Anda di halaman 1dari 62

BUPATI BELU

PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR


PERATURAN BUPATI BELU
NOMOR : 11 TAHUN 2021
TENTANG
ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN BELU
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI BELU,
Menimbang : a. bahwa angka kesakitan akibat malaria di Kabupaten
Belu yang ditunjukkan dengan data Annual Parasite
Incidence (API) masih tinggi yakni 0,23‰ pada Tahun
2019;
b. bahwa dalam rangka mempercepat pencapaian target
eliminasi malaria secara Nasional ditetapkan Tahun
2030 dan secara Provinsi ditetapkan Tahun 2023,
maka Pemerintah Kabupaten Belu perlu mengambil
langkah-langkah percepatan untuk mengeliminasi
malaria menuju Belu eliminasi malaria Tahun 2023;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu
menetapkan Peraturan Bupati tentang Eliminasi
Malaria Di Kabupaten Belu;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang
Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat I, Dalam Wilayah
Daerah-Daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat
Dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1958 Nomor 122, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1655);

1
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5679);
3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 45 Tahun 2014
tentang Penyelenggaraan Surveilans Kesehatan (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1113);
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 68 Tahun 2015
tentang Pedoman Jejaring Dan Pemantapan Mutu
Laboratorium Malaria (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 1858);
5. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 293 / Menkes /
SK /IV / 2009 tentang Eliminasi Malaria Di Indonesia;
6. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/
MENKES/556/2019 tentang Pedoman Nasional
Pelayanan Kedokteran Tatalaksana Malaria;
7. Peraturan Gubernur Nusa Tenggara Timur Nomor 11
Tahun 2017 tentang Eliminasi Malaria Di Provinsi
Nusa Tenggara Timur (Berita Daerah Nusa Tenggara
Timur Tahun 2017 Nomor 011);

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG ELIMINASI MALARIA DI


KABUPATEN BELU.

2
BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Bupati ini, yang dimaksud dengan :


1. Daerah adalah Kabupaten Belu.
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Belu.
3. Bupati adalah Bupati Belu
4. Dinas Kesehatan adalah Dinas Kesehatan Kabupaten Belu.
5. Kepala Dinas Kesehatan adalah Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten
Belu.
6. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna
yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat
darurat.
7. Puskesmas/Klinik adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan dasar yang
menyediakan pelayanan rawat jalan dan rawat inap.
8. Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit
Plasmodium (Plasmodium Falciparum, Plasmodium Vivax, Plasmodium
Ovale, Plasmodium Malariae dan Plasmodium Knowlesi) yang ditularkan
oleh nyamuk Anopheles betina.
9. Program pengendalian malaria yang selanjutnya disebut pengendalian
malaria adalah upaya secara sistematis, terintegrasi, menyeluruh dan
terpadu untuk mempercepat pencapaian eliminasi malaria di
Kabupaten Belu Tahun 2023.
10. Eliminasi malaria adalah suatu upaya untuk menghentikan penularan
malaria setempat dalam satu wilayah geografis tertentu, dan bukan
berarti tidak ada kasus malaria impor serta sudah tidak ada vektor
malaria di wilayah tersebut, sehingga tetap dibutuhkan kegiatan
kewaspadaan untuk mencegah penularan kembali.
3
11. Obat Anti Malaria yang selanjutnya disingkat OAM adalah kombinasi
obat artemisine atau Artemisine Combination Therapy dan jenis
kombinasi lain sesuai dengan standar tatalaksana pengobatan malaria
yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
12. Tahap Pemberantasan adalah tahapan penanggulangan malaria dalam
suatu wilayah geografis tertentu dimana jumlah kasus malaria yang
ada sama dengan atau lebih dari 5 (lima) per 1000 (seribu) penduduk
yang diperiksa sediaan darahnya per tahun dalam suatu wilayah
geografis tertentu.
13. Tahap pemeliharaan adalah tahapan dimana tidak ditemukan lagi
adanya penularan kasus malaria dalam suatu wilayah geografis
tertentu selama tiga tahun berutut-turut atau lebih namun masih
terdapatnya potensi ancaman terjadinya penularan malaria karena
masih adanya nyamuk penular malaria dan kemungkinan adanya
kasus malaria yang tertular dari luar daerah geografis tersebut di atas.
14. Gebrak Malaria adalah adalah suatu gerakan nasional seluruh
komponen masyarakat untuk memberantas malaria secara intensif
melalui kemitraan antara pemerintah, dunia usaha, lembaga swadaya
dan badan internasional serta penyandang dana.
15. Mikroskopis malaria adalah tenaga yang melakukan pemeriksaan
sediaan darah untuk menentukan adanya parasit malaria melalui
pemeriksaaan dengan menggunakan mikroskop.
16. Pengendalian vektor adalah berbagai upaya yang dilakukan oleh
Pemerintah Daerah bersama masyarakat untuk mengurangi tempat
perkembangbiakan nyamuk dan mengurangi populasi nyamuk infektif.
17. Surveilans adalah upaya pengamatan yang dilakukan terus menerus
dan sistimatik dalam bentuk pengumpulan data, analisis data,
iterpretasi data dan desiminasi informasi hasil interpretasi data.
18. Desa/Kelurahan Siaga Aktif adalah Desa/Kelurahan yang
penduduknya memiliki kesiapan sumberdaya dan kemampuan serta
kemauan untuk mencegah masalah-masalah kesehatan, bencana dan
kegawat daruratan secara mandiri.

4
19. Wilayah reseptif adalah daerah yang cepat terjadi penularan malaria
karena masih ditemukannya nyamuk Anopheles dalam jumlah besar
dan terdapatnya faktor-faktor ekologis dan iklim yang memudahkan
penularan.
20. Reseptivitas adalah tingkat kemungkinan terjadinya penularan malaria
di suatu wilayah.
21. Vulnerabilitas adalah dekatnya suatu daerah dengan daerah malaria
atau kemungkinan masuknya penderita malaria/vektor yang telah
terinfeksi ke daerah tersebut, biasanya disebabkan oleh migrasi
penduduk/vektor dari daerah malaria maupun ke daerah malaria yang
cukup tinggi.
22. Larvasidasi adalah kegiatan pemberantasan jentik dengan menaburkan
bubuk larvasida ke tempat-tempat perindukan nyamuk.
23. Kelambu berinsektisida adalah kelambu yang telah dilapisi dengan zat
anti nyamuk.
24. Repellent adalah sejenis obat anti nyamuk yang berbentuk lotion/krim
maupun cairan yang diusapkan ke bagian tubuh untuk melindungi
tubuh dari gigitan nyamuk.
25. Surveilans vektor adalah kegiatan pengamatan keberadaan vektor
penular malaria termasuk pengamatan jumlah, kepadatan, penyebaran
dan dinamika nyamuk Anopheles.
26. Resistensi vektor adalah kemampuan suatu vektor penular malaria
bertahan hidup terhadap dosis toksik insektisida yang mematikan
sebagian besar populasi.
27. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya disingkat KLB adalah suatu
peningkatan jumlah kasus yang melebihi keadaan biasa, pada waktu
tertentu dan daerah tertentu.

5
BAB II

MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN

Pasal 2

(1) Maksud Peraturan Bupati ini Sebagai Pedoman bagi Pemerintah


Daerah dalam upaya menggerakkan, menyelaraskan, dan
mengkoordinasikan berbagai lintas program dalam rangka pelaksanaan
kegiatan eliminasi malaria.
(2) Tujuan dari Peraturan Bupati ini adalah terwujudnya eliminasi malaria
di Kabupaten Belu Tahun 2023.
Pasal 3

Sasaran dari Peraturan Bupati ini meliputi :

a. seluruh Organisasi Perangkat Daerah terkait, Kecamatan,


Desa/Kelurahan perlu berkomitmen dan memberikan dukungan
sumber daya yang diperlukan dalam pelaksanaan percepatan
eliminasi malaria;
b. semua jenjang pelayanan kesehatan seperti Rumah Sakit Umum
milik Pemerintah dan Swasta, Puskesmas, dan fasilitas kesehatan
lainnya perlu terbentuk dan berfungsinya sistem pelayanan dan
manajemen program malaria agar mampu memberikan informasi dan
pelayanan yang bermutu sesuai standar untuk mendukung
pelaksanaan percepatan eliminasi malaria;
c. seluruh kelompok fungsional seperti Tim Penggerak Pembinaan
Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK), pemuda, tokoh agama dan tokoh
masyarakat, kelompok dunia usaha, Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM), sekolah dan universitas, serta organisasi profesi perlu
mendukung pelaksanaan percepatan eliminasi malaria;
d. seluruh anggota keluarga terutama keluarga yang tinggal di daerah
endemis dan daerah resiko tinggi malaria mampu mengenal,
mencegah dan mengatasi gejala dini malaria serta mampu membuat
keputusan untuk mencari pertolongan segera jika terinfeksi atau
merasa terinfeksi penyakit malaria untuk mendukung pelaksanaan
eliminasi malaria;

6
e. terbentuknya malaria centre di kabupaten, kecamatan dan
desa/kelurahan;
f. terciptanya lingkungan yang bebas dari penularan malaria;

BAB III

SISTEMATIKA DAN KERJASAMA

Pasal 4

(1) Eliminasi malaria di Kabupaten Belu dijabarkan dalam satu dokumen


yang disusun dengan sistematika sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
BAB II ANALISIS SITUASI MALARIA KABUPATEN BELU
BAB III TAHAPAN, TARGET DAN INDIKATOR PERCEPATAN
ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN BELU
BAB IV STRATEGI PERCEPATAN ELIMINASI MALARIA
BAB V KEGIATAN POKOK PADA SETIAP TAHAPAN MENUJU
ELIMINASI MALARIA KABUPATEN BELU TAHUN 2023
BAB VI MONITORING DAN EVALUASI
BAB VII PENILAIAN ELIMINASI MALARIA KABUPATEN BELU
BAB VIII PERAN PEMERINTAH, KELOMPOK MASYARAKAT DAN
INSTITUSI PENDIDIKAN
BAB IX PENUTUP
(2) Eliminasi Malaria di Kabupaten Belu sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran dan merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.

Pasal 5

Pemerintah dapat melakukan kerjasama dengan pihak ketiga untuk


mendukung percepatan eliminasi malaria di Kabupaten Belu Tahun 2023.

7
BAB IV

PENDANAAN

Pasal 6

Biaya penyelenggaraan kegiatan percepatan eliminasi malaria Kabupaten


Belu Tahun 2023 dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah serta sumber dana lain yang sah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

8
9
LAMPIRAN PERATURAN BUPATI BELU

NOMOR : 11 TAHUN 2021

TANGGAL : 17 MEI 2021

ELIMINASI MALARIA

DI KABUPATEN BELU TAHUN 2023

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan
Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit
Plasmodium dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina.
Penyakit ini masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat di
Indonesia termasuk di Belu, yang mempengaruhi angka kematian bayi,
anak umur di bawah lima tahun dan ibu melahirkan serta menurunkan
produktifitas kerja.

Malaria juga menyebabkan kerugian dari sektor pariwisata akibat


ancaman penyakit ini kepada para wisatawan. Pada sektor pendidikan, 8%
ketidakhadiran siswa di sekolah adalah akibat penyakit malaria.

