Disusun Oleh:
A. Latar Belakang
Komunitas merupakan kelompok sosial yang tinggal dalam suatu tempat yang
saling berinteraksi atau berkomunikasi antar satu sama lain. Komunitas adalah kelompok
masyarakat yang tinggal di suatu lokasi atau tempat yang sama dengan pemerintahan yang
sama (Allender, Rector, and Warner, 2014). Menurut Stanhope dan Lancaster (2020)
menjelaskan bahwa komunitas adalah kumpulan orang yang hidup bersama dalam suatu
daerah, membentuk budaya dan saling berinteraksi satu dengan yang lain. Misalnya
didalam kesehatan dikenal kelompok ibu hamil, kelompok ibu menyusui, kelompok anak
balita, kelompok lansia, kelompok masyarakat dalam suatu wilayah desa binaan dan lain
sebagainya. Sedangkan dalam kelompok masyarakat ada masyarakat petani, masyarakat
pedagang, masyarakat pekerja, masyarakat terasing dan sebagainya (Akbar, 2019).
Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan
bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan
berbentuk pelayanan biopsikosisial dan spiritual kompreshensif, ditujukan kepada individu,
keluarga dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses
kehidupan manusia (Hidayat, 2008). Menurut Hutahaean (2010), kegiatan keperawatan
ditujukan kepada pencapaian kemampuan individu untuk merawat dirinya yang disebut
dengan asuhan keperawatan.
Keperawatan komunitas merupakan suatu sintesis dari praktik keperawatan dan
praktik kesehatan masyarakat yang diterapkan untuk meningkatkan serta memelihara
kesehatan penduduk. Sasaran dari keperawatan kesehatan komunitas adalah individu yaitu
balita gizi buruk, ibu hamil resiko tinggi, usia lanjut, penderita penyakit menular. Sasaran
keluarga yaitu keluarga yang termasuk rentan terhadap masalah kesehatan dan prioritas.
Sasaran kelompok khusus, komunitas baik yang sehat maupun sakit yang mempunyai
masalah kesehatan atau perawatan (Ratih Dwi Ariani, 2015). Keperawatan Komunitas
adalah pelayanan keperawatan profesional yang ditujukan kepada masyarakat dengan
pendekatan pada kelompok resiko tinggi dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang
optimal melalui pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan dengan menjamin
2
keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra
dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan keperawatan. Pelayanan
Keperawatan Komunitas adalah seluruh masyarakat termasuk individu, keluarga dan
kelompok yang beresiko tinggi seperti keluarga penduduk didaerah kumuh, daerah
terisolasi dan daerah yang tidak terjangkau termasuk kelompok bayi, balita, lansia dan ibu
hamil (Veronica, Nuraeni, & Supriyono, 2017).
Agregat balita menjadi salah satu sasaran pada keperawatan kesehatan komunitas.
Berdasarkan hasil screening yang dilakukan di posyandu Kaworan terdapat sejumlah balita
dengan masalah demam dan diare, sehingga kelompok tertarik untuk memilih masalah
tersebut untuk dilakukan asuhan keperawatan komunitas.
B. Tujuan
1. Tujuan Intruksional Umum
Setalah dilaksanakan kegiatan praktik klinik keperawatan stase komunitas
diharapkan mahasiswa mampu menrapkan upaya pemecahan masalah kesehatan
masyarakat pada tingkat komunitas dengan pendekatan proses keperawatan.
3
C. Manfaat
1. Masyarakat Desa Geneng
Memberikan informasi mengenai demografi, jumlah populasi penduduk,
kesehatan lingkungan, pendidikan, keselamatan dan permasalahan kesehatan yang ada
serta pelayanan sosial atau kegiatan sosial kemasyarakatan.
2. Puskesmas
Memberikan informasi mengenai status kesehatan dan kegiatan-kegiatan
kesehatan serta sosial kemasyarakatan yang ada di masyarakat Desa Geneng,
Kecamatan Gatak, Kabupaten Sukoharjo.
3. Mahasiswa
Menambah pengetahuan dan pengalaman secara langsung dalam memberikan
asuhan keperawatan baik individu, keluarga, kelompok dan komunitas di Desa Geneng,
Kecamatan Gatak, Kabupaten Sukoharjo.
