Anda di halaman 1dari 13

Laporan kesehatan keselamatan kerja (K3) Pada Industri

Kecil/ Rumah Tangga ( Laundry Acclesia/Miss Diah)

KELOMPOK 3
FIRMA HASIBUAN
HERMINA WARIKAPOKA
HAROL KAMAKAULA
INDAH NAHUMARURI

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAYAPURA

PRODI D-III SANITASI MIMIKA

TAHUN AJARAN 2023/2024


BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Home industri atau industri rumahan adalah rumah usaha produk barang atau juga
perusahaan kecil.Pada umumnya,pelaku kegiatan ekonomi yang berbasis dirumah ini
adalah keluarga itu sendiri ataupun salah satu dari anggota keluarga yang berdomisili
ditempat tinggalnya itu dengan mengajak beberapa orang disekitarnya sebagai
karyawannya. Meskipun dalam skala yang tidak terlalu besar, kegiatan namun ekonomi
ini secara tidak langsung membuka lapangan pekerjaan untuk sanak saudara ataupun
tetangga di kampung halamannya. Pada umumnya sifat pekerjaan rumah industri hanya
berdasarkan perintah dan perolehan harga. Hubungan yang ada hanya terbatas majikan
dan buruh (tenaga kerja), dengan perlindungan minimal K3.
Kesehatan, Keselamatan, dan Keamanan Kerja, biasa disingkat K3 adalah suatu upaya
guna memperkembangkan kerja sama, saling pengertian dan partisipasi efektif dari
pengusaha atau pengurus dan tenaga kerja di tempat– tempat kerja untuk melaksanakan
tugas dan kewajiban bersama untuk keselamatan, kesehatan, dan keamanan kerja dalam
rangka melancarkan usaha berproduksi. Pada umumnya aplikasi K3 disektor rumah
industry masih kurang diterapkan dengan baik dibandingan dengan perusahaan-
perusahaan formal. Dalam laporan ini mencoba mengamati kegiatan K3 di sector home
industri dengan mengamati kondisi tempat kerja, alat pelindung diri, dan kecelakaan apa
saja yang dapat terjadi di sektor kegiatan industri rumahan.
Usaha laundry merupakan industri rumah tangga yang sekarang sudahmenjamur dimana-
mana, mulai dari yang berukuran mikro hingga makro.Laundry menjadi kebutuhan
tersendiri terutama bagi orang yang memiliki jadwalsangat padat untukpekerjaan bahkan
kegiatan yang lain, sehingga tidak mempunyai cukup waktu untuk mencuci. ACCLESIA
Laundry merupakan salah satu usaha laundry yang berada di Jl. Kartini kecamatan
puskesmas timika kabupaten mimika ,Usaha ini milik Ibu Hasmiah dan Usaha Laundry ini
dilakukan dirumah sendiri.

Jika dilihat secara sepintas mungkin kita tidak akan pernah menyadarinya bahaya dan
resiko kerja yang ada ditempat laundry Beberapa bahaya dan resiko kerja yang mungkin
terjadi di tempat laundry, mulai dari bahaya yang timbul karena alat alat yang ada hingga
karena paparan bahan kimia yang terdapat pada pewangi, deterjen atau pemutih pakaian
yang biasanya di pakai.

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui tindakan tidak aman yang dilakukan pekerja pada saat bekerja
diindustri rumah tangga tersebut?
2. Untuk mengetahui permasalahan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) yang
tersedia dalam industri rumah tangga tersebut?
3. Untuk mengetahui pengendalian dan perlindungan yang akan diterapkan dan
dilakukandalam industri rumah tangga tersebut?
C. Rumusan Masalah

1. Bagaimana tindakan tidak aman yang dilakukan pekerja pada saat bekerja di rumah
industri tersebut?
2. Apa saja permasalahan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) yang terdapat dalam
industri rumah tangga tersebut?
3. Bagaimana pengendalian dan perlindungan yang akan diterapkan dan dilakukandalam
industri rumah tangga tersebut?
4. Alat ukur kurang sinkron
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Identifikasi Bahaya dan Risiko


