Disusun Oleh:
Puskesmas Cebongan
Periode Februari 2015 - Mei 2015
Dokter Internsip Indonesia Kota Salatiga
Periode Oktober 2014 - September 2015
Halaman Pengesahan
Topik :
Mengetahui,
A. Latar Belakang
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang
banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis. Data dari seluruh dunia
menunjukkan bahwa benua Asia menempati urutan pertama dalam jumlah
penderita DBD setiap tahunnya. Sementara itu, terhitung sejak tahun 1968
hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat Indonesia
sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara.1
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang sudah tidak
asing lagi dan menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama di
Indonesia. Setiap tahun insidensinya dan luas daerah penyebarannya semakin
bertambah seiring dengan terjadinya pergantian musim dari musim kemarau ke
musim penghujan. dan meningkatnya kepadatan penduduk. Hampir di setiap
daerah di Indonesia terdapat kasus DBD baru tak terkecuali dengan Propinsi
Jawa Tengah.1
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah menunjukkan
jumlah kasus DBD hingga tahun 2011 mencapai 3.671 kasus. Sementara tahun
2010 jumlah kasus DBD mencapai 19.362 (IR 5,89 per 10.000 orang) dengan
CFR 1,29.3 Kasus DBD tertinggi di Jawa Tengah tahun 2011 Kota Semarang
1.186 kasus (IR 76,22).2
Terdapat beberapa upaya pencegahan penyakit DBD yang telah
dilakukan, diantaranya berupa pelaksanaan upaya pemutusan siklus hidup
nyamuk penularnya melalui penaburan larvasida, focus fogging, pemberantasan
sarang nyamuk (PSN) dengan pelaksanaan program 4 M Plus (Menguras,
Menutup, Mengubur dan Memantau Plus). PSN merupakan cara
pemberantasan yang aman, murah dan sederhana. Oleh sebab itu kebijakan
pemerintah dalam pengendalian vektor DBD lebih menitikberatkan pada
pelaksanaan program tersebut, walaupun dalam praktiknya, pelaksanaannya
sangat bergantung pada peran serta masyarakat.
Sejauh ini, pemahaman dan pengetahuan masyarakat mengenai penyakit
DBD, pencegahan dan penanggulangannya dinilai masih kurang, dimana
tampaknya pelaksanaan hal tersebut masih dibebankan pada sektor pelayanan
kesehatan masyarakat, padahal sebagaimana yang telah diketahui pencegahan
dan penangggulangan penyebaran DBD menjadi tanggung jawab masyarakat
dan seluruh lintas sektoral karena berkaitan erat dengan kebersihan dan
perilaku manusia. Keberhasilan program pencegahan dan penanggulangan
penyebaran DBD berhubungan dengan keterlibatan/peran serta masyarakat dan
berbagai lintas sektoral.
Sebagai upaya pemecahan masalah tersebut dan guna meningkatkan
partisipasi masyarakat, maka diselenggarakan penyuluhan mengenai DBD,
perjalanan penyakit, pencegahan dan penanggulangan penyebarannya di
wilayah RW 06 kelurahan Noborejo, kota Salatiga. Sedangkan untuk menekan
laju penyebaran DBD di wilayah tersebut secara nyata, maka digalakkan
peranan aktif dan implementasi langsung melalui pelaksanaan kunjungan
rumah dan edukasi, pembuatan kesepakatan berupa komitmen terkait
pelaksanaan PSN, penyelanggaraan kerja bakti, dan pembagian bubuk abate
bagi warga di wilayah RW 06, kelurahan Noborejo, kota Salatiga.
B. Pernyataan Masalah
1. Ditemukan kejadian kasus DBD di wilayah RW 06 kelurahan
Noborejo kota Salatiga.
2. Kurangnya pengetahuan dan pemahaman masyarakat wilayah RW 06
kelurahan Noborejo kota Salatiga, baik dari segi etiologi, faktor
risiko, cara penularan, bahaya maupun upaya pencegahan penyakit
DBD.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Meningkatkan angka partisipasi masyarakat dalam
mengikuti dan melaksanakan program pencegahan dan
penanggulangan penyebaran DBD sehingga diharapkan mampu
menurunkan angka kesakitan dan kematian serta beban pembiayaan
akibat DBD dalam rangka pencapaian tujuan pembangunan
kesehatan yaitu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan kesadaran
masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Cebongan khususnya
di wilayah RW 06 kelurahan Noborejo mengenai DBD,
pencegahan dan penanggulangan penyebarannya.
b. Meningkatkan keberhasilan pelaksanaan program pencegahan
dan penanggulangan penyebaran DBD di wilayah kerja
Puskesmas Cebongan khususnya di wilayah RW 06 kelurahan
Noborejo
D. Manfaat
1. Manfaat Bagi Masyarakat
a. Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai penyebab, faktor
risiko, gejala, bahaya, pencegahan, dan penyebaran DBD.
b. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya melakukan
pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dan melaksanakan program 4 M
Plus.
c. Membantu masyarakat dalam upaya menurunkan angka kesakitan dan
kematian yang ditimbulkan oleh DBD.
