Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA AGREGAT BALITA

DI RW 05 DUKUH KAWORAN DESA GENENG KECAMATAN GATAK


KABUPATEN SUKOHARJO
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Profesi Ners
Stase Keperawatan Komunitas dan Keluarga

Disusun Oleh:

1. Yunjiani Arrochim J230205052


2. Gusti Ayu Putu Krisna Dewi J230205049
3. Afifah Ayu Syaiful J230205050
4. Ghina Kamila Purnama Wibawangsa J230205056
5. Farida Dhamayanti J230205058
6. Mei Linda Dwi Khusumawati J230205060
7. Octavia Dwi Ningrum J230205061
8. Annisa Shoimatun J230205062
9. Putri Aulia Rahmah J230205065

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2021
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Komunitas merupakan kelompok sosial yang tinggal dalam suatu tempat yang
saling berinteraksi atau berkomunikasi antar satu sama lain. Komunitas adalah kelompok
masyarakat yang tinggal di suatu lokasi atau tempat yang sama dengan pemerintahan yang
sama (Allender, Rector, and Warner, 2014). Menurut Stanhope dan Lancaster (2020)
menjelaskan bahwa komunitas adalah kumpulan orang yang hidup bersama dalam suatu
daerah, membentuk budaya dan saling berinteraksi satu dengan yang lain. Misalnya
didalam kesehatan dikenal kelompok ibu hamil, kelompok ibu menyusui, kelompok anak
balita, kelompok lansia, kelompok masyarakat dalam suatu wilayah desa binaan dan lain
sebagainya. Sedangkan dalam kelompok masyarakat ada masyarakat petani, masyarakat
pedagang, masyarakat pekerja, masyarakat terasing dan sebagainya (Akbar, 2019).
Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan
bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan
berbentuk pelayanan biopsikosisial dan spiritual kompreshensif, ditujukan kepada individu,
keluarga dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses
kehidupan manusia (Hidayat, 2008). Menurut Hutahaean (2010), kegiatan keperawatan
ditujukan kepada pencapaian kemampuan individu untuk merawat dirinya yang disebut
dengan asuhan keperawatan.
Keperawatan komunitas merupakan suatu sintesis dari praktik keperawatan dan
praktik kesehatan masyarakat yang diterapkan untuk meningkatkan serta memelihara
kesehatan penduduk. Sasaran dari keperawatan kesehatan komunitas adalah individu yaitu
balita gizi buruk, ibu hamil resiko tinggi, usia lanjut, penderita penyakit menular. Sasaran
keluarga yaitu keluarga yang termasuk rentan terhadap masalah kesehatan dan prioritas.
Sasaran kelompok khusus, komunitas baik yang sehat maupun sakit yang mempunyai
masalah kesehatan atau perawatan (Ratih Dwi Ariani, 2015). Keperawatan Komunitas
adalah pelayanan keperawatan profesional yang ditujukan kepada masyarakat dengan
pendekatan pada kelompok resiko tinggi dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang
optimal melalui pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan dengan menjamin

2
keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra
dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan keperawatan. Pelayanan
Keperawatan Komunitas adalah seluruh masyarakat termasuk individu, keluarga dan
kelompok yang beresiko tinggi seperti keluarga penduduk didaerah kumuh, daerah
terisolasi dan daerah yang tidak terjangkau termasuk kelompok bayi, balita, lansia dan ibu
hamil (Veronica, Nuraeni, & Supriyono, 2017).
Agregat balita menjadi salah satu sasaran pada keperawatan kesehatan komunitas.
Berdasarkan hasil screening yang dilakukan di posyandu Kaworan terdapat sejumlah balita
dengan masalah demam dan diare, sehingga kelompok tertarik untuk memilih masalah
tersebut untuk dilakukan asuhan keperawatan komunitas.

B. Tujuan
1. Tujuan Intruksional Umum
Setalah dilaksanakan kegiatan praktik klinik keperawatan stase komunitas
diharapkan mahasiswa mampu menrapkan upaya pemecahan masalah kesehatan
masyarakat pada tingkat komunitas dengan pendekatan proses keperawatan.

2. Tujuan Intruksional Khusus


Setelah melaksanakan kegiatan praktik klinik keperawatan stase komunitas,
diharapkan mahasiwa mampu:
a. Melakukan pengkajian keperawatan komunitas
b. Mengidentifikasi masalah kesehatan komunitas berdasarkan data yang diperoleh.
c. Menyusun perencanaan keperawatan komunitas, meliputi memprioritaskan masalah,
perumusan tujuan dan intrvensi.
d. Melaksanakan perencanaan dengan kesepakatan masyarakat.
e. Mengimplementasikan rencana yang telah dibuat sesuai dengan agregat.
f. Melakukan evaluasi terhadap pemcapain tujuan sesuai waktu yang telah di tetapkan.

3
C. Manfaat
1. Masyarakat Desa Geneng
Memberikan informasi mengenai demografi, jumlah populasi penduduk,
kesehatan lingkungan, pendidikan, keselamatan dan permasalahan kesehatan yang ada
serta pelayanan sosial atau kegiatan sosial kemasyarakatan.
2. Puskesmas
Memberikan informasi mengenai status kesehatan dan kegiatan-kegiatan
kesehatan serta sosial kemasyarakatan yang ada di masyarakat Desa Geneng,
Kecamatan Gatak, Kabupaten Sukoharjo.
3. Mahasiswa
Menambah pengetahuan dan pengalaman secara langsung dalam memberikan
asuhan keperawatan baik individu, keluarga, kelompok dan komunitas di Desa Geneng,
Kecamatan Gatak, Kabupaten Sukoharjo.

D. Strategi
Beberapa strategi yang dilakukan dalam penerapan asuhan keperawatan komunitas,
dapat duraikan sebagai berikut :
1. Penjajakan umum (MMD 1)
a. Pendekatan dan penjelasan program Kuliah Kesehatan Komunitas
Masyarakat kepada pihak berwenang dan yang terkait diantaranya tokoh
masyarakat meliputi seluruh perangat desa dan puskesmas. Kegiatan ini dilaksanakan
dalam musyawarah masyarakat desa 1 (MMD 1).
b. Orientasi wilayah
Mahasiswa melakukan survey batas-batas wilayah desa Purbayan, Kecamatan
Baki, Kabupaten Sukoharjo.
c. Pengambilan data dan sampel
Pertemuan dengan masyarakat dengan tujuan menganalisa hasil pendataan
untuk menemukan permasalahan kesehatan yang ada serta mencari solusi atas
temuan yang ada titik. Kegiatan ini dilakukan dengan melibatkan tokoh masyarakat
dan pihak puskesmas untuk menyamakan persepsi terhadap permasalahan yang ada.
Menetapkan prioritas pemecahan masalah yang ditemukan pada MMD ini

