PRAKTEK KUNJUNGAN
LAPANGAN DI KOMISI
PEMBERANTASAN AIDS
(HIV/AIDS) MIMIKA
Kelompok III:
1. Atikah
2. Dekthon N. Mote
3. Hermina M. Warikapokah
4. Indah L. Nahumarury
5. Jerlin Wandikbo
6. Maria Marlin Lartutul
7. Seryana
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES JAYAPURA
JURUSAN KESEHATAN
LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI D-III
SANITASI MIMIKA
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
KATA PENGANTAR
Penulis,
DAFTA ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
Tujuan dilaksanakannya
praktek kunjungan lapangan di
KPA Dinas Kesehatan
Kabupaten Mimika ini adalah
untuk mengetahui:
1. Jumlah kasus IMS/PMS
dan HIV/AIDS di
Kabupaten Mimika
2. Target dan capaian
program KPA dinas
kesehatan Kabupaten
Mimika
3. Keberhasilan program
KPA Dinas Kesehatan
Kabupaten Mimika
4. Kendala pelaksanaan
program Dinas
Kesehatan Kabupaten
Mimika
5. Upaya-upaya yang
sudah dilakukan KPA
Dinas Kesehatan
Kabupaten Mimika
Komitmen untuk
menghentikan penyakit malaria
ini tidak hanya secara nasional,
namun juga regional yang mana
Komitmen Eliminasi Malaria ini
didukung oleh Menteri Dalam
Negeri melalui Surat Edaran
Mendagri No.443.41/465/SJ
tahun 2010 tentang pelaksanaan
program malaria dalam mencapai
eliminasi di Indonesia. Komitmen
pemerintah ditunjukkan dalam
salah satu indikator RPJMN
2015-2019. (Direktur P2PTVZ,
2017)
Pemerintah Indonesia
memahami konsep eliminasi
malaria sebagai:
1. Suatu upaya untuk
menghentikan penularan malaria
setempat dalam suatu wilayah
geografis tertentu, dan bukan
berarti tidak ada kasus malaria
impoor serta sudah tidak ada
vektor malaria di wilayah
tersebut, sehingga tetap
dibutuhkan kegiatan
kewaspadaan untuk mencegah
penularan kembali.
2. Suatu daerah atau lokasi
dikatakan tereliminasi malaria,
bila tidak ditemukan lagi kasus
penularan setempat (indigenous)
selama tiga tahun berturut-turut
serta dijamin dengan kemanpuan
pelaksanaan surveilans yang baik.
(Setyaningrum, Endah, 2020)
A. Tantangan Eliminasi
Malaria di Indonesia
Sedangkan di Provinsi
Papua pada 2021 Anual Parisite
Incidence (API) angka malaria di
Kabupaten Jayapura per 1.000
penduduk masih ada 193 orang
yang terkena malaria. sementara
pada 2023-2025 sesuai dengan
Peraturan Bupati (Perbup) Nomor
44 tahun 2017 yang merupakan
pedoman pengendalian malaria
menuju eliminasi pada 2030 di
Kabupaten Jayapura sudah masuk
dalam tahap tereliminasi.
Sehingga angka malaria di
Kabupaten Jayapura harus turun
sampai lima per 1.000 penduduk
sehingga perlu upaya yang sangat
strategis untuk mengatasi kasus
malaria. (Sunarto, 2022)
Kabupaten Mimika,
Provinsi Papua Tengah
menargetkan untuk masuk pada
fase praeliminasi kasus penyakit
malaria pada tahun 2026
mendatang, sementara target
untuk melakukan eliminasi
malaria dengan temuan kasus
malaria nol pada 2030. Kasus
malaria di Mimika hingga kini
masih sangat tinggi. Data
terakhir, Annual Parasite
Incidence (API) malaria ada di
angka 500 per 1000 penduduk.
Angka itu berarti setengah
penduduk Mimika terinfeksi
malaria atau dari 10 orang warga,
5 di antaranya positif malaria.
Dulu kita bicara 300 per 1000,
sekarang sudah 500 per 1000. Ini
kenaikan yang luar biasa.
Pangkal persoalannya ada pada
ketidakpedulian. Seperti
ketidakpedulian masyarakat
dalam meminum obat sampai
tuntas dan juga didorong oleh
warga yang tidak peduli pada
kebersihan lingkungan. (Rettob,
2022)
Di Negeri Cendrawasih
(Tanah Papua) terdapat berbagai
suku bangsa dengan ragam
kebiasaan dan perilaku, yang
merupakan faktor berpengaruh
dalam menunjang keberhasilan
partisipasi masyarakat dalam
upaya mengeliminasi malaria.
Penduduk Papua berasal dari
bermacam-macam suku yang
dipimpin oleh kepala suku.