D. Strategi
Beberapa strategi yang dilakukan dalam penerapan asuhan keperawatan komunitas,
dapat duraikan sebagai berikut :
1. Penjajakan umum (MMD 1)
a. Pendekatan dan penjelasan program Kuliah Kesehatan Komunitas
Masyarakat kepada pihak berwenang dan yang terkait diantaranya tokoh
masyarakat meliputi seluruh perangat desa dan puskesmas. Kegiatan ini dilaksanakan
dalam musyawarah masyarakat desa 1 (MMD 1).
b. Orientasi wilayah
Mahasiswa melakukan survey batas-batas wilayah desa Purbayan, Kecamatan
Baki, Kabupaten Sukoharjo.
c. Pengambilan data dan sampel
Pertemuan dengan masyarakat dengan tujuan menganalisa hasil pendataan
untuk menemukan permasalahan kesehatan yang ada serta mencari solusi atas
temuan yang ada titik. Kegiatan ini dilakukan dengan melibatkan tokoh masyarakat
dan pihak puskesmas untuk menyamakan persepsi terhadap permasalahan yang ada.
Menetapkan prioritas pemecahan masalah yang ditemukan pada MMD ini
4
diharapkan ada kesepakatan tentang rencana tindakan yang akan dilakukan.
Pengumpulan data dilakukan melalui:
1) Wawancara dan observasi lingkungan pemukiman penduduk secara keseluruhan
dengan cara mendatangi setiap rumah warga disemua RW.
2) Wawancara dengan para tokoh masyarakat dan pencarian data sekunder di
Puskesmas Baki dan di Desa Kadilangu.
3) Memperoleh data sekunder dari Puskesmas Baki
2. Evaluasi (MMD 2)
Kegiatan musyawarah mufakat desa yang kedua ini memaparkan hasil dari proses
pengkajian dan pengolahan data yang sudah didapatkan serta rencana yang akan
diimplementasikan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Kemudian dilanjutkan
dengan sesi diskusi terhadap masalah yang sudah dipaparkan.
3. Evaluasi (MMD III)
Mengevaluasi program Kuliah Kerja Kesehatan Masyarakat yang sudah, belum,
atau masih berjalan kepada pihak berwenang dan yang terkait diantaranya tokoh
masyarakat meliputi seluruh perangat desa dan puskesmas. Kegiatan ini dilaksanakan
dalam musyawarah masyarakat desa.
E. Ruang Lingkup
Ruang lingkup program Praktik Klinik Keperawatan Stase Komunitas ini berada di
wilayah Desa Geneng, Kecamatan Gatak, Kabupaten Sukoharjo.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
Selanjutnya yang menjadi unsur utama PHC adalah:
a. mencakup upaya-upaya dasar kesehatan;
b. melibatkan peran serta masyarakat;
c. melibatkan kerja sama lintas sektoral
4. Prinsip Dasar PHC
a. Pemerataan upaya kesehatan
Distribusi perawatan kesehatan menurut prinsip ini, yaitu perawatan
primer dan layanan lainnya untuk memenuhi masalah kesehatan utama dalam
masyarakat yang harus diberikan sama bagi semua individu tanpa memandang
jenis kelamin, usia, kasta, warna, lokasi perkotaan atau pedesaan, dan kelas sosial.
b. Penekanan pada upaya preventif
Upaya preventif adalah upaya kesehatan yang meliputi segala usaha,
pekerjaan dan kegiatan memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan dengan
peran serta individu agar berperilaku sehat serta mencegah berjangkitnya penyakit.
c. Penggunaan teknologi tepat guna dalam upaya kesehatan
Teknologi medis harus disediakan yang dapat diakses, terjangkau, layak, dan
diterima budaya masyarakat (misalnya, penggunaan kulkas untuk vaksin cold
storage).
d. Peran serta masyarakat dalam semangat kemandirian
Peran serta atau partisipasi masyarakat untuk membuat penggunaan
maksimal dari lokal, nasional, dan sumber daya yang tersedia lainnya. Partisipasi
masyarakat adalah proses individu dan keluarga untuk bertanggung jawab atas
kesehatan mereka sendiri dan orang- orang di sekitar mereka serta
mengembangkan kapasitas untuk berkontribusi dalam pembangunan masyarakat.
Partisipasi bisa dalam bidang identifikasi kebutuhan atau selama pelaksanaan.
Masyarakat perlu berpartisipasi di desa, lingkungan, kabupaten atau tingkat
pemerintah daerah. Partisipasi lebih mudah dilakukan di tingkat lingkungan atau
desa karena masalah heterogenitas yang minim.
e. Kerja sama lintas sektoral dalam membangun kesehatan
Pengakuan bahwa kesehatan tidak dapat diperbaiki oleh suatu intervensi
hanya pada sektor kesehatan formal. Sektor lain sama pentingnya dalam
7
mempromosikan kesehatan dan kemandirian masyarakat. Sektor-sektor ini
mencakup, sekurang-kurangnya: pertanian (misalnya, keamanan makanan),
pendidikan, komunikasi (misalnya, menyangkut masalah kesehatan yang
berlaku, metode pencegahan dan pengontrolan mereka), perumahan, pekerjaan
umum (misalnya, menjamin pasokan yang cukup dari air bersih dan sanitasi
dasar), pembangunan perdesaan, industri, dan organisasi masyarakat (termasuk
Panchayats atau pemerintah daerah, organisasi-organisasi sukarela, dan sebagainya).