Secara nasional, 75-80% kasus malaria di Indonesia berasal dari


kawasan Indonesia Timur (Papua, Papua Barat, Maluku, Maluku Utara dan
Nusa Tenggara Timur). Jumlah kasus malaria di Nusa Tenggara Timur
tertinggi kedua di Indonesia setelah Papua (Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, 2014).
Kasus malaria di Belu berasal dari kawasan dalam Kota. Jumlah
kasus malaria di Kabupaten Belu tertinggi pertama Kecamatan Kota
sebanyak 323 kasus, kedua Kecamatan Atambua Barat 197 (seratus
sembilan puluh tujuh) kasus dan ketiga Kecamatan Atambua Selatan 117
(seratus tujuh belas) kasus pada Tahun 2017 (Data Dinas Kesehatan
Kabupaten Belu, 2020).
Tingginya kasus malaria berpengaruh pada tingginya beban sektor
kesehatan baik di Rumah Sakit maupun Puskesmas. Malaria selalu masuk

10
dalam 10 (sepuluh) besar penyakit di Puskesmas dan Rumah Sakit di
Kecamatan Kota, Kecamatan Atambua Barat dan Kecamatan Atambua
Selatan (Data Dinas Kesehatan Kabupaten Belu, 2020).
Berbagai upaya telah dilakukan untuk menurunkan angka kesakitan
dan kematian akibat malaria yang meliputi kegiatan penemuan dan
pengobatan penderita, pemberantasan nyamuk dan upaya perlindungan diri
terhadap gigitan nyamuk melalui pemakaian kelambu anti nyamuk,
sehingga sampai saat ini angka kesakitan dan kematiam akibat malaria di
Kabupaten Belu sudah menurun dari 261 (dua ratus enam puluh satu)
kasus pada tahun 2018 menjadi 47 (empat puluh tujuh) kasus pada tahun
2019 (Data Dinas Kesehatan Kabupaten Belu, 2020).
Faktor yang diduga menjadi penyebab lambannya penurunan angka
kesakitan malaria di Kabupaten Belu meliputi faktor teknis dan non teknis,
faktor teknis antara lain banyaknya tempat perindukan nyamuk sebagai
vektor malaria di Belu dan tingginya angka kepadatan nyamuk. Keadaan
lingkungan seperti curah hujan, kelembaban dan suhu yang optimal
mendukung perkembangbiakan nyamuk, kurang akurat dan tidak validnya
data epidemiologi, entomologi, parasitologi dan perilaku penduduk sebagai
informasi dalam intervensi. Faktor non-teknis meliputi tingkat keterlibatan
masyarakat dalam upaya-upaya pemberantasan nyamuk, tindakan
pencarian pengobatan pada saat sakit termasuk di dalamnya kepatuhan
minum obat malaria dan dukungan pemerintah daerah dalam upaya
pemberantasan malaria di Daerah.
Pemerintah telah mencanangkan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
(GERMAS) sebagai penguatan upaya promotif dan preventif masyarakat.
Tujuan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat, antara lain:
1. menurunkan beban penyakit menular dan penyakit tidak menular, baik
kematian maupun kecacatan;
2. menghindarkan terjadinya penurunan produktivitas penduduk
3. menurunkan beban pembiayaan pelayanan kesehatan karena
meningkatnya penyakit dan pengeluaran kesehatan. Prinsip Gerakan
Masyarakat Hidup Sehat, yaitu Kerjasama multisektor; Keseimbangan
masyarakat; keluarga dan individu; Pemberdayaan masyarakat;
4. penguatan sistem kesehatan; Pendekatan siklus hidup; Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN); dan berfokus pada pemerataan layanan.

11
Di Indonesia wujud Gerakan Masyarakat Hidup Sehat dalam
pemberantasan malaria dilakukan melalui Gerakan Berantas Kembali
Malaria (Gebrak Malaria) yang dicanangkan oleh Menteri Kesehatan pada 8
April 2000 di Kupang, Nusa Tenggara Timur. Gerakan tersebut merupakan
gerakan Nasional seluruh aspek bangsa dalam upaya memberantas malaria
secara intensif yang melibatkan jaringan kerjasama pemerintah, swasta,
masyarakat, Lembaga Swadaya Masyarakat, badan internasional dan
penyandang dana. Untuk mengeliminasi malaria, maka pelaksanaan Gebrak
Malaria harus dilaksanakan secara intensif dan komprehensif, sehingga
malaria tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyakat.

Permasalahan dalam upaya pemberantasan malaria di Kabupaten


Belu antara lain:

a. tatalaksana dan manajemen kasus malaria termasuk di dalamnya


manajemen dan distribusi logistik malaria yang belum berjalan optimal;
b. kondisi lingkungan yang mendukung penularan malaria masih tinggi;
c. surveilans kasus dan nyamuk malaria belum optimal;
d. perilaku masyarakat dalam pencegahan malaria belum optimal;
e. alokasi dana untuk pemberantasan malaria di Daerah termasuk di
kabupaten/kota masih rendah;
f. sumber daya untuk program malaria belum mencukupi baik kuantitas
maupun kualitas; dan
g. kerjasama lintas program dan lintas sektor belum optimal.
Menindaklanjuti Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
293/Menkes/SK/IV/2009 tentang Eliminasi Malaria Di Indonesia. Tujuan
dari Keputusan Menteri tersebut adalah terwujudnya masyarakat yang
hidup sehat dan terbebas dari penularan malaria secara bertahap hingga
Tahun 2030 dengan demikian Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur
menerbitkan Peraturan Gubernur Nomor 11 Tahun 2017 tentang Eliminasi
Malaria Di Nusa Tenggara Timur Tahun 2023.

Dalam rangka pelaksanaan Peraturan Gubernur Nomor 11 Tahun


2017 tentang Eliminasi Malaria Di Nusa Tenggara Timur, Pemerintah
Kabupaten Belu melakukan upaya percepatan pemberantasan malaria
menuju Belu eliminasi malaria Tahun 2023.

12
BAB II

ANALISIS SITUASI MALARIA DI KABUPATEN BELU

1.2 Situasi Malaria di Kabupaten Belu Tahun 2015 - 2019

Kasus malaria di Kabupaten Belu dalam kurun waktu Lima tahun (2015 –
2019) menunjukkan penurunan yang siginifikan sebesar 89%. Tahun 2015 kasus
malaria yang terkonfirmasi pemeriksaan laboratorium sebanyak 3.256 (tiga ribu
dua ratus lima puluh enam) kasus, menurun menjadi 47 (empat puluh tujuh)
kasus di tahun 2019. API juga menurun dari 16.2 (enam belas koma dua) per 1000
(seribu) penduduk menjadi 0,23 (nol koma dua puluh tiga) per 1000 (seribu)
penduduk dalam kurun waktu yang sama, terlihat pada Gambar 1 dan Gambar 2.

Gambar 1. Trend Kasus Malaria dan Annual Parasite Incidence di Kabupaten Belu
Tahun 2015 - 2019

35000
29239 31380
30000 30141 27527
25000 26033
20000
15000 Jmlh Yg Diperiksa
10000 Jmlh Yg Positif
5000 3256
2181
1232
0 161 47
2015 2016
2017 2018
2019

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Belu Tahun 2020

13
Gambar 2. Annual Parasite Incidence Malaria per Kecamatan di Kabupaten Belu
Tahun 2016

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Belu Tahun 2020

1.2.1 Situasi malaria di Kabupaten Belu Tahun 2019 berdasarkan Annual


Parasite Incidence
Kasus malaria dan Annual Parasite Incidence di Kabupaten Belu
tahun 2019 sebanyak 47 (empat puluh tujuh) kasus dengan Annual
Parasite Incidence sebesar 0,23 (nol koma dua puluh tiga) per 1000 (seribu)
penduduk, lebih rendah 85% dibanding Tahun 2018.

Saat ini Kecamatan Tasifeto Barat masih menjadi penyumbang


kasus malaria terbanyak di Kabupaten Belu dengan Annual Parasite
Incidence sebesar 0.15 (nol koma lima belas) per 1000 (seribu) penduduk
(Data Din Kesehatan Kabupaten Belu, 2020) .

Sampai saat ini terdapat 8 (Delapan) Kecamatan yang tidak


ditemukan kasus malaria atau dengan nol kasus malaria indogenous di
Kabupaten Belu Tahun 2019 adalah Kecamatan Kakuluk Mesak,
Kecamatan Lasiolat, Kecamatan Lamaknen, Kecamatan Lamaknen Selatan,

14
Kecamatan Nanaet Dubesi, Tasifeto Timur, Kecamatan Kota Atambua dan
Kecamatan Atambua Selatan (Data Din Kesehatan Kabupaten Belu, 2020).

1.2.2 Situasi malaria berdasarkan jenis parasit


Kasus malaria berdasarkan jenis parasit di Kabupaten Belu masih
didomoinasi Malaria yang disebabkan oleh P. Palcipharum. Jumlah kasus
malaria P. Palcipharum Tahun 2019 sebanyak 30 (tiga puluh) kasus (63%)
dari total 47 (empat puluh tujuh) kasus. Kondisi ini disebabkan karena
banyaknya kasus malaria yang dibawa dari luar daerah/kasus impor
(Papua). Gambar 3.

Gambar 3. Kasus Malaria Berdasarkan Jenis Parasit di Kabupaten Belu Tahun


2019

2019
30
25 30
20
15 13
10 2019
5
4
0
PF PV PMIX

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Belu Tahun 2020

1.2.3 Stratifikasi Malaria Kecamatan menuju Eliminasi Malaria di


Kabupaten Belu
Indikator stratifikasi eliminasi malaria adalah API <1 per 1000
penduduk dan SPR <5%. Tren pencapaian Annual Paracite Incidence (API),
Annual Blood Examination Rate (ABER) & Slide Positive Rate (SPR) Malaria
Kab. Belu Tahun 2015 – 2019 terlihat pada Gambar 4.

15
Gambar 4. Tren pencapaian Annual Paracite Incidence (API), Annual Blood
Examination Rate (ABER) & Slide Positive Rate (SPR) Malaria Kab. Belu
Tahun 2015 – 2019

18
16 16.21
15 14.49 15.15
14
12.57 13.25
12
10 10.66 SPR
10.8
8 API
6 7.48
5.95 ABER
4 4.73
2 1.26 0.23
0 0.95 0.15
2015 2016 2017 2018 2019

1.2.4 Komponen Strategis Upaya Percepatan Eliminasi Malaria di Kabupaten


Belu

Komponen strategis upaya percepatan eliminasi malaria di


Kabupaten Belu Tahun 2023 meliputi:

a. penguatan kebijakan dan manajemen pengendalian malaria;


b. penemuan dini kasus malaria dan pengobatan yang tepat;
c. pencegahan Malaria;
d. penguatan peran serta masyarakat dan komunikasi, informasi,
edukasi;
e. pengendalian malaria pada kelompok rentan/khusus (Vulnerabel
Grup);
f. penguatan sistem surveilans epidemiologi dan penanggulangan
Kejadian Luar Biasa malaria; dan
g. penguatan dukungan lintas sektor terkait, sektor swasta, institusi
pendidikan dan lembaga penelitian.

16
BAB III

TAHAPAN, TARGET DAN INDIKATOR PERCEPATAN ELIMINASI MALARIA DI


KABUPATEN BELU

1.3 Tahapan Menuju Eliminasi Malaria di Kabupaten Belu


Tahapan Percepatan eliminasi malaria di Kabupaten Belu tahun 2023
terdiri dari Pemberantasan, Pra Eliminasi, Eliminasi dan Pemeliharaan
(pencegahan penularan kembali), seperti terlihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Tahapan Percepatan Eliminasi Malaria di Kabupaten Belu


Tahun 2023

Sertifikasi Nasional

API <1 kasus/1000 Kasus Indigenous 0


SPR <5%

3 Tahun

Pemberantasan Pra Eliminasi Eliminasi Pemeliharaan

Tahun Tahun Tahun Tahun


2018-2019 2020-2021 2022-2023 2023-2026

Gambaran situasi yang dicapai pada setiap tahapan eliminasi malaria


di Kabupaten Belu sebagai berikut:

1. Tahap Pemberantasan:
a. pada tahap ini Belum semua unit pelayanan kesehatan mampu
memeriksa kasus malaria secara laboratorium (Mikroskopis);
b. cakupan pelayanan dan sumber daya terbatas;
c. bila semua penderita demam di unit pelayanan kesehatan sudah
dilakukan pemeriksaan sediaan darah, maka Slide Positif Rate
(SPR) masih > 5%;

17
d. adanya upaya pengendalian malaria secara intensif untuk
mencapai SPR< 5%; dan
e. adanya keterlibatan pemerintah, pemerintah daerah, swasta,
LSM, organisasi Profesi, Lembaga internasional dan lembaga
donor lainnya (pembentukan Tim Gebrak Malaria atau forum
kerja sama lain yang sudah ada di Kabupaten dan
Kabupaten/Kota).
2. Tahap Pra Eliminasi:
a. pada tahap ini semua unit pelayanan kesehatan sudah mampu
memeriksa kasus malaria secara laboratorium (mikroskopis);
b. semua penderita klinis malaria di unit pelayanan kesehatan
sudah dilakukan pemeriksaan sediaan darah dan Slide Positif
Rate (SPR) mencapai < 5%;
c. adanya peningkatan kualitas dan cakupan upaya pengendalian
malaria (surveilans, penemuan dan pengobatan, pemberantasan
vektor) untuk mencapai Annual Parasite Incidence (API) < 1/1000
penduduk berisiko;
d. adanya peningkatan keterlibatan pemerintah, pemerintah daerah,
swasta, LSM, organisasi profesi, lembaga internasional, lembaga
donor dan lain-lain (pembentukan Tim Gebrak Malaria atau
forum kerja sama lain yang sudah ada di Tingkat Kabupaten,
Kecamatan dan Desa/Kelurahan); dan
e. tersedianya peraturan perundangan yang mendukung kebijakan
dan sumber daya untuk melaksanakan eliminasi malaria.
3. Tahap Eliminasi:
a. pada tahap ini Annual Parasite Incidence (API) sudah mencapai
<1/1000 penduduk berisiko dalam wilayah Kabupaten Belu;
b. surveilans sudah berjalan dengan baik termasuk Active Case
Detection (ACD)
c. reorientasi program menuju tahap eliminasi kepada semua
petugas kesehatan pemerintah maupun swasta yang terlibat
dalam eliminasi sudah dicapai dengan baik;