Masyarakat setempat umumnya
hidup berkelompok dengan mata
pencarian nelayan, meramua,
bertani dan berburu, hingga saat
ini masih ditemukan gaya hidup
nomaden pada beberapa suku di
Negeri Cendrawasih. Tingkat
pengetahuan dan cara berpikir
masyarakat yang sangat terbatas,
begitu juga dengan sarana dan
prasarana yang kurang ditambah
lagi dengan ikatan adat istiadat
membuat masyarakat sulit
berkembang dalam waktu
singkat. Karena itu masyarakat
Papua masih hidup dibawah garis
kemiskinan dan keterbelakangan,
yang berdampak pada timbulnya
berbagai masalah kesehatan yang
cukup kompleks seperti tingginya
angka kematian ibu dan bayi,
prevalensi TBC, Malaria, Filaria,
Frambusia, kusta yang tinggi,
serta masalah-masalah lainnya
yang mengancam kelangsungan
hidup masyarakat di Tanah
Papua, termasuk HIV-AIDS yang
juga pernah menjadi KLB
(Dumatubun, 2012).
Gambar 1.
Tumbuhan pulai
/kayu susu
Gambar 2.
Tumbuhan turi
3. Latin : Catharanthus Diambil bagian daun lalu dikeringk
roseus kemudian direbus dengan air. adap
Indonesia : Tapak dara daun diambil segenggam lalu direb
Papua : Tapak merah dengan air tiga gelas sampai tersi
Famili : Apocynaceae satu gelas, didinginkan dan kemudi
diminum.
Gambar 3.
Tumbuhan tapak dara /
merah
Gambar 4.
Tumbuhan kayu/tali kuning
Gambar 5.
Tumbuhan mengkudu
6. Latin : Carica Papaya Bagian yang dimanfaatkan sebag
Indonesia : Pepaya obat adalah daun. Daun pepaya yan
Papua : Pepaya telah berwarna kuning dipera
Famili : Caricaceae kemudian dicampur dengan sedik
garam, campuran ini kemudi
diminum , direbus dengan air ti
gelas hingga tersisa satu gelas, setel
dingin, kemudian diminum.
Gambar 6.
Tumbuhan pepaya
Gambar 7.
Tumbuhan ketepeng
Gambar 8.
Tumbuhan kumis kucing
9. Latin : Stachytarpheta Bagian yang digunakan sebagai ob
jamaicensis adalah daun. Diambil segenggam da
Indonesia : Pecut kuda segar pecut kuda, rebus dengan a
Papua : Pecut kuda secukupnya, setelah dingin, kemudi
Famili : Verbenaceae diminum.
Gambar 9.
Tumbuhan pecut kuda
Gambar 10.
Tumbuhan pecut kuda
Gambar 11.
Tumbuhan sirih
12 Latin : Zingiber officinale Cara menggunakan jahe unt
Indonesia : Jahe mengobati penyakit ini ialah ja
Papua : Jahe direbus dengan air sampai matan
Famili : Zingiberaceae kemudian minumlah ramuan tersebu
Gambar 12.
Tumbuhan jahe
Gambar 13.
Tumbuhan kunir
Itulah hasil penelusuran pustaka
dan pengetahuan mengenai jenis
tumbuhan obat yang dapat
dijumpai dan digunakan sebagai
pengobatan penyakit malaria
secara tradisional oleh
masyarakat di Kabupaten
Mimika.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan
yang telah diuraikan sebelumnya
maka disimpulkan bahwa upaya
eliminasi malaria melaui sosial
budaya dan pengobatan
tradisional pada masyarakat di
Kabupaten Mimika adalah
sebagai berikut:
1. Pengetahuan kesehatan
(knowledge healthy) mengenai
penyakit malaria oleh masyarakat
di Kabupaten Mimika masih
rendah walaupun penyakit ini
adalah penyakit yang tertinggi
hampir setiap tahunnya. Namun
masyarakat belum memahami
secara benar tentang faktor
penyebab, gejala klinis, cara
penularan dan upaya pencegahan
serta pengobatan, kondisi ini
berpengaruh terhadap cara
masyarakat dalam menyikapi
penyakit malaria.
2. Profil pelayanan kesehatan di
Kabupaten Mimika yang lebih
berfokus pada pelayanan kuratif
(pengobatan) juga mempengaruhi
upaya eliminasi malaria pada
2030 mendatang. Perlu dilakukan
evaluasi yang mengupayakan
agar Puskesmas lebih berfokus
pada mendidik masyarakat baik
secara teori maupun praktek
mengenai bagaimana cara
pengendalian dan pencegahan
yang baik dan benar serta
mempromosikan pengobatan
tradisional yang benar-benar
telah di kaji dan dapat dipercaya.
3. Pengobatan malaria secara
tradisional dalam mengeliminasi
malaria dengan menggunakan
tumbuhan obat (secara alamiah)
relatif lebih aman, mudah
dijangkau, mudah dikelola, biaya
pengeluaran kecil dan memiliki
efek samping yang rendah.
Kecuali pada saat dilakukannya
pengobatan, ada penyakit lainnya
yang juga menjangkit kesehatan
pasien harus diwaspadai guna
mencegah terjadinnya komplikasi
lainnya (bertentangannya)
tumbuhan obat yang dikonsumsi
dengan penyakit lain tersebut.
3.2 Saran
DAFTAR
PUSTAKA