PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang
disebabkan oleh infeksi virus Dengue ditularkan kepada manusia melalui
gigitan nyamuk Aedes aegypti, ditandai dengan demam mendadak, sakit
kepala, nyeri belakang bola mata, mual dan manifestasi pendarahan seperti
rumple lead positive, ptekie, mimisan atau gusi berdarah.
Sampai saat ini DBD masih menjadi masalah kesehatan bagi
masyarakat dan menimbulkan dampak sosial maupun ekonomi. Kerugian
sosial yang terjadi antara lain karena menimbulkan kepanikan dalam
keluarga, kematian anggota keluarga dan berkurangnya usia harapan hidup
masyarakat. Dampak ekonomi langsung adalah biaya pengobatan yang
cukup mahal, sedangkan dampak tidak langsung adalah kehilangan waktu
kerja dan biaya lain yang dikeluarkan selain pengobatan seperti transportasi
dan akomodasi selama perawatan di rumah sakit.
Sejak pertama kali ditemukan penyakit DBD di Indonesia pada tahun
1986 di dua wilayah yaitu Surabaya dan Jakarta, jumlah kasus cenderung
meningkat dan daerah penyebarannyapun juga bertambah luas. Pada tahun
2010 penyakit DBD telah tersebar di seluruh provinsi di Indonesia dan di
sekitar 400 kab/kota.
Jika pada awal masuknya DBD ke Indonesia angka kematian yang
ditimbulkan sangat tinggi, namun dengan berbagai kegiatan pengendalian
yang telah dilakukan angka kematian tersebut dapat ditekan hingga di bawah
1% sejak tahun 2009. Namun demikian angka kesakitan DBD tetap tinggi,
jika tahun 2004 tercatat Insiden Rate (IR) DBD sebesar 37.01 per 100.000
penduduk maka pada tahun 2009 menjadi 68,22 per 100.000 penduduk. IR
tersebut cenderung meningkat tetapi pada tahun 2011 IR DBD menurun
sangat tajam menjadi 27,67 per 100.000 penduduk. Situasi ini diharapkan
tetap dipertahankan pada tahun 2012 dan di tahun-tahun mendatang, dengan
mengoptimalkan segala daya dan upaya pengendalian DBD.
Banyak faktor yang turut berperan terhadap peningkatan kasus DBD
dan KLB yang sulit atau tidak dapat dikendalikan seperti kepadatan
penduduk yang terus meningkat, sejalan dengan pembangunan kawasan
pemukiman, urbanisasi yang tidak terkendali, lancarnya transportasi (darat,
laut dan udara), perilaku masyarakat yang kurang sadar terhadap kebersihan
lingkungan, serta perubahan iklim (climate change).
Pengendalian penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) telah diatur
dalam Keputusan Menteri Kesehatan : KEPMENKES nomor 581/MENKES/
SK/VII/1992 tentang pemberantasan penyakit Demam Berdarah dan
KEPMENKES nomor 92 tahun 1994 tentang perubahan atas lampiran
KEPMENKES nomor 581/MENKES/SK/1992, yang dititikberatkan pada
upaya pencegahan dengan gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN)
selain penatalaksanaan penderita DBD dengan memperkuat kapasitas rumah
sakit, memperkuat surveilans epidemiologi dan pencegahan Kejadian Luar
Biasa (KLB) DBD.
Sejalan dengan RPJMN 2010-2014 Kementerian Kesehatan telah
menetapkan visi yaitu mesyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan serta
misi diantaranya adalah meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui
pemberdayaan masyarakat termasuk swasta dan masyarakat madani dalam
pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan, serta lebih
mengedepankan upaya preventif dan promotif daripada kuratif dan
rehabilitatif. Aplikasi dalam pengendalian DBD yaitu dengan pembentukan
Juru Pemantau Jentik atau yang dikenal dengan Jumantik yang anggotanya
adalah kader dari masyarakat.
1
Mengingat obat untuk membunuh virus Dengue hingga saat ini belum
ditemukan dan vaksin untuk mencegah penularan DBD masih dalam tahap uji
coba, maka cara yang dapat dilakukan sampai saat ini adalah dengan
memberantas nyamuk penular (vektor). Pemberantasan vektor ini dapat
dilakukan pada saat masih berupa jentik atau nyamuk dewasa.