5. Elemen PHC
a. Pendidikan mengenai masalah kesehatan dan cara pencegahan penyakit serta
pengendaliannya.
b. Peningkatan penyediaan makanan dan perbaikan gizi.
c. Penyediaan air bersih dan sanitasi dasar.
d. Kesehatan ibu dan anak termasuk KB.
e. Imunisasi terhadap penyakit- penyakit infeksi utama.
f. Pencegahan dan pengendalian penyakit endemik setempat.
g. Pengobatan penyakit umum dan ruda paksa.
h. Penyediaan obat-obat essential
6. Ciri-ciri Pelayanan PHC
a. Pelayanan yang utama dan dekat dengan masyarakat.
b. Pelayanan yang menyeluruh.
c. Pelayanan yang terorganisasi.
d. Pelayanan yang mementingkan kesehatan individu maupun masyarakat.
e. Pelayanan yang berkeseninambungan.
f. Pelayanan yang progresif.
g. Pelayanan yang berorientasi pada keluarga.
h. Pelayanan yang tidak berpandangan kepada salah satu aspek saja.
7. Tanggung Jawab Perawat Dalam PHC
a. Mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam pengembangan dan implementasi
pelayanan kesehatan dan program pendidikan kesehatan.
b. Kerja sama dengan masyarakat, keluarga dan individu.
c. Mengajarkan konsep kesehatan dasar dan teknik asuhan diri sendiri pada masyarakat.
8
d. Memberikan dukungan dan bimbingan kepada petugas pelayanan kesehatan dan
kepada masyarakat.
e. Koordinasi kegiatan pengembangan kesehatan masyarakat.
1. Definisi
2. Tujuan
9
penyembuhan bertujuan untuk menyembuhkan kelompok masyarakat yang sakit
dan mencegah terjadinya komplikasi.
3. Sasaran
Sasaran keperawatan komunitas adalah individu, keluarga dan kelompok
berisiko tinggi (keluarga atau penduduk di daerah kumuh, daerah terisolasi,
daerah yang tidak terjangkau termasuk kelompok bayi, balita dan ibu hamil).
a. Manusia
10
merupakan gambaran yang unik dari sistem klien, seperti range temperatur
normal, struktur genetik, pola respon, kekuatan dan kelemahan organ, struktur ego,
dan pengetahuan atau kebiasaan.
Stresor yang ada akan sangat memengaruhi kondisi klien, contoh ketika
di suatu daerah terdapat banyak agregat remaja awal (usia 12-13 tahun) sudah
banyak yang merokok, karena mencontoh orang dewasa. Mengingat bahaya
merokok usia dini sangat besar, maka perawat komunitas akan melakukan upaya
pencegahan primer dengan memberikan pendidikan kesehatan pada remaja
tersebut dengan melibatkan orang dewasa di sekitarnya. Ini menunjukkan
komunitas membutuhkan informasi dan dukungan untuk melakukan perilaku
sehat untuk mengatasi stresor.
b. Kesehatan
c. Lingkungan
2) Lingkungan interpersonal yang terjadi pada satu individu atau keluarga atau
lebih yang memiliki pengaruh pada sistem.
11
keluarga, tetapi ikut memengaruhi sistem komunitas.
12
b. Menetapkan masalah keperawatan komunitas.
c. Menyusun rencana keperawatan dengan mempertimbangkan kebutuhan dan potensi
komunitas.
d. Melakukan tindakan keperawatan langsung mencakup tindakan mandiri (seperti
melakukan perawatan luka, melatih napas dalam dan batuk efektif, melatih latihan
rentang gerak/rom, dan sebagainya), serta tindakan kolaboratif (seperti pemberian
obat TBC dan sebagainya).
e. Mengevaluasi tindakan keperawatan yang sudah diberikan.
f. Mendokumentasikan semua tindakan keperawatan.
3. Pendidik
Perawat harus mampu menjadi penyedia informasi kesehatan dan mengajarkan
komunitas atau keluarga tentang upaya kesehatan yang dapat dilakukan komunitas.