4
diharapkan ada kesepakatan tentang rencana tindakan yang akan dilakukan.
Pengumpulan data dilakukan melalui:
1) Wawancara dan observasi lingkungan pemukiman penduduk secara keseluruhan
dengan cara mendatangi setiap rumah warga disemua RW.
2) Wawancara dengan para tokoh masyarakat dan pencarian data sekunder di
Puskesmas Baki dan di Desa Kadilangu.
3) Memperoleh data sekunder dari Puskesmas Baki
2. Evaluasi (MMD 2)
Kegiatan musyawarah mufakat desa yang kedua ini memaparkan hasil dari proses
pengkajian dan pengolahan data yang sudah didapatkan serta rencana yang akan
diimplementasikan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Kemudian dilanjutkan
dengan sesi diskusi terhadap masalah yang sudah dipaparkan.
3. Evaluasi (MMD III)
Mengevaluasi program Kuliah Kerja Kesehatan Masyarakat yang sudah, belum,
atau masih berjalan kepada pihak berwenang dan yang terkait diantaranya tokoh
masyarakat meliputi seluruh perangat desa dan puskesmas. Kegiatan ini dilaksanakan
dalam musyawarah masyarakat desa.

E. Ruang Lingkup
Ruang lingkup program Praktik Klinik Keperawatan Stase Komunitas ini berada di
wilayah Desa Geneng, Kecamatan Gatak, Kabupaten Sukoharjo.

F. Waktu dan Tempat


1. Waktu
Waktu pelaksanaan praktik klinik Keperawatan Komunitas dan Keluarga
mahasiswa Program Profesi Ners XXIII FIK UMS adalah tanggal 15 Februari 2021
sampai dengan 27 Maret 2021.
2. Tempat
Tempat pelaksanaan praktik asuhan keperawtan komunitas adalah di Dukuh
Kaworan RW 05 Desa Geneng Kecamatan Gatak, Kabupaten Sukoharjo yang masih
merupakan wilayah kerja Puskesmas Gatak.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pelayanan Kesehatan Utama


1. Pengertian PHC
Primary Health Care (PHC) adalah pelayanan kesehatan pokok yang
berdasarkan pada metode dan teknologi praktis, ilmiah dan sosial yang dapat
diterima secara umum, baik oleh individu maupun keluarga dalam masyarakat
melalui partisipasi mereka sepenuhnya, serta dengan biaya yang dapat terjangkau oleh
masyarakat dan negara untuk memelihara setiap tingkat perkembangan mereka
dalam semangat untuk hidup mandiri dan menentukan nasib sendiri.
2. Tujuan PHC
Tujuan umum PHC adalah mendapatkan kebutuhan masyarakat terhadap
pelayanan yang diberikan, sehingga akan dicapai tingkat kepuasan pada
masyarakat yang menerima pelayanan, sedangkan yang menjadi tujuan khusus
adalah berikut ini.
a. Pelayanan harus mencapai keseluruhan penduduk yang dilayani.
a. Pelayanan harus dapat diterima oleh penduduk yang dilayani.
b. Pelayanan harus berdasarkan kebutuhan medis dari populasi yang dilayani.
c. Pelayanan harus secara maksimum menggunakan tenaga dan sumber-sumber daya
lain dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.
3. Fungsi PHC
PHC hendaknya harus memenuhi fungsinya sebagai berikut.
a. Pemeliharaan kesehatan.
b. Pencegahan penyakit.
c. Diagnosa dan pengobatan.
d. Pelayanan tindak lanjut.
e. Pemberian sertifikat.

6
Selanjutnya yang menjadi unsur utama PHC adalah:
a. mencakup upaya-upaya dasar kesehatan;
b. melibatkan peran serta masyarakat;
c. melibatkan kerja sama lintas sektoral
4. Prinsip Dasar PHC
a. Pemerataan upaya kesehatan
Distribusi perawatan kesehatan menurut prinsip ini, yaitu perawatan
primer dan layanan lainnya untuk memenuhi masalah kesehatan utama dalam
masyarakat yang harus diberikan sama bagi semua individu tanpa memandang
jenis kelamin, usia, kasta, warna, lokasi perkotaan atau pedesaan, dan kelas sosial.
b. Penekanan pada upaya preventif
Upaya preventif adalah upaya kesehatan yang meliputi segala usaha,
pekerjaan dan kegiatan memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan dengan
peran serta individu agar berperilaku sehat serta mencegah berjangkitnya penyakit.
c. Penggunaan teknologi tepat guna dalam upaya kesehatan
Teknologi medis harus disediakan yang dapat diakses, terjangkau, layak, dan
diterima budaya masyarakat (misalnya, penggunaan kulkas untuk vaksin cold
storage).
d. Peran serta masyarakat dalam semangat kemandirian
Peran serta atau partisipasi masyarakat untuk membuat penggunaan
maksimal dari lokal, nasional, dan sumber daya yang tersedia lainnya. Partisipasi
masyarakat adalah proses individu dan keluarga untuk bertanggung jawab atas
kesehatan mereka sendiri dan orang- orang di sekitar mereka serta
mengembangkan kapasitas untuk berkontribusi dalam pembangunan masyarakat.
Partisipasi bisa dalam bidang identifikasi kebutuhan atau selama pelaksanaan.
Masyarakat perlu berpartisipasi di desa, lingkungan, kabupaten atau tingkat
pemerintah daerah. Partisipasi lebih mudah dilakukan di tingkat lingkungan atau
desa karena masalah heterogenitas yang minim.
e. Kerja sama lintas sektoral dalam membangun kesehatan
Pengakuan bahwa kesehatan tidak dapat diperbaiki oleh suatu intervensi
hanya pada sektor kesehatan formal. Sektor lain sama pentingnya dalam

7
mempromosikan kesehatan dan kemandirian masyarakat. Sektor-sektor ini
mencakup, sekurang-kurangnya: pertanian (misalnya, keamanan makanan),
pendidikan, komunikasi (misalnya, menyangkut masalah kesehatan yang
berlaku, metode pencegahan dan pengontrolan mereka), perumahan, pekerjaan
umum (misalnya, menjamin pasokan yang cukup dari air bersih dan sanitasi
dasar), pembangunan perdesaan, industri, dan organisasi masyarakat (termasuk
Panchayats atau pemerintah daerah, organisasi-organisasi sukarela, dan sebagainya).
5. Elemen PHC
a. Pendidikan mengenai masalah kesehatan dan cara pencegahan penyakit serta
pengendaliannya.
b. Peningkatan penyediaan makanan dan perbaikan gizi.
c. Penyediaan air bersih dan sanitasi dasar.
d. Kesehatan ibu dan anak termasuk KB.
e. Imunisasi terhadap penyakit- penyakit infeksi utama.
f. Pencegahan dan pengendalian penyakit endemik setempat.
g. Pengobatan penyakit umum dan ruda paksa.
h. Penyediaan obat-obat essential
6. Ciri-ciri Pelayanan PHC
a. Pelayanan yang utama dan dekat dengan masyarakat.
b. Pelayanan yang menyeluruh.
c. Pelayanan yang terorganisasi.
d. Pelayanan yang mementingkan kesehatan individu maupun masyarakat.
e. Pelayanan yang berkeseninambungan.
f. Pelayanan yang progresif.
g. Pelayanan yang berorientasi pada keluarga.
h. Pelayanan yang tidak berpandangan kepada salah satu aspek saja.
7. Tanggung Jawab Perawat Dalam PHC
a. Mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam pengembangan dan implementasi
pelayanan kesehatan dan program pendidikan kesehatan.
b. Kerja sama dengan masyarakat, keluarga dan individu.
c. Mengajarkan konsep kesehatan dasar dan teknik asuhan diri sendiri pada masyarakat.

