indonesia merupakan
negara dengan kasus tertinggi di Asia Tenggara.
Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan penanggulangan Demam Berdarah
Dengue (DBD) yang mempunyai fungsi sebagai penggerak masyarakat dalam
menanggulangi penyebaran, penggerak masyarakat agar berperilaku hidup bersih
dan sehat, serta sebagai pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama di wilayah
kerjanya dalam penanggulangan DBD, mempunyai peran yang sangat setrategis dalam
mencapai tujuan pembangunan kesehatan terutama dalam mengurangi penyebaran
penyakit menular.
Pedoman Penanggulangan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) ini dapat
dijadikan sebagai acuan atau pengatur aspek pelaksanaan penanggulangan penyakit
Demam Berdarah terutama di wilayah kerja puskesmas.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan rahmat dan hidayah- Nya kepada kita
semua. Amiin.

Rarang, 2 Januari 2019


Kepala Puskesmas Rarang

Lalu Muhammad Ilmi, S.Kep, Ns


NIP. 19760807 199703 1 006

DAFTAR ISI

2
Kata Pengantar …………………...……………………..………………..…… 1
Daftar Isi .………………… ……………………………………..…………. 2
BAB I. PENDAHULUAN …………………….. …………….……………. 4
A. Latar Belakang …………….……………………………….…… 4
B. Tujuan ………………………………………………………… 5
C. Sasaran ………………………………………………………….. 6
D. Ruang Lingkup …………………………………………………. 6
BAB II. STANDAR KETENAGAAN…..…………………………………….. 7
A. Kualifikasi SDM Tenaga ………………………..………………... 7
B. Distribusi Ketenagaan …………………………………………. 7
C. Jadwal Kegiatan ………….…………………………………….. 8
BAB III. STANDAR FASILITAS ………………………………………… 9
A. Standar Kwalitas…….………………………………………….. 9
BAB IV. TATA LAKSANA PELAYANAN PROGRAM DBD………………… 10
A. Lingkup Kegiatan………..……………………………………… 10
1. Kegiatan Program DBD dalam gedung…………………………… 10
2. Kegiatan Program DBD Luar Gedung …………………..……….. 10
B. Strategi / Metode ..……………………………………………… 10
1. Strategi Advokasi ……………….………………………….. 11
2. Strategi kemitraan ……………………..…………………… 11
3. Strategi Pemberdayaan Masyarakat………………………… 11
C. Langkah Kegiatan ……………………………………………… 12
1. Perencanaan ………………………………………………… 13
2. Pelaksanaan .……………………...………………………… 13
3. Monitoring dan evaluasi …………………………………… 13
4. Rencana Tindak Lanjut …………………………………….. 13
BAB V LOGISTIK……………………………….………………………… 16
BAB VI KESELAMATAN SASARAN …………………….…………….. 18
BAB VII KESELAMATAN KERJA ……………………………………… 20
BAB VIII PENGENDALIAN MUTU ……………………………………… 21
BAB IX PENUTUP ……………………………………………………….. 22

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Penyakit Demam Berdarah (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat yang utama di Indonesia. Jumlah penderita dan luas daerah
penyebarannya semakin bertambah seiring dengan meningkatnya mobilitas dan
kepadatan penduduk.
Target pengendalian DBD tertuang dalan dokumen Rencana
Pembangunan Jangka menengah Nasional (RPJMN) dan Rencana Srategis
(RENSTRA) Kementrian Kesehatan 2010 - 2014 dan KEPMENKES 1457 tahun
2003 tentang standar pelayanan minimal yang meguatkan pentingnya upaya
pengendalian peyakit DBD di Indonesia Kabupaten / Kota bahkan sampai ke desa
melalui pelaksanaan program pengendalian penyakit DBD di harapkan dapat
berkontribusi menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit menular di
Indonesia
Sejak di temukan pertamakali pada tahun 1968 hingga saat ini jumlah kasus
DBD di laporkan meningkat dan penyebarannya semakin meluas bahkan sering
menimbulkan. Kejadian Luar Biasa (KLB) di beberapa daerah Data Direktorat
Pengendalian Penyakit Vektor dan Zoonosis Kemenkes menyebutkan hingga
akhir Januari Tahun 2016 KLB DBD dilaporkan ada di 12 Kabupaten dan 3 kota
dari 11 Propinsi di Indonesia yang meliputi antara lain Provinsi Banten, Sumatera
Selatan, Bengkulu, Bali, Sulawesi Selatan, Provinsi Gorontalo, Papua Barat,
Propinsi Papua, NTT, Jawa tengah dan Provinsi Sulawesi Barat .
Golongan terbanyak yang mengalami DBD di Indonesia pada Usia 5-14 tahun
mencapai 43,44% dan Usia 15-44 Tahun mencapai 33,25%.