Peran tersebut dapat dilihat saat perawat melakukan pendidikan kesehatan. Berikut
fungsi yang dapat dijalankan oleh perawat komunitas dalam menjalankan perannya
sebagai pendidik.
a. Mengidentifikasi kebutuhan belajar, yaitu apa yang ingin diketahui oleh komunitas,
ini bisa diketahui saat perawat melakukan pengkajian komunitas.
b. Memilih metode pembelajaran (ceramah, diskusi, atau demonstrasi), dan materi yang
sesuai dengan kebutuhan.
c. Menyusun rencana pendidikan kesehatan.
d. Melaksanakan pendidikan kesehatan.
e. Melatih komunitas/kelompok/keluarga tentang keterampilan yang harus dimiliki
sesuai kebutuhannya.
f. Mendorong keluarga untuk melatih keterampilan yang sudah diajarkan perawat.
g. Mendokumentasikan kegiatan pendidikan kesehatan.
4. Pembela (Advocate)
Peran sebagai pembela (advocate) dapat dilakukan perawat dengan mendukung
pelayanan keperawatan yang berkualitas dan kompeten. Sikap perawat yang selalu
berupaya meningkatkan kompetensinya agar asuhan keperawatan komunitas yang
diberikan terjaga kualitasnya, merupakan contoh pelaksanaan peran sebagai pembela
(advocate).
13
Adapun tindakan lain yang dapat dilakukan perawat sebagai pembela (advocate)
adalah:
a. Menyediakan informasi yang dibutuhkan komunitas atau keluarga untuk membuat
keputusan.
b. Memfasilitasi komunitas atau keluarga dalam mengambil keputusan.
c. Membuka akses ke provider agar komunitas atau keluarga mendapatkan pelayanan
yang terbaik (membangun jejaring kerja).
d. Menghormati hak klien.
e. Meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan.
f. Melaksanakan fungsi pendampingan komunitas atau keluarga.
g. Memberikan informasi terkait sumber-sumber pelayanan yang dapat digunakan
h. Memfasilitasi masyarakat dalam memanfaatkan sumber-sumber tersebut.
5. Konselor
Perawat konselor membutuhkan keterampilan khusus, yaitu perawat tersebut
adalah orang yang memahami (expert) di bidang keahliannya, dapat dipercaya untuk
membantu komunitas atau keluarga dan mengembangkan koping yang konstruktif
dalam penyelesaian masalah. Perawat juga dapat memberikan berbagai solusi dalam
rangka menetapkan cara yang lebih baik untuk penyelesaian masalah.
6. Role Model
Pelayanan keperawatan komunitas bersifat berkelanjutan dan ber-kesinambungan,
tentu saja ini menuntut perawat untuk mampu berinteraksi baik dengan komunitas.
Dalam interaksi, ada proses transformasi perilaku perawat yang dapat dipelajari oleh
komunitas atau keluarga. Proses inilah yang sebenarnya, bahwa perawat sedang
menjalankan perannya sebagai role model (contoh).
7. Penemu Kasus
Peran selanjutnya yang dapat dilakukan oleh perawat komunitas adalah
melibatkan diri dalam penelusuran kasus di komunitas atau keluarga, untuk selanjutnya
dilakukan kajian apa saja yang dibutuhkan komunitas. Tentu saja kasus tersebut
mungkin membutuhkan intervensi dari profesi lain atau pelayanan kesehatan yang lebih
kompleks, maka yang dilakukan perawat komunitas adalah segera merujuk klien.
Merujuk juga membutuhkan ketelitian perawat untuk mengidentifikasi, kasus mana
14
yang seharusnya di rujuk dan ke mana harus merujuk.
8. Pembaharu
Peran ini membantu komunitas untuk melakukan perubahan ke arah kehidupan
yang lebih sehat. Hal yang dilakukan perawat sebagai pembaharu adalah sebagai
berikut.
15
a. Pengumpulan data
Pengumpulan data merupakan proses mendapat informasi tentang kondisi
kesehatan dari klien. Dalam hal ini kesehatan komunitas. Proses pengumpulan
data harus dilakukan secara sistematik dan terus menerus untuk mendapatkan data
atau informasi yang signifikan yang menggambarkan kondisi kesehatan komunitas.
b. Pengorganisasian data
Dalam pengkajian komunitas ada beberapa data yang perlu dikumpulkan,
yaitu data inti komunitas, subsistem komunitas, dan persepsi.
c. Validasi data
Informasi yang dikumpulkan selama tahap pengkajian harus lengkap,
faktual dan akurat, sebab diagnosa keperawatan dan intervensi keperawatan
didasarkan informasi ini. Validasi merupakan verifikasi data untuk mengkonfirmasi
bahwa data tersebut akurat dan faktual. Validasi data sangat membantu perawat
dalam melaksanakan tugas, meyakinkan bahwa informasi pengkajian sudah lengkap,
serta data subjektif dan objektif dapat diterima
d. Analisis komunitas
Dalam melakukan analisis komunitas ada beberapa tahap yang perlu
dilakukan, yaitu kategorisasi, ringkasan, perbandingan, dan kesimpulan.