18
d. lintas sektor terkait telah berperan secara penuh dan sinergis
mulai dari pemerintah daerah, LSM, organisasi profesi, lembaga
internasional, lembaga donor dan lain-lain dalam eliminasi
malaria sebagaimana diatur di dalam Peraturan perundang -
undangan; dan
e. upaya penanggulangan malaria dilakukan secara intensif
sehingga kasus dengan penularan setempat (indegenous) tidak
ditemukan dalam periode waktu satu tahun terakhir.
4. Tahap Pemeliharaan (Pencegahan Penularan Kembali):
a. mempertahankan kasus indigenous tetap nol;
b. kegiatan surveilans yang baik masih dipertahankan.
c. reorientasi program menuju tahap pemeliharaan kepada semua
petugas kesehatan pemerintah maupun swasta yang terlibat
dalam eliminasi sudah dicapai dengan baik; dan
d. adanya konsistensi tanggung jawab pemerintah daerah dalam
tahap pemeliharaan secara berkesinambungan dalam
kebijaksanaan, penyediaan sumber daya baik sarana dan
prasarana serta sumber daya lainnya sebagaimana diatur dalam
Peraturan Perundangan.
Perbedaan dasar pada setiap tahapan Percepatan Eliminasi Malaria di
Kabupaten Belu Tahun 2023 terlihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Perbedaan dasar pada setiap tahapan Percepatan Eliminasi Malaria di


Kabupaten Belu Tahun 2023

Deskripsi Tahap Tahap Tahap Tahap


Pemberantasan
Pra Eliminasi Eliminasi Pemeliharaan

Misi utama Menurunkan Menghentikan • Menghentikan Mencegah


angka penularan penularan timbulnya
kematian malaria malaria kasus
(mortalitas) setempat. setempat. malaria
dan angka • Kegiatan penularan
kesakitan surveilans di setempat.
(morbiditas) unit
malaria pelayanan
kesehatan
pemerintah
dan swasta,
mampu

19
Deskripsi Tahap Tahap Tahap Tahap
Pemberantasan
Pra Eliminasi Eliminasi Pemeliharaan

mendeteksi
dan
menghentikan
bila terjadi
penularan
malaria
Tujuan Menurunkan Menurunkan Menurunkan Mencegah
epidemiologi beban malaria jumlah fokus jumlah fokus timbulnya
aktif menjadi aktif menjadi kasus
nol. nol. malaria
setempat
Menurunkan Menurunkan yang
jumlah kasus jumlah kasus ditularkan
malaria malaria dari kasus
setempat setempat malaria
menjadi nol. menjadi nol. impor.

Indikator SPR <5% pada API <1 kasus Kasus Sertifikasi


transisi kasus suspek per 1.000 penularan Bebas
malaria penduduk setempat nol. Malaria
beresiko per
tahun

Status SPR >5% API <1 per API <1 per 1000 Tidak ada
(posisi Belu 1000 penduduk infeksi baru
Sekarang) penduduk (Posisi Nanti di
(Posisi transisi)
2023)
Tidak ada
kasus lokal

1.3.2 Indikator Pencapaian Eliminasi Malaria Belu Tahun 2023

Kabupaten Belu dinyatakan sebagai tereliminasi malaria yang


ditunjukkan dengan tidak ditemukan lagi kasus penularan setempat
(indigenous) selama 3 (tiga) tahun berturut-turut serta dijamin dengan
kemampuan pelaksanaan surveilans yang baik.

20
BAB IV
STRATEGI PERCEPATAN ELIMINASI MALARIA

1.4 Penguatan Kebijakan dan Manajemen Pengendalian Malaria


Tujuan:

a. mengembangkan kebijakan dan strategi pengendalian malaria yang


menyeluruh dan terpadu; dan
b. menyediakan dan mengembangkan sumber daya dalam Pengendalian
malaria di Kabupaten Belu.
Strategi:

a. sosialisasi dan advokasi untuk meningkatkan komitmen politik dan


penguatan kerjasama dalam menunjang Pengendalian malaria menuju
Belu bebas malaria;
b. penguatan kebijakan daerah yang menunjang pengendalian malaria di
Kabupaten Belu;
c. menguatkan sistem informasi malaria secara menyuluruh dan terpadu
sebagai dasar perencanaan dan pengambilan keputusan yang
berhubungan dengan pengendalian malaria di Kabupaten Belu;
d. melakukan perencanaan pengembangan sumber daya dengan
mengakomodasi perubahan kebijakan pengendalian malaria di tingkat
internasional, nasional dan lokal;
e. mengembangkan dan mengimplementasikan muatan lokal pengendalian
malaria untuk memperkaya kurikulum pendidikan tenaga kesehatan
pada institusi pendidikan tenaga kesehatan di Kabupaten Belu;
f. mengembangkan fasilitas pelayanan kesehatan model pengendalian
malaria; dan
g. mencari dukungan dana dari sumber-sumber lain untuk menunjang
Pengendalian pemberantasan malaria.
1.4.1 Penemuan dini kasus malaria dan pengobatan yang tepat
Tujuan:

a. menemukan semua kasus malaria secara aktif maupun pasif di


masyakat;
b. mengobati semua kasus malaria yang ditemukan sesuai standard
pengobatan yang tepat;

21
c. menyediakan logistik pengendalian yang mencukupi;
d. melaksanakan penjaminan mutu pemeriksaan dan pengobatan malaria;
dan
e. penguatan sistem rujukan malaria berat.
Strategi:

a. menjamin pemenuhan sumber daya dalam penemuan dini kasus


malaria;
b. menjamin pemenuhan sumber daya dalam pengobatan malaria yang
sesuai standar;
c. meningkatkan peran serta masyarakat dalam pencarian dan pengobatan
malaria khususnya pada daerah terpencil/sulit melalui peran aktif kader
kesehatan;
d. melibatkan peran penyedia pelayanan kesehatan swasta dalam
penemuan dan pengobatan kasus malaria sesuai standar; dan
e. meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang malaria dan pencarian
pengobatan malaria yang tepat.
1.4.2 Pencegahan Malaria
Tujuan:

a. melindungi masyarakat dari infeksi malaria dalam rangka penurunan


angka kesakitan dan kematian akibat malaria; dan
b. melaksanakan pengendalian nyamuk untuk mencegah penularan
malaria.
Strategi:

a. meningkatkan cakupan distribusi dan pemakaian kelambu anti nyamuk


di masyarakat dengan prioritas pada kelompok-kelompok berisiko: bayi,
anak-anak, ibu hamil dan masyarakat miskin;
b. meningkatkan peran serta masyarakat dalam pencegahan malaria dan
pemberantasan nyamuk;
c. mengelola lingkungan untuk mengurangi tempat perindukan nyamuk;
dan
d. melakukan monitoring dan evaluasi berkala tindakan pencegahan
malaria dan pemberantasan nyamuk.

22
1.4.3 Penguatan Peran Serta Masyarakat dan Komunikasi, Informasi, Edukasi
Tujuan:

meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan partisipasi masyarakat


untuk melakukan pencegahan, mencari pertolongan dan pengobatan
malaria yang tepat.

Strategi:

a. mengembangkan metode-metode atau sarana/media lokal yang memiliki


potensi sebagai sarana komunikasi yang efektif;
b. memberdayakan potensi masyarakat dalam pengendalian malaria
berbasis masyarakat;
c. mengembangkan pendekatan “Participatory Learning Action/PLA” (belajar
dan bertindak beRumah Sakitama) sebagai salah satu metode
pengendalian malaria berbasis masyarakat;
d. melakukan pendampingan masyarakat dalam rangka mengidentifikasi
masalah-masalah eliminasi malaria dan mencari lokal solusi sebagai
pemecah masalah; dan
e. melakukan pendampingan masyarakat dalam rangka mengidentifikasi
potensi lokal masyarakat dalam upaya percepatan eliminasi malaria di
tingkat desa.

1.4.4 Pengendalian Malaria pada Kelompok Rentan/Khusus (Vulnerabel Grup)


Tujuan:

a. meningkatkan upaya pelayanan kesehatan bagi kelompok masyarakat


yang memiliki risiko tinggi terinfeksi malaria yaitu: bayi, anak-anak, ibu
hamil, masyarakat miskin, daerah perbatasan dan terpencil; dan
b. memberdayakan masyarakat yang tergolong kelompok risiko tinggi
terinfeksi malaria namun tidak memiliki sumber daya yang cukup untuk
bisa berpartisipasi dalam program pemberantasan malaria melalui
promosi kesehatan, program pencegahan dan peningkatan akses
kesehatan.
Strategi:

a. mengidentifikasi dan memetakan kelompok-kelompok risiko tinggi


terinfeksi malaria: bayi, anak-anak, ibu hamil, masyarakat miskin,

23
perbatasan, untuk mendapat prioritas khusus dalam program
pemberantasan malaria;
b. mengembangkan program pemberantasan malaria khusus untuk
menjangkau masyarakat di daerah terpencil, masyarakat adat ataupun
kelompok masyarakat khusus seperti: masyarakat transmigran, daerah
pemukiman baru, kelompok explorasi tambang dan hutan, dan
masyarakat berpindah;
c. melakukan integrasi program malaria dengan program kesehatan
lainnya untuk memberikan pelayanan kesehatan yang lebih menyeluruh
dan terpadu; misalnya integrasi program malaria – kesehatan ibu dan
anak (KIA) dan imunisasi;
d. melakukan program khusus penjaringan malaria ibu hamil dan
pemeriksaan malaria bagi bayi dan anak-anak dalam rangka diagnosa
dini malaria bagi kelompok rentan; dan
e. mengoptimalkan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) di Puskesmas
dalam tatalaksana malaria.
1.4.5 Penguatan sistem surveilans epidemiologi dan penanggulangan
Kejadian Luar Biasa malaria
Tujuan:

a. meningkatkan kinerja sistem surveilans malaria pada semua fasilitas


kesehatan dan masyarakat untuk memonitor dan menghasilkan data
epidemiologi, entomologi, kelompok berisiko termasuk masyarakat/
kelompok masyarakat daerah terpencil dan daerah perbatasan, sebagai
bagian dari penguatan sistem pengambilan keputusan berbasis data
atau “evidence based decision making process”;
b. meningkatkan cakupan, akurasi data, ketepatan dan kelengkapan
laporan;
c. mendesain sistem kewaspadaan dini (early warning sistem) surveilans
malaria untuk deteksi dini KLB dan respons epidemi malaria secara
cepat dan tepat;
d. menurunkan angka kematian karena malaria; dan
e. meningkatkan informasi sistem rujukan.
Strategi:

a. menguatkan sistem surveilans, sistem pelaporan malaria dan surveilans


migrasi;

24
b. menentukan indikator kinerja dan indikator surveillans program
malaria;
c. menguatkan sistem surveillans untuk mendukung early warning sistem
dalam rangka mencegah KLB malaria;
d. mengembangkan Sistem Informasi Geografi (SIG) dan pemetaan daerah
risiko malaria untuk penentuan prioritas program, monitoring dan
evaluasi;
e. monitoring dan analisis data surveilans malaria yang lebih detail
menurut kelompok umur, jenis kelamin, etnis atau suku bangsa, riwayat
perjalanan dan pekerjaan untuk melihat beban penyakit malaria yang
lebih terfokus;
f. mendukung riset dan penelitian operational untuk memonitor resistensi
obat antimalaria dan resistensi nyamuk terhadap pestisida yang dipakai
dalam pengendalian malaria.
1.4.6 Penguatan dukungan lintas sektor terkait, sektor swasta, institusi
pendidikan dan lembaga penelitian
Tujuan:

a. memperkuat jejaring kerjasama dengan sektor swasta dalam


pengendalian malaria; dan
b. meningkatkan kerjasama dengan institusi pendidikan dan lembaga
penelitian dalam pengendalian malaria.
Strategi:

a. membuat regulasi dan kebijakan yang mengatur peran dan


tanggungjawab lintas sektor terkait, sektor swasta dalam pengendalian
malaria;
b. menjalin kerjasama dengan sektor swasta non kesehatan untuk
mendukung pengendalian malaria;
c. menjalin kerjasama dengan Lokal Penelitian dan Pengembangan
Pengendalian Penyakit BeRumah Sakitumber Binatang (Loka Litbang
P2B2) di Kabupaten Belu maupun dengan lembaga penelitian lainnya
baik di tingkat lokal, nasional dan internasional sebagai dukungan
upaya pengendalian malaria di Kabupaten Belu; dan
d. membentuk forum malaria centre.

