Anda di halaman 1dari 5

PEMERINTAH KABUPATEN GARUT

DINA KESEHATAN KABUPATEN GARUT


UPT PUSKESMAS CILIMUS
Jl. Raya Bayongbong KM. 8 Garut (Kode Pos 44162)
Telepon (0262) 242 943 E-mail : Cilimusok@gmail.com

KERANGKA ACUAN KEGIATAN FOOGING

UPT PUSKESMAS CILIMUS

TAHUN 2019

KERANGKA ACUAN KEGIATAN


PROGRAM DBD

I. Latar Belakang
A. Dasar Hukum
Kebijakan Nasional untuk pengendalian DBD sesuai KEPMENKES No
581/MENKES/SK/VII/1992 ( Lampiran ) tentang Pemberantasan penyakit Demam
Berdarah Dengue,adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan prilaku dalam hidup sehat dan kemandirian terhadap pengendalian
DBD.
2. Meningkatkan perlindungan kesehatan masyarakat terhadap penyakit DBD.
3. Meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi program pengendalian DBD.
4. Memantapkan kerjasama lintas sektoral/lintas program
5. Pembangunan Berwawasan Lingkungan.
B. Gambaran Umum
Penyakit DBD merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah kesehatan
masyarakat dan endemis di hamper seluruh kota/kabupaten di Indonesia sejak ditemukan
pertama kali pada tahun 1968 hingga saat ini jumlah kasus DBD di laporkan meningkat
dan penyebarannya semakin meluas mencapai seluruh provinsi di Indonesia ( 33 provinsi
).penyakit ini seringkali menimbulkan KLB di beberapa daerah endemis tinggi DBD.
Sejak tahun 2005,Nampak adanya kecenderungan penurunan CFR DBD.sedikit
peningkatan Nampak pada tahun 2009.kecenderungan penurunan tersebut tidak nampak
pada IR DBD per 100.000 penduduk.IR DBD sejak 2006 hingga 2010 cenderung
fluktuatif. Pada tahun 2010 jumlah kasus DBD yang di laporkan sebanyak 155.777
penderita ( IR : 65,57/100.000 penduduk ) dengan jumlah kematian sebanyak 1.358 (
CFR 0,87 % ).
C. Alasan kegiatan Program P2 DBD
Peningkatan kasus dan KLB DBD di pengaruhi oleh beberapa factor yaitu :
1. Belum ada obat anti virus untuk mengatasi infeksi virus dengue,maka memutus rantai
penularan,pengendalian vector DBD di anggap yang terpenting saat ini.
2. Kurangnya peran serta masyarakat dalam pengendalian DBD,terutama pada kegiatan
Pemberantasan Sarang Nyamuk ( PSN ) meskipun pada umumnya pengetahuan tentang
DBD dan cara-cara pencegahannya sudah cukup tinggi.
3. Kurangnya jumlah dan kualitas SDM pengelola program DBD di setiap jenjang
administrasi.
4. Kurangnya kerjasama serta komitmen lintas program dan lintas sektoral dalam
pengendalian DBD.
5. Sistim pelaporan dan penanggulangan DBD yang lambat dan tidak sesuai dengan standar
operasional prosedur ( SOP ).
6. Banyak factor yang berhubungan dengan peningkatan kejadian DBD dan KLB yang sulit
atau tidak dapat dikendalikan seperti kepadatan penduduk,pemukiman,urbanisasi yang
tidak terkendali,lancarnya transportasi (darat,laut dan udara),serta keganasan
(virulensi)virus dengue
7. Perubahan iklim yang cenderung menambah jumlah habitat vector DBD menambah
resiko penularan.
8. Infrastruktur penyedia air bersih yang tidak memadai.
9. Letak geografis Indonesia yang tropic mendukung perkembangbiakan vector dan
pertumbuhan virus.

II. Kegiatan yang dilaksanakan


Kegiatan yang dilaksnakan dalam program DBD adalah
1. Pemberdayaan masyarakat Meningkatkan peran aktif masyarakat dalam pencegahan dan
pengendalian penyakit DBD merupakan salah satu kunci keberhasilan upaya
pengendalian DBD.untuk mendorong meningkatnya peran aktif masyarakat maka
KIE,pemasaran social,advokasi dan berbagai upaya penyuluhan kesehatan lainnya
dilaksanakan secara intensif dan berkesinambungan memalui berbagai media massa
maupun secara berkelompok atau individual dengan memperhatikan aspek social budaya
yang local spesifik.
2. Peningkatan kemitraan berwawasan bebas dari penyakit DBD. Upaya pengendalian DBD
tidak dapat dilaksanakan oleh sectorkesehatan saja,peran sector terkait pengendalian
penyakit DBD sangat menentukan.oleh sebab itu maka identifikasi stahe holder baik
sebagai mitra maupun sebagai pelaku potensial merupakan langkah awal dalam