1) Kategorisasi
a) Data dapat dikategorikan dalam berbagai cara. Pengkategorian data
pengkajian komunitas secara tradisional adalah sebagai berikut.
b) Karakteristik demografi (ukuran keluarga, usia, jenis kelamin, etnis, dan
kelompok ras).
c) Karakteristik geografik (batas wilayah, jumlah dan besarnya kepala keluarga,
ruang publik, serta jalan).
d) Karakteristik sosialekonomi (pekerjaan dan kategori pekerjaan, tingkat
pendidikan, dan sewa atau pola kepemilikan rumah).
e) Sumber dan pelayanan kesehatan (Rumah Sakit, Puskesmas, Klinik, Pusat
Kesehatan Mental, dan sebagainya).
16
2) Ringkasan
a) Setelah melakukan kategorisasi data, maka tugas berikutnya adalah
meringkas data
b) Dalam setiap kategori. Pernyataan ringkasan disajikan dalam bentuk
ukuran, seperti
c) Jumlah, bagan, dan grafik.
3) Perbandingan
Data pembanding sangat diperlukan untuk menetapkan pola atau
kecenderungan yang ada atau jika tidak benar dan perlu revalidasi yang
membutuhkan data asli. Perbedaan data dapat saja terjadi, karena kesalahan
pencatatan data.
Membandingkan data hasil pengkajian komunitas dengan data lain yang
sama yang merupakan standar yang telah ditetapkan untuk suatu wilayah.
e. Pendokumentasian data
Untuk melengkapi tahap pengkajian, perawat perlu mencatat data klien.
Dokumentasi secara akurat sangat penting dan dapat meliputi semua data yang
dikumpulkan tentang status kesehatan klien (komunitas). Data yang dikumpulkan
merupakan kondisi yang benar-benar yang faktual bukan interpretasi dari perawat.
2. Diagnosa
Diagnosis adalah suatu pernyataan tentang sintesis analisis data. Diagnosis
keperawatan adalah respon manusia terhadap masalah kesehatan aktual atau risiko
dan potensial, serta perawat diberi kewenangan untuk mengatasi.
Penulisan diagnosis keperawatan kelompok dan komunitas berbeda dengan
individu dan keluarga. Menurut Freeman (1970) dalam Ervin (2008), upaya atau
action pelayanan keperawatan komunitas haruslah berlandaskan pengkajian yang
akurat yang dilakukan oleh seluruh komponen yang ada di dalam komunitas,
sehingga diagnosis keperawatan komunitas adalah kunci utama pelayanan keperawatan
yang dilakukan di komunitas.
Mengingat komunitas terdiri atas individu, keluarga, kelompok dan
komunitas, maka diagnosis keperawatan komunitas harus ditujukan kepada
17
komunitas, kelompok atau aggregates tersebut, sehingga secara umum diagnosis
tersebut meliputi atau mewakili permasalahan individu, keluarga yang hidup dan
tinggal dalam komunitas tersebut. Diagnosis keperawatan kelompok dan
komunitas juga memiliki perbedaan secara umum dengan diagnosis individu dan
keluarga, karena saat melakukan pengkajian di komunitas atau
kelompok/aggregates, maka perawat yang bekerja di komunitas, berkolaborasi dengan
komunitas, tokoh komunitas, kepala kelurahan/desa serta aparatnya, pemuka agama
serta tenaga kesehatan lainnya, sehingga formulasi diagnosis keperawatan harus
mewakili semua pemangku kepentingan di komunitas (Ervin, 2008).
Ada tiga bagian diagnosis keperawatan berikut ini.
a. Menggambarkan masalah, respon, atau keadaan.
b. Identifikasi faktor etiologi berkaitan dengan masalah.
c. Tanda dan gejala yang merupakan karakteristik masalah
Fokus diagnosis pada komunitas biasanya kelompok, populasi atau kelompok
komunitas yang memiliki suatu karakteristik (lokasi geografi, pekerjaan, etnis,
kondisi perumahan).
3. Perencanaan (Intervensi)
a. Perencanaan Terdiri Atas Beberapa Tahapan, Yaitu:
b. Memprioritaskan Diagnosis Komunitas;
c. Menetapkan Sasaran Intervensi Yang Diharapkan;
d. Menetapkan Tujuan Yang Diharapkan; Dan
e. Menetapkan Intervensi Keperawatan.