25
BAB V
KEGIATAN POKOK PADA SETIAP TAHAP MENUJU
ELIMINASI MALARIA BELU 2023

1.5 Kegiatan pokok untuk mencapai tujuan pada setiap tahapan eliminasi
malaria di Kabupaten Belu Tahun 2023 sebagai berikut :

1. Penguatan kebijakan dan manajemen pengendalian malaria


Tahap

Pemberantasan Pra Eliminasi Eliminasi Pemeliharaan

1. Melakukan 1. Melakukan 1. Melakukan Penguatan


Sosialisasi dan Sosialisasi dan Sosialisasi dan sistem
Advokasi Advokasi Advokasi Peraturan informasi dan
Peraturan Peraturan Bupati Belu Nomor data base
Bupati Belu Bupati Belu 11 Tahun 2021 program
Nomor 11 Tahun Nomor 11 Tentang Percepatan malaria di Belu
2021 Tentang Tahun 2021 Eliminasi Malaria
Percepatan Tentang di Kabupaten Belu
Eliminasi Percepatan Tahun 2023
Malaria di Eliminasi kepada para Pihak
Kabupaten Belu Malaria di Terkait dan DPRD
Tahun 2023 Kabupaten
kepada para Belu Tahun
Pihak Terkait 2023 kepada
dan DPRD para Pihak
Terkait dan
DPRD

2. Penguatan 2. Penguatan 2. Penguatan sistem


sistem informasi sistem informasi dan
dan data base informasi dan data base
program malaria data base program malaria
di Belu program di Belu
malaria di Belu

2. Penemuan dini kasus malaria dan pengobatan yang tepat

Tahap

Pemberantasan Pra Eliminasi Eliminasi Pemeliharaan

1. Meningkatkan 1. Menemukan 1. Menemukan 1. Di wilayah


cakupan semua penderita semua penderita dengan tingkat
penemuan dengan malaria dengan reseptivitas dan
penderita malaria konfirmasi konfirmasi vulnerabilitas

26
Tahap

Pemberantasan Pra Eliminasi Eliminasi Pemeliharaan

dengan mikroskopis di mikroskopis yang rendah,


konfirmasi puskesmas dan baik secara pasif penemuan
laboratorium Rumah Sakit (Pasif Case penderita secara
(mikroskopis/ pemerintah Detection) di dini cukup
RDT). maupun unit unit pelayanan dengan kegiatan
pelayanan kesehatan Pasif Case
kesehatan pemerintah dan Detection
swasta swasta, maupun melalui unit
penemuan pelayanan
secara aktif kesehatan
(Aktif Case pemerintah
Detection). maupun swasta.

2. Melakukan 2. Melakukan 2. Melakukan 2. Diwilayah


penapisan darah penapisan darah penapisan darah dengan tingkat
malaria pada Ibu malaria pada Ibu malaria pada Ibu reseptivitas dan
hamil saat hamil saat hamil saat vulnerabilitas
kunjungan kunjungan kunjungan yang tinggi,
pertama pertama pertama penemuan
pelayanan pelayanan pelayanan penderita secara
Antenatal Antenatal Antenatal dini disamping
Pasif Case
Detection juga
dilakukan Aktif
Case Detection
oleh JMD.
3. Melakukan 3. Melakukan 3. Melakukan 3. Semua SD
pemeriksaan pemeriksaan pemeriksaan diperiksa ulang
sediaan darah sediaan darah sediaan darah di laboratorium
pada semua pada semua pada semua rujukan secara
balita demam balita demam balita demam berjenjang di
kab/kota, prov,
dan pusat.
4. Mengobati semua 4. Mengobati semua 4. Mengobati 4. Mengobati
penderita malaria penderita semua penderita semua penderita
(kasus positif) malaria (kasus malaria (kasus malaria (kasus
dengan obat positif) dengan positif) dengan positif) dengan
malaria efektif ACT. ACT. ACT.
dan aman yang
ditetapkan
Kep.Menkes.RI
(saat ini
menggunakan
ACT)
5. Melakukan 5. Melakukan 5. Melakukan 5. Melakukan
pemeriksaan pemeriksaan follow up follow up
ulang SD, ulang SD dan pengobatan Pf pengobatan Pf
pemantauan secara berkala pada hari 7, 28 pada hari 7, 28

27
Tahap

Pemberantasan Pra Eliminasi Eliminasi Pemeliharaan

kualitas RDT, dan menguji setelah setelah


meningkatkan kemampuan pengobatan, pengobatan,
kemampuan pemeriksaan sedangkan Pv sedangkan Pv
mikroskopis mikroskopis. pada hari 7, 28, pada hari 7, 28,
sampai 3 bulan sampai 3 bulan
setelah setelah
pengobatan. pengobatan.

6. Memantau efikasi 6. Memantau 6. Melakukan


obat malaria. efikasi obat pemeriksaan
malaria. ulang SD dan
secara berkala
menguji
kemampuan
mikroskopis.

7. Meningkatkan 7. Memantau
cakupan efikasi obat
penemuan dan malaria.
pengobatan
penderita secara
pasif melalui
Pustu, Upaya
Kesehatan
Berbasis
Masyarakat
(Poskesdes,
Posyandu,
Posmaldes),
praktek swasta,
klinik, dan
Rumah Sakit.
8. Mengatur dan 8. Melibatkan
mengawasi sepenuhnya
peredaran peran praktek
penjualan obat swasta dalam
malaria selain penemuan dan
ACT di warung pengobatan
obat. penderita.

28
3. Pencegahan dan penanggulangan faktor risiko

Tahap

Pemberantasan Pra Eliminasi Eliminasi Pemeliharaan

1. Melakukan survei 1. Mendistribusikan 1. Melakukan 1. Di wilayah


vektor dan kelambu pengendalian dengan tingkat
analisis dinamika berinsektisida vektor yang reseptivitas
penularan untuk secara massal sesuai dengan dan
menentukan maupun secara pembagian vulnerabilitas
metode rutin melalui kelambu yang tinggi,
pengendalian kegiatan integrasi berinsektisida untuk
vektor yang tepat. dengan program (cakupan >80% menurunkan
pelayanan penduduk) atau reseptivitas
Antenatal ibu hamil penyemprotan bila perlu
(K1), pelayanan rumah (cakupan dilakukan
imunisasi (bayi >90% rumah) pengendalian
yang memperoleh untuk vektor yang
Imunisasi Dasar menurunkan sesuai di
Lengkap), tingkat lokasi
pelayanan penularan tersebut,
kesehatan anak dilokasi fokus seperti
(MTBS) dapat baru dan sisa larvasidasi
mencakup > 80% fokus lama yang atau
penduduk di lokasi masih aktif. manajemen
fokus malaria yang lingkungan.
masih terdapat
kasus indogenous.
2. Mendistribusikan 2. Melakukan 2. Bila perlu 2. Dilokasi fokus
kelambu penyemprotan melakukan bila ditemukan
berinsektisida rumah dengan larvasidasi atau penderita
secara massal cakupan > 90% manajemen dengan
maupun integrasi rumah penduduk lingkungan penularan
dengan di lokasi potensial dilokasi fokus setempat dan
program/sektor sesuai dan di yang atau penderita
lain di lokasi lokasi fokus reseptivitasnya introduced,
endemis malaria. malaria yang tidak tinggi dilakukan
sesuai dengan (kepadatan pengendalian
penggunaan vektor tinggi dan vektor yang
kelambu adanya faktor sesuai di
berinsektisida. lingkungan serta lokasi
iklim yang tersebut,
menunjang seperti
terjadinya penyemprotan
penularan). rumah atau
pembagian
kelambu
berinsektisida.
3. Melakukan IRS 3. Melakukan 3. Memantau
atau pengendalian efikasi
pengendalian vektor dengan insektisida
vektor lain yang metode lain yang (termasuk

29
Tahap

Pemberantasan Pra Eliminasi Eliminasi Pemeliharaan

sesuai di lokasi sesuai untuk kelambu


potensial atau menurunkan berinsektisida)
sedang terjadi reseptivitas, seperti dan resistensi
KLB. manajemen vektor.
lingkungan,
larvasidasi, dan
pengendalian
vektor secara
hayati.
4. Memantau efikasi 4. Memantau efikasi 4. Memberikan
insektisida insektisida perlindungan
(termasuk (termasuk kelambu individu dengan
kelambu berinsektisida) dan kelambu
berinsektisida) resistensi vektor. berisnsektisida
dan resistensi kepada
vektor. penduduk di
wilayah
eliminasi yang
akan
berkunjung ke
daerah lain yang
endemis malaria
baik di dalam
maupun diluar
negeri.

4. Surveilans epidemiologi dan penanggulangan wabah


Tahap

Pemberantasan Pra Eliminasi Eliminasi Pemeliharaan

1. Meningkatkan 1. Semua unit 1. Semua unit Untuk mencegah


kemampuan unit pelayanan pelayanan munculnya
pelayanan kesehatan kesehatan kembali kasus
kesehatan pemerintah pemerintah dengan
pemerintah maupun swasta maupun swasta penularan
maupun swasta melaksanakan melaksanakan setempat,
(Puskesmas, SKD-KLB malaria, SKD-KLB dilakukan
poliklinik, dianalisis dan malaria, kegiatan
RUMAH SAKIT) dilaporkan secara dianalisis dan kewaspadaan
dalam berkala ke Dinas dilaporkan sebagai berikut:
pelaksanaan Kesehatan secara berkala 1. Pada tingkat
SKD-KLB. Kabupaten Belu. ke Dinas reseptive dan
Kesehatan vulnerabilitas
Kabupaten Belu rendah
dilakukan:
a. Penemuan
2. Menanggulangi 2. Menanggulangi 2. Segera
penderita
KLB malaria. KLB malaria. melakukan

30
Tahap

Pemberantasan Pra Eliminasi Eliminasi Pemeliharaan

penanggulangan pasif (Pasif


bila terjadi KLB Case
malaria. Detection)
3. Meningkatkan 3. Memperkuat sistem 3. Melaksanakan melalui unit
cakupan dan informasi surveilans pelayanan
kualitas kesehatan sehingga penderita kesehatan
pencatatan- semua penderita dengan ketat, baik
pelaporan dan kematian terutama bila pemerintah
tentang angka malaria serta hasil sudah mulai maupun
kesakitan malaria kegiatan dapat jarang swasta.
serta hasil dicatat dan ditemukan b. PE terhadap
kegiatan. dilaporkan. penderita semua kasus
dengan positif untuk
penularan menentukan
setempat. asal
4. Melakukan 4. Melaporkan 4. Melaksanakan penularan.
pemetaan daerah penemuan kasus surveilans c. Follow up
endemis malaria dengan segera. migrasi untuk pengobatan
dari data rutin mencegah penderita.
dan hasil survei. masuknya kasus Surveilans
impor. migrasi untuk
5. Menginventarisir 5. Melakukan PE mencegah
dan memetakan terhadap semua masuknya
fokus malaria. kasus positif kasus impor.
malaria untuk 2. Pada tingkat
menentukan reseptivitas
asal penularan dan
penderita. vulnerabilitas
tinggi
6. Membuat data 6. Melaporkan
dilakukan
dasar eliminasi, dengan segera
kegiatan sep
antara lain secara setiap kasus
erti diatas
GIS berdasarkan positif malaria
ditambah
data fokus, kasus, yang ditemukan
kegiatan Aktif
vektor, genotipe di unit
Case
isolate parasit dan pelayanan
Detection oleh
intervensi yang kesehatan
JMD,
dilakukan. pemerintah
pengendalian
maupun swasta
vektor yang
kepada Dinas
sesuai untuk
Kesehatan
menurunkan
secara
reseptivitas.
berjenjang
sampai tingkat Disamping
pusat. kegiatan
kewaspadaan
7. Membentuk Tim 7. Melakukan PE
seperti diatas,
Monitoring Malaria terhadap fokus
masih dilakukan
di Pusat, Prov, dan malaria untuk
kegiatan
Kabupaten, dengan menentukan
surveilans yang
tugas : asal, luas dan
31
Tahap

Pemberantasan Pra Eliminasi Eliminasi Pemeliharaan

a. Membuat data klasifikasi fokus lain seperti:


dasar eliminasi tersebut. 1. Melaporkan
b. Melakukan dengan segera
penilaian secara semua kasus
objektif dalam positif yang
menentukan suatu ditemukan.
Kab/Kota sudah 2. Mempertahan
memenuhi syarat kan sistem
untuk masuk informasi
tahap pra eliminasi malaria yang
atau sudah siap baik sehingga
memasuki tahap semua kasus
berikutnya, dan hasil
berdasarkan: kegiatan
− Status penularan intervensi
malaria di wilayah dapat dicatat
tersebut. dan
− Kesiapan dan dilaporkan.
kemampuan upaya 3. Mencatat
pelayanan semua kasus
kesehatansetempat positif dalam
8. Memperkuat buku register
sistem informasi di kab/kota,
malaria sehingga prov, dan
semua kasus pusat.
dan hasil 4. Melakukan
kegiatan pemeriksaan
intervensi dapat genotipe
dicatat dengan isolate
baik dan parasit.
dilaporkan. 5. Melakukan PE
9. Mencatat semua terhadap
kasus positif fokus malaria
dalam buku untuk
register secara menentukan
nasional. asal dan
10. Melaksanakan luasnya
pemeriksaan penularan
genotipe isolate serta
parasit secara klasifikasinya.
rutin. 6. Membuat peta
GIS
berdasarkan
11. Membuat peta data fokus,
GIS kasus,
berdasarkan genotipe
data fokus, isolate
kasus positif, parasit, vektor
genotipe isolate
32
Tahap

Pemberantasan Pra Eliminasi Eliminasi Pemeliharaan

parasit, vektor, dan kegiatan


dan kegiatan intervensi.
intervensi yang
dilakukan.
12. Memfungsikan
Tim Monitoring
Eliminasi
Malaria di
Pusat, Prov dan
Kabupaten.