1. Faktor Fisik
a. Kebisingan
Kebisingan merupakan suara yang tidak dikehendaki. Kebisingan ditempat
kerja adalah semua bunyi yang tidak dikehendaki yang bersumber dari mesin-mesin
yang bergerak yang berada di tempat kerja (Suma'mur, 1996). NAB (Nilai Ambang
Batas) di tempat kerja adalah nilai rata-rata yang dapat diterima tenaga kerja tanpa
mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan dalam pekerjaan sehari-hari untuk
waktu yang tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu.Ketentuan tersebut
sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja No :KEP-51/MEN/1999
tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika diTempat Kerja.

b. Suhu
Suhu tubuh manusia dipertahankan hampir menetap atau mendekati normal
oleh suatu sistem pengaturan suhu tubuh yang sempurna sehingga manusia dapat
menyesuaikan diri dengan perubahan suhu yang terjadi di luar tubuhnya. Suhu
menetap ini sebagai akibat dari metabolisme dan pertukaran panas antara tubuh dan
lingkungan sekitarnya. Panas yang dihasilkan metabolisme sangat tergantung dari
kegiatan tubuh. Kemampuan untuk menyesuaikan diri pada batasnya yaitu tubuh
manusia masih dapat menyesuaikan dirinya dengan suhu luar jika perubahan dari
suhu luar tidak lebih dari 20% untuk kondisi panas dan 35% untuk kondisi dingin.
Seorang tenaga kerja akan mampu bekerja efisien dan produktif bila
lingkungan tempat kerjanya nyaman atau dapat dikatakan efisieni kerja optimal di
daerah nikmat kerja, tidak dingin dan tidak panas. Suhu yang tinggi merupakan beban
kerja tambahan dan sangat berpengaruh bila tenaga kerja tersebut melakukan kerja
fisik. Apabila suhu di ruang kerja mencapai 400 C dan menggunakan peralatan yang
panas dapat menyebabkan keluarnya banyak keringat yang mempercepat kelelahan,
dapat berakibat penurunannya kemampuan kerja dan produktivitas kerja (Suma'mur,
1996).
Berdasarkan Kepmenkes No.Kep.1405/Menkes/SK/XI/2002 TentangPersyaratan dan
Tata Cara Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri.
Nilai standart untuk suhu yaitu 18-280C. Tata cara pelaksanaan yaitu :1. Tinggi
langit-langit dari lantai minimal 2,5 m.2. Bila suhu udara >280C perlu menggunakan
alat penata udara seperti AC, kipasangin.3. Bila suhu udara luar<18 0C perlu
menggunakan pemanas ruang.

c. Pencahayaan
Menurut Suma'mur (1996) pencahayaan yang baik memungkinkan tenaga
kerja melihat objek-objek yang dikerjakannya secara jelas, cepat tanpa upaya-upaya
tidak perlu. Penerangan yang memadai memberikan kenyamanan pada tenaga kerja.
Sehingga tidak menimbulkan gangguan atau kelelahan pengelihatanselama bekerja.
Apabila penerangan kurang maka akan menimbulkan kelelahanmata yang
dapat mengakibatkan :
a) Terjadi banyak kelelahan
b) kualitas kerja rendah dan produktivitas menurun
c) Kecelakaan kerja
Untuk menghindari terjadinya gangguan pada mata, maka pencahayaan harus
disesuaikan dengan Peraturan Menteri Perburuhan No.7 Tahun1964 tentangsyarat-
syarat kesehatan, kebersihan serta penerangan di tempat kerja, untuk membedakan
bahan yang kasar (linen, pakaian, sprei dam selimut) intensitas penerangannya
minimal 50 lux.