18
menganjurkan untuk memperhatikan lima faktor dalam memperioritaskan masalah,
yaitu:
a) luasnya perhatian masyarakat;
b) sumber-sumber yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah (dana, tenaga,
waktu, alat dan penyaluran);
c) bagaimana cara mengatasi masalah tersebut?
d) kebutuhan pendidikan khusus;
e) penambahan sumber dan kebijakan yang dibutuhkan.
Dalam menetapkan prioritas diagnosis keperawatan komunitas perlu
melibatkan masyarakat atau komunitas dalam suatu pertemuan musyawarah
masyarakat. Masyarakat atau komunitas akan memprioritaskan masalah yang ada
dengan bimbingan atau arahan perawat kesehatan komunitas. Masyarakat atau
komunitas dalam musyawarah tersebut dapat memprioritaskan masalah tersebut
dengan menggunakan scoring. Adapun aspek yang disekor (diberi nilai) meliputi hal-
hal sebagai berikut.
a) Risiko terjadinya masalah tersebut di komunitas.
b) Risiko parah dari masalah tersebut.
c) Potensial untuk dilakukan pendidikan.
d) Minat dari masyarakat untuk mengatasi masalah tersebut.
e) Kemungkinan masalah tersebut diatasi.
f) Kesesuaian dengan program pemerintah.
g) Tersedianya tempat untuk mengatasi.
h) Tersedianya waktu untuk mengatasi masalah.
i) Tersedianya dana untuk mengatasi masalah.
j) Tersedianya fasilitas untuk mengatasi masalah.
k) Tersedianya sumber daya manusia untuk mengatasi masalah.
Untuk setiap masalah kesehatan diberikan bobot nilai untuk setiap aspek
tersebut dengan range 1 – 5. Rinciannya berikut ini.
a). Sangat rendah = 1.
b). Rendah = 2.
c). Cukup = 3.
19
d). Tinggi = 4.
e). Sangat tinggi = 5.
2) Menetapkan sasaran
Setelah menetapkan prioritas masalah kesehatan, maka langkah selanjutnya
adalah menetapkan sasaran. Sasaran merupakan hasil yang diharapkan. Dalam
pelayanan kesehatan sasaran adalah pernyataan situasi ke depan, kondisi, atau status
jangka panjang, dan belum bisa diukur. Berikut ini adalah contoh dari penulisan
sasaran.
a) Meningkatkan cakupan imunisasi pada bayi.
b) Memperbaiki komunikasi antara orang tua dan guru.
c) Meningkatkan proporsi individu yang memiliki tekanan darah.
d) Menurunkan kejadian penyakit kardiovaskuler.
3) Menetapkan Tujuan.
Tujuan adalah suatu pernyataan hasil yang diharapkan dapat diukur, dibatasi
waktu, dan berorientasi pada kegiatan. Berikut ini merupakan karakteristik dalam
penulisan tujuan.
a) Menggunakan kata kerja.
b) Menggambarkan tingkah laku akhir.
c) Menggambarkan kualitas penampilan.
d) Menggambarkan kuantitas penampilan.
e) Menggambarkan bagaimana penampilan diukur.
f) Berhubungan dengan sasaran (goal).
g) Adanya batasan waktu.
4) Menetapkan rencana intervensi
Rencana intervensi dalam keperawatan komunitas berorientasi pada
promosi kesehatan, pencegahan penyakit, pemeliharaan kesehatan, dan
manajemen krisis. Dalam menetapkan rencana intervensi keperawatan kesehatan
komunitas, maka harus mencakup:
a) Apa yang akan dilakukan?
b) Kapan melakukannya?
c) Berapa banyak?
20
d) Siapa yang menjadi sasaran?
e) Lokasinya di mana?
4. Implementasi
Implementasi merupakan tahap kegiatan setelah perencanaan kegiatan
keperawatan komunitas dalam proses keperawatan komunitas. Fokus pada tahap
implementasi adalah bagaimana mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya, tetapi yang sangat penting dalam implementasi keperawatan
kesehatan komunitas adalah melakukan tindakan-tindakan berupa promosi
kesehatan, memelihara kesehatan atau mengatasi kondisi tidak sehat, mencegah
penyakit, dan dampak pemulihan.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan serangkaian prosedur untuk menilai suatu program dan
memperoleh informasi tentang keberhasilan pencapaian tujuan, kegiatan, hasil, dan
dampak serta biayanya. Fokus utama dari evaluasi adalah mencapai perkiraan yang
sistematis dari dampak program. Dengan demikian, evaluasi merupakan suatu usaha
untuk mengukur suatu pencapaian tujuan atau keadaan tertentu dengan
membandingkan dengan standar nilai yang sudah ditentukan sebelumnya. Juga
merupakan suatu usaha untuk mencari kesenjangan antara yang ditetapkan dengan
kenyataan hasil pelaksanaan. Menurut Wijono (1997), evaluasi adalah prosedur
secara menyeluruh yang dilakukan dengan menilai masukan, proses dan indikator
keluaran untuk menentukan keberhasilan dari pelaksanaan suatu program dalam
mencapai tujuan yang ditetapkan.