5. Peningkatan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE)


Tahap

Pemberantasan Pra Eliminasi Eliminasi Pemeliharaan


1. Meningkatkan 1. Meningkatkan 1. Meningkatkan 1. Meningkatkan
peran aktif promosi kesehatan promosi promosi
masyarakat dan kampanye kesehatan dan kesehatan
antara lain eliminasi malaria. kampanye untuk
melalui eliminasi malaria. mencegah
pembentukan kembalinya
Forum Malaria penularan
Centre di dari kasus
Desa/Kelurahan impor yang
dan Kecamatan. terlambat
ditemukan.

2. Meningkatkan 2. Menggalang 2. Menggalang 2. Menggalang


promosi kemitraan dengan kemitraan dengan kemitraan
kesehatan. berbagai program, berbagai program, dengan
sektor, LSM, sektor, LSM, berbagai
organisasi organisasi program,
keagamaan, keagamaan, sektor, LSM,
organisasi organisasi organisasi
kemasyarakatan, kemasyarakatan, keagamaan,
organisasi profesi, organisasi profesi, organisasi
organisasi organisasi kemasyarakat
internasional, internasional, an, organisasi
lembaga donor, lembaga donor, profesi,
dunia usaha dan dunia usaha dan organisasi
seluruh seluruh internasional,
masyarakat. masyarakat. lembaga
donor, dunia
usaha dan
seluruh
masyarakat.
3. Menggalang 3. Melakukan 3. Melakukan 3. Melakukan

33
Tahap

Pemberantasan Pra Eliminasi Eliminasi Pemeliharaan


kemitraan integrasi dengan integrasi dengan integrasi
dengan berbagai program lain program lain dengan
program, sektor, dalam pelayanan dalam pelayanan program lain
LSM, organisasi masyarakat, masyarakat, dalam
keagamaan, seperti pembagian seperti pembagian kegiatan
organisasi kelambu kelambu penurunan
kemasyarakatan, berinsektisida, berinsektisida, reseptivitas.
organisasi pengobatan pengobatan
profesi, penderita. penderita.
organisasi
internasional,
lembaga donor,
dunia usaha dan
seluruh
masyarakat.
4. Melakukan 4. Mentaati dan 4. Memfungsikan 4. Melakukan
Integrasi dengan melaksanakan Perda atau advokasi dan
program lain peraturan daerah peraturan sosialisasi
dalam pelayanan dan atau perundangan agar
masyarakat, peraturan lainnya, antara mendapat
seperti perundangan lain untuk dukungan
pembagian lainnya untuk membebaskan politik dan
kelambu mendukung biaya diagnosis jaminan
berinsektisida, eliminasi malaria. laboratorium dan dalam
pengobatan pengobatan penyediaan
penderita. malaria di unit dana minimal
pelayanan untuk
kesehatanpemerin pemeliharaan
tah, serta eliminasi
melarang (mencegah
penjualan obat penularan
malaria di warung kembali).
atau kaki lima.
5. Menyusun Perda 5. Melakukan 5. Melakukan
atau peraturan advokasi dan advokasi dan
perundangan sosialisasi agar sosialisasi untuk
lainnya unuk mendapat mendapatkan
mendukung dukungan politik dukungan politik
eliminasi dan adanya dan jaminan
malaria. jaminan dalam dalam penyediaan
penyediaan dana dana secara
secara berkesinambunga
berkesinambungan n dalam upaya
untuk eliminasi malaria,
menghilangkan khususnya
fokus aktif yang menghilangkan
masih ada. fokus aktif dan
menghentikan
penularan
setempat.

34
Tahap

Pemberantasan Pra Eliminasi Eliminasi Pemeliharaan


6. Mobilisasi dana 6. Mobilisasi dana
yang beRumah yang beRumah
Sakitumber dari Sakitumber dari
kab/kota, prov kab/kota, prov,
dan pusat maupun dan pusat
lembaga donor. maupun lembaga
donor.
7. Menyelenggarakan 7. Melakukan
pertemuan lintas- pertemuan lintas
batas prov dan batas antar prov
kab/kota untuk dan kab/kota
merencanakan dan untuk
melakukan merencanakan
kegiatan secara dan
terpadu dalam melaksanakan
eliminasi malaria. kegiatan eliminasi
malaria secara
terpadu

6. Peningkatan sumber daya manusia

Tahap
Pemberantasan Pra Eliminasi Eliminasi Pemeliharaan
1. Menyelenggarakan 1. Reorientasi 1. Melaksanakan 1. Melakukan
Refreshing tenaga program menuju reorientasi refreshing
mikroskopis Tahap Eliminasi program menuju dan motivasi
puskesmas dan disampaikan tahap kepada
Rumah Sakit kepada petugas pemeliharaan petugas
pemerintah kesehatan (pencegahan mikroskopis
maupun unit pemerintah penularan agar tetap
pelayanan maupun swasta kembali) menjaga
kesehatan swasta yang terlibat disampikan kualitas
serta menjaga dalam Eliminasi kepada petugas dalam
kualitas Malaria agar kesehatan pemeriksaan
pemeriksaan SD. mereka pemerintah SD.
memahami maupun swasta
tujuan eliminasi yang terlibat
dan tugas yang eliminasi.
harus
dilaksanakan.

2. Sosialisasi dan 2. Pelatihan/refresh 2. Reorientasi ini


pelatihan ing tenaga mulai
tatalaksana mikroskopis dilaksanakan
penderita. puskesmas dan bila:
Rumah Sakit a. Surveilans
pemerintah penderita yang
35
Tahap
Pemberantasan Pra Eliminasi Eliminasi Pemeliharaan
maupun unit ketat sudah
pelayanan mampu
kesehatanswasta memeutuskan
serta menjaga penularan
kualitas malaria
pemeriksaan SD. setempat secara
total atau
hampir total
(penderita
indigenous
sudah sangat
jarang
ditemukan).
b. Penderita
dengan
penularan
setempat
hampir tidak
ditemukan atau
sangat jarang.
c. Hampir semua
penderita positif
yang ditemukan
adalah
penderita
impor, relaps,
induced, dan
introduced.
3. Pelatihan tenaga 3. Pelatihan tenaga 3. Melaksanakan
pengelola malaria pengelola malaria pelatihan/refres
dalam bidang teknis dalam bidang hing tenaga
dan manajemen. teknis dan mikroskopis
manajemen. puskesmas dan
Rumah Sakit
pemerintah
maupun unit
pelayanan
kesehatan
swasta terutama
di daerah
reseptive untuk
menjaga
kualitas
pemeriksaan
SD.
4. Workshop/ kursus , 4. Sosialisasi dan 4. Untuk
pelatihan pelatihan tata melaksanakan
/refreshing tenaga laksana pelatihan tenaga
pengelola malaria- penderita. Juru Malaria
KIA-Imunisasi Desa untuk
tingkat Kabupaten kegiatan Aktif

36
Tahap
Pemberantasan Pra Eliminasi Eliminasi Pemeliharaan
untuk semua Case Detection
kabupaten/ kota di wilayah yang
masih
memerlukan.
5. Pembekalan tenaga 5. Workshop/
kesehatan baru di kursus ,
BELU tentang pelatihan/
manajemen
program Integrasi refreshing tenaga
malaria-KIA- pengelola
Imunisasi malaria-KIA-
Imunisasi tingkat
Kabupaten untuk
semua
kabupaten/kota

6. Pembekalan
tenaga kesehatan
baru di Belu
tentang
manajemen
program
Integrasi malaria-
KIA-Imunisasi

37
BAB VI
MONITORING DAN EVALUASI
1.6 Monitoring dan Evaluasi
Monitoring dan evaluasi adalah kegiatan untuk memantau dan
mengevaluasi pelaksanaan upaya percepatan eliminasi malaria di
Kabupaten Belu yang dilakukan secara berjenjang yaitu:

1. menilai kemajuan dan kualitas implementasi upaya percepatan eliminasi


malaria dari aspek operasional program dan indikator proses serta
dampak;
2. menilai perubahan indikator epidemiologi dari pelaksanaan kegiatan;
3. memantau adanya hambatan, permasalahan, juga kemungkinan adanya
penyimpangan dalam pelaksanaan upaya percepatan eliminasi malaria
dengan interpretasi hasil yang tepat dan untuk menginformasikan revisi
kebijakan; dan
4. dokumentasi pencapaian dan kemajuan percepatan eliminasi malaria.
Dalam pelaksanaannya dituangkan pada dokumen perencanaan
monitoring dan evaluasi serta didukung oleh data yang dihimpun dari
berbagai sumber :

1. rencana kerja triwulan/semester/tahunan dan laporannya;


2. laporan rutin pelaksanaan kegiatan upaya percepatan eliminasi malaria
(manajemen program, pencegahan faktor resiko, tata laksana kasus,
logistik dan keuangan); dan
3. kunjungan lapangan secara berkala.

1.6.1 Indikator dalam Monitoring

Indikator monitoring percepatan eliminasi malaria daerah meliputi


indikator output/outcome dan dampak program sebagai berikut :

38
1.6.2 Indikator Output/Outcome

Tabel 3. Indikator Output/Outcome Program Percepatan Eliminasi Malaria


Sumber
Jenis Frekuensi
Metode dan Data/
No Intervensi/ Indikator pengumpulan
Alat Ukur
Kegiatan data Informasi

1 Penguatan Kebijakan dan Manajemen Pengendalian Malaria

1.1 Sosialisasi - Persentase jumlah Tahunan Analisis Dinas


dan Advokasi kabupaten/kota laporan Kesehatan
Percepatan yang melaksanakan kegiatan
Eliminasi kegiatan sosialisasi
Malaria dan advokasi
Eliminasi malaria
- Ada rencana aksi
pembebasan
malaria diresmikan
oleh pemerintah
- Adanya regulasi/
- Peraturan Daerah
Penyediaan dana
untuk program
malaria.

