TAHUN 2019
I. Latar Belakang
A. Dasar Hukum
Kebijakan Nasional untuk pengendalian DBD sesuai KEPMENKES No
581/MENKES/SK/VII/1992 ( Lampiran ) tentang Pemberantasan penyakit Demam
Berdarah Dengue,adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan prilaku dalam hidup sehat dan kemandirian terhadap pengendalian
DBD.
2. Meningkatkan perlindungan kesehatan masyarakat terhadap penyakit DBD.
3. Meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi program pengendalian DBD.
4. Memantapkan kerjasama lintas sektoral/lintas program
5. Pembangunan Berwawasan Lingkungan.
B. Gambaran Umum
Penyakit DBD merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah kesehatan
masyarakat dan endemis di hamper seluruh kota/kabupaten di Indonesia sejak ditemukan
pertama kali pada tahun 1968 hingga saat ini jumlah kasus DBD di laporkan meningkat
dan penyebarannya semakin meluas mencapai seluruh provinsi di Indonesia ( 33 provinsi
).penyakit ini seringkali menimbulkan KLB di beberapa daerah endemis tinggi DBD.
Sejak tahun 2005,Nampak adanya kecenderungan penurunan CFR DBD.sedikit
peningkatan Nampak pada tahun 2009.kecenderungan penurunan tersebut tidak nampak
pada IR DBD per 100.000 penduduk.IR DBD sejak 2006 hingga 2010 cenderung
fluktuatif. Pada tahun 2010 jumlah kasus DBD yang di laporkan sebanyak 155.777
penderita ( IR : 65,57/100.000 penduduk ) dengan jumlah kematian sebanyak 1.358 (
CFR 0,87 % ).
C. Alasan kegiatan Program P2 DBD
Peningkatan kasus dan KLB DBD di pengaruhi oleh beberapa factor yaitu :
1. Belum ada obat anti virus untuk mengatasi infeksi virus dengue,maka memutus rantai
penularan,pengendalian vector DBD di anggap yang terpenting saat ini.
2. Kurangnya peran serta masyarakat dalam pengendalian DBD,terutama pada kegiatan
Pemberantasan Sarang Nyamuk ( PSN ) meskipun pada umumnya pengetahuan tentang
DBD dan cara-cara pencegahannya sudah cukup tinggi.
3. Kurangnya jumlah dan kualitas SDM pengelola program DBD di setiap jenjang
administrasi.
4. Kurangnya kerjasama serta komitmen lintas program dan lintas sektoral dalam
pengendalian DBD.
5. Sistim pelaporan dan penanggulangan DBD yang lambat dan tidak sesuai dengan standar
operasional prosedur ( SOP ).
6. Banyak factor yang berhubungan dengan peningkatan kejadian DBD dan KLB yang sulit
atau tidak dapat dikendalikan seperti kepadatan penduduk,pemukiman,urbanisasi yang
tidak terkendali,lancarnya transportasi (darat,laut dan udara),serta keganasan
(virulensi)virus dengue
7. Perubahan iklim yang cenderung menambah jumlah habitat vector DBD menambah
resiko penularan.
8. Infrastruktur penyedia air bersih yang tidak memadai.
9. Letak geografis Indonesia yang tropic mendukung perkembangbiakan vector dan
pertumbuhan virus.
2
menggalang,meningkatkan dan mewujudkan kemitraan.jejaring kemitraan di
selenggarakan melalui pertemuan berkala guna memadukan berbagai sumber daya yang
tersedia dimasing-masing mitra.pertemuan pemantauan dan penilaian melalui wadah
kelompok kerja operasional diberbagai tingkatan administrasi.
3. Peningkatan professional pengelola program
4. Desentrasildasi Optimalisasi pendelegasian wewenang pengelolaan kegiatan
pengendalian DBD kepada pemerintah kabupaten/kota,melalui SPM bidang Kesehatan.
5. Pembangunan Berwawasan Kesehatan Lingkungan.
3
e. Bersih dan bebas dari korupsi dan nepotisme,transparan serta akuntabel.
2. Tersusunnya acuan/Petunjuk sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan program DBD
4
5