8
d. Memberikan dukungan dan bimbingan kepada petugas pelayanan kesehatan dan
kepada masyarakat.
e. Koordinasi kegiatan pengembangan kesehatan masyarakat.

B. Konsep Keperawatan Komunitas

1. Definisi

Keperawatan komunitas atau community health nursing merupakan praktik


untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat dengan menggunakan
pengetahuan dari ilmu keperawatan, ilmu sosial dan ilmu kesehatan
masyarakat..Pengertian lain dari keperawatan komunitas adalah suatu bentuk
pelayanan profesional berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan yang ditujukan terutama
pada kelompok risiko tinggi untuk meningkatkan status kesehatan komunitas
dengan menekankan upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit serta tidak
mengabaikan kuratif dan rehabilitatif.

2. Tujuan

Tujuan keperawatan komunitas adalah sebagai berikut.:


a. Promosi kesehatan
Promosi kesehatan pada tujuan keperawatan komunitas ini berarti adalah
suatu upaya untuk membantu masyarakat menjadikan gaya hidup mereka sehat
optimal. Kesehatan yang optimal didefinisikan sebagai keseimbangan kesehatan
fisik, emosi, sosial, spiritual, dan intelektual. Promosi kesehatan tidak sekadar
mengubah gaya hidup, tetapi mempertahankan dan meningkatkan perilaku sehat
adalah tujuan yang akan dicapai pula.
b. Proteksi kesehatan
Proteksi kesehatan merupakan upaya perlindungan kelompok masyarakat
terhadap terpaparnya suatu penyakit.
c. Pencegahan penyakit dan penyembuhan
Pencegahan penyakit merupakan upaya dalam mencegah terjadinya
penyakit pada kelompok yang berisiko, sedangkan penyembuhan adalah upaya
yang dilakukan pada kelompok masyarakat yang telah terkena penyakit. Upaya

9
penyembuhan bertujuan untuk menyembuhkan kelompok masyarakat yang sakit
dan mencegah terjadinya komplikasi.
3. Sasaran
Sasaran keperawatan komunitas adalah individu, keluarga dan kelompok
berisiko tinggi (keluarga atau penduduk di daerah kumuh, daerah terisolasi,
daerah yang tidak terjangkau termasuk kelompok bayi, balita dan ibu hamil).

4. Model Keperawatan Komunitas

Model keperawatan ini pada hakikatnya mengatur hubungan antara perawat


komunitas dengan klien, yaitu keluarga, kelompok, dan komunitas. Klien telah
memberikan kepercayaan dan kewenangannya untuk membantunya meningkatkan
kesehatan melalui asuhan keperawatan komunitas yang berkualitas. Seperti yang
Anda ketahui tentang berbagai model yang pernah dibahas pada topik lain,
sebenarnya banyak model yang dapat digunakan oleh perawat komunitas.

Model Health Care System menurut Betty Neuman

Model ini dikembangkan berdasarkan philosophy primary health care


(pelayanan kesehatan utama) yang memandang komunitas sebagai klien. Kliennya
bisa meliputi individu, kelompok, keluarga, komunitas atau kumpulan agregat lainnya
yang dipandang sebagai suatu sistem terbuka yang memiliki siklus input, proses,
output dan feedback sebagai suatu pola yang dinamis. Pandangan model ini terhadap
empat konsep sentral paradigma keperawatan adalah sebagai berikut.

a. Manusia

Model ini memandang manusia sebagai sistem terbuka yang berinteraksi


secara konstan dan dinamis seiring dengan adanya respon terhadap stresor
baik dari lingkungan internal maupun eksternal. Model ini juga memandang
manusia atau klien secara keseluruhan (holistik) yang terdiri atas faktor
fisiologis, psikologis, sosial budaya, perkembangan, dan spiritual yang
berhubungan secara dinamis dan tidak dapat dipisah-pisahkan. Sistem klien
diartikan dalam struktur dasar dalam lingkaran konsentrik yang saling
berkaitan. Struktur dasar meliputi faktor dasar kelangsungan hidup yang

10
merupakan gambaran yang unik dari sistem klien, seperti range temperatur
normal, struktur genetik, pola respon, kekuatan dan kelemahan organ, struktur ego,
dan pengetahuan atau kebiasaan.

Stresor yang ada akan sangat memengaruhi kondisi klien, contoh ketika
di suatu daerah terdapat banyak agregat remaja awal (usia 12-13 tahun) sudah
banyak yang merokok, karena mencontoh orang dewasa. Mengingat bahaya
merokok usia dini sangat besar, maka perawat komunitas akan melakukan upaya
pencegahan primer dengan memberikan pendidikan kesehatan pada remaja
tersebut dengan melibatkan orang dewasa di sekitarnya. Ini menunjukkan
komunitas membutuhkan informasi dan dukungan untuk melakukan perilaku
sehat untuk mengatasi stresor.

b. Kesehatan

Kemampuan komunitas mempertahankan keseimbangan terhadap stresor


yang ada dan mempertahankan keharmonisan antara bagian dan subbagian
keseluruhan komunitas. Model ini pun menjelaskan bahwa sehat merupakan
respons sistem terhadap stresor dilihat dalam satu lingkaran konsentris core
(inti) dengan tiga garis pertahanan, yaitu fleksibel, normal, dan resisten,
dengan lima variabel yang saling memengaruhi, yaitu fisiologi, psikologi,
sosiobudaya, spiritual dan perkembangan.

c. Lingkungan

Lingkungan adalah seluruh faktor internal dan eksternal yang berada di


sekitar klien, dan memiliki hubungan yang harmonis dan seimbang. Anda harus
mengenal stresor yang berasal dari lingkungan intrapersonal, interpersonal dan
extrapersonal, berikut uraiannya.

1) Lingkungan intrapersonal, yaitu lingkungan yang ada dalam sistem klien.

2) Lingkungan interpersonal yang terjadi pada satu individu atau keluarga atau
lebih yang memiliki pengaruh pada sistem.