B. TUJUAN
1. Urnum
Untuk rneningkatkan kemampuan petugas kesehatan dalam mencegah dan
melindungi diri dan masyarakat dari penularan DBD melalui perubahan
perilaku (PSN DBD) dan kebersihan lingkungan.

2. Khusus
a. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pencegahan dan pengendalian
DBD.
b. Menurunkan jumlah kelompok masyarakat yang berisiko terhadap penularan
DBD.

4
c. Melaksanakan penanganan penderita sesuai standar.
d. Menurunkan angka kesakitan DBD.
e. Menurunkan angka kematian akibat DBD.

C. SASARAN PEDOMAN
Petugas pelaksana program pemberantasan penyakit Demam Berdarah Dengue di
wilayah kerja puskesmas.

D. RUANG LINGKUP PEDOMAN


Ruang lingkup pedoman pemberantasan penyakit demam berdarah secara garis
besar adalah meliputi upaya yang bersifat promotif, perventif, kuratf, dan rehabilitatif
yang dilaksanakan oleh petugas kesehatan dengan melibatkan kader jumantik dan
tenaga sukarelawan lainnya.

E. BATASAN OPERASIONAL
Penyakit Dengue adalah infeksi akut yang disebabkan oleh Arbovirus dan
ditularkan melalui gigitan nyamuk Aides Aigepty dan Aides Albopictus.
DBD adalah penyakit yang ditandai oleh demam yang mendadak disertai gejala
lain seperti lemah, anoreksia, muntah, nyeri pada anggota badan, punggung, sendi,
kepala , dan perut akibat adanya virus Dengue yang masuk yang dapat menyebabkan
kematian bagi penderita.

BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA


Untuk melaksanakan fungsinya dan menyelenggarakan pelayanan di
kecamatan Terara terutama dalam pengendalian penularan penyakit DBD, Puskesmas
Rarang memiliki tenaga kerja baik dari Puskesmas maupun dari masyarakat yaitu :