Menurut WHO (1990), pengertian evaluasi adalah suatu cara sistematis
untuk memelajari berdasarkan pengalaman dan mempergunakan pelajaran yang
dipelajari untuk memperbaiki kegiatan-kegiatan yang sedang berjalan serta
meningkatkan perencanaan yang lebih baik dengan seleksi yang seksama untuk
kegiatan masa datang. Pengertian lain menyebutkan, bahwa evaluasi merupakan
suatu proses yang memungkinkan administrator mengetahui hasil programnya dan
berdasarkan hasil tersebut mengadakan penyesuaian-penyesuaian untuk mencapai
tujuan secara efektif. Jadi evaluasi tidak sekadar menentukan keberhasilan atau
21
kegagalan, tetapi juga mengetahui mengapa keberhasilan atau kegagalan itu terjadi dan
apa yang bisa dilakukan terhadap hasil-hasil tersebut
BAB III
PENGKAJIAN BALITA DI RW 05 DUKUH KAWORAN DESA GENENG
A. Data Umum RW 05
1. Data Geografi
a. Dukuh Kaworan merupakan bagian dari wilayah Desa Geneng Kecamatan Gatak
Kabupaten Sukoharjo yang memiliki batas wilayah :
b. Peta Wilayah
22
2. Data Demografi
a. Jumlah penduduk
23
c. Karakteristik Penduduk
4. Hygiene sanitasi
Sebagian besar rumah bersih dan tertata dengan baik, tapi ada beberapa rumah
yang terlihat kotor dan kurang terawat. Jarak rumah satu dengan lainnya cukup dekat
dan bersebelahan dengan sawah, selokan. Penduduk setempat biasa membuang
sampah dan membakarnya di halaman rumah. Adapula dengan iuran kebersihan.
Pembuangan air limah di selokan atau got yang memiliki aliran yang lancar (tidak
tersumbat dan melimpah).
5. Organisasi masyarakat
6. Tokoh masyarakat
7. Sumber-sumber vektor
8. Kejadian wabah dalam 1 tahun terakhir
24
Diagram 1. Distribusi Penduduk berdasarkan kelamin
25
Diagram 3. Distribusi Penduduk berdasarkan pekerjaan
1) Distribusi balita
26
Diagram 4. Distribusi Balita
Interpretasi: diagram di atas menggambarkan distribusi balita yang berada
dalam keluarga berdasarkan balita yang menderita sakit dalam waktu 6 bulan
terakhir. Dari 67 balita yang memiliki riwayat sakit dalam 6 bulan terakhir
sebanyak 54 balita (81%) dan yang tidak memiliki riwayat sakit yaitu sebanyak
13 balita (19%).
2) Distribusi penyakit yang diderita balita
27
dilakukan menggunakan air hangat di daerah dahi saja. Hasil observasi ditemukan
beberapa balita yang tidak mengikuti kegiatan posyandu secara rutin.
3) Distribusi balita berdasarkan kebiasaan berobat
D. Pengkajian Masalah
1. Demam
Berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan didapatkan jumlah perkiraan
penderita demam pada balita sebanyak 33 balita. Hasil wawancara dari orang tua
didapatkan hasil bahwa orang tua belum mengetahui posisi yang tepat untuk melakukan
kompres demam, jika balita mengalami demam rata-rata orang tua hanya mengompres
pada bagian dahi.
2. Diare
Berdasarkan data balita di dusun Kaworan sebanyak 12 balita dari total 67 balita
memiliki riwayat. Artinya ada 22,2% balita memiliki riwayat diare. Sedangkan
28
berdasarkan hasil wawancara dengan orangtua balita didapatkan data bahwa beberapa
balita pernah mengalami diare namun untuk saat ini tidak ada balita yang diare.
Menurut orang tua, penyebab diare paling sering dikarenakan balita yang sering jajan
sembarangan, dan tidak mencuci tangan setelah bermain. Hasil wawancara dengan
orang tua balita ditemukan tanda dan gejala ketika terkena diare adala BAB encer
sekitar 3 sampai 5 kali perhari, suhu tubuh meningkat, badan lemas.
E. Analisa Data
No. DATA FOKUS ETIOLOGI PROBLEM
1. DS : Rendahnya Ketidaktepatan
- Berdasarkan hasil wawancara yang tingkat penanganan
dilakukan pada orang tua balita didapatkan pengetahuan demam pada balita
hasil kurangnya pengetahuan orang tua orang tua
tentang penanganan demam pada anaknya. tentang
- Berdasarkan wawancara dengan bidan desa penanganan
beberapa orang tua tidak langsung demam
membawa anak yang demam ke fasilitas
kesehatan terdekat.