2. Manfaat Bagi Puskesmas
a. Membantu bidang Kesehatan Lingkungan dan Promosi Kesehatan
Puskesmas Cebongan dalam meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman masyarakat mengenai DBD, pencegahan dan
penyebarannya.
b. Membantu Puskesmas Cebongan dalam mengetahui gambaran kasus
DBD dan pendataannya khususnya di wilayah RW 06 kelurahan
Noborejo.
3. Manfaat Bagi Pemerintah
a. Membantu pemerintah dalam melaksanakan program pengendalian
penyakit DBD di Indonesia.
b. Membantu pemerintah dalam upaya menurunkan beban pembiayaan
pengobatan akibat tingginya angka kesakitan dan angka kematian yang
ditimbulkan oleh DBD di Indonesia.
4. Manfaat Bagi Penulis
a. Berperan serta menambah wawasan serta pengetahuan kepada
masyarakat akan bahaya DBD dan meningkatkan pengetahuan
masayarakat mengenai DBD dan mempertinggi partisipasi masyarakat
dalam upaya pencegahan dan penanggulangan penyebaran DBD.
b. Melaksanakan kegiatan mini project dalam rangka program internsiip
dokter Indonesia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
B. Epidemiologi3
Demam berdarah dengue tersebar di wilayah Asia Tenggara, Pasifik Barat,
dan Karibia. Indonesia merupakan wilayah endemis dengan sebaran merata di
seluruh tanah air. Insiden DBD di Indonesia antara 6-15 per 100.000
penduduk (pada 1989 hingga 1995) dan pernah meningkat tajam hingga 35
per 100.000 penduduk pada tahun 1998, sedangkan mortalitas DBD
cenderung menurun hingga mencapai 2% pada tahun 1999. Penularan infeksi
virus dengue melalui vektor nyamuk genus Aedes (terutama A. aegypti dan A.
albopictus). Peningkatan kasus tiap tahunnya berkaitan dengan sanitasi
lingkungan dan tersedianya tempat perindukan bagi nyamuk betina yaitu
bejana berisi air jernih (bak mandi, kaleng bekas, dan tempat penampungan
air lainnya).
Beberapa faktor diketahui berkaitan dengan peningkatan transmisi
penularan virus dengue, yaitu: (1) Vektor: perkembangbiakan vektor,
kebiasaan menggigit, kepadatan vektor di lingkungan, transportasi vektor dari
satu tempat ke tempat lain; (2) Pejamu: terdapatnya penderita di
lingkungan/keluarga, mobilisasi dan paparan terhadap nyamuk, usia dan jenis
kelamin; (3) Lingkungan: curah hujan, suhu, sanitasi dan kepadatan penduduk
2
.
C. Patogenesis3
Patogenesis DBD tidak sepenuhnya dipahami, namun terdapat dua
perubahan patofisiologis yang signifikan, yaitu:
1. Meningkatnya permeabilitas kapiler yang mengakibatkan bocornya
plasma, hipovolemia dan terjadinya syok. Pada DBD terdapat kejadian
unik yaitu terjadinya kebocoran plasma ke dalam rongga pleura dan
rongga peritoneal. Kebocoran plasma terjadi singkat (24-48 jam).
2. Hemostasis abnormal yang disebabkan oleh vaskulopati, trombositopeni
dan koagulopati, mendahului terjadinya manifestasi perdarahan.
D. Manifestasi Klinis3
Manifestasi klinis infeksi virus Dengue pada manusia sangat bervariasi.
Spektrum variasinya begitu luas, mulai dari asimtomatik, demam ringan yang
tidak spesifik, demam dengue, demam berdarah dengue, hingga yang paling
berat yaitu dengue shock syndrome (DSS). Diagnosis demam berdarah
dengue ditegakkan berdasarkan kriteria diagnosis menurut WHO tahun 1997,
terdiri dari kriteria klinis dan laboratoris. Penggunaan kriteria ini
dimaksudkan untuk mengurangi diagnosis yang berlebihan (overdiagnosis).
Kriteria Klinis
1. Demam tinggi mendadak, tanpa sebab jelas, berlangsung terus menerus
selama 2-7 hari, biasanya bifasik.