No JENIS TENAGA KUALIFIKASI JUMLAH

5
1 Programer DBD Sanitarian 1
2 Supervisor Jumantik Kader Jumantik Desa 8

Dengan melihat tabel ini dapat dilihat bahwa ketenagaan dalam program
pengendalian peyakit DBD di Puskesmas Rarang sudah memenuhi standar, dengan
adanya satu tenaga sanitarian untuk menyelenggarakan pemantauan perkembangan
pengendalian penularan penyakit DBD kecamatan Rarang meliputi: Kuratif, Promotif,
Preventif, dan Rehabilitatif dan dibantu 8 kader Jumantik untuk melaksanakan
pemantauan jentik di desa masing-masing. Adapun uraian tugas pengelola program
pengendalian penyakit DBD Puskesmas Rarang berdasarkan tupoksi yang sesuai
kompetensinya antara lain :
1. Menyusun rencana kerja P2 DBD berdasarkan data program puskesmas dan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku sebagai pedoman kerja.
2. Melaksanakan kegiatan P2 DBD meliputi penemuan dini penderita suspek DBD
serta melakukan rujukan untuk penanganan lebih lanjut, Pemantauan Jentik
Berkala / Abatisasi Selektif (PJB/AS), pembinaan peran serta masyarakat dalam
kegiatan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk), penyuluhan DBD, dan koordinasi
lintas program terkait sesuai dengan prosedur dan ketentuan perundang-undangan
yang berlaku.
3. Mengevaluasi hasil kegiatan P2 DBD secara keseluruhan.
4. Menbuat catatan dan laporan kegiatan di bidang tugasnya sebagai bahan informasi
dan pertanggung jawaban kepada atasan.
5. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Pengelola program P2 DBD adalah tenaga kesehatan dari puskesmas yang
ditunjuk oleh kepala puskesmas untuk melaksanakan tugasnya sebagai pengelola
program (programmer) pengendalian penularan penyakit DBD di wilayah kerja
puskesmas.
Programer P2 DBD mendapatkan SK dari kepala puskesmas. Selain pemegang
program DBD dan jumantik pelaksanaan pemberantasan penyakit DBD juga
melibatkan:
1. Dokter
2. Koordinator P2M dan PKM
3. Petugas Laboratorium
4. Petugas Administrasi
5. Kader aktif

C. KEGIATAN PELAYANAN

6
No Kegiatan

1 Surveilans epidemiologi

2 Penemuan dan tata laksana kasus


3 Pengendalian Vektor (PSN)
4 Peningkatan peran serta masyarakat
5 Sistem kewaspadaan dini (SKD) dan penanggulangan KLB (PJB)
6 Penyuluhan
7 Kemitraan/jejaring kerja
8 Monitoring dan evaluasi

BAB III
STANDAR FASILITAS

A. DENAH RUANG
Dalam pelaksanaan tugas pemberantasan penyakit Demam Berdarah
tidak ada ruang khusus karena merupakan program yang berbasis masyarakat.

B. STANDAR FASILITAS
Sarana dan prasarana termasuk fasilitas, dan peralatan yang secara tidak langsung
mendukung pelayanan kesehatan terutama mendukung pelayanan klinis diwilayah
kerja programmer DBD haruslah memadai.
Sesuai standar fasilitas pelayanan penanggulangan penyakit DBD adalah sebagai
berikut:
1. Perlengkapan medis:
No Jenis Alat
1 Poliklinik set :
Stetoskop
Tensimeter
Timbangan berat badan
Termometer suhu
Senter
2 Alat pemeriksa hematocrit

7
3 Obat-obatan :
Analgetik
Antipiretik

4 Formulir KD-UPK-DBD
5 SOP pelaksanaan kegiatan
6 Larvasida

2. Perlengkapan non medis:


No Jenis Alat
1 Buku petunjuk program DBD
2 Alat penyuluhan kesehatan
3 Formulir hasil epidemiologi
4 Formulir hasil PJB
5 Bagan penatalaksanaan kasus DBD

8
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. LINGKUP KEGIATAN
1. Lingkup kegiatan pemberantasan penyakit demam berdarah secara garis besar
adalah meliputi upaya yang bersifat promotif, perventif, kuratif, dan rehabilitatif
diwilayah kerja puskesmas Rarang.
2. Program pemberantasan penyakit Demam Berdarah sebagai jaringan Puskesmas
harus:
a. Bertanggung jawab pada kepala Puskesmas.
b. Bertanggung jawab kepada masyarakat dalam penanganan DBD.
c. Berkoordinasi dengan lintas sektor dan jejaring pelayanan kesehatan lain di
wilayah kerjanya.
d. Membina Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) dalam upaya
pemberantasan sarang nyamuk dan penaggulangan penyakit DBD.