3) Lingkungan extrapersonal, yaitu di luar lingkup sistem, individu atau

11
keluarga, tetapi ikut memengaruhi sistem komunitas.

C. Peran Perawat Komunitas


Perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan mempunyai peran dan fungsi dalam
meningkatkan kesehatan komunitas. Perawat dituntut mempunyai sekumpulan
kemampuan/kompetensi yang telah ditetapkan oleh kebijakan organisasi dengan merujuk
pada persepsi dan harapan komunitas terhadap pelayanan keperawatan komunitas yang
diberikan.
1. Manager kasus
Perawat harus mampu mengelola pelayanan yang berkoordinasi dengan
komunitas atau keluarga, penyedia pelayanan kesehatan atau pelayanan sosial yang ada.
Hal ini bertujuan untuk mempermudah pencapaian tujuan asuhan keperawatan
komunitas. Seyogyanya kualifikasi pendidikan seorang manager kasus minimal Sarjana
Keperawatan.
Sebagai seorang manager kasus, perawat komunitas harus dapat berfungsi untuk
melakukan tindakan sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi kebutuhan komunitas terhadap pelayanan kesehatan. Hal ini
penting dilakukan agar pelayanan kesehatan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan
komunitas.
b. Menyusun rencana asuhan keperawatan komunitas. Rencana ini dibuat berdasarkan
hasil pengkajian kebutuhan komunitas terhadap pelayanan kesehatan.
c. Mengoordinasikan aktivitas tim kesehatan multidisiplin sehingga pelayanan yang
diberikan dapat optimal dan tepat sasaran.
d. Menilai kualitas pelayanan keperawatan dan pelayanan kesehatan yang telah
diberikan. Sebagai manager, hal ini penting untuk meningkatkan pengelolaan
berikutnya.
2. Pelaksana Asuhan Keperawatan
Salah satu peran penting perawat adalah memberikan pelayanan langsung kepada
komunitas sesuai dengan kebutuhan komunitas atau keluarga. Sebagai pelaksana asuhan
keperawatan, perawat memiliki fungsi sebagai berikut:
a. Melakukan pengkajian secara komprehensif.

12
b. Menetapkan masalah keperawatan komunitas.
c. Menyusun rencana keperawatan dengan mempertimbangkan kebutuhan dan potensi
komunitas.
d. Melakukan tindakan keperawatan langsung mencakup tindakan mandiri (seperti
melakukan perawatan luka, melatih napas dalam dan batuk efektif, melatih latihan
rentang gerak/rom, dan sebagainya), serta tindakan kolaboratif (seperti pemberian
obat TBC dan sebagainya).
e. Mengevaluasi tindakan keperawatan yang sudah diberikan.
f. Mendokumentasikan semua tindakan keperawatan.
3. Pendidik
Perawat harus mampu menjadi penyedia informasi kesehatan dan mengajarkan
komunitas atau keluarga tentang upaya kesehatan yang dapat dilakukan komunitas.
Peran tersebut dapat dilihat saat perawat melakukan pendidikan kesehatan. Berikut
fungsi yang dapat dijalankan oleh perawat komunitas dalam menjalankan perannya
sebagai pendidik.
a. Mengidentifikasi kebutuhan belajar, yaitu apa yang ingin diketahui oleh komunitas,
ini bisa diketahui saat perawat melakukan pengkajian komunitas.
b. Memilih metode pembelajaran (ceramah, diskusi, atau demonstrasi), dan materi yang
sesuai dengan kebutuhan.
c. Menyusun rencana pendidikan kesehatan.
d. Melaksanakan pendidikan kesehatan.
e. Melatih komunitas/kelompok/keluarga tentang keterampilan yang harus dimiliki
sesuai kebutuhannya.
f. Mendorong keluarga untuk melatih keterampilan yang sudah diajarkan perawat.
g. Mendokumentasikan kegiatan pendidikan kesehatan.
4. Pembela (Advocate)
Peran sebagai pembela (advocate) dapat dilakukan perawat dengan mendukung
pelayanan keperawatan yang berkualitas dan kompeten. Sikap perawat yang selalu
berupaya meningkatkan kompetensinya agar asuhan keperawatan komunitas yang
diberikan terjaga kualitasnya, merupakan contoh pelaksanaan peran sebagai pembela
(advocate).

13
Adapun tindakan lain yang dapat dilakukan perawat sebagai pembela (advocate)
adalah:
a. Menyediakan informasi yang dibutuhkan komunitas atau keluarga untuk membuat
keputusan.
b. Memfasilitasi komunitas atau keluarga dalam mengambil keputusan.
c. Membuka akses ke provider agar komunitas atau keluarga mendapatkan pelayanan
yang terbaik (membangun jejaring kerja).
d. Menghormati hak klien.
e. Meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan.
f. Melaksanakan fungsi pendampingan komunitas atau keluarga.
g. Memberikan informasi terkait sumber-sumber pelayanan yang dapat digunakan
h. Memfasilitasi masyarakat dalam memanfaatkan sumber-sumber tersebut.
5. Konselor
Perawat konselor membutuhkan keterampilan khusus, yaitu perawat tersebut
adalah orang yang memahami (expert) di bidang keahliannya, dapat dipercaya untuk
membantu komunitas atau keluarga dan mengembangkan koping yang konstruktif
dalam penyelesaian masalah. Perawat juga dapat memberikan berbagai solusi dalam
rangka menetapkan cara yang lebih baik untuk penyelesaian masalah.
6. Role Model
Pelayanan keperawatan komunitas bersifat berkelanjutan dan ber-kesinambungan,
tentu saja ini menuntut perawat untuk mampu berinteraksi baik dengan komunitas.
Dalam interaksi, ada proses transformasi perilaku perawat yang dapat dipelajari oleh
komunitas atau keluarga. Proses inilah yang sebenarnya, bahwa perawat sedang
menjalankan perannya sebagai role model (contoh).
7. Penemu Kasus
Peran selanjutnya yang dapat dilakukan oleh perawat komunitas adalah
melibatkan diri dalam penelusuran kasus di komunitas atau keluarga, untuk selanjutnya
dilakukan kajian apa saja yang dibutuhkan komunitas. Tentu saja kasus tersebut
mungkin membutuhkan intervensi dari profesi lain atau pelayanan kesehatan yang lebih
kompleks, maka yang dilakukan perawat komunitas adalah segera merujuk klien.
Merujuk juga membutuhkan ketelitian perawat untuk mengidentifikasi, kasus mana

14
yang seharusnya di rujuk dan ke mana harus merujuk.
8. Pembaharu
Peran ini membantu komunitas untuk melakukan perubahan ke arah kehidupan
yang lebih sehat. Hal yang dilakukan perawat sebagai pembaharu adalah sebagai
berikut.

a. Mengidentifikasi kekuatan dan penghambat perubahan. Hal ini penting dilakukan


karena suatu perubahan merupakan suatu hal yang baru yang membutuhkan
dukungan.

b. Membantu pencairan dan memotivasi untuk berubah.

c. Membantu komunitas menginternalisasi perubahan.