- Adanya dokumen
kesepakatan
kerjasama lintas
daerah/Kabupaten/
negara

1.2 Penguatan Ketersediaan data Tahunan Survei, Dinas


sistem base malaria Belu monitoring, Kesehatan
informasi dan penelitian
data base dan analisis
program laporan
malaria di program
Belu

1.3 Workshop/ - Jenis dan jumlah Tahunan Laporan Dinas


workshop/ Dinas Kesehatan
kursus , kursus , Kesehatan
pelatihan/ pelatihan/refreshin
g dalam rangka
refreshing pengembangan
tenaga SDM malaria
pengelola
malaria-KIA- - Jenis dan jumlah
Imunisasi tenaga yang
tingkat mengikuti
Kabupaten workshop/kursus ,
untuk semua pelatihan/
Fasilitas refreshing dalam
Kesehatan rangka
pengembangan
39
Sumber
Jenis Frekuensi
Metode dan Data/
No Intervensi/ Indikator pengumpulan
Alat Ukur
Kegiatan data
Informasi

SDM malaria
terintegrasi

1.4 Pelatihan Jumlah dan jenis Tahunan Laporan Dinas


manajemen tenaga yang dan Kesehatan
malaria dan mengikuti pelatihan assessment
tatalaksana manajemen malaria di
kasus dan tatalaksana kabupaten
kasus malaria

1.5 Pembekalan Jumlah dan jenis Tahunan Laporan Dinas


tenaga tenaga kesehatan dan Kesehatan
kesehatan baru yang diberi assessment
baru di Belu pembekalan tentang di
tentang manajemen program kabupaten
manajemen Integrasi malaria-
program KIA-Imunisasi
Integrasi
malaria-KIA-
Imunisasi

1.6 Monitoring - Jumlah (peRumah Tahunan Survei, Dinas


kemampuan Sakitentase) supervisi, Kesehatan,
sarana/fasilit fasilitas kesehatan laporan Rumah
as kesehatan (Rumah program Sakit, dan
dalam rangka Sakit/Puskesmas) Puskesmas
program yang memiliki
pemberantasa mikroskop dan
n malaria bahan laboratorium
pada semua pemeriksaan
level sediaan darah
administrasi malaria

- Jumlah (peRumah Bulanan/ Survei, Dinas


Sakitentase) supervisi, Kesehatan,
fasilitas kesehatan Triwulan/ laporan Rumah
yang memiliki RDT program Sakit, dan
untuk pemeriksaan Tahunan Puskesmas
malaria
- Jumlah slide darah
yang diambil dan
diperiksa dengan
mikroskop

40
Sumber
Jenis Frekuensi
Metode dan Data/
No Intervensi/ Indikator pengumpulan
Alat Ukur
Kegiatan data
Informasi

- Jumlah unit Triwulan – Laporan Dinas


fasilitas kesehatan Tahunan dan Kesehatan
yang melaporkan assessment
tidak pernah di
kehabisan stok kabupaten
obat anti malaria,
reagen dan logistik
malaria lainnya
lebih dari 1 minggu
pada 3 bulan
terakhir

1.7 Pelatihan - Jumlah tenaga Tahunan Laporan Dinas


mikroskopis mikroskopis di program Kesehatan,
(dasar dan puskesmas dan Rumah
refresing) bagi Rumah Sakit yang Sakit, dan
tenaga dilatih mikroskopis Puskesmas
mikroskopis (dasar dan
puskesmas refreshing)
dan Rumah
Sakit

1.8 Uji silang - Jumlah Triwulan/ Laporan Dinas


slide malaria Kabupaten yang dan Kesehatan
melaksanakan uji Tahunan assessment
silang slide malaria di
kabupaten

1.9 Pelatihan Jumlah dan jenis Tahunan Survei, Dinas


perencanaan tenaga yang dilatih supervisi, Kesehatan,
logistik perencanaan logistik laporan Rumah
malaria malaria untuk program Sakit, dan
untuk menjamin Puskesmas
mencegah ketersediaan logistik
stock out obat malaria (obat, reagen
dan regensia dan RDT) di Rumah
malaria dan Sakit dan puskesmas
logistik
lainnya

1.10 Pelatihan Jumlah dan jenis 3-5 Tahun Survei, Dinas


manajemen tenaga medis dan supervisi, Kesehatan,
dan paramedis laporan Rumah
tatalaksana puskesmas dan program Sakit, dan
kasus malaria Rumah Sakit Puskesmas
buat tenaga pemerintah dan
medis dan swasta yang dilatih
paramedis manajemen
puskesmas tatalaksana kasus
dan Rumah malaria

41
Sumber
Jenis Frekuensi
Metode dan Data/
No Intervensi/ Indikator pengumpulan
Alat Ukur
Kegiatan data
Informasi

Sakit
pemerintah
dan swasta

1.11 Pelatihan/ Jumlah tenaga yang 3-5 Tahun


Refreshing dilatih/refreshing
perawatan perawatan dan
dan perbaikan Mikroskop
perbaikan
Mikroskop

1.12 Supervisi Jumlah pelaksanaan Bulanan – Survei, Dinas


suportif supervisi suportif Triwulan – supervisi, Kesehatan,
terintegrasi malaria Tahunan laporan Rumah
dan program lain program Sakit, dan
Puskesmas

1.13 Quality - Jumlah supervisi Tahunan Survei, Dinas


Assurance kendali mutu supervisi, Kesehatan,
Mikroskopis (Quality laporan Rumah
control/quality program Sakit, dan
assurance) Puskesmas
pemeriksaan
mikroskopis

2 Penemuan Dini Kasus Malaria dan Pengobatan yang Tepat

2.9 Penemuan - Jumlah penderita Bulanan – Survei, Dinas


kasus malaria klnis malaria yang Triwulan – supervisi, Kesehatan,
dengan diambil dan Tahunan laporan Rumah
konfirmasi diperiksa sediaan program Sakit, dan
parasit darah dengan Puskesmas
mikroskop
- Jumlah penderita
klnis malaria yang
diambil dan
diperiksa sediaan
darah dengan RDT
- Jumlah sediaan
darah positif
malaria dari jumlah
sediaan darah yang
diperiksa dengan
mikroskop
- Jumlah sediaan
darah positif
malaria dari jumlah
sediaan darah yang
diperiksa dengan
RDT
- Jumlah ibu hamil
yang dilakukan
pemeriksaan

42
Sumber
Jenis Frekuensi
Metode dan Data/
No Intervensi/ Indikator pengumpulan
Alat Ukur
Kegiatan data
Informasi

sediaan darah
malaria secara
mikroskopis atau
RDT di sarana
kesehatan
- Jumlah sediaan
darah ibu hamil
yang positif malaria
- Jumlah anak Balita
yang dilakukan
pemeriksaan
sediaan darah
malaria secara
mikroskopis atau
RDT di sarana
kesehatan
- Jumlah sediaan
darah anak Balita
yang positif malaria

2.10 Pengobatan - Jumlah kasus Bulanan – Survei, Dinas


malaria malaria mendapat Triwulan – supervisi, Kesehatan,
pengobatan Tahunan laporan Rumah
malaria sesuai program Sakit, dan
stándar Puskesmas
- Jumlah ibu hamil
malaria positif
yang diobati
sesuai standar
- Jumlah bayi dan
anak balita yang
malaria positif
mendapat
pengobatan
malaria sesuai
standar
- Jumlah kasus
malaria yang
mendapat
pengobatan
malaria dengan
ACT
- Jumlah kasus
malaria yang
mendapat
pengobatan
malaria dengan
Non ACT
- Jumlah kasus
malaria positif
dilakukan
pemeriksaan
darah ulang pada

43
Sumber
Jenis Frekuensi
Metode dan Data/
No Intervensi/ Indikator pengumpulan
Alat Ukur
Kegiatan data
Informasi

H +3, H + 7, H
+14, H+21, H + 28
(untuk
P.falsiparum) dan
ditambah H+90
(pada P.vivax)

3 Pencegahan Malaria

3.1 Pengadaan - Jumlah Kelambu Triwulan/ Survei, Dinas


dan anti nyamuk yang laporan Kesehatan
pembagian dibagi dan Tahunan dan
dinas
kelambu anti digunakan Puskesmas
kesehatan,
nyamuk pada masyarakat
kelompok- laporan
- Jumlah orang
kelompok yang memiliki puskesmas
berisiko yaitu serta tidur dan
bayi, anak- menggunakan supervisi
anak, ibu kelambu anti terpadu
hamil dan nyamuk
masyarakat. - Jumlah ibu hamil
yang tidur
menggunakan
kelambu anti
nyamuk
- Jumlah bayi dan
anak Balita yang
tidur di bawah
kelambu anti
nyamuk

3.2 Pemantauan/ Jumlah kegiatan Tahunan Survei, Dinas


surveillans pemantauan nyamuk supervisi, Kesehatan
vektor berkala data
berkala surveilans
malaria

3.4 Pemetaan Adanya peta daerah - Survei, Dinas


daerah potensial resistensi supervisi, Kesehatan,
potensial obat anti malaria dan penelitian BP4D,
resistensi insektisida Institusi
obat anti penelitian
malaria dan
resistensi
insektisida,
bekerja sama
dengan Loka
Litbang dan
Kemenkes

44
Sumber
Jenis Frekuensi
Metode dan Data/
No Intervensi/ Indikator pengumpulan
Alat Ukur
Kegiatan data
Informasi

3.4 Pengelolaan Jumlah dan jenis Bulanan/ Laporan Dinas


lingkungan pengelolaan dinas Kesehatan
untuk lingkungan yang Triwulan/ kesehatan,
mengurangi dilaksanakan laporan
tempat Tahunan puskesmas
perindukan
nyamuk

4 Penguatan Peran Serta Masyarakat dan Komunikasi, Informasi dan Edukasi

4.1 Promosi Jumlah dan jenis Triwulan – Survei, Dinas


kesehatan kegiatan promosi Tahunan laporan Kesehatan
malaria yang dinas
dilaksanakan kesehatan,
laporan
puskesmas

dan
supervisi
terpadu

4.2 Identifikasi Kegiatan evaluasi 3 - 5 Tahun Survei, Dinas


metode dan untuk mengetahui penelitian Kesehatan,
sarana lokal jenis/sarana BP4D,
atau tradisional/lokal Institusi
tradisional yang effektive untuk penelitian,
dalam rangka penyampaian pesan- masyarakat,
promosi pesan promosi LSM
kesehatan - kesehatan yang
pencegahan berhubungan dengan
dan penyakit malaria
pemberantasa
n malaria

4.3 Pelatihan Jumlah pelatihan Tahunan Laporan Dinas


fasilitator PLA dan jumlah Dinas Kesehatan,
sebagai salah fasilitator/petugas/ Kesehatan BP4D, LSM,
satu metode masyarakat yang dan TOR Puskesmas
pemberantasa telah dilatih PLA atau materi
n malaria pelatihan
berbasis PLA
masyarakat

4.4 Penyebarluas Jumlah Kabupaten, Tahunan Survei, Dinas


an Metode Puskesmas, dan supervisi, Kesehatan,
PLA Desa yang telah penelitian BP4D, LSM,
melaksanakan PLA Puskesmas,
Desa

45
Sumber
Jenis Frekuensi
Metode dan Data/
No Intervensi/ Indikator pengumpulan
Alat Ukur
Kegiatan data
Informasi

4.5 Evaluasi Kegiatan evaluasi 3 - 5 Tahun Survei, Dinas


program untuk mengetahui penelitian Kesehatan,
promosi tingkat pengetahuan, masyarakat
kesehatan sikap dan perilaku
untuk masyarkat yang
pengendalian berhubungan dengan
malaria penyakit malaria

4.7 Cakupan Jumlah masyarakat Triwulan – Survei, Dinas


promosi yang dilibatkan Tahunan supervisi, Kesehatan,
dalam kegiatan penelitian BP4D,
promosi malaria Institusi
penelitian,
masyarakat,
LSM

4.8 Partisipasi Jumlah kelompok Tahunan Survei, Dinas


masyarakat masyarakat yang supervisi, Kesehatan,
terlibat dalam penelitian BP4D,
program malaria Institusi
penelitian,
masyarakat,
LSM

5 Pengendalian Malaria pada Kelompok Khusus (Vulnerabel Grup)

5.1 Identifikasi, Adanya database Tahunan Survei, Dinas


pemetaan dan malaria pada penelitian, Kesehatan,
penyusunan kelompok risiko laporan Rumah
database tinggi seperti: dinas Sakit,
Vulnerabel malaria ibu hamil, kesehatan Puskesmas,
Grup malaria bayi dan anak, dan lembaga
pengungsi dan puskesmas penelitian,
kelompok pekerja private
tertentun seperti sektor
pekerja tambang,
polisi hutan, dll

5.2 Penjaringan Jumlah kasus Tahunan Survei, Dinas


malaria pada malaria pada penelitian, Kesehatan,
ibu hamil/ kelompok ibu hamil. laporan Rumah
pelayanan dinas Sakit, dan
ANC kesehatan Puskesmas
dan pusk

5.3 Penjaringan Jumlah kasus Tahunan Survei, Dinas


malaria pada malaria pada penelitian, Kesehatan,
anak Balita kelompok anak laporan Rumah
melalui MTBS Balita dinas Sakit, dan
dan Posyandu kesehatan Puskesmas
dan pusk

46
Sumber
Jenis Frekuensi
Metode dan Data/
No Intervensi/ Indikator pengumpulan
Alat Ukur
Kegiatan data
Informasi

5.4 Pembagian Jumlah kelambu anti Tahunan Survei, Dinas


kelambu anti nyamuk yang penelitian, Kesehatan,
nyamuk pada dibagikan kepada ibu laporan Rumah
terutama ibu hamil, bayi, anak- dinas Sakit, dan
hamil, bayi, anak, masyarakat kesehatan Puskesmas
anak-anak, miskin dan dan
masyarakat pengungsi puskesmas
miskin dan
pengungsi