2
menggalang,meningkatkan dan mewujudkan kemitraan.jejaring kemitraan di
selenggarakan melalui pertemuan berkala guna memadukan berbagai sumber daya yang
tersedia dimasing-masing mitra.pertemuan pemantauan dan penilaian melalui wadah
kelompok kerja operasional diberbagai tingkatan administrasi.
3. Peningkatan professional pengelola program
4. Desentrasildasi Optimalisasi pendelegasian wewenang pengelolaan kegiatan
pengendalian DBD kepada pemerintah kabupaten/kota,melalui SPM bidang Kesehatan.
5. Pembangunan Berwawasan Kesehatan Lingkungan.

III. Visi, Misi dan Tujuan Pengendalian DBD


A. Visi
Untuk meningkatkan kemampuan penduduk khususnya di daerah endemis sehingga
mampu mencegah dan melindungi diri dari penularan DBD melalui perubahan perilaku (
PSN DBD ) dan kebersihan lingkungan.
B. Misi
1. Program pengendalian DBD bertujuan untuk menghentikan dan mencegah penularan
penyakit dari penderita ke orang sehat melalui pengendalian vector
2. Penduduk yang menjadi sasaran program pengendalian termasuk
individu,keluarga,kelompok,dan masyarakat terutama yang tinggal di daerah
endemis,pimpinan lembaga pemerintah,swasta dan organisasi kemasyarakatan dan
lingkungan tempat pemukiman baik yang ada di dalam dan di luar rumah agar bebas
dari tempat perkembangbiakan vector
C. Tujuan
1. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pencegahan dan pengendalian DBD
2. Menurunkan jumlah kelompok masyarakat yang beresiko terhadap penularan DBD
3. Melaksanakan penanganan penderita sesuai standar
4. Menurunkan angka kesakitan DBD
5. Menurunkan angka kematian akibat DBD

IV. Indikator keluaran dan Keluaran


Indikator keluaran dari Program DBD adalah
1. Terwujudnya Visi dan Misi serta tujuan program DBD dan terwujudnya visi serta misi
rencana strategis pembangunan kesehatan yang mengandung nilai-nilai :
a. Pro Rakyat
b. Inklusif
c. Responsif
d. Efektif

3
e. Bersih dan bebas dari korupsi dan nepotisme,transparan serta akuntabel.
2. Tersusunnya acuan/Petunjuk sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan program DBD

V. Cara Pelaksanaan kegiatan


Kegiatan Pokok Pengendalian DBD.
a. Surveilans epidemiologi
Surveilans pada pengendalian DBD meliputi kegiatan surveilans kasus secara aktif
maupun pasif,surveilans vector ( Aedes Sp),surveilans laboratorium dan survelans
terhadap factor risiko penularan penyakit seperti pengaruh curah hujan,kenaikan suhu dan
kelembaban serta survelans akibat adanya perubahan iklim
b. Penemuan dan tatalaksna kasus
Penyediaan sarana dan prasarana untuk melakukan pemeriksaan dan penanganan
penderita di puskesmas dan rumah sakit
c. Pengendalian vector
Upaya pengendalian vector di laksanakan pada fase nyamuk dewasa dan jentik
nyamuk.pada fase nyamuk dewasa dilakukan dengan cara pengasapan untuk memutuskan
rantai penularan antara nyamuk yang terinfeksi kepada manusia.pada fase jentik di
lakukan upaya PSN dengan kegiatan 3 M Plus :
1. Secara fisik dengan menguras,menutup dan memanfaatkan barang bekas
2. Secara kimiawi dengan larvasidasi
3. Secara biologi dengan pemberian ikan
4. Secara lainnya menggunakan repellent,obat nyamuk bakar,kelambu,memasang kawat
kasa dll

VI. Tempat pelaksanaan kegiatan


Dilaksnakan di Wilayah Kecamatan Bayongbong Kabupaten Garut di bawah instansi
UPT Puskesmas Cilimus.

VII. Pelaksna dan penanggung jawab kegiatan


Pelaksaan kegiatan dilakukan oleh pemegang program surveilans dan DBD.

4
5

Anda mungkin juga menyukai