B. METODE
Terdapat metode untuk :
1. Penemuan penderita tersangka DBD.
2. Rujukan penderita DBD.
3. Penyuluhan kesehatan pada masyarakat meliputi :
a. Penyuluhan perorangan.
b. Penyuluhan kelompok.
4. Surveilan kasus DBD.
Angka Bebas Jentik (ABJ).
5. Surveilan Vektor.
Pengamatan jentik berkala.
6. Pemberantasan vector.
a. Abatisasi.
b. Kegiatan 3 M.
c. Penanggulangan Fokus (fogging).
7. Pencatatan dan pelaporan.
C. LANGKAH KEGIATAN
1. Perencanaan
Ada perencanaan tertulis mengenai :
a. Penemuan penderita tersangka DBD
Kasus dilihat dari jumlah suspek DBD yang datang ke puskesmas.

9
b. Rujukan penderita DBD
Bila terdapat tanda-tanda penyakit DBD seperti mendadak panas tinggi 2 – 7
hari, tampak lemah dan lesu, suhu badan antara 38º - 40º C atau lebih, tampak
bintik-bintik merah pada kulit direnggangkan bintik merah itu hilang, kadang-
kadang ada perdarahan hidung, mungkin terjadi muntah darah atau BAB darah,
tes Torniquet positif.
c. Penyuluhan kesehatan pada masyarakat meliputi :
1) Penyuluhan perorangan.
Terhadap individu yang berobat melalui konseling.
2) Penyuluhan kelompok.
Melalui diskusi, ceramah, penyuluhan melalui poster.
d. Surveilan kasus DBD.
Angka Bebas Jentik (ABJ); presentasi rumah yang bebas jentik dibanding
dengan jumlah rumah yang diperiksa.
e. Surveilan Vektor
Pengamatan jentik berkala ; presentasi jumlah rumah yang diperksa jentik
dibanding dengan jumlah rumah yang diperiksa.
f. Pemberantasan vector
g. Abatisasi
Pemberian bubuk abate paada tempat penampungan air yang tidak bisa dikuras.
h. Kegiatan 3 M
Dengan kegiatan 3M yang perwujudannya bisa melalui jum´at bersih selama 30
menit setiap satu minggu sekali. Dilakukan dengan pengawasan kader,
Menguras,Menutup, dan Memanfaatkan barang bekasyang dapat menjadi sarang
berkembangbiaknya jentik nyamuk.
i. Penanggulangan Fokus (fogging)
j. Pencatatan dan pelaporan.

2. Pelaksanaan
Adalah pelaksanaan dari seluruh kegiatan yang telah tertulis dalam perencanaan.
3. Pengawasan dan pengendalian
Melalui pencatatan dan pelaporan yang dilakukan:
a. Bulanan
b. Tribulanan
c. Tahunan
4. Keluaran
a. Penemuan penderita tersangka DBD
b. Rujukan penderita DBD
c. Penyuluhan dan penggerakan masyarakat untuk melakukan Pemberantasan
Sarang Nyamuk (PSN). Penyuluhan /informasi tentang demam berdarah dan
pencegahannya dilakukan melalui jalur-jalur informasi yang ada:
1) Penyuluhan kelompok:

10
PKK, organisasi social masyarakat lain, kelompok agama, guru, murid
sekolah, pengelola tempat umum/ instansi, dll.
2) Penyuluhan perorangan:
Kepada ibu-ibu pengunjung posyandu, penderita/keluarga di puskesmas,
kunjungan rumah oleh kader/ petugas puskesmas.Penyuluhan melalui media
massa : TV, radio, dll.
d. Surveilan kasus DBD
Hasil angka bebas jentik. Survei jentik dilakukan dengan cara melihat atau
memeriksa semua tempat atau bejana yang dapat menjadi tempat
berkembangbiaknya nyamuk Aedes Aegypty dengan mata telanjang untuk
mengetahui ada tidaknya jentik, yaitu dengan cara visual.
e. Surveilan vector
Melalui pengamatan jentik berkala (PJB) yaitu merupakan bentuk evaluasi hasil
kegiatan yang dilakukan tiap 3 bulan sekali ditiap desa/kelurahaan endemis pada
100 rumah /bangunan yang dipilih secara acak (Random Sampling).
f. Pemberantasan vector
Perlindungan perseorangan,yaitu memberikan anjuran untuk mencegah gigitan
nyamuk dengan meniadakan nyamuk didalam rumah dengan cara
menyemprotkan obat anti serangga.
BAB V
LOGISTIK