2. Faktor Kimia
Bahan-bahan kimia yang ada di unit laundry berasal dari detergen,desinfektan,
zat pemutih, alkali, pemutih, saur, dan pelembut. Tingkat resiko yang hasilnya
tergantung dari lama pernapasan atau lama pemajanan. Meskipun demikian kimia
sangat beracun sudah dilarang dan dibatasi pemakaiannya, pemajanan terhadap zat
kimia yang berbahaya tidak dapatdielakkan (Depkes RI, 2004).

3. Faktor Biologi
Faktor biologi merupakan penyakit atau gangguan kesehatan yang diakibatkan
oleh mikroorganisme hidup seperti bakteri, virus, dan jamur. Tenagakerja yang
menangani linen kotor selalu kontak dengan bahan dan menarik napasudara yang
tercemar kuman patogen. Penelitian bakteriologi pada unit laundry menunjukkan
bahwa jumlah total bakteri meningkat 50 kali selama periode waktu sebelum cucian
mulai diproses (Depkes RI, 2004).

4. Faktor Fisiologis
Hubungan tenaga kerja dalam sikap dan interaksinya terhadap sarana
kerjaakan menentukan efisiensi, efektivitas, dan produktivitas kerja di setiap jenis
pekerjaan.Posisi tubuh yang salah atau tidak alami dapat menimbulkan kesulitan
dalam melaksanakan kerja, mengurangi ketelitian, dan mudah lelahsehingga kerja
menjadi kurang efisien. Hal ini dalam jangka panjang dapatmenyebabkan gangguan
fisik dan psikis (Depkes RI, 2004).
Faktor fisiologis dapat dikatakan juga suatu fakor ergonomi yaitu suatu
aplikasiteknologiuntukmenyerasikanataumenyeimbangkanagardapatterjadinya
keserasian antara segala fasilitas yang digunakan baik dalam beraktivitas maupun
istirahat dengan kemampuan dan keterbatasan manusia dan fisik maupun mental
seimbang sehingga kualitas hidup secara keseluruhan menjadi lebih baik (Tarwaka,
2004).
5. Psikologi Faktor Mental
Berdasarkan Depkes RI (2004), faktor psikologis ini mempunyai peranan besar
dalam menimbulkan kelelahan.Seringkali tenaga kerja tidak mengerjakan apapun
juga, tetapi mereka merasa lelah. Hal ini mungkin disebabkan adanyamental konflik.
Konflik mental mungkin disebabkan oleh pekerjaan itu sendiri, teman sekerjanya,
atasannya, atau karena kejadian di rumah dan dalam kehidupan dimasyarakat.
Dengan adanya konflik mental tersbut kelamaan akan lamamenimbulkan stres kerja.
Stres yaitu ancaman fisik dan psikologis dari factor lingkungan terhadap
kesejahteraan individu. Stres dapat disebabkan oleh :
1. Tuntutan pekerjaan.
2. dukungan dan kendala.

6. Faktor Ergonomi
Ergonomi secara singkat dapat dikatakan bahwa ergonomi adalah penyesuaian
tugas pekerjaan dengan kondisi tubuh manusia yaitu untuk menurunkan stress yang
dihadapi. Posisi kerja pegawai bervariasi diantaranyamenyetrika duduk lesehan di
bawah, mencuci menunduk dan gerakan repetitif punsama halnya dengan menjemur
baju menunduk dan berdiri.
BAB III
METODE PENGUKURAN