2. Terdapat manifestasi perdarahan yang ditandai dengan:
- Uji tourniquet positif
- Petekia, ekimosis, purpura
- Perdarahan mukosa, epistaksis, perdarahan gusi
- Hematemesis dan atau melena
Kriteria Laboratoris :
1. Trombositopeni (trombosit < 100.000/ml)
2. Hemokonsentrasi (kenaikan Hematokrit (Htc) > 20%)
Manifestasi klinis DBD sangat bervariasi, WHO (1997) membagi menjadi
4 derajat seperti pada tabel di bawah ini.
b. Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan radiologis yang dilakukan untuk membantu
mendeteksi komplikasi dari DBD yaitu efusi pleura dan asites. Efusi
pleura dapat dilihat pada foto thorax PA dan lateral, sedangkan asites dapat
ditemukan pada pemeriksaan USG Abdomen.
F. Penatalaksanaan3
1. Promotif
Kegiatan promotif untuk mencegah meluasnya kasus DBD di
masyarakat adalah melalui semboyan 3M plus yaitu menguras bak
mandi minimal seminggu sekali, menutup tempat-tempat penampungan
air, mengubur barang-barang bekas yang dapat menjadi tempat
berkembang biak nyamuk Aedes aegypti, pemberian bubuk abate di
tempat-tempat penampungan air atau ikanisasi tempat penampungan air
untuk membunuh jentik-jentik nyamuk, serta melakukan fogging atau
pengasapan untuk membunuh nyamuk dewasa.
2. Preventif
Kegiatan preventif di sini dimaksudkan untuk mencegah gigitan
nyamuk, yaitu dengan cara mengoleskan lotion antinyamuk (repellent),
menggunakan insektisida antinyamuk (semprot, bakar, atau elektrik),
memakai kaos kaki yang panjang hingga ke lutut untuk anak-anak yang
masih sekolah atau menggunakan celana panjang maupun baju lengan
panjang, serta tidur dengan menggunakan kelambu.
3. Kuratif
Tidak ada terapi yang spesifik untuk infeksi dengue, prinsip utama
adalah dengan terapi simtomatis. Dengan terapi simtomatis yang adekuat
angka kematian dapat diturunkan hingga kurang dari 1%. Pemeliharaan
volume cairan intravaskular merupakan tindakan yang paling penting
dalam penanganan demam berdarah dengue. Asupan cairan pasien harus
dijaga terutama cairan oral. Apabila asupan secara oral tidak dapat
terpenuhi maka alternatifnya dapat diberikan cairan secara parenteral
untuk mencegah terjadinya dehidrasi dan hemokonsentrasi darah.
Protokol II: Pemberian Cairan pada Pasien Tersangka DBD di Ruang Rawat
Pasien tersangka DBD tanpa perdarahan spontan dan masif dan tanpa syok
di ruang rawat diberikan cairan infus kristaloid dengan jumlah seperti rumus
berikut ini.
1500 + {20 x (Berat Badan dalam Kg
20)}
atau dapat juga dijabarkan dalam Rumus Holiday-Segar yang dapat pula
digunakan pada pasien anak-anak. Adapun perhitungannya seperti pada tabel di
bawah ini.
Misal:
Pasien anak-anak dengan berat badan 15 kg, maka perhitungannya adalah
(10 kg x 100 cc/kg/hari) + (5 kg x 50 cc/kg/hari) = 1000 cc/hari + 250
cc/hari = 1250 cc/hari
Pasien dewasa dengan berat badan 50 kg, maka perhitungannya adalah (10
kg x 100 cc/kg/hari) + (10 kg x 50 cc/kg/hari) + (30 kg x 20 cc/kg/hari) =
1000 cc/hari + 500 cc/hari + 600 cc/hari = 2100 cc/hari
Alur penatalaksanaan pasien tersangka DBD tanpa perdarahan dan syok di
Suspek DBD
ruang rawat dapat dilihat pada gambarspontan
Perdarahan di bawah ini. (-)
& massif
Tanda-tanda syok (-)
Penanganan dengan
Protokol III
Gambar 2. Protokol II (Pemberian Cairan Tersangka DBD di Ruang Rawat)
Defisit Cairan 5%
Protokol III: Penatalaksanaan DBD dengan Peningkatan Hematokrit >20%
Meningkatnya hematokrit > 20% menunjukkan adanya defisit cairan tubuh
sebanyak kurang lebih 5%. Penatalaksanaannya seperti
Terapi awal cairan IV yang terlihat pada bagan
berikut ini. 6-7 cc/kgBB/jam
MEMBAIK
Kristaloid 3 cc/kgBB/jam MEMBAIK TIDAK MEMBAIK
Menuju ke Koloid 30 cc/kgBB/jam
HIPOVOLEMIK NORMOVOLEMIK
Kristaloid pantau
Koreksi
tiap
Gangguan
10-15 menit
Asam Basa, Elektrolit, Hipoglikemia, Anemia, DIC, Infe
- Inotropik
Kombinasi Koloid-Kristaloid
Perbaikan terhadap vasopressor
- Vasopressor
- After load
PERBAIKAN
Koreksi Gangguan Asam Basa, Elektrolit, Hipoglikemia, Anemia, DIC, Infeksi sekunder
Gambar 5. Protokol V (Tatalaksana Dengue Shock Syndrome)
BAB III
RENCANA PELAKSANAAN MINI PROJECT
B. Melakukan analisis data, melalui entry data dan editing, yaitu memeriksa
adanya kesalahan atau ketidaklengkapan data.