D. Asuhan Keperawatan Komunitas


Proses keperawatan adalah suatu pendekatan yang sistematis dalam menentukan
status kesehatan klien, mengisolasi perhatian dan masalah kesehatan,
mengembangkan rencana untuk memulihkan mereka, memulai tindakan untuk
melaksanakan rencana tersebut, dan akhirnya mengevaluasi keadekuatan dari rencana
dalam meningkatkan kesehatan dan pemecahan masalah. Proses keperawatan
mendefinisikan interaksi dan intervensi dengan sistem klien, apakah sistem sebagai
suatu individu, keluarga, kelompok, atau komunitas.
Tahap-tahap proses keperawatan komunitas sama dengan tahap-tahap proses
keperawatan pada umumnya, yaitu dimulai dari tahap pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Perawat berupaya untuk merespon
dan memenuhi kebutuhan komunitas. Komunitas adalah klien.
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan komunitas merupakan tahap pertama dalam proses
keperawatan komunitas. Perawat berupaya untuk mendapatkan informasi atau data
tentang kondisi kesehatan komunitas dan faktor-faktor yang berhubungan dengan
kesehatan komunitas. Dalam tahap pengkajian ini, ada empat kegiatan yang
dilakukan, yaitu pengumpulan data, pengorganisasian data, validasi data, dan
pendokumentasian data.

15
a. Pengumpulan data
Pengumpulan data merupakan proses mendapat informasi tentang kondisi
kesehatan dari klien. Dalam hal ini kesehatan komunitas. Proses pengumpulan
data harus dilakukan secara sistematik dan terus menerus untuk mendapatkan data
atau informasi yang signifikan yang menggambarkan kondisi kesehatan komunitas.

b. Pengorganisasian data
Dalam pengkajian komunitas ada beberapa data yang perlu dikumpulkan,
yaitu data inti komunitas, subsistem komunitas, dan persepsi.
c. Validasi data
Informasi yang dikumpulkan selama tahap pengkajian harus lengkap,
faktual dan akurat, sebab diagnosa keperawatan dan intervensi keperawatan
didasarkan informasi ini. Validasi merupakan verifikasi data untuk mengkonfirmasi
bahwa data tersebut akurat dan faktual. Validasi data sangat membantu perawat
dalam melaksanakan tugas, meyakinkan bahwa informasi pengkajian sudah lengkap,
serta data subjektif dan objektif dapat diterima
d. Analisis komunitas
Dalam melakukan analisis komunitas ada beberapa tahap yang perlu
dilakukan, yaitu kategorisasi, ringkasan, perbandingan, dan kesimpulan.
1) Kategorisasi
a) Data dapat dikategorikan dalam berbagai cara. Pengkategorian data
pengkajian komunitas secara tradisional adalah sebagai berikut.
b) Karakteristik demografi (ukuran keluarga, usia, jenis kelamin, etnis, dan
kelompok ras).
c) Karakteristik geografik (batas wilayah, jumlah dan besarnya kepala keluarga,
ruang publik, serta jalan).
d) Karakteristik sosialekonomi (pekerjaan dan kategori pekerjaan, tingkat
pendidikan, dan sewa atau pola kepemilikan rumah).
e) Sumber dan pelayanan kesehatan (Rumah Sakit, Puskesmas, Klinik, Pusat
Kesehatan Mental, dan sebagainya).

16
2) Ringkasan
a) Setelah melakukan kategorisasi data, maka tugas berikutnya adalah
meringkas data
b) Dalam setiap kategori. Pernyataan ringkasan disajikan dalam bentuk
ukuran, seperti
c) Jumlah, bagan, dan grafik.

3) Perbandingan
Data pembanding sangat diperlukan untuk menetapkan pola atau
kecenderungan yang ada atau jika tidak benar dan perlu revalidasi yang
membutuhkan data asli. Perbedaan data dapat saja terjadi, karena kesalahan
pencatatan data.
Membandingkan data hasil pengkajian komunitas dengan data lain yang
sama yang merupakan standar yang telah ditetapkan untuk suatu wilayah.
e. Pendokumentasian data
Untuk melengkapi tahap pengkajian, perawat perlu mencatat data klien.
Dokumentasi secara akurat sangat penting dan dapat meliputi semua data yang
dikumpulkan tentang status kesehatan klien (komunitas). Data yang dikumpulkan
merupakan kondisi yang benar-benar yang faktual bukan interpretasi dari perawat.
2. Diagnosa
Diagnosis adalah suatu pernyataan tentang sintesis analisis data. Diagnosis
keperawatan adalah respon manusia terhadap masalah kesehatan aktual atau risiko
dan potensial, serta perawat diberi kewenangan untuk mengatasi.
Penulisan diagnosis keperawatan kelompok dan komunitas berbeda dengan
individu dan keluarga. Menurut Freeman (1970) dalam Ervin (2008), upaya atau
action pelayanan keperawatan komunitas haruslah berlandaskan pengkajian yang
akurat yang dilakukan oleh seluruh komponen yang ada di dalam komunitas,
sehingga diagnosis keperawatan komunitas adalah kunci utama pelayanan keperawatan
yang dilakukan di komunitas.
Mengingat komunitas terdiri atas individu, keluarga, kelompok dan
komunitas, maka diagnosis keperawatan komunitas harus ditujukan kepada

17
komunitas, kelompok atau aggregates tersebut, sehingga secara umum diagnosis
tersebut meliputi atau mewakili permasalahan individu, keluarga yang hidup dan
tinggal dalam komunitas tersebut. Diagnosis keperawatan kelompok dan
komunitas juga memiliki perbedaan secara umum dengan diagnosis individu dan
keluarga, karena saat melakukan pengkajian di komunitas atau
kelompok/aggregates, maka perawat yang bekerja di komunitas, berkolaborasi dengan
komunitas, tokoh komunitas, kepala kelurahan/desa serta aparatnya, pemuka agama
serta tenaga kesehatan lainnya, sehingga formulasi diagnosis keperawatan harus
mewakili semua pemangku kepentingan di komunitas (Ervin, 2008).
Ada tiga bagian diagnosis keperawatan berikut ini.
a. Menggambarkan masalah, respon, atau keadaan.
b. Identifikasi faktor etiologi berkaitan dengan masalah.
c. Tanda dan gejala yang merupakan karakteristik masalah
Fokus diagnosis pada komunitas biasanya kelompok, populasi atau kelompok
komunitas yang memiliki suatu karakteristik (lokasi geografi, pekerjaan, etnis,
kondisi perumahan).
3. Perencanaan (Intervensi)
a. Perencanaan Terdiri Atas Beberapa Tahapan, Yaitu:
b. Memprioritaskan Diagnosis Komunitas;
c. Menetapkan Sasaran Intervensi Yang Diharapkan;
d. Menetapkan Tujuan Yang Diharapkan; Dan
e. Menetapkan Intervensi Keperawatan.