Daftar logistik yang dipersiapkan pelaksana program pemberantasan penyakit


demam berdarah dengue puskesmas Rarang :
1. Perlengkapan medis:
No Jenis Alat Keterangan
1 Poliklinik set :
Stetoskop Ada
Tensimeter Ada
Timbangan berat badan Ada
Termometer suhu Ada
Senter Ada
2 Alat pemeriksa hematocrit Ada
3 Obat-obatan :
Analgetik Ada
Antipiretik Ada
4 Formulir KD-UPK-DBD Ada
5 SOP pelaksanaan kegiatan Ada
6 Larvasida Ada

11
2. Perlengkapan non medis:
No Jenis Alat Keterangan
1 Buku petunjuk program DBD Ada
2 Alat penyuluhan kesehatan Ada
3 Formulir hasil epidemiologi Ada
4 Formulir hasil PJB Ada
5 Bagan penatalaksanaan kasus DBD Tidak ada

BAB VI
KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN

Dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan kegiatan Pemberantasan Penyakit


Demam Berdarah Dengue perlu diperhatikan keselamatan pasien dengan melakukan
identifikasi resiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan
kegiatan. Upaya pencegahan resiko terhadap pasien harus dilakukan untuk tiap-tiap
kegiatan yang akan dilaksanakan, antara lain :
1. Penatalaksanaan penderita DBD
a. Kolaborasi dengan medis dalam pemberian cairan harus adekuat dan seinbang antara
intake dan out put untuk menghindari overload ataupun kekurangan cairan yang
berakibat memperparah keadaan pasien.
b. Kolaborasi dengan laboratorium untuk pemeriksaan DL Sereal agar perubahan
perkembangan pasien dapat terpantau.
2. Pemberian Temephos (Abate)
Pemberian Abate harus sesuai dengan takaran yaitu 10 gram untuk 100 liter air, dan
diutamakan pada penampungan air yang yang sulit di kuras dan bukan untuk minum
untuk menghindari dampak dari pemakaian temephos.
3. Pemeriksaan Jentik nyamuk
Dalam melakukan pemeriksaan harus menyeluruh dan cermat pada bagian sudut-sudut
tempat penampungan air dan dengan pencahayaan yang cukup agar mendapatkan hasil
yang maksimal.
4. Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB)
PJB dilakukan setiap 3 bulan sekali dengan cara acak (Random Sampling). Dalam
melakukan pemeriksaan diharapkan dapat dilakukan secara cermat dan teliti agar hasil
pemeriksaan berupa Angka Bebas Jentik (ABJ) dapat dipertanggung jawabkan.