BAB IV
HASIL MINI PROJECT
2. Data Wilayah
Pada tahun 2015, wilayah kerja Puskesmas Cebongan terdiri dari 3
wilayah, yaitu kelurahan Ledok, kelurahan Cebongan & kelurahan
Noborejo. Adapun batas wilayah kerja Puskesmas Cebongan adalah
sebagai berikut:
Utara : Kelurahan Gendongan
Selatan : Desa Bener, desa Tegal Waton, kelurahan Sidorejo Kidul
Timur : Desa Patemon dan desa Karang Duren
Barat :Desa Tetep, kelurahan Tegalrejo dan kelurahan Randuacir
187,330
3 Ledok 64/13 6 1 1 1 2
KM2
3. Keadaan Alam.
Wilayah kerja Puskesmas Cebongan berada di ketinggian 450-825
mdpl, terletak pada daerah cekungan kaki Gunung Merbabu, beriklim
tropis, berhawa sejuk dan memiliki udara segar, dengan penampakan
bentang alam yang bervariasi mulai dari daerah bergelombang
(kelurahan Ledok), miring (kelurahan Cebongan, 25%), dan datar
(kelurahan Noborejo, 10%). Dimana wilayah tersebut sebagian besar
berupa tanah pertanian dan industri.
B. Data Demografi
Tabel 5. Jumlah Penduduk yang Terdapat di Wilayah Kerja Puskesmas
Cebongan
Jumlah Penduduk
No. Kelurahan
Total
1. Ledok 9714
2. Cebongan 4271
3. Noborejo 5264
Total 19.249
2. Peternak 1.568
5. Bangunan 1.490
6. Perdagangan 3.600
7. Pengangkutan 788
Total 19.249
Total 19.249
Jumlah sumber daya manusia yang ada di Puskesmas Cebongan kota Salatiga
per 31 Desember 2014 sebanyak 58 orang berstatus PNS, yang dapat
diklasifikasikan menurut profesinya, sebagai berikut:
Gambar 7. Klasifikasi staff Puskesmas Cebongan berdasarkan profesi.
A. Kesimpulan
1. Demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu masalah
kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia.
2. Demam berdarah merupakan penyakit yang relatif berbahaya dan dapat
mengakibatkan terjadinya kematian, apabila terjadi keterlambatan
penanganan.
3. Kejadian luar biasa (KLB) DBD yang berlangsung di wilayah RW 06
kelurahan Noborejo disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
lingkungan dan cuaca yang mendukung perkembangbiakan vektor DBD,
tingkat pengetahuan dan pemahaman masyarakat yang kurang, perilaku
dan kebiasaan masyarakat yang mendukung penyebaran DBD.
4. Cara utama dalam upaya pencegahan dan penanggulangan penyebaran
DBD adalah dilakukannya pemberantasan sarang nyamuk (PSN) melalui
pelaksanaan 4 M Plus (menguras, menutup, mengubur dan memantau
Plus).
B. Saran
1. Meningkatkan intensitas dan kualitas penyuluhan mengenai DBD dan
hal-hal terkait bagi masyarakat, contoh, diadakannya penyuluhan
mengenai DBD dalam skala besar minimal sebanyak 2 kali penyuluhan
yang dilakukan sebelum memasuki masa musim penghujan.
2. Meningkatkan koordinasi lintas sektoral terkait pencegahan dan
penanggulangan penyebaran DBD dengan mengadakan pertemuan
dengan pihak kelurahan atau kecamatan.
3. Meningkatkan pengetahuan dan wawasan para kader dengan
mengadakan pelatihan atau seminar.
4. Melakukan evaluasi kegiatan PSN melalui pertemuan para kader tiap
bulan.
5. Memberikan apresiasi bagi para kader sebagai upaya untuk
meningkatkan kinerja dan menarik minat warga lain untuk menjadi
kader.
6. Melatih seluruh warga yang berasal dari berbagai kelompok usia, dari
yang berada pada kelompok usia dini hingga lansia untuk melakukan
kegiatan memantau jentik mulai dari rumah masing-masing.
7. Mengadakan lomba bebas jentik di wilayah Noborejo.
8. Menggunakan teknologi informasi berupa televisi atau monitor yang
menyajikan materi penyuluhan demam berdarah dengue (DBD).
DAFTAR PUSTAKA