1) Memprioritaskan diagnosis komunitas


Perawat tidak bisa melakukan penyelesaian terhadap seluruh diagnosis
keperawatan yang telah diidentifikasi. Hal ini disebabkan karena keterbatasan
sumber daya yang ada (tenaga, dana dan waktu). Untuk itu perlu menetapkan
metode dalam memprioritaskan diagnosis keperawatan komunitas. Beberapa
metode yang dapat digunakan dalam memprioritaskan diagnosis keperawatan
komunitas, antara lain menurut The American Public Health Association (1999)

18
menganjurkan untuk memperhatikan lima faktor dalam memperioritaskan masalah,
yaitu:
a) luasnya perhatian masyarakat;
b) sumber-sumber yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah (dana, tenaga,
waktu, alat dan penyaluran);
c) bagaimana cara mengatasi masalah tersebut?
d) kebutuhan pendidikan khusus;
e) penambahan sumber dan kebijakan yang dibutuhkan.
Dalam menetapkan prioritas diagnosis keperawatan komunitas perlu
melibatkan masyarakat atau komunitas dalam suatu pertemuan musyawarah
masyarakat. Masyarakat atau komunitas akan memprioritaskan masalah yang ada
dengan bimbingan atau arahan perawat kesehatan komunitas. Masyarakat atau
komunitas dalam musyawarah tersebut dapat memprioritaskan masalah tersebut
dengan menggunakan scoring. Adapun aspek yang disekor (diberi nilai) meliputi hal-
hal sebagai berikut.
a) Risiko terjadinya masalah tersebut di komunitas.
b) Risiko parah dari masalah tersebut.
c) Potensial untuk dilakukan pendidikan.
d) Minat dari masyarakat untuk mengatasi masalah tersebut.
e) Kemungkinan masalah tersebut diatasi.
f) Kesesuaian dengan program pemerintah.
g) Tersedianya tempat untuk mengatasi.
h) Tersedianya waktu untuk mengatasi masalah.
i) Tersedianya dana untuk mengatasi masalah.
j) Tersedianya fasilitas untuk mengatasi masalah.
k) Tersedianya sumber daya manusia untuk mengatasi masalah.
Untuk setiap masalah kesehatan diberikan bobot nilai untuk setiap aspek
tersebut dengan range 1 – 5. Rinciannya berikut ini.
a). Sangat rendah = 1.
b). Rendah = 2.
c). Cukup = 3.

19
d). Tinggi = 4.
e). Sangat tinggi = 5.
2) Menetapkan sasaran
Setelah menetapkan prioritas masalah kesehatan, maka langkah selanjutnya
adalah menetapkan sasaran. Sasaran merupakan hasil yang diharapkan. Dalam
pelayanan kesehatan sasaran adalah pernyataan situasi ke depan, kondisi, atau status
jangka panjang, dan belum bisa diukur. Berikut ini adalah contoh dari penulisan
sasaran.
a) Meningkatkan cakupan imunisasi pada bayi.
b) Memperbaiki komunikasi antara orang tua dan guru.
c) Meningkatkan proporsi individu yang memiliki tekanan darah.
d) Menurunkan kejadian penyakit kardiovaskuler.
3) Menetapkan Tujuan.
Tujuan adalah suatu pernyataan hasil yang diharapkan dapat diukur, dibatasi
waktu, dan berorientasi pada kegiatan. Berikut ini merupakan karakteristik dalam
penulisan tujuan.
a) Menggunakan kata kerja.
b) Menggambarkan tingkah laku akhir.
c) Menggambarkan kualitas penampilan.
d) Menggambarkan kuantitas penampilan.
e) Menggambarkan bagaimana penampilan diukur.
f) Berhubungan dengan sasaran (goal).
g) Adanya batasan waktu.
4) Menetapkan rencana intervensi
Rencana intervensi dalam keperawatan komunitas berorientasi pada
promosi kesehatan, pencegahan penyakit, pemeliharaan kesehatan, dan
manajemen krisis. Dalam menetapkan rencana intervensi keperawatan kesehatan
komunitas, maka harus mencakup:
a) Apa yang akan dilakukan?
b) Kapan melakukannya?
c) Berapa banyak?

20
d) Siapa yang menjadi sasaran?
e) Lokasinya di mana?
4. Implementasi
Implementasi merupakan tahap kegiatan setelah perencanaan kegiatan
keperawatan komunitas dalam proses keperawatan komunitas. Fokus pada tahap
implementasi adalah bagaimana mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya, tetapi yang sangat penting dalam implementasi keperawatan
kesehatan komunitas adalah melakukan tindakan-tindakan berupa promosi
kesehatan, memelihara kesehatan atau mengatasi kondisi tidak sehat, mencegah
penyakit, dan dampak pemulihan.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan serangkaian prosedur untuk menilai suatu program dan
memperoleh informasi tentang keberhasilan pencapaian tujuan, kegiatan, hasil, dan
dampak serta biayanya. Fokus utama dari evaluasi adalah mencapai perkiraan yang
sistematis dari dampak program. Dengan demikian, evaluasi merupakan suatu usaha
untuk mengukur suatu pencapaian tujuan atau keadaan tertentu dengan
membandingkan dengan standar nilai yang sudah ditentukan sebelumnya. Juga
merupakan suatu usaha untuk mencari kesenjangan antara yang ditetapkan dengan
kenyataan hasil pelaksanaan. Menurut Wijono (1997), evaluasi adalah prosedur
secara menyeluruh yang dilakukan dengan menilai masukan, proses dan indikator
keluaran untuk menentukan keberhasilan dari pelaksanaan suatu program dalam
mencapai tujuan yang ditetapkan.
Menurut WHO (1990), pengertian evaluasi adalah suatu cara sistematis
untuk memelajari berdasarkan pengalaman dan mempergunakan pelajaran yang
dipelajari untuk memperbaiki kegiatan-kegiatan yang sedang berjalan serta
meningkatkan perencanaan yang lebih baik dengan seleksi yang seksama untuk
kegiatan masa datang. Pengertian lain menyebutkan, bahwa evaluasi merupakan
suatu proses yang memungkinkan administrator mengetahui hasil programnya dan
berdasarkan hasil tersebut mengadakan penyesuaian-penyesuaian untuk mencapai
tujuan secara efektif. Jadi evaluasi tidak sekadar menentukan keberhasilan atau