12
5. Pengendalian Fokkus (Fogging)
a. Petugas penyemprot harus dilatih terlebih dahulu dan dinyatakan terampil dan paham
bekerja dengan insektisida.
b. Petugas mempersiapkan perlengkapan lain berupa:
1) 1 set pakaian lapangan/ werpak (2buah) untuk 1 orang penyemprot.
2) 1 buah masker per orang.
3) 1 buah topi lapangan.
4) 1 pasang sarung tangan yang standar (tahan bahan kimia dan lunak ditangan).
5) 1 pasang sepatu lapangan.
Untuk keamanan petugas penyemprot.
c. Petugas menghimbau kepada warga sebelum penyemprotan:
1) Semua makanan dan minuman hendaknya disimpan ditempat yang aman dan
tertutup.
2) Hewan peliharaan dikeluarkan dari rumah sedangkan untuk ikan hias bisa ditutup.
3) Tempat tidur/ kasur cukup dilipat, pakaian tergantung hendaknya diturunkan
kemudian ditutup Koran atau penutup lain.
4) Barang-barang elektronik, mainan anak-anak, sepatu dan lain-lain ditutup dengan
kertas Koran atau penutup lainnya.
5) Semua sumber api (kompor, lampu, AC, dll) harus dimatikan.
6) Semua jendela ditutup dan semua pintu dibuka.
7) Memberitahu kepada penyemprot/ kepala regu bahwa rumah/ bangunan siap
untuk disemprot.
d. Petugas menghimbau warga bahwa selama penyemprotan:
1) Semua penghuni rumah/ Bangunan hendaknya berada diluar.
2) Jangan mengikuti penyemprot saat penyemprotan berlangsung.
e. Petugas menghimbau warga bahwa setelah penyemprotan:
1) Pintu rumah ditutup bila belum ditutup.
2) Semua penghuni rumah tetap diluar sampai lebih kurang 30 menit – 1 jam selesai
disemprot.
3) Menyapu lantai bila ada hewan seperti cicak, kecoak dllyang mati dan
dikumpulkan dalam kantong plastik yang rapat jangan sampai dilakan oleh hewan
piaraan.
4) Bila lantai kotor kena larutan insektisida atau solar supaya dilap dulu (bila licin
dilap dengan bensin)

BAB VII
KESELAMATAN KERJA

13
Untuk keamanan dan kenyamanan bagi petugas dalam memberikan pelayanan
kesehatan, terutama untuk mencegah tertularnya penyakit dimana banyak kasus-kasus
penyakit menular, misalnya : TBC, Kusta, Hepatitis, HIV/ AIDS, dan bersinggungan
langsung dengan bahan kimia, misalnya Abate atau obat Fogging, maka petugas dalam
melaksanakan pelayanan diwajibkan memperhatikan keamanan diri dengan pemakaian
alat perlindungan diri (APD), menggunakan masker, sarung tangan dan celemek plastik,
jas operasi bila diperlukan. Dan selalu melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah
melakukan kegiatan atau pelayanan.

PEMAKAIAN ALAT PERLINDUNGAN DIRI (APD)

Pemeriksaan
Sanitasi tangan Ya
Sarung tangan Ya
Masker Ya
Celemek (Apron) Tidak

BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu pelayanan klinis merupakan kegiatan untuk mencegah terjadinya


masalah terkait pelayanan atau mencegah terjadinya kesalahan tindakan yang diberikan
yang bertujuan untuk keselamatan pasien.
Pengendalian mutu pelayanan klinis terintegrasi dengan program pengendalian mutu
pelayanan klinis Puskesmas yang dilaksanakan secara berkesinambungan.