Pada periode 1969-1980 pemberantasan vektor menggunakan
insektisida dengan fogging, sejak tahun 1988 selain fogging juga dilakukan
larvasidasi untuk membunuh jentik nyamuk yang dilakukan sebelum musim
penularan di daerah endemis DBD. Sejak tahun 1990 dilaksanakan upaya
pemutusan rantai penularan secara terpadu penanggulangan fokus yaitu
penyuluhan, larvasidasi dan fogging fokus.
Untuk memberdayakan masyarakat dalam melakukan tindakan PSN
dengan 3M plus yaitu menguras dan menutup tempat penampungan air serta
memanfaat kembali barang-barang bekas serta upaya pengendalian vektor
lainnya, telah dilakukan dengan mengikutsertakan lintas program dan lintas
sektor terkait diantaranya adalah Pusat Promosi Kesehatan, Kemenkes,
Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Tindak lanjut dari komitmen bersama tersebut berupa :
1. Surat Edaran Mendagri No 443.42/115/Bandes perihal operasional
Keputusan Menteri Kesehatan No 581 tahun 1992.
2. Surat Edaran Tim Pembina UKS Tingkat Pusat No 80/TPUKS 00/X/1993
tentang Pembinaan UKS dalam upaya pencegahan penyakit DBD
3. Surat Edaran Tim Penggerak PKK Pusat No 500/SKR/PKK.PST/1994
tentang Penyuluhan dan Motivasi Gerakan PSN DBD
4. SK Mendagri No 31-VI tahun 1994 tentang pembentukan Kelompok
Operasional Pemberantasan Penyakit DBD.
5. Keputusan Menteri Kesehatan RI No 1529/MENKES/SK/X/2010 tentang
Pedoman Umum Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif yang
didalamnya tercantum pemberantasan jentik nyamuk sebagai salah satu
10 langkah PHBS.
6. Komitmen bersama 33 pemimpin daerah dalam peringatan ASEAN
Dengue Day pada tanggal 15 Juni 2011 tentang upaya pengendalian
DBD.
7. Peraturan Menteri Kesehatan RI No.2269/MENKES/PER/XI/2011 tentang
Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
8. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri RI No 140/1508/SJ tahun 2011
tentang Pedoman Pelaksanaan Pembentukan Kelompok Kerja
Operasional dan Forum Desa dan Kelurahan Siaga Aktif di Daerah.
2
Oleh karena itu untuk meningkatkan keberhasilan pengendalian DBD
dan mencegah terjadinya peningkatan kasus atau KLB, tetap diperlukan
adanya Juru Pemantau Jentik (Jumantik) untuk melakukan pengawasan dan
penyuluhan kepada masyarakat agar melakukan PSN DBD dengan 3M plus.
II. Tujuan
A. Tujuan Umum
Melalui Juru Pemantau Jentik (Jumantik) untuk menurunkan
populasi nyamuk penular DBD serta jentiknya dengan meningkatkan
peran serta masyarakat dalam pemberantasan sarang nyamuk dengan
gerakan 3M plus.
B. Tujuan Khusus
a. Untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam pemberantasan
sarang nyamuk
b. Untuk memotivasi masyarakat dalam memperhatikan tempat yang
berpotensi untuk perkembangbiakan nyamuk DBD
c. Untuk mengetahui kepadatan jentik nyamuk penular DBD secara
berkala dan terus menerus sebagai indikator keberhasilan PSN DBD
oleh masyarakat.
3
BAB II
PENGENALAN DEMAM BERDARAH DENGUE
1. Demam Berdarah Dengue (BDB) adalah penyakit yang ditandai dengan : (1)
demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus menerus
selama 2-7 hari ; (2) Manifestasi pendarahan (petekie, purpura, pendarahan
konjungtiva, epistaksis, ekimosis, pendarahan mukosa, epitsaksis, pendarahan
gusi, hematemasis, melena, hematuri) termasuk uji Tourniquet (Rumple
Leede) positif; (3) Trombositopeni (jumlah trombosit ≤ 100.000/µ1); (4)
Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit ≥ 20%); dan (5) disertai dengan
atau tanpa pembesaran hati (hepatomegali)
2. DBD pada umumnya menyerang anak-anak, tetapi dalam dekade terakhir ini
terlihat adanya kecenderungan kenaikan proporsi pada kelompok umur
dewasa.