6 Penguatan Sistem Surveilans Epidemiologi dan Penanggulangan KLB Malaria

6.1 Review jenis Tersedianya jenis 3 - 5 Tahun Supervisi Dinas


pelaporan dan format pelaporan suportif Kesehatan,
malaria yang malaria yang standar Rumah
standar Sakit, dan
Puskesmas

6.2 Sistem Adanya penilaian: Bulanan/ Laporan Dinas


pelaporan kabupaten Kesehatan,
surveilans - Ketepatan waktu Triwulan/ yang Rumah
malaria (timeliness): waktu diterima Sakit, dan
antara diagnosis, Tahunan sesuai Puskesmas
pelaporan, dan dengan
investigasi tanggal
yang telah
- Kelengkapan disepakati
(completeness):
jumlah laporan
yang lengkap pada
saat dilaporkan

- Jumlah laporan
yang masuk ,
- Jumlah laporan
malaria yang
diterima tepat
waktu dan lengkap
- Total jumlah kasus
terlaporkan per
tahun
- Proporsi kasus
terlapor ke sistem
database surveilans
- Proporsi kasus
terlaporkan yang
diinvestigasi penuh
- Jumlah kasus yang
diklasifikasi
- Jumlah kasus
positif malaria yang
telah diklasifikasi
47
Sumber
Jenis Frekuensi
Metode dan Data/
No Intervensi/ Indikator pengumpulan
Alat Ukur
Kegiatan data
Informasi

menurut kasus
(akibat penularan
setempat, import
dari luar daerah,
kambuh dan lain2)
setiap tahun

6.3 Laporan - Proporsi kasus Bulanan/ Laporan Dinas


Kesakitan malaria kabupaten Kesehatan,
akibat berdasarkan Triwulan/ yang Rumah
malaria golongan umur diterima Sakit, dan
Tahunan sesuai Puskesmas
- Proporsi kasus
malaria pada ibu dengan
hamil dan anak tanggal
Balita yang telah
- Prevalensi anemia disepakati
pada ibu hamil dan
anak Balita dengan
malaria (konfirmasi
laboratorium)
6.4 Laporan - Proporsi bayi yang 3 - 5 tahun Population
Kematian meninggal akibat based
akibat malaria survei,
malaria - Proporsi anak operational
Balita yang research
meninggal akibat
malaria
- Proporsi ibu hamil
yang meninggal
akibat malaria
- Proporsi kematian
total akibat malaria
6.5 Pelaksanaan Adanya treshold atau 3- 5 Tahun Pengamatan Dinas
early warning cut of point variabel/ variabel Kesehatan,
sistem indikator standar lingkungan Rumah
malaria sebagai pedoman (hujan, Sakit, dan
untuk early warning sistem suhu, Puskesmas,
pemantauan pencegahan dan kelembaban biro
KLB antisipasi KLB , angin), meteorologi,
malaria nyamuk lembaga
dan kasus penelitian
malaria

6.6 Surveilans
migrasi
malaria

6.7 Pemetaan Tersedianya peta Tahunan Survei, Dinas


kasus malaria stratifikasi penelitian, Kesehatan,
penentuan endemisitas malaria laporan Rumah
48
Sumber
Jenis Frekuensi
Metode dan Data/
No Intervensi/ Indikator pengumpulan
Alat Ukur
Kegiatan data
Informasi

prioritas per desa/lingkungan dinas Sakit,


program kesehatan Puskesmas,
intervensi dan lembaga
berbasis desa puskesmas penelitian,
di semua private
kabupaten sektor

6.8 Buletin/jurna Jumlah, jenis dan Tahunan


l Malaria frekuensi
jurnal/buletin
malaria di Belu

6.9 Supervisi, Jumlah supervisi Tahunan Supervisi, Dinas


monitoring dan bimbingan kunjungan Kesehatan,
dan evaluasi teknik yang lapangan, Rumah
suportive dilakukan dalam tanya Sakit, dan
terpadu dan rangka jawab, Puskesmas
berkelanjutan meningkatkan wawancara
keberhasilan
program
pemberantasan
malaria

7 Penguatan dukungan lintas program/sektor terkait, sektor swasta, institusi


pendidikan dan lembaga penelitian

7.1 Membentuk Adanya Forum Tahunan Laporan Dinas


Forum Malaria Centre kegiatan Kesehatan,
Malaria BP4D
Centre

7.2 Pertemuan Jumlah Pertemuan Kuartal Laporan Dinas


Rutin Forum Forum Malaria kegiatan Kesehatan,
Malaria Centre BP4D
Centre
Lainnya

7.3 Penguatan Jumlah lintas sektor Tahunan Naskah Dinas


jejaring termasuk kerja sama Kesehatan,
public/private swasta/private yang dan laporan BP4D
mix program terlibat dalam kegiatan
malaria program
pemberantasan
malaria

7.4 Kerjasama Jumlah integrasi Tahunan Survei, Dinas


lintas malaria dan program laporan Kesehatan
program lain yang dinas
dilaksanakan kesehatan,
laporan
49
Sumber
Jenis Frekuensi
Metode dan Data/
No Intervensi/ Indikator pengumpulan
Alat Ukur
Kegiatan data
Informasi

puskesmas
dan
supervisi
terpadu

7.5 Pelatihan Jumlah tenaga medis 3 - 5 Tahun Naskah Dinas


tenaga medis dan paramedis kerja sama Kesehatan,
dan swasta yang dilatih dan laporan BP4D
paramedic tatalaksana penyakit kegiatan
Rumah malaria dalam
Sakit/klinik rangka
dan praktek- meningkatkan
praktek penemuan dan
dokter swasta pengobatan penyakit
tentang malaria secara cepat
tatalaksana dan tepat.
penyakit
malaria

7.6 Advokasi dan Jumlah sektor 3 - 5 Tahun Naskah Dinas


penggalangan swasta yang kerja sama Kesehatan,
dana memberi dukungan dan laporan BP4D
pemberantasa dana dalam kegiatan
n malaria dari mendukung program
swasta malaria

7.7 Pengembanga Jumlah proposal dan Tahunan Penelitian Dinas


n proposal penelitian malaria malaria Kesehatan,
penelitian yang diterima dan dibiayai BP4D,
malaria dibiayai lewat lewat lembaga
tahunan pembiayaan pembiayaan penelitian
International, Internationa
nasional dan dana l nasional
lokal/daerah dan local

7.8 Kerjasama Adanya kerjasama Tahunan Naskah Dinas


dengan Loka penelitian dan kerja sama Kesehatan,
Litbang pengamatan nyamuk dan laporan Loka
Vektor di berkala dengan Loka kegiatan Litbang
Waikabubak Litbang Vektor Belu Vektor dan
dan atau lembaga
lembaga penelitian
penelitian lain
untuk
penelitian
malaria

50
Sumber
Jenis Frekuensi
Metode dan Data/
No Intervensi/ Indikator pengumpulan
Alat Ukur
Kegiatan data
Informasi

7.9 Aktif dalam Jumlah Tahunan Paper, Dinas


Seminar/konf seminar/konferensi publikasi Kesehatan,
erensi malaria malaria yang diikuti ilmiah dan BP4D,
(peserta pada tingkat laporan lembaga
maupun international, kegiatan penelitian
penyelenggar nasional dan lokal.
a):

7.10 Pertemuan Jumlah pertemuan Tahunan Naskah Dinas


lintas sektor lintas sektor terkait kerja sama Kesehatan,
terkait untuk untuk percepatan dan laporan BP4D.
percepatan eliminasi malaria kegiatan
eliminasi
malaria

7.11 Effikasi obat Jumlah penelitian Tahunan Survei,


effikasi obat yang laporan
dilaksanakan dinas
kesehatan,
laporan
puskesmas
dan
supervisi

7.12 Effikasi Jumlah penelitian Tahunan Survei,


insektisida effikasi insektisida, laporan
dan obat anti kelambu anti dinas
malaria nyamuk dan Obat
kesehatan,
Anti malaria
laporan
puskesmas
dan
supervisi

1.6.3 Indikator Impact

Tabel 4. Indikator Impact Program Percepatan Eliminasi Malaria


No Jenis Indikator Frekuensi Metode dan
Intervensi/Kegiatan Impact pengumpulan Alat Ukur
data

1. Kematian akibat malaria

1.1 Angka kematian bayi Proporsi bayi 3 - 5 tahun Population


akibat malaria yang based
meninggal
51
No Jenis Indikator Frekuensi Metode dan
Intervensi/Kegiatan Impact pengumpulan Alat Ukur
data

akibat malaria survei,


operational
1.2 Angka kematian anak Proporsi anak 3 - 5 tahun
research
Balita akibat malaria Balita yang
meninggal
akibat malaria

1.3 Angka kematian ibu Proporsi ibu 3 - 5 tahun


hamil akibat malaria hamil yang
meninggal
akibat malaria

1.4 Angka kematian kasar Proporsi 3 - 5 tahun


akibat malaria kematian total
akibat malaria

2. Kesakitan akibat malaria

2.1 Angka kasus malaria Proporsi Tahunan Population


berdasarkan golongan kasus malaria based
umur berdasarkan survei,
golongan
operational
umur
research

2.2 Angka kasus malaria Proporsi Tahunan


pada ibu hamil dan anak kasus malaria
Balita pada ibu
hamil dan
anak Balita

2.3 Angka anemia pada ibu Prevalensi Tahunan


hamil dan anak Balita anemia pada
ibu hamil dan
anak Balita
dengan
malaria
(konfirmasi
laboratorium)

3 Manajemen malaria dan dukungan politis

3.1 Pelatihan manajemen Jumlah 3 - 5 tahun Population


malaria dan tatalaksana pelatihaan based
kasus manajemen survei,
malaria dan
operational
tatalaksana
kasus malaria research
yang
52
No Jenis Indikator Frekuensi Metode dan
Intervensi/Kegiatan Impact pengumpulan Alat Ukur
data

dilaksanakan

3.2 Pembiayaan malaria Jumlah dana 3 - 5 tahun


operasional
malaria
meningkat

53
BAB VII
PENILAIAN ELIMINASI MALARIA KABUPATEN BELU

1.7 Proses Penilaian


Kabupaten mengusulkan/ mengajukan ke Provinsi selanjutnya
diajukan ke Pusat untuk dinilai apakah kabupaten Belu sudah layak
mendapatkan Sertifikat Eliminasi Malaria dari Pemerintah (Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia) dengan memperhatikan:

Wilayah kabupaten Belu sudah tidak ditemukan lagi penderita dengan


penularan setempat (kasus indigenous) selama 3 tahun berturut-turut dan
dijamin adanya pelaksanaan surveilans yang baik.

Tim Penilai Eliminasi Daerah dengan dukungan Pusat melakukan


penilaian terhadap wilayah kabupaten Belu dengan persyaratan yang harus
dipenuhi untuk mendapatkan Sertifikat Eliminasi Malaria antara lain:

1. surveilans dilaksanakan dengan baik termasuk surveilans migrasi dan


dapat menjangkau seluruh wilayah eliminasi;
2. adanya register kasus malaria yang mencakup wilayah eliminasi secara
lengkap;
3. unit pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta mampu
mendeteksi kasus secara dini dan mengobati secara tepat;
4. Dinas Kesehatan dan Puskesmas mampu menindaklanjuti kasus impor
yang ditemukan;
5. tersedianya tenaga mikroskopis dengan kualitas pemeriksaan sediaan
darah yang baik terutama di wilayah reseptif;
6. Setiap kasus positif dilakukan penyelidikan epidemiologi untuk
menentukan asal penularan;
7. adanya peraturan daerah atau peraturan perundangan lain yang
mendukung dan menjamin tersedianya dana secara berkesinambungan
untuk pemeliharaan eliminasi malaria (mencegah penularan kembali);
8. adanya sosialisasi/penyuluhan yang berkesinambungan tentang
pencegahan malaria kepada wisatawan dan pendatang untuk
menghindari penularan malaria, antara lain dengan menggunakan
kelambu anti nyamuk, repellent, pengobatan profilaksis;
9. di wilayah reseptif dilakukan surveilans vektor, termasuk effikasi
insektisida dan resistensi nyamuk;

54
10. berfungsinya Sistem Kesehatan Dasar – Kejadian Luar Biasa dan
mampu melakukan penanggulangan secara cepat bila terjadi KLB; dan
11. bila diperlukan adanya koordinasi lintas batas kabupaten/kota dan
Kabupaten.