- Hasil wawancara dengan orang tua balita
jika anak mengalami demam dilakukan
kompres hangat di daerah dahi.
DO :
- Berdasarkan data yang didapatkan dari Bu
Bayan Dukuh Kaworan, jumlah balita
secara keseluruhan adalah 67 balita dan
dari hasil screening yang kami lakukan
didapatkan 33 balita mengalami demam.
2 DS : Tingginya Lingkungan yang
- Berdasarkan hasil wawancara dengan angka kurang bersih dan
orang tua balita didapatkan beberapa balita kejadian diare kebiasaan yang
pernah mengalami diare namun untuk saat pada balita di kuang sehat
29
ini tidak ada balita yang diare. Dukuh
- Hasil wawancara dengan orang tua balita Kaworan
didapatkan bahwa penyebab diare paling
sering dikarenakan balita yang sering jajan
sembarangan, dan kebiasaan anak yang
tidak mencuci tangan setelah bermain.
- Hasil wawancara dengan orang tua balita
yang pernah mengalami diare, yaitu
diberikan penanganan awal dengan
meminum jus jambu dan beberapa balita
dibawa ke Bu Bidan Desa.
DO :
- Beberapa lingkungan sekitar rumah
terlihat kotor dan berdebu.
- Data hasil screening yang sudah dilakukan
di dusun Kaworan dengan riwayat diare
tercatat 12 balita dari total 67 balita.
Artinya ada 22,2% balita yang memiliki
riwayat diare.
30
F. Skoring Balita Gizi Kurang
31
G. Prioritas Diagnosa
1. Ketidaktepatan penanganan demam pada balita berhubungan dengan rendahnya tingkat pengetahuan orang tua
tentang penanganan demam.
2. Lingkungan yang kurang bersih dan kebiasaan yang kurang sehat berhubungan dengan tingginya angka kejadian
diare pada balita di Dukuh Kaworan
32
H. Rencana Keperawatan Balita Gizi Kurang
RENCANA KERJA (PLANNING OF ACTION)
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
Penanggung
No Masalah Tujuan Rencana Kegiatan Sasaran Waktu Tempat
jawab
1 Ketidaktepatan TUPAN: 1 Berikan pendidikan Orang Senin, Balai Desa Mahasiswa
penanganan demam Setelah dilakukan tindakan kesehatan dan tua Geneng Profesi Ners
15 Maret
pada balita keperawatan selama 3 mendemonstrasikan teknik balita
2021 Pukul
berhubungan dengan minggu diharapkan orang water tapid sponge
09.00 WIB
rendahnya tingkat tua mampu menangani 2 Mengevaluasi
s.d selesai
pengetahuan orang demam pada balita dengan pengetahuan orang tua
tua tentang tepat dengan
penanganan demam TUPEN: mendemonstrasikan ulang
Setelah dilakukan tindakan teknik water tapid sponge
keperawatan selama 1 x 60 3 Buat media penyuluhan
menit diharapkan: seperti lembar balik dan
1 Pengetahuan orang tua leaflet
tentang penanganan
demam pada balita
33
meningkat
2 Orang tua mau
mengaplikasikan cara
penanganan demam pada
balita dengan tepat
3 Orang tua mampu
melakukan penanganan
demam pada balita
dengan tepat
2 Lingkungan yang TUPAN: 1. Berikan pendidikan Orang Senin, Balai Desa Mahasiswa
kurang bersih dan Setelah dilakukan tindakan kesehatan mengenai tua dan Geneng Profesi Ners
15 Maret
kebiasaan yang keperawatan selama 3 diare dan PHBS balita
2021 Pukul
kurang sehat minggu diharapkan 2. Berikan pendidikan dengan
09.00 WIB
berhubungan dengan penanganan diare pada kesehatan dan gizi
s.d selesai
tingginya kejadian balita dan PHBS meningkat demontrasi tentang kurang
diare pada balita di TUPEN: pembuatan larutan gula
Dukuh Kaworan Setelah dilakukan tindakan dan garam (oralit)
keperawatan selama 1 x 60 3. Buat media penyuluhan
menit diharapkan: seperti lembar balik dan
1. Pengetahuan orang tua leaflet
34
tentang diare dan PHBS
meningkat
2. Orang tua mau
memeriksakan anaknya
yang mengalami tanda
gejala diare
3. Orang tua mampu untuk
melakukan penanganan
diare dan PHBS dengan
tepat
35