3. Penyebab DBD adalah virus dengue yang sampai sekarang dikenal 4 serotipe
(Dengue-1, Dengue-2, Dengue-3, dan Dengue-4 ), termasuk dalam group B
Arthroped Borne Virus (Arbovirus). Keempat serotipe virus ini telah ditemukan
di berbagai daerah di Indonesia. Hasil penelitian di Indonesia menunjukkan
bahwa Dengue-3 sangat berkaitan dengan kasus DBD berat dan merupakan
serotipe yang paling luas distribusinya disusul oleh Dengue-2, Dengue-1 dan
Dengue-4.
4. Masa inkubasi DBD biasanya berkisar antara 4-7 hari.
5. Penularan DBD umumnya melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti meskipun
dapat juga ditularkan oleh Aedes albopictus yang biasanya hidup di kebun-
kebun. Nyamuk penular DBD ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia,
kecuali di tempat-tempat dengan ketinggian lebih dari 1000 meter di atas
permukaan laut.
6. Akibat penularan virus dengue :
a. Orang yang terinveksi virus dengue, maka dalam tubuhnya akan terbentuk
zat anti (antibodi) yang spesifik sesuai dengan tipe virus dengue masuk.
Gejala dan tanda yang timbul ditentukan oleh reaksi antara zat anti yang
ada dalam tubuh dengan antigen yang ada dalam virus dengue yang baru
masuk.
b. Orang yang terinfeksi virus dengue untuk pertama kali, umumnya hanya
menderita demam dengue (DD) atau demam yang ringan dengan gejala
dan tanda-tanda yang tidak spesifik atau bahkan tidak memperhatikan
tanda-tanda sakit sama sekali (asimptomatis). Penderita DD biasanya akan
sembuh sendiri dalam waktu 5 hari pengobatan.
7. Tanda dan Gejala Penyakit
a. Demam
Penyakit ini didahului oleh demam tinggi yang mendadak, terus menerus
berlangsung 2-7 hari. Panas dapat turun pada hari ke-3 yang kemudian
naik lagi, dan pada hari ke-6 atau ke-7 panas mendadak turun.
b. Tanda-tanda pendarahan
Pendarahan ini terjadi di semua organ. Bentuk pendarahan dapat hanya
berupa Uji Tourniquet (Rumple Leede) positif atau dalam bentuk satu atau
lebih manifestasi pendarahan sebagai berikut : Petekie, Purpura, Ekimosis,
Pendarahan Konjungtiva, Epistaksis, Pendarahan Gusi, Hematemesis,
Melena. Dan Hematuri.
8. Tersangka Demam Berdarah Dengue
Dinyatakan tersangka Demam Berdarah Dengue apabila : demam tinggi
mendadak, tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus – menerus selama2-7
hari disertai manifestasi perdarahan(sekurang-kurangnya uji Tourniquet positif)
dan /atau trombositpenia (jumlah trombosit ≤ 100.000/µl)
4
9. Diagnosis Klinis Demam berdarah Dengue
Diagnosis DBD ditegakkan berdasarkan kriteria diagnosis menurut WHO terdiri
kriteria klinis dan laboratories. Penggunaan kriteria ini dimaksudkan untuk
mengurangi diagnosis yang berlebihan (over diagnosis).
Kriteria klinis :
a. Demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus
menerus selama 2-7 hari.