14
Kegiatan pengendalian mutu pelayanan klinis meliputi :
1. Perencanaan, yaitu menyusun rencana kerja dan cara monitoring dan evaluasi untuk
peningkatan mutu standar.
2. Pelaksanaan, yaitu :
a. Monitoring dan evaluasi capaian pelaksanaan rencana kerja (membandingkan antara
capaian dan rencana kerja).
b. Memberikan umpan balik terhadap hasil capaian.
3. Tindakan hasil monitoring dan evaluasi yaitu :
a. Melakukan perbaikan kualitas pelayanan standar.
b. Meningkatkan kualitas pelayanan jika capaian sudah memuaskan.
Monitoring merupakan kegiatan pemantauan selama proses berlangsung untuk
memastikan bahwa aktifitas berlangsung sesuai dengan yang direncanakan.
Monitoring dapat dilakukan oleh tenaga medis dan paramedik yang melakukan
proses. Aktifitas monitoring perlu direncanakan untuk mengoptimalkan hasil
pemantauan.
Contoh : monitoring pelayanan pasien, monitoring kinerja tenaga kesehatan.
Sedangkan untuk menilai hasil atau capaian pelaksanaan pelayanan klinis, dilakukan
evaluasi. Evaluasi dilakukan terhadap data yang dikumpulkan yang diperoleh melalui
metode berdasarkan waktu, cara dan tehnis pengambilan data.
1. Berdasarkan waktu pengambilan data, terdiri atas ;
a. Retrospektif
Pengambilan data dilakukan setelah pelayanan dilaksanakan. Contoh : survey
kepuasan pelanggan, laporan mutasi barang.
b. Prospektif
Pengambilan data dijalankan bersamaan dengan pelaksanaan pelayanan.
Contoh : waktu pelayanan kesehatan di Puskesmas, sesuai dengan kebutuhan.
2. Berdasarkan cara pengambilan data, terdiri atas :
a. Langsung (data primer)
Data diperoleh secara langsung dari sumber informasi oleh pengambil data.
Contoh : survey kepuasan pelanggan terhadap kualitas pelayanan klinis.
b. Tidak langsung (tidak langsung)
Data diperoleh dari sumber informasi yang tidak langsung. Contoh : catatan
riwayat penyakit yang lalu.
3. Cara pengambilan data ;
a. Survei
Survei yaitu pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner. Contoh :
survey kepuasan pelanggan.
b. Observasi.
Observasi yaitu pengamatan langsung aktivitas atau proses dengan
menggunakan ceklist atau perekaman.
4. Pelaksanaan evaluasi terdiri dari :
a. Audit

15
Audit merupakan usaha untuk menyempurnakan kualitas pelayanan dengan
pengukuran kinerja bagi yang memberikan pelayanan dengan menentukan
kinerja yang berkaitan dengan standar yang dikehendaki dan dengan
menyempurnakan kinerja tersebut. Oleh karena itu audit merupakan alat untuk
menilai, mengevaluasi, menyempurnakan pelayanan klinis secara sistematis.
Terdapat 2 macam audit yaitu :
1) Audit Klinis
Audit Klinis yaitu analisis klinis sistematis terhadap pelayanan klinis,
meliputi prosedur yang digunakan untuk pelayanan, penggunaan
sumberdaya, hasil yang didapat dan kualitas hidup pasien. Audit klit klinis
dikaitkan dengan pengobatan berbasis bukti.
2) Audit Profesional
Audit Provesional yaitu analisis kritis pelayanan klinis seluruh tenaga medis
dan paramedis terkait dengan pencapaian sasaran yang disepakati,
penggunaan sumberdaya dan hasil yang diperoleh. Contoh : audit
pelaksanaan sister manajemen mutu.
b. Review (pengkajian).
Review (pengkajian) yaitu tinjauan atau kajian terhadap pelayanan klinis tanpa
dibandingkan dengan standar. Contoh : kajian penggunaan antibiotik.

Indikator mutu Penanggulangan penyakit demam Berdarah meliputi :

1. INPUT

No Uraian Standar Kompetensi Target


1 Sumber Daya Manusia Bila Pelaksana Program berasal dari
Paramedis maka petugas harus
memiliki : 100 %
- SIK 100%
- STR 100%
- Sertivikat pelatihan Penanganan
KLB

2. OUT PUT
No Uraian Target
1 Kepuasan Pelanggan 80 %
2 Terpenuhi target SPM :
b.1. Angka Bebas Jentik (ABJ) 95 %
b.2. Penderita DBD ditangani 100 %
b.3. Cakupan PE Kasus DBD 100 %

16
BAB IX
PENUTUP

Pedoman Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue Puskesmas Rarang ini


digunakan sebagai acuan pelaksanaan pelayanan di Puskesmas Rarang diperlukan
komitmen dan kerjasama semua pihak. Hal tersebut akan menjadikan pelayanan semakin
optimal dan dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat yang diwilayah kerja puskesmas
Rarang. Serta dapat meningkatkan citra Puskesmas dan kepuasan pasien atau masyarakat.

17

Anda mungkin juga menyukai