A. Gambaran umum Home Industry


Usaha Laundry Acclesia/Miss Diah terletak di Jalan Kartini kecamatan Puskesma
Timika. Laundry ini merupakan usaha milik Ibu.Hasmiah dan memiliki 4
pegawai .Laundry beroperasional dari pukul 08.00 Am– 21.00 Pm WIT . Tempat
usaha yang dikelola oleh Ibu tersebut dikelola dirumahnya sendiri dan bangunan
depan pekarangan rumah sebagai tempat datangnya pelanggan yang datang sehingga
tidak perlu ada biaya sewa, biaya tambahan terkait fasilitas yang digunakan ialah
listrik sedangkan air bersumber dari sumur. Di dalam rumah dilakukan untuk aktifitas
menyetrika baju sedangkan di belakang rumah dimanfaatkan sebagai tempat mencuci
dan menjemur baju. Tarif yang dikenakan untuk besarnya kiloan baju yang diterima
tiap harinya tidak menentukan. Jika ditaksir rata-rata sebesar 20-50 kg per hari. Nama
parfum pakaian yang digunakan adalah Molto. Jenis layanan yang ditawarkan ialah
cuci dan setrika dengan biaya Rp 7.000/kg-Rp 10.000/kg. Selain itu pada tempat ini
tidak hanya melaundry pakaian saja namun juga sprei dan selimut.

B. Bahan dan Alat


1. Formulir pemeriksaan
2. Alat tulis
3. Kamera

C. Cara kerja
1. Mengamati
2. Observasi
3. Pengukuran
4. Wawancara

D. Alat dan Bahan


Peralatan-peralatan yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Timbangan
2. Keranjang baju
3. Mesin cuci
4. Bara
5. Gantungan
6. Setrika
Bahan-bahan yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Deterjen bubuk/cair
2. Pelembut pakaian
3. Pewangi pakaian
Perlengkapan lain yang digunakan adalah alat tulis, nota, plastik kiloan,kresek, selotip
beserta tempatnya.
E. Prosedur Penanganan Pelanggan