1.7.1 Tim Penilai


Tim Penilai Eliminasi Malaria Kabupaten terdiri dari unsur internal
dan eksternal. Unsur internal berasal dari Tim Monitoring Eliminasi Malaria
Kabupaten dan Dinas Kesehatan Kabupaten Belu. Unsur eksternal terdiri
dari perguruan tinggi, organisasi profesi, dan unsur lain yang diperlukan.
Hasil evaluasi dari Tim Penilai Eliminasi Malaria disampaikan kepada
Kepala Dinas Kesehatan untuk diusulkan kepada Menteri Kesehatan
sebagai dasar pertimbangan penerbitan Sertifikat Eliminasi Malaria.

55
BAB VIII
PERAN PEMERINTAH DAERAH, KELOMPOK MASYARAKAT DAN
INSTITUSI PENDIDIKAN

1.8 DUKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BELU


a. menyusun prosedur standar operasional upaya percepatan eliminasi
malaria menuju Kabupaten Belu bebas malaria Tahun 2023 di wilayah
kabupaten Belu dalam suatu komitmen yang dituangkan dalam
perundangan daerah;
b. melaksanakan kegiatan upaya percepatan pemberantasan malaria
menuju Kabupaten Belu bebas malaria Tahun 2023;
c. menggerakkan potensi Sumber Daya (manusia, anggaran, sarana dan
prasarana serta dukungan lainnya) dalam melaksanakan upaya
percepatan eliminasi malaria menuju Kabupaten Belu bebas malaria
Tahun 2023;
d. mengkoordinasikan kegiatan upaya percepatan eliminasi malaria
menuju Kabupaten Belu bebas malaria Tahun 2023 dengan lintas
program dan sektor terkait;
e. melaksanakan sistem kewaspadaan dini;
f. menyediakan sarana dan prasarana dalam eliminasi malaria termasuk
penanggulangan KLB serta pendistribusiannya;
g. melaksanakan penanggulangan KLB, bencana, dan pengungsian;
h. melaksanakan jejaring Surveilans Epidemiologi dan Sistem Informasi
Malaria;
i. memfasilitasi tercapainya akses penemuan dan pengobatan malaria;
j. melaksanakan pelatihan teknis dan manajemen dalam eliminasi
malaria termasuk manajemen terpadu balita (MTBS) dan ibu hamil
sakit malaria bagi tenaga kesehatan di tingkat pelayanan dasar dan
rujukan (dokter, perawat, bidan);
k. melakukan pemetaan daerah endemik, potensi KLB, dan resisten;
l. melaksanakan survei-survei (Dinamika Penularan, Mass Blood
Sel/Mass Fever Sel, Resistensi Insektisida, Entomologi, dan lain-lain);
m. melakukan pengadaan dan pendistribusian bahan dan alat, termasuk
obat anti malaria dan insektisida;
n. menyiapkan Juru Malaria Desa (JMD) dan kader Posmaldes di desa-
desa endemik terpencil dan tidak terjangkau pelayanan petugas
kesehatan;

56
o. melaksanakan sosialisasi, advokasi dan asistensi kepada sektor
swasta, LSM, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan dan
organisasi lain yang terkait;
p. melaksanakan monitoring, evaluasi dan pelaporan upaya upaya
percepatan pemberantasan malaria menuju Kabupaten Belu bebas
malaria Tahun2023 di wilayahnya; dan
q. menyusun laporan tahunan tentang pelaksanaan dan pencapaian
program eliminasi malaria di wilayah Kabupaten Belu kepada Bupati
Belu.
1.8.1 DUKUNGAN SWASTA, ORGANISASI KEMASYARAKATAN DAN LEMBAGA
DONOR
a. sektor swasta, LSM, organisasi kemasyarakatan, organisasi
keagamaan, lembaga donor, organisasi profesi dan organisasi
kemasyarakatan lainnya dapat berperan aktif sebagai mitra sejajar
Pemerintah Daerah melalui forum Gebrak Malaria atau forum Malaria
Centre yang sudah terbentuk dalam eliminasi malaria;
b. peran mitra tersebut dapat dilaksanakan dengan mengutamakan
unsur-unsur kemitraan, kesetaraan, komunikasi, akuntabilitas, dan
transparansi;
c. operasional pelaksanaan upaya percepatan eliminasi malaria menuju
Kabupaten Belu bebas malaria Tahun 2023 dapat disesuaikan dengan
visi, misi, tugas/fungsi, dan kemampuan para mitra yang beRumah
Sakitangkutan disesuaikan dengan upaya eliminasi malaria;
d. menyediakan obat, bahan, dan alat kesehatan serta sarana operasional
sesuai standar;
e. menyediakan media dan materi promosi dan edukasi; dan
f. menyediakan tenaga ahli sesuai kebutuhan.
1.8.2 DUKUNGAN KECAMATAN
A. Dukungan Camat :
a. melaksanakan upaya percepatan eliminasi malaria di wilayah
kecamatan;
b. memimpin pertemuan/rapat eliminasi malaria dengan sektor & pihak
terkait (Agama, Pertanian, Perikanan, Pendidikan, Keluarga
Berencana, Tim penggerak PKK, Lembaga Swadaya Masyarakat,
Pemberdayaan Masyarakat Desa, Tenaga Kerja dan Transmigrasi,
Informasi dan Komunikasi, Kehutanan, Perkebunan, Komando Rayon
Militer, Kepolisian), dan organisasi profesi tingkat kecamatan;

57
c. memberikan arahan kepada kepala desa dan masyarakat terkait
pelaksaan upaya percepatan eliminasi malaria di wilayah kecamatan;
d. membuat kesepakatan pelaksanaan Gebrak Malaria tingkat
kecamatan; dan
e. memimpin dan menggerakkan masyarakat dalam upaya percepatan
eliminasi malaria di wilayah kecamatan.
B. Dukungan Puskesmas :
a. bertanggung jawab secara teknis pelaksanaan upaya percepatan
eliminasi malaria di wilayah Puskesmas;
b. merencanakan, melaksanakan, mengawasi, mengevaluasi dan
mensosialisasikan kegiatan upaya percepatan eliminasi malaria di
wilayah Puskesmas;
c. melakukan analisa situasi dan memetakan daerah bermasalah malaria
(data entomologi, epidemiologi, parasitologi) di wilayah Puskesmas
sampai unit analisis tingkat dusun dalam rangka menentukan daerah
fokus intervensi eliminasi malaria;
d. menyiapkan sarana dan prasarana untuk pelaksanaan upaya
percepatan eliminasi malaria di wilayah Puskesmas;
e. melakukan kunjungan lapangan dan mengawasi pelaksanaan upaya
percepatan eliminasi malaria di wilayah Puskesmas sesuai jadwal; dan
f. melatih dan membimbing kader di desa untuk membantu upaya
percepatan eliminasi malaria di wilayahnya.
1.8.3 DUKUNGAN KEPALA DESA/LURAH DAN PERANGKAT
DESA/LURAH LAINNYA

a. melakukan upaya percepatan eliminasi malaria di wilayah kerjanya;


b. merancang dan membuat kesepakatan beRumah Sakitama untuk yang
dituangkan dalam peraturan tingkat Desa/Kelurahan untuk
mendukung upaya percepatan eliminasi malaria di wilayahnya;
c. memimpin musyawarah desa dalam merencanakan dan menyediakan
anggaran melalui Dana Desa atau dana lain sesuai peraturan yang
berlaku untuk mendukung upaya percepatan eliminasi malaria di
wilayahnya;
d. membantu Petugas kesehatan dalam upaya pencegahan malaria,
menghilangkan tempat perkembangbiakan nyamuk malaria melalui
manajemen lingkungan yang beRumah Sakitih dan sehat;
e. membantu Petugas kesehatan untuk menemukan penderita malaria
untuk dirujuk ke fasilitas kesehatan terdekat;

58
f. melakukan pengawasan terhadap pendatang baru dan mewajibkan
mereka untuk melakukan pemeriksaan malaria di fasilitas kesehatan
terdekat;
g. membantu pembagian dan pengawasan pemakaian kelambu anti
nyamuk di wilayahnya; dan
h. memimpin dan menggerakkan masyarakat dalam upaya percepatan
eliminasi malaria di wilayah yang dipimpinnya.
1.8.4 DUKUNGAN TENAGA KESEHATAN ATAU BIDAN DI DESA
a. melakukan penemuan dini dan pengobatan yang tepat pada penderita
malaria di wilayah kerjanya;
b. memberi keterangan yang tepat tentang dosis dan cara minum obat
yang benar kepada penderita malaria/masyarakat;
c. melakukan penjaringan malaria pada ibu hamil saat Ante Natal Care
dan membagi kelambu anti nyamuk bagi ibu hamil;
d. melakukan prosedur Manajemen Terpadu Balita Sakit secara tepat
termasuk pemeriksaan wajib malaria pada anak Balita di daerah
endemis malaria;
e. menggerakkan masyarakat dalam upaya percepatan eliminasi malaria
di wilayah kerjanya;
f. melakukan promosi kesehatan dan sosialisasi tentang bahaya malaria,
upaya pencegahan, upaya mencari pertolongan, minum obat yang tepat
sesuai dosis, pemakaian kelambu anti nyamuk; dan
g. membantu Kepala Desa/Lurah melalui pemberian informasi yang tepat
tentang malaria pada saat musyawarah perencanaan dan
pembangunan desa atau musyawarah lainnya yang mendukung upaya
percepatan eliminasi malaria di wilayah kerjanya.
1.8.5 DUKUNGAN KELOMPOK MASYARAKAT LAINNYA (TP-PKK, DASA
WISMA, TOKOH AGAMA, KARANG TARUNA, GURU, PRAMUKA DAN
LAIN-LAIN)
a. menggerakkan masyarakat menciptakan lingkungan yang beRumah
Sakitih melalu Gerakan Jumat BeRumah Sakitih atau gerakan lainnya
dalam rangka Pemberantasan/pembeRumah Sakitihan Sarang
Nyamuk (PSN) Anopheles di lingkungannya;
b. menggerakkan masyarakat dengan membentuk kelompok peduli
malaria di lingkungannya;
c. melakukan kunjungan rumah dan membantu tenaga kesehatan dalam
penemuan dini dan pengobatan yang tepat pada penderita malaria di
wilayah tempat tinggalnya;

59
d. membantu Pemerintah dan tenaga kesehatan dalam melakukan
promosi kesehatan dan sosialisasi tentang bahaya malaria, upaya
pencegahan, upaya mencari pertolongan dan minum obat yang terpat
sesuai dosis serta pemakaian kelambu anti nyamuk;
e. membantu Kepala Desa/Lurah atau perangkat desa/lurah lainnya
melalui pemberian informasi yang tepat tentang malaria pada saat
musyawarah perencanaan dan pengembangan desa dan atau kegiatan
musyawarah desa lainnya dalam merencanakan dan menentukan
anggaran kegiatan yang mendukung upaya percepatan eliminasi
malaria di wilayah kerjanya;
f. dapat membantu Pemerintah Daerah dan tenaga kesehatan dalam
melakukan inovasi, penelitian dan promosi kesehatan untuk
mempercepat upaya eliminasi malaria di wilayah kerjanya; dan
g. dapat membantu Pemerintah Daerah dan tenaga kesehatan dalam
melakukan pengawasan terhadap pendatang baru dan memfasilitasi
mereka untuk melakukan pemeriksaan malaria di fasilitas kesehatan
terdekat.
1.8.6 Dukungan Rumah Sakit
a. memberikan pelayanan rujukan kasus malaria dari Puskesmas;
b. memberikan pelayanan kasus malaria sesuai standar prosedur
operasional;
c. menyiapkan sarana & prasarana penunjang untuk penatalaksanaan
kasus malaria; dan
d. menyampaikan data dan laporan kasus malaria yang ditangani kepada
Dinas Kesehatan Kabupaten Belu.
1.8.7 DUKUNGAN AKADEMISI DAN INSTITUSI PENDIDIKAN KESEHATAN
a. menjadikan materi Malaria sebagai Mata Kuliah Muatan Lokal dalam
perkuliahan pada Institusi Pendidikan Kesehatan di Daerah;
b. melakukan Penelitian yang berhubungan dengan Penyakit Malaria;
c. melakukan kegiatan Pengabdian Masyarakat untuk mendukung
percepatan eliminasi malaria di Kabupaten Belu;
d. menjalin kerjasama dalam pengembangan laboratorium malaria dan
Entomologi;
e. menjadi tenaga ahli dan narasumber dalam mendukung pengendalian
malaria;
f. menjadi sumber rujukan akademik yang berhubungan dengan malaria;
dan
g. mengembangkan teknologi atau inovasi tepat guna dalam pengendalian
malaria.

60
61
62

Anda mungkin juga menyukai