21
kegagalan, tetapi juga mengetahui mengapa keberhasilan atau kegagalan itu terjadi dan
apa yang bisa dilakukan terhadap hasil-hasil tersebut

BAB III
PENGKAJIAN BALITA DI RW 05 DUKUH KAWORAN DESA GENENG

A. Data Umum RW 05

1. Data Geografi

a. Dukuh Kaworan merupakan bagian dari wilayah Desa Geneng Kecamatan Gatak
Kabupaten Sukoharjo yang memiliki batas wilayah :

Utara : Dukuh Klenisan, Desa Geneng

Selatan : Dukuh Sidosari, Desa Krajan

Barat : Dukuh Yagan, Desa Krajan

Timur : Dukuh Sigran, Desan Geneng

b. Peta Wilayah

22
2. Data Demografi

a. Jumlah penduduk

Jumlah seluruh penduduk RW 05 Dukuh Kaworan yakni 811 jiwa yang


tersebar di setiap Rukun Tetangga (RT), yaitu :

RT I : 37 KK, 124 jiwa

RT II : 46 KK, 159 jiwa

RT III : 59 KK, 209 jiwa

RT IV : 46 KK, 169 jiwa

RT V : 43 KK, 150 jiwa

b. Fasilitas kesehatan yang ada

Fasilitas kesehatan yang tersedia di Dukuh Kaworan, yakni posyandu balita,


posyangdu lansia dan posbindu. Namun selama pandemi segala kegiatan yang
mengumpulkan orang banyak sempat terhenti, dan mulai berjalan lagi untuk
posyandu balita. Warga yang sakit biasa memeriksakan diri atau anggota keluarga
yang sakit ke bidan desa dan juga ke Puskesmas Gatak.

23
c. Karakteristik Penduduk

Penduduk dukuh Kaworan tinggal menetap dan bermata pencaharian sebagian


besar sebagai buruh dan swasta, dengan mayoritas penduduk memeluk agama Isam.
Tipe penduduk Dukuh Kaworan adalah agraris, industri dengan struktur
pemerintahan RW yang terdiri dari 5 RT.

3. Fasilitas umum yang ada

Terdapat 3 bangunan masjid dan beberapa mushola. Tidak terdapat bangunan


sekolah ataupun pasar. Agenda perkumpulan warga biasa dilakukan di rumah-rumah
warga secara bergantian.

4. Hygiene sanitasi

Sebagian besar rumah bersih dan tertata dengan baik, tapi ada beberapa rumah
yang terlihat kotor dan kurang terawat. Jarak rumah satu dengan lainnya cukup dekat
dan bersebelahan dengan sawah, selokan. Penduduk setempat biasa membuang
sampah dan membakarnya di halaman rumah. Adapula dengan iuran kebersihan.
Pembuangan air limah di selokan atau got yang memiliki aliran yang lancar (tidak
tersumbat dan melimpah).

5. Organisasi masyarakat

6. Tokoh masyarakat

7. Sumber-sumber vektor
8. Kejadian wabah dalam 1 tahun terakhir

B. Data Khusus (Penduduk)


1. Jumlah penduduk berdasarkan kelamin
Berdasarkan data yang didapatkan dari dukuh Kaworan penduduk dengan jenis
kelamin laki laki sebanyak 393 (48%) jiwa sedangkan penduduk dengan jenis kelamin
perempuan sebanyak 428 (52%) jiwa. Sehingga total penduduk dukuh Kaworan
sebanyak 821 jiwa.

24
Diagram 1. Distribusi Penduduk berdasarkan kelamin

2. Jumlah penduduk berdasarkan usia


Berdasarkan data yang didapatkan dari dukuh Kaworan jumlah balita berdasarkan
usia <1 tahun berjumlah 12 jiwa (18%), dan usia 1 – 4 tahun berjumlah 55 (82%).

Diagram 2. Distribusi Penduduk berdasarkan usia

3. Jumlah penduduk berdasarkan pekerjaan


Berdasarkan diagram dibawah dari 811 jiwa penduduk diketahui 232 jiwa tidak
memiliki pekerjaan, perkerjaan swasta 230 jiwa, pekerjaan buruh 211 jiwa, pekerjaan
lain-lain 76 jiwa, pekerjaan petani 30 jiwa, pensiunan 26 jiwa, dan PNS 6 jiwa.

25
Diagram 3. Distribusi Penduduk berdasarkan pekerjaan

C. Agregat Dalam Komunitas


1. Data Sekunder
a. Agregat Balita
Pengkajian data sekunder diperoleh melalui wawancara langsung pada orang
tua balita di Dukuh Kaworan. Berdasarkan data dari Puskesmas Gatak dan bidan
desa diperoleh jumlah keseluruhan warga sebanyak 811 jiwa, dengan jumlah balita
sebanyak 67 anak.

1) Distribusi balita

26
Diagram 4. Distribusi Balita
Interpretasi: diagram di atas menggambarkan distribusi balita yang berada
dalam keluarga berdasarkan balita yang menderita sakit dalam waktu 6 bulan
terakhir. Dari 67 balita yang memiliki riwayat sakit dalam 6 bulan terakhir
sebanyak 54 balita (81%) dan yang tidak memiliki riwayat sakit yaitu sebanyak
13 balita (19%).
2) Distribusi penyakit yang diderita balita

Diagram 5. Distribusi Penduduk berdasarkan kelamin

Interpretasi: diagram di atas menggambarkan distribusi balita yang sakit di


Posyandu Kaworan. Dari 67 balita mayoritas memiliki riwayat demam sebanyak
33 balita (61,1%), diare 12 balita (22,2%) dan flu dan batuk 9 balita (16,7%).
Menurut hasil wawancara pada ibu balita mayoritas mengatakan jika anak demam

27
dilakukan menggunakan air hangat di daerah dahi saja. Hasil observasi ditemukan
beberapa balita yang tidak mengikuti kegiatan posyandu secara rutin.
3) Distribusi balita berdasarkan kebiasaan berobat

Diagram 6. Distribusi Penduduk berdasarkan kebiasaan berobat

Interpretasi: diagram di atas menggambarkan distribusi balita berdasarkan


kebiasaan berobat. Distribusi tertinggi pada balita ketika sakit yaitu berobat ke
perawat/bidan desa yaitu sejumlah 22 balita (41%), ke puskesmas sebanyak 17
balita (31%), diobati sendiri 10 balita (19%), tidak diobati 3 balita (5%), dan ke
rumah sakit 2 balita (4%).