Penerimaan Pelanggan Dilakukan oleh bagian penerimaan pelanggan merangkap


administrasi/kasir adalah sebagai berikut:
1. Cucian kotor diterima oleh bagian penerima pelanggan.
2. Penerima pelanggan wajib menanyakan mengenai pakaian yang akan dicuci,apakah
ada yang mudah luntur warnanya, atau ada yang harus dicuci khusus untuk
menghindari kesalahan pencucian.
3. Sambil menunggu cucian kotor ditimbang dan pembuatan nota, konsumendiminta
menunggu ditempat yang telah disediakan.
4. Cucian tersebut kemudian ditimbang dan dihitung jumlah satuan pakaian.
5. Setelah ditimbang, pelanggan penerima kemudian membuatkan nota
pembayaran,tidak tersebut berisi nama,berapa jumlah kilogram,dan berapa total
pembayarannya, serta keterangan lain (jika diperlukan).
6. Jika terdapat layanan pemilihan pewangi pakaian, pelanggan dipersilakan untuk
memilih pewangi sesuai yang diinginkan pelanggan. Dan tulis dalam nota
pembayaran tersebut.7.
7. Tidak pembayaran rangkap ke-1 tersebut kemudian diberikan kepada konsumen,
rangkap ke-2 untuk rekap administrasi laundry, rangkap ke-3 untuk Di tempatkan
bersama cucian kotor sebagai pemilikan properti baju.
8. Jika konsumen membayar lunas di muka, maka nota tersebut ditulis “Lunas”oleh
bagian penerimaan pelanggan.
9. Jika konsumen belum membayar, maka pembayaran dapat dilakukan padasaat
pengambilan cucian.
Pencucian yang dilakukan oleh bagian pencucian adalah sebagai berikut:
1. Cucian ditempatkan dalam keranjang sesuai dengan nama konsumen.
2. Cucian yang mudah luntur dicuci tersendiri.
3. Proses penggunaan bahan cuci yang tidak berbahaya, tidak menimbulkan kerusakan
pada pakaian maupun warna pakaian cuci dilakukan dengan menggunakan mesin cuci
yang tersedia dengan standar.
4. Pengeringan cucian juga dilakukan secara konvensional yakni memanfaatkansinar
matahari.
5. Jika pakaian sudah kering, maka cucian bersih kemudian diambil dari mesincuci dan
masukkan ke keranjang sesuai nama konsumen untuk selanjutnyadisetrika.
Setrika cucian bersih yang dilakukan oleh bagian setrika adalah sebagai berikut:
1. Keranjang isi cucian bersih lalu dimasukkan ke ruang setrika untuk disetrika.
2. Penyetrika harus menyetrika pakaian pada keranjang satu konsumen sampai selesai
sebelum beralih ke keranjang lainnya untuk menghindari tertukarnya pakaian antara
konsumen yang satu dengan konsumen yang lain.
3. Cara menyetrika yang baik adalah dengan memperhatikan bahan kain yang akan
disetrika, misalnya untuk bahan kain yang tipis atau sutra, cara menyetrika tidak boleh
terlalu panas. Sedang untuk pakaian berbahan jins,setrika dengan panas secukupnya.
Oleh karena itu perlu pengetahuan tentang berbagai jenis pakaian atau kain mutlak
untuk dimiliki .
Bagian setrika merangkap bagian pengemasan adalah sebagai berikut:
1. Cucian yang sudah disetrika kemudian dikemas dengan menggunakan plastic
kemasan tersendiri. Tujuannya adalah agar cucian tetap rapih dan wangi sampai
dengan diambil oleh konsumen.
2. Sebelum dikemas, bagian pengemasan harus memastikan bahwa pakaian yang
dikemas telah sesuai dengan kepunyaan konsumen yang cocok dengan nota rangkap
ke-3.
3. Pengemasan tidak boleh dipaksakan, artinya pengemasan harus memperhatikan
kerapihan pakaian yang telah disetrika. Jika satu kemasan tidak cukup, gunakan dua
kemasan atau lebih. Misalnya: baju-baju kerjadi kemas tersendiri, celana jeans juga
dikemas tersendiri.
4. Kemasan tersebut diselotip supaya rapi.
5. Setelah dikemas tersebut, cucian bersih kemudian diletakkan dirak penyimpanan.
Untuk memudahkan pengambilan.
Terima dan Pembayaran Dilakukan oleh bagian administrasi/kasir adalah sebagai
berikut:
1. Konsumen yang akan mengambil cucian, diminta menunjukkan nota rangkapke-1.
2. Setelah itu petugas mengambil cucian pada tempat penyimpanan sesuai dengan nota
yang ditunjukkan konsumen.
3. Jika konsumen belum membayar (nota belum di cap lunas), maka petugas wajib
mengingatkan konsumen untuk melakukan pembayaran.
4. Setelah pembayaran selesai, nota tersebut di cap“Lunas”.
5. Kemudian cucian yang sudah selesai diproses tersebut selanjutnyadiserahterimakan
kepada konsumen.
6. Konsumen dipersilakan untuk mengecek pakaiannya, apakah sudah sesuai.
7. Jika sudah selesai, nota rangkap ke-1 yang sudah dicap“Telah Diambil”diserahkan
kepada konsumen, sedangkan nota rangkap ke-2 diarsipkan sebagai bukti transaksi.

F. Hasil Pemeriksaan form cheklis

1. Lokasi londry Acclesi/Miss Diah memenuhi syarat


2. Lingkungannya memenuhi syarat
3. Bangunannya memenuhi syarat
4. Lantai memenuhi syarat
5. Dinding memenuhi syarat
6. Atap Memenuhi syarat
7. Langit-langit memenuhi syarat
8. Pintu Memenuhi syarat
9. Pencahayaan
PENCAHAYAAN
Titik 1 43
Titik 2 49
Titik 3 25
Total 117
KELEMBABAN
Titik 1 75,6
Titik 2 69,9
Titik 3 79,2
Total 224,7
Total keseluruhan 117 / 3 = 39 Lux
10. Kelembaban