b. Terdapat manifestasi pendarahan, sekurang-kurangya uji Tourniquet
(Rumple Leede) positif
c. Pembesaran hati
d. Syok
Kriteria laboratois :
5
BAB III
PEMERIKSAAN PENDERITA DEMAM BERDARAH DENGUE
6
BAB IV
TATALAKSANA DEMAM BERDARAH DENGUE
7
BAB V
8
BAB VI
SURVEILANS EPIDEMIOLOGI DEMAM BERDARAH DENGUE
9
BAB VII
ALUR PELAPORAN DEMAM BERDARAH DENGUE
A. Pelaporan Rutin
10
BAB VIII
11
BAB IX
PENYELIDIKAN EPIDEMOLOGI
A. Pengertian
B. Tujuan
1. Umum
Mengetahui potensi penularan dan penyebaran DBD lebih lanjut serta
tindakan penanggulangan yang perlu dilakukan di wilayah sekitar tempat
tinggal penderita
2. Khusus
a. Mengetahui adanya penderita dan tersangka DBD lainnya
b. Mengetahui ada tidaknya jentik nyamuk penular DBD
c. Menentukan jenis tindakan (penanggulangan fokus) yang akan
dilakukan
12
BAB X
PENANGGULANGAN FOKUS
A. Pengertian
B. Tujuan
C. Kegiatan
13
c. Pengasapan dengan insektisida
1) Dilakukan oleh petugas puskesmas atau bekerjasama dengan dinas
kesehatan kabupaten/kota. Petugas penyemprot adalah petugas
puskesmas atau petugas harian terlatih.
2) Ketua RT, Toma, atau Kader mendampingi petugas dalam kegiatan
pengasapan.
4. Hasil pelaksanaan penanggulangan fokus dilaporkan oleh puskesmas
kepada dinas kesehatan kabupaten/kota dengan tembusan kepada camat
dan kades/Lurah setempat
5. Hasil kegiatan pemberantasan DBD dilaporkan oleh puskesmas kepada
dinas kesehatan kabupaten/kota setiap bulan dengan menggunakan
formulir K-DBD
14
BAB XI
PENANGGULANGAN KEJADIAN LUAR BIASA
A. Pengertian
Penanggulangan kejadian luar biasa (KLB) adalah upaya penangulangan
yang meliputi: pengobatan/perawatan penderita, pemberantasan vektor
penular DBD, penyuluhan kepada masyarakat dan evaluasi /penilaian
penanggulangan yang dilakukan di seluruh wilayah yang terjadi KLB.
B. Tujuan
Membatasi penularan DBD, sehingga KLB yang terjadi di suatu wilayah
tidak meluas ke wilayah lain.
C. Kegiatan
Bila terjadi KLB/wabah, dilakukan penyemprotan insektisida (2 siklus
dengan interval 1 minggu) PSN DBD, larvasidasi, penyuluhan di seluruh
wilayah terjangkit, dan kegiatan penanggulangan lainnya yang diperlukan,
seperti : pembentukan posko pengobatan dan posko penanggulangan,
penyelidikan KLB, pengumpulan dan pemeriksaan spesimen serta
peningkatan kegiatan surveilans kasus dan vektor, dan lain-lain.
1. Pengobatan/perawatan penderita
2. Pemberantasan vektor
a. Pengasapan (fogging/ULV)
b. Pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue (PSN DBD)
c. Larvasidasi
3. Penyuluhan kesehatan masyarakat
4. Penilaian penanggulangan kejadian luar biasa (KLB)
15
BAB XII
PEMERIKSAAN JENTIK BERKALA OLEH PUSKESMAS
Selain oleh kader, PKK, Jumantik, atau tenaga pemeriksa jentik lainnya,
pemeriksaan jentik berkala (PJB) juga dilakukan oleh masing-masing puskesmas
terutama di desa/kelurahan endemis (cross check) pada tempat-tempat
perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti di 100 sampel rumah/bangunan yang
dipilih secara acak dan dilaksanakan secara teratur setiap 3 bulan untuk
mengetahui hasil kegiatan PSN DBD oleh masyarakat. Pengambilan sampel harus
diulang untuk setiap siklus pemeriksaan. Rekapitulasi hasil PJB dilaksanakan oleh
puskesmas setiap bulan dengan melakukan pencatatan hasil pemeriksaan jentik
di pemukiman (rumah) dan tempat-tempat umum pada FORMULIR JPJ-2.
16
BAB XIII
PENUTUP
Upaya pemberantasan DBD hanya dapat berhasil apabila seluruh
masyarakat berperan secara aktif dalam PSN DBD. Gerakan PSN DBD
merupakan bagian yang paling penting dari keseluruhan upaya pemberantasan
DBD oleh keluarga/masyarakat.
Pembinaan peran serta masyarakat dalam PSN DBD antara lain dapat
dikoordinasikan oleh POKJA DBD Kelurahan/Desa dan POKJANAL DBD
Kecamatan Kabupaten/Kota dan Propinsi.
17