D. Pengkajian Masalah
1. Demam
Berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan didapatkan jumlah perkiraan
penderita demam pada balita sebanyak 33 balita. Hasil wawancara dari orang tua
didapatkan hasil bahwa orang tua belum mengetahui posisi yang tepat untuk melakukan
kompres demam, jika balita mengalami demam rata-rata orang tua hanya mengompres
pada bagian dahi.
2. Diare
Berdasarkan data balita di dusun Kaworan sebanyak 12 balita dari total 67 balita
memiliki riwayat. Artinya ada 22,2% balita memiliki riwayat diare. Sedangkan

28
berdasarkan hasil wawancara dengan orangtua balita didapatkan data bahwa beberapa
balita pernah mengalami diare namun untuk saat ini tidak ada balita yang diare.
Menurut orang tua, penyebab diare paling sering dikarenakan balita yang sering jajan
sembarangan, dan tidak mencuci tangan setelah bermain. Hasil wawancara dengan
orang tua balita ditemukan tanda dan gejala ketika terkena diare adala BAB encer
sekitar 3 sampai 5 kali perhari, suhu tubuh meningkat, badan lemas.

E. Analisa Data
No. DATA FOKUS ETIOLOGI PROBLEM
1. DS : Rendahnya Ketidaktepatan
- Berdasarkan hasil wawancara yang tingkat penanganan
dilakukan pada orang tua balita didapatkan pengetahuan demam pada balita
hasil kurangnya pengetahuan orang tua orang tua
tentang penanganan demam pada anaknya. tentang
- Berdasarkan wawancara dengan bidan desa penanganan
beberapa orang tua tidak langsung demam
membawa anak yang demam ke fasilitas
kesehatan terdekat.
- Hasil wawancara dengan orang tua balita
jika anak mengalami demam dilakukan
kompres hangat di daerah dahi.
DO :
- Berdasarkan data yang didapatkan dari Bu
Bayan Dukuh Kaworan, jumlah balita
secara keseluruhan adalah 67 balita dan
dari hasil screening yang kami lakukan
didapatkan 33 balita mengalami demam.
2 DS : Tingginya Lingkungan yang
- Berdasarkan hasil wawancara dengan angka kurang bersih dan
orang tua balita didapatkan beberapa balita kejadian diare kebiasaan yang
pernah mengalami diare namun untuk saat pada balita di kuang sehat

29
ini tidak ada balita yang diare. Dukuh
- Hasil wawancara dengan orang tua balita Kaworan
didapatkan bahwa penyebab diare paling
sering dikarenakan balita yang sering jajan
sembarangan, dan kebiasaan anak yang
tidak mencuci tangan setelah bermain.
- Hasil wawancara dengan orang tua balita
yang pernah mengalami diare, yaitu
diberikan penanganan awal dengan
meminum jus jambu dan beberapa balita
dibawa ke Bu Bidan Desa.
DO :
- Beberapa lingkungan sekitar rumah
terlihat kotor dan berdebu.
- Data hasil screening yang sudah dilakukan
di dusun Kaworan dengan riwayat diare
tercatat 12 balita dari total 67 balita.
Artinya ada 22,2% balita yang memiliki
riwayat diare.

30
F. Skoring Balita Gizi Kurang

Diagnosa Kriteria Keterangan


No
Keperawatan A B C D E F G H I J K L
1 Ketidaktepatan Keterangan Kriteria:
penanganan demam A. Sesuai dengan perawat komunitas
B. Risiko terjadi
pada balita
C. Risiko parah
berhubungan dengan
4 3 2 5 4 4 4 4 4 4 4 4 D. Potensi untuk pendididkan kesehatan
rendahnya tingkat E. Interst untuk komunitas
pengetahuan orang F. Kemungkinana diatasi
tua tentang G. Relevan dengan program
H. Tersedianya tempat
penanganan demam
2 Lingkungan yang I. Tersedianya waktu
J. Tersedianya dana
kurang bersih dan
K. Tersedianya fasilitas
kebiasaan yang
L. Tersedianya sumber daya
kurang sehat Ketarangan Pembobotan:
berhubungan dengan 4 3 2 5 3 3 3 3 3 4 4 4 1 : Sangat Rendah
tingginya angka 2 : Rendah
3 : Cukup
kejadian diare pada
4 : Tinggi
balita di Dukuh
5 : Sangat Tinggi
Kaworan

31
G. Prioritas Diagnosa
1. Ketidaktepatan penanganan demam pada balita berhubungan dengan rendahnya tingkat pengetahuan orang tua
tentang penanganan demam.
2. Lingkungan yang kurang bersih dan kebiasaan yang kurang sehat berhubungan dengan tingginya angka kejadian
diare pada balita di Dukuh Kaworan

32
H. Rencana Keperawatan Balita Gizi Kurang
RENCANA KERJA (PLANNING OF ACTION)
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
Penanggung
No Masalah Tujuan Rencana Kegiatan Sasaran Waktu Tempat
jawab
1 Ketidaktepatan TUPAN: 1 Berikan pendidikan Orang Senin, Balai Desa Mahasiswa
penanganan demam Setelah dilakukan tindakan kesehatan dan tua Geneng Profesi Ners
15 Maret
pada balita keperawatan selama 3 mendemonstrasikan teknik balita
2021 Pukul
berhubungan dengan minggu diharapkan orang water tapid sponge
09.00 WIB
rendahnya tingkat tua mampu menangani 2 Mengevaluasi
s.d selesai
pengetahuan orang demam pada balita dengan pengetahuan orang tua
tua tentang tepat dengan
penanganan demam TUPEN: mendemonstrasikan ulang
Setelah dilakukan tindakan teknik water tapid sponge
keperawatan selama 1 x 60 3 Buat media penyuluhan
menit diharapkan: seperti lembar balik dan
1 Pengetahuan orang tua leaflet
tentang penanganan
demam pada balita

33
meningkat
2 Orang tua mau
mengaplikasikan cara
penanganan demam pada
balita dengan tepat
3 Orang tua mampu
melakukan penanganan
demam pada balita
dengan tepat
2 Lingkungan yang TUPAN: 1. Berikan pendidikan Orang Senin, Balai Desa Mahasiswa
kurang bersih dan Setelah dilakukan tindakan kesehatan mengenai tua dan Geneng Profesi Ners
15 Maret
kebiasaan yang keperawatan selama 3 diare dan PHBS balita
2021 Pukul
kurang sehat minggu diharapkan 2. Berikan pendidikan dengan
09.00 WIB
berhubungan dengan penanganan diare pada kesehatan dan gizi
s.d selesai
tingginya kejadian balita dan PHBS meningkat demontrasi tentang kurang
diare pada balita di TUPEN: pembuatan larutan gula
Dukuh Kaworan Setelah dilakukan tindakan dan garam (oralit)
keperawatan selama 1 x 60 3. Buat media penyuluhan
menit diharapkan: seperti lembar balik dan
1. Pengetahuan orang tua leaflet

34
tentang diare dan PHBS
meningkat
2. Orang tua mau
memeriksakan anaknya
yang mengalami tanda
gejala diare
3. Orang tua mampu untuk
melakukan penanganan
diare dan PHBS dengan
tepat

35

Anda mungkin juga menyukai