KEBISINGAN
65,7 68,3 59,6 58,3 60 58 58,5 58,3 57 48,3 57 58,4 58,9 59,6 57,7
57,3 56,3 55,6 50 50,1 48,4 52,2 52,2 49,9 55,7 55,9 56,3 57,1 57,8 58,4
58,1 58,2 49,2 58,4 58,9 59,8 58,5 58,2 56,4 58,3 58,6 66,3 58,6 58,6 58,5
58,5 58,8 57,8 58,7 58,3 59 59 58,7 58,9 58,8 56,5 51,1 53,4 59 57,5
58,9 56,6 57,5 58,5 59,1 59 58,1 58,1 58,3 57,9 57,7 57,8 57,7 57,9 57,9
58 57,9 57,8 57,6 59,2 56,2 57,1 56,1 58 55,1 58 57,9 54,6 57,7 56,2
55,3 57,3 57,4 56,2 57,1 57,6 57,1 57,3 56,6 58,5 56 59,8 58,8 58,5 59,7
59,1 59,2 59,5 59,5 59,1 59,3 57,3 58,6 58,8 59,2 59,3 58,3 55,6 54,7 54,7
55,1 53,9 55,6 54,4 56,5 56,1 59,5 59,5 58,3 57,7 59,4 59,4 59,2 59,5 57,6
55,7 59,7 59,7 59,3 59,7 59,8 59,7 59,2 59,7 58,8 60 59,6 59,7 59,7 59,5
59,7 59,9 55,3 59,7 55,6 59,6 59,5 59,7 59,5 59,4 49,8 59,7 56 56,7 59,7
60 53,6 59,6 48,5 59,6 59,6 58,9 50,7 59,4 58,9 55,6 58,5 57,5 58,2 59,6
56,9 56,6 59,6 58,6 58,4 52,6 59,6 58,2 59,1 56,7 59,6 59,4 59,5 51,3 59
55,6 58,7 59,7 59,7 58,7 59,2 55 59,1 56,9 57,1 59 59,8 55,5 55,6 59,6
55,7 56,2 56 56,5 59,3 59,8 59,9 59,6 59,6 57,8 58,6 59,6 59,7 59,8 59,7

Total keseluruhan 224,7 / 3 =74,9 RH

11. Kebisingan

Total keseluruhan 12.990,8 / 225 = 57,73 dBA

12. Gudang Memenuhi syarat


13. Pembuangan air limbah memenuhi syarat
14. Tempat Sampah memenuhi syarat
15. Tempat pengumpulan sampah sementara memenuhi syarat
16. Peralatan Pencegahan Masuknya serangga memenuhi syarat
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari data yang kami amati /hasil infeksi pada laundry Acclesia/Miss Diah Bahwa :
1. Lokasi londry Acclesi/Miss Diah memenuhi syarat
2. Lingkungannya memenuhi syarat
3. Bangunannya memenuhi syarat
4. Lantai memenuhi syarat
5. Dinding memenuhi syarat
6. Atap Memenuhi syarat
7. Langit-langit memenuhi syarat
8. Pintu Memenuhi syarat
9. Pencahayaan = 39 Lux dikatakan standart /memenuhi syarat kesehatan
10. Kelembaban = 74,9 Rh dikatakan tidak memenuhi syarat ( Alat kurang sinkron)
11. Kebisingan = 57,73 DBA dikatakan memenuhi Syarat kesehatan
12. Gudang Memenuhi syarat
13. Pembuangan air limbah memenuhi syarat
14. Tempat Sampah memenuhi syarat
15. Tempat pengumpulan sampah sementara memenuhi syarat
16. Peralatan Pencegahan Masuknya serangga memenuhi syarat

B. Saran

1. Mengganti dengan hanger berbahan sintetis.


2. Membuat atap jemuran setinggi 2,5 meter.
3. Menyetrika dengan posisi duduk dengan sandaran mengubah menjadi posisi
berdiri dengan papan setrikaan setinggi pinggang dan bergerak pindah tempat
tiap jam nya.
4. Menambah pencahayaan di ruangan menyetrika.
5. Menata ulang ruangan dengan lebih banyak ventilasi udara atau dapat
menambahkan hexos/kipas angin.
6. Memakai sarung tangan.
7. Memakai masker
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai