Anda di halaman 1dari 13

DEFINISI KESELAMATAN, KESEHATAN DAN KECELAKAAN KERJA

Keselamatan dan kesehatan kerja secara keilmuan adalah suatu ilmu pengetahuan dan
penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit
akibat kerja. Kesehatan dan keselamatan Kerja (K3) tidak dapat dipisahkan dengan proses
produksi baik jasa maupun industri.
1. Keselamatan Kerja
Keselamatan Kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat
kerja, bahan, dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-
cara melakukan pekerjaan. Keselamatan Kerja memiliki sifat sebagai berikut.
a. Sasarannya adalah lingkungan kerja.
b. Bersifat teknik.
Pengistilahan Keselamatan dan Kesehatan Kerja bermacam-macam, ada yang menyebutnya
Hygene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hyperkes) dan ada yang hanya disingkat K3, dan
dalam istilah asing dikenal Occupational Safety and Health.
2. Kesehatan Kerja
Pengertian sehat senantiasa digambarkan sebagai suatu kondisi fisik, mental dan
sosial seseorang yang tidak saja bebas dari penyakit atau gangguan kesehatan melainkan juga
menunjukkan kemampuan untuk berinteraksi dengan lingkungan dan pekerjaannya. Oleh
karenanya, perhatian utama di bidang kesehatan lebih ditujukan ke arah pencegahan terhadap
kemungkinan timbulnya penyakit serta pemeliharaan kesehatan seoptimal mungkin. Status
kesehatan seseorang menurut Blum (1981) dalam (Redjeki, 2016) ditentukan oleh empat
faktor sebagai berikut.
a. Lingkungan, berupa lingkungan fisik (alami, buatan), kimia (organik/anorganik, logam
berat, debu), biologik (virus, bakteri, mikroorganisme), dan sosial budaya (ekonomi,
pendidikan, pekerjaan).
b. Perilaku yang meliputi sikap, kebiasaan, tingkah laku.
c. Pelayanan kesehatan: promotif, perawatan, pengobatan, pencegahan kecacatan,
rehabilitasi.
d. Genetik, yang merupakan faktor bawaan setiap manusia.
3. Kecelakaan Kerja
Kecelakaan merupakan sebuah kejadian tak terduga yang dapat menyebabkan cedera
atau kerusakan. Kecelakaan dapat terjadi akibat kelalaian dari perusahaan, pekerja, maupun

K3LH LABORATORIUM KIMIA 2


keduanya, dan akibat yang ditimbulkan dapat memunculkan trauma bagi kedua pihak. Bagi
pekerja, cedera akibat kecelakaan dapat berpengaruh terhadap kehidupan pribadi, kehidupan
keluarga, dan kualitas hidup pekerja tersebut. Bagi perusahaan, terjadi kerugian produksi
akibat waktu yang terbuang pada saat melakukan penyelidikan atas kecelakaan tersebut serta
biaya untuk melakukan proses hukum atas kecelakaan kerja.
Kecelakaan dapat dibagi menjadi 2 jenis, kecelakaan langsung dan kecelakaan tidak
langsung. Kecelakaan langsung dapat dibedakan menjadi kejadian kecelakaan sesungguhnya
dan juga kejadian nyaris celaka/hampir celaka. Nyaris celaka adalah sebuah kejadian yang
hampir menyebabkan terjadinya cedera atau kerusakan dan hanya memiliki selang perbedaan
waktu yang sangat singkat. Nyaris celaka tidak mengakibatkan kerusakan, sedangkan
kecelakaan pasti mengakibatkan kerusakan (Ridley, 2008).

LANDASAN HUKUM/REGULASI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Landasan hukum merupakan bentuk perlindungan yang diberikan oleh pemerintah


terhadap masyarakat dan karyawan yang wajib untuk di terapkan oleh perusahaan. Berikut
adalah peraturan yang mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang dikutip dari
(Redjeki, 2016).
1. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 mengenai Keselamatan Kerja
Undang-undang ini mengatur dengan jelas tentang kewajiban pimpinan tempat kerja dan
pekerja dalam melaksanakan keselamatan kerja. Menurut UU ini kewajiban dan hak tenaga
kerja sebagai berikut.
a. Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai pengawas atau ahli
keselamatan kerja.
b. Memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan.
c. Memenuhi dan menaati semua syarat-syarat keselamatan dan kesehatan yang diwajibkan.
d. Meminta pada pengurus agar dilaksanakan semua syarat keselamatan dan kesehatan yang
diwajibkan.
e. Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan ketika syarat keselamatan dan kesehatan kerja
serta alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan diragukan olehnya, kecuali dalam hal-hal
khusus ditentukan lain oleh pegawai pengawas dalam batas-batas yang masih dapat
dipertanggung jawabkan.
2. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 mengenai Kesehatan

K3LH LABORATORIUM KIMIA 3


Undang-undang ini menyatakan bahwa secara khusus perusahaan berkewajiban
memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental dan kemampuan fisik pekerja yang baru
maupun yang akan dipindahkan ke tempat kerja baru, sesuai dengan sifat-sifat pekerjaan
yang diberikan kepada pekerja, serta pemeriksaan kesehatan secara berkala. Sebaliknya,
para pekerja juga berkewajiban memakai alat pelindung diri (APD) dengan tepat dan
benar serta mematuhi semua syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang diwajibkan.
Undang-undang No.23 tahun 1992, Pasal 23 tentang Kesehatan Kerja juga
menekankan pentingnya kesehatan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat
tanpa membahayakan diri sendiri dan masyarakat sekelilingnya hingga diperoleh
produktivitas kerja yang optimal. Karena itu, kesehatan kerja meliputi pelayanan
kesehatan kerja, pencegahan penyakit akibat kerja dan syarat kesehatan kerja.
3. Undang-undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
Undang-undang ini mengatur mengenai segala hal yang berhubungan dengan
ketenagakerjaan mulai upah kerja, hak maternal, cuti, sampai dengan keselamatan dan
kesehatan kerja. Dalam undang-undang ini mengenai K3 ada pada bagian kesatu
perlindungan, Paragraf 5 Keselamatan Kesehatan Kerja Pasal 86 yaitu:
Pasal 86 Ayat (1):
Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas:
a. keselamatan dan kesehatan kerja;
b. moral kesusilaan; dan
c. perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama.
Pasal 86 Ayat (2):
Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkan produktivitas kerja yang
optimal diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja.
Pasal 86 Ayat (3):
Perlindungan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 87 Ayat (1):
Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan.
Pasal 87 Ayat (2):
Ketentuan mengenai penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

K3LH LABORATORIUM KIMIA 4


4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 05 Tahun 1996 mengenai Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
UU ini mengatur mengenai K3 di perusahaan, yang bertujuan untuk mengendalikan risiko
pekerjaan. SMK3 merupakan sistem manajemen yang terintegrasi dengan sistem
manajemen perusahaan lainnya seperti sistem manajemen mutu dan lingkungan.
5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 04 Tahun 1967 mengenai Panitia Pembina
Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Tata Cara Penunjukkan Ahli Keselamatan Kerja.
6. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 03/MEN/98 tentang Tata Cara Pelaporan dan
Pemeriksaan Kecelakaan.
7. Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor 155 Tahun 1984 yang merupakan
penyempurnaan Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor 125 Tahun1982 mengenai
Pembentukan Susunan dan Tata Kerja DK3N, DK3W, dan P2K3, pelaksanaan dari
Undang-undang Keselamatan Kerja.
8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2012 mengenai Penerapan
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
9. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 02 Tahun 1992 mengenai Tata cara Penunjukkan,
Kewajiban, dan Wewenang Ahli K3.
10. Keputusan Presiden Nomor 22 tahun 1993 tentang Penyakit Yang Timbul Akibat
Hubungan Kerja.

PENYEBAB KECELAKAAN LABORATORIUM

Faktor utama penyebab terjadinya kecelakaan adalah bersumber pada lingkungan


kerja dan praktikan. Namun sebagian besar (85%) kecelakaan tersebut disebabkan oleh
faktor manusia. Perilaku praktikan yang tidak aman dapat membahayakan, kondisi yang
berbahaya,kondisi hampir celaka dan penyakit akibat kerja adalah gejala dari kurang
berfungsinya manajemen. Dalam melakukan kegiatan di dalam laboratorium, praktikan harus
menyadari bahwa dalam setiap kegiatan tersebut berpotensi menimbulkan dampak
lingkungan dan kebakaran. Oleh karena itu setiap pengguna laboratorium harus mempunyai
rasa taggung jawab penuhakan keselamatan dan kesehatan kerja di dalam laboratorium, untuk
itu perlu dibuat peraturan-peratran dan prosedur yang ditetapkan dan harus ditaati selalu pada
setiap kegiatandi dalam laboratorium. (Rosana, 2013)

K3LH LABORATORIUM KIMIA 5


Menurut (Wiryawan, 2008) ada dua hal penyebab terjadinya kecelakaan kerja, yaitu :
a. Terjadi secara kebetulan. Dianggap sebagai kecelakaan dalam arti asli (genuine accident)
sifatnya tidak dapat diramalkan dan berada di luar kendali manejemen perusahaan.
Misalnya, seorang karyawan tepat berada di depan jendela kaca ketika tiba-tiba seseorang
melempar jendela kaca sehingga mengenainya.
b. Kondisi kerja yang tidak aman. Kondisi kerja yang tidak aman merupakan salah satu
penyebab utama terjadinya kecelakaan. Kondisi ini meliputi faktor-faktor sebagai berikut:
1) Peralatan yang tidak terlindungi secara benar.
2) Peralatan yang rusak.
3) Prosedur yang berbahaya dalam, pada, atau di sekitar mesin atau peralatan gudang
yang tidak aman (terlalu penuh).
4) Cahaya tidak memadai, suram, dan kurang penerangan.
5) Ventilasi yang tidak sempurna, pergantian udara tidak cukup, atau sumber udara tidak
murni. Pemilihan terhadap faktor-faktor ini adalah dengan meminimalkan kondisi
yang tidak aman, misalnya dengan cara membuat daftar kondisi fisik dan mekanik
yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan. Pembuatan cheklist ini akan
membantu dalam menemukan masalah yang menjadi penyebab kecelakaan.
Sedangkan menurut (Rosana, 2013) terjadinya kecelakaan dapat disebakan oleh banyak hal,
tetapi dari analisis terjadinya kecelakaan menunjukkan bahwa hal-hal berikut adalah sebab-
sebab terjadinya kecelakaan di laboratrorium :
1) Kurangnya pengetahuan dan pemahaman tentang bahan-bahan kimia dan proses-
proses serta kperlengkapan atau peralatan yang digunakan dalam melakukan kegiatan
di laboratorium.
2) Kurang jelasnya petunjuk kegiatan laboratorium dan juga kurangnya pengawasan
yang dilakukan selama melakukan kegiatan laboratorium.
3) Kurangnya bimbingan terhadap praktikan yang sedang melakukan kegiatan
laboratorium.
4) Kuranganya atau tidak tersedianya perlengkapan keamanan dan perlengkapan
pelindung kegiatan laboratorim.
5) Kurang atau tidak mengikuti petunjuk atau aturan-aturan yang semestinya harus
ditaati.

K3LH LABORATORIUM KIMIA 6


6) Tidak menggunakan perlengkapan pelindung yang seharusnya digunakan atau
menggunakan peralatan atau bahan yang tidak sesuai.
7) Tidak bersikap hati-hati di dalam melakukan kegiatan. Terjadinya kecelakaan di
laboratorium dapat dikurangi sampai tingkat paling minimal jika setiap orang yang
menggunakan laboratorium mengetahui tanggung jawabnya.

SUMBER-SUMBER KECELAKAAN LABORATORIUM

Faktor-faktor yang besar pengaruhnya terhadap timbulnya bahaya dalam proses


industri maupun laboratorium meliputi suhu, tekanan, dan konsentrasi zat-zat pereaksi. Suhu
yang tinggi diperlukan dalam rangka menaikkan kecepatan reaksi kimia dalam industri,
hanya saja ketahanan alat terhadap suhu harus dipertimbangkan. Tekanan yang tinggi
diperlukan untuk mempercepat reaksi, akan tetapi kalau tekanan sistem melampaui batas
yang diperkenankan dapat terjadi peledakan. Apalagi jika proses dilakukan pada suhu tinggi
dan reaktor tidak kuat lagi menahan beban.
Konsentrasi zat pereaksi yang tinggi dapat menyebabkan korosif terhadap reaktor dan
dapat mengurangi umur peralataan. Selain itu sifat bahan seperti bahan yang mudah terbakar,
mudah meledak, bahan beracun, atau dapat merusak bagian tubuh manusia. Beberapa sumber
bahaya menurut (Wiryawan, 2008) yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja dapat
dikategorikan sebagai berikut:
a. Bahan Kimia.
Meliputi bahan mudah terbakar, bersifat racun, korosif, tidak stabil, sangat reaktif,
dan gas yang berbahaya. Penggunaan senyawa yang bersifat karsinogenik dalam industri
maupun laboratorium merupakan problem yang signifikan, baik karena sifatnya yang
berbahaya maupun cara yang ditempuh dalam penanganannya. Beberapa langkah yang
harus ditempuh dalam penanganan bahan kimia berbahaya meliputi manajemen, cara
pengatasan, penyimpanan dan pelabelan, keselamatan di laboratorium, pengendalian dan
pengontrolan tempat kerja, dekontaminasi, disposal, prosedur keadaan darurat, kesehatan
pribadi para pekerja, dan pelatihan. Bahan kimia dapat menyebabkan kecelakaan melalui
pernafasan (seperti gas beracun), serapan pada kulit (cairan), atau bahkan tertelan melalui
mulut untuk padatan dan cairan. Bahan kimia berbahaya dapat digolongkan ke dalam
beberapa kategori yaitu,

K3LH LABORATORIUM KIMIA 7


1. bahan kimia yang eksplosif (oksidator, logam aktif, hidrida, alkil logam, senyawa
tidak stabil secara termodinamika, gas yang mudah terbakar, dan uap yang mudah
terbakar).
2. Bahan kimia yang korosif (asam anorganik kuat, asam anorganik lemah, asam organik
kuat, asam organik lemah, alkil kuat, pengoksidasi, pelarut organik).
3. Bahan kimia yang merusak paru-paru (asbes),
4. bahan kimia beracun,
5. bahan kimia karsinogenik (memicu pertumbuhan sel kanker), dan teratogenik.
b. Aliran Listrik
Penggunaan peralatan dengan daya yang besar akan memberikan kemungkinan-
kemungkinan untuk terjadinya kecelakaan kerja. Beberapa faktor yang harus diperhatikan
antara lain:
1) Pemakaian safety switches yang dapat memutus arus listrik jika penggunaan melebihi
limit/batas yang ditetapkan oleh alat.
2) Improvisasi terhadap peralatan listrik harus memperhatikan standar keamanan dari
peralatan.
3) Penggunaan peralatan yang sesuai dengan kondisi kerja sangat diperlukan untuk
menghindari kecelakaan kerja.
4) Berhati-hati dengan air. Jangan pernah meninggalkan perkerjaan yang memungkinkan
peralatan listrik jatuh atau bersinggungan dengan air. Begitu juga dengan semburan
air yang langsung berinteraksi dengan peralatan listrik.
5) Berhati-hati dalam membangun atau mereparasi peralatan listrik agar tidak
membahayakan penguna yang lain dengan cara memberikan keterangan tentang
spesifikasi peralatan yang telah direparasi.
6) Pertimbangan bahwa bahan kimia dapat merusak peralatan listrik maupun isolator
sebagai pengaman arus listrik. Sifat korosif bahan kimia dapat menyebabkan
kerusakan pada komponen listrik.
7) Perhatikan instalasi listrik jika bekerja pada atmosfer yang mudah meledak. Misalnya
pada lemari asam yang digunakan untuk pengendalian gas yang mudah terbakar.
8) Pengoperasian suhu dari peralatan listrik akan memberikan pengaruh pada bahan
isolator listrik. Temperatur sangat rendah menyebabkan isolator akan mudah patah
dan rusak. Isolator yang terbuat dari bahan polivinil clorida (PVC) tidak baik
digunakan pada suhu di bawah 0 oC. Karet silikon dapat digunakan pada suhu –50 oC.
Batas maksimum pengoperasian alat juga penting untuk diperhatikan. Bahan isolator

K3LH LABORATORIUM KIMIA 8


dari polivinil clorida dapat digunakan sampai pada suhu 75 oC, sedangkan karet
silikon dapat digunakan sampai pada suhu 150 oC.

d. Radiasi
Radiasi dapat dikeluarkan dari peralatan semacam X-ray difraksi atau radiasi internal
yang digunakan oleh material radioaktif yang dapat masuk ke dalam badan manusia
melalui pernafasan, atau serapan melalui kulit. Non-ionisasi radiasi seperti ultraviolet,
infra merah, frekuensi radio, laser, dan radiasi elektromagnetik dan medan magnet juga
harus diperhatikan dan dipertimbangkan sebagai sumber kecelakaan kerja.
e. Mekanik
Walaupun industri dan laboratorium modern lebih didominasi oleh peralatan yang
terkontrol oleh komputer, termasuk di dalamnya robot pengangkat benda berat, namun
demikian kerja mekanik masih harus dilakukan. Pekerjaan mekanik seperti transportasi
bahan baku, penggantian peralatan habis pakai, masih harus dilakukan secara manual,
sehingga kesalahan prosedur kerja dapat menyebabkan kecelakaan kerja. Peralatan
keselamatan kerja seperti helmet, sarung tangan, sepatu, dan lain-lain perlu mendapatkan
perhatian khusus dalam lingkup pekerjaan ini.
f. Api
Hampir semua laboratorium atau industri menggunakan bahan kimia dalam berbagai
variasi penggunaan termasuk proses pembuatan, pemformulaan atau analisis. Cairan
mudah terbakar yang sering digunakan dalam laboratorium atau industri adalah
hidrokarbon. Bahan mudah terbakar yang lain misalnya pelarut organik seperti aseton,
benzen, butanol, etanol, dietil eter, karbon disulfida, toluena, heksana, dan lain-lain. Para
pekerja harus berusaha untuk akrab dan mengerti dengan informasi yang terdapat dalam
Material Safety Data Sheets (MSDS).
Dokumen MSDS memberikan penjelasan tentang tingkat bahaya dari setiap bahan
kimia, termasuk di dalamnya tentang kuantitas bahan yang diperkenankan untuk disimpan
secara aman. Sumber api yang lain dapat berasal dari senyawa yang dapat meledak atau
tidak stabil. Banyak senyawa kimia yang mudah meledak sendiri atau mudah meledak jika
bereaksi dengan senyawa lain. Senyawa yang tidak stabil harus diberi label pada
penyimpanannya. Gas bertekanan juga merupakan sumber kecelakaan kerja akibat
terbentuknya atmosfer dari gas yang mudah terbakar
g. Suara (kebisingan)

K3LH LABORATORIUM KIMIA 9


Sumber kecelakaan kerja yang satu ini pada umumnya terjadi pada hampir semua
industri, baik industri kecil, menengah, maupun industri besar. Generator pembangkit
listrik, instalasi pendingin, atau mesin pembuat vakum, merupakan sekian contoh dari
peralatan yang diperlukan dalam industri. Peralatan-peralatan tersebut berpotensi
mengeluarkan suara yang dapat menimbulkan kecelakaan kerja dan gangguan kesehatan
kerja. Selain angka kebisingan yang ditimbulkan oleh mesin, para pekerja harus
memperhatikan berapa lama mereka bekerja dalam lingkungan tersebut. Pelindung telinga
dari kebisingan juga harus diperhatikan untuk menjamin keselamatan kerja.

PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA

1. Perlengkapan
Perlengkapan keselamatan dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu :
a. Perlengkapan yang digunakan untuk perlindungan diri dan alat-alat laboratorium
dalam kasus darurat dan peristiwa yang tidak biasa.
b. Perlengkapan yang digunakan sehari-hari sebagai perlindungan untuk
mengantisipasi bahan-bahan yang diketahui berbahaya.
Menurut (Rosana, 2013) dalam bekerja juga perlu menggunakan perlengkapan
keselamatan pribadi sebagai perlindungan untuk mencegah luka jika terjadi
kecelakaan. Beberapa perlengkapan pribadi yang biasa digunakan adalah:
a. Jas laboratorium, untuk mencegah kotornya pakaian.
b. Pelindung lengan, tangan, dan jari untuk perlindungan dari panas, bahan kimia,
dan bahaya lain.
c. Pelindung mata digunakan untuk mencegah mata dari percikan bahan kimia.
d. Respirator dan lemari uap/asam.
e. Sepatu pengaman, untuk menghindari luka dari pecahan kaca dan tertimpanya
kaki oleh benda-benda berat.
f. Layar pelindung digunakan jika kita ragu akan terjadinya ledakan dari bahan
kimia dan alat-alat hampa udara.

TINDAKAN KETIKA TERJADI KECELAKAAN KERJA

Tindakan yang dapat dilakukan ketika terjadi kecelakaan kerja di laboratorium kimia
menurut (Adisendjaja, 2004) adalah

K3LH LABORATORIUM KIMIA 10


1. Luka Bakar
Luka bakar karena zat kimia dapat diakibatkan oleh asam, basa atau bahan kimia
lainnya. Luka bakar akibat basa keras lebih merusak dari pada akibat asam keras.
Kecepatan mengguyur dan membasuh luka bakar akibat zat kimia sangat menentukan
dalam usaha membatasi akibat-akibatnya. Lepaskan pakaian penderita dan guyurlah
bagian yang terbakar dengan air selama paling sebentar 15 menit. Untuk luka bakar
yang kecil lakukan hal berikut:
1) Akibat asam: cuci dengan air, kemudian dengan larutan Natrium Bikarbonat 1%,
dan cuci lagi dengan air.
2) Akibat basa: sama dengan akibat asam, tetapi menggunakan larutan Asam Asetat
1%.
3) Akibat bromin: cuci dengan air kemudian dengan Ammonia encer (1 bagian
Ammonia dalam 15 bagian air).
4) Akibat Na dan K: ambil Na atau K yang melekat pada kulit dengan pinset,
kemudian rendam dalam air selama 20 menit, keringkan dan tutup dengan kasa
steril.
5) Akibat Fosfor: cuci dengan air kemudian rendam dan bersihkan fosfor yang
melekat ketika proses perendaman, setelah itu rendam lagi dalam larutan tembaga
sulfat 3% dan tutup dengan kasa steril.
2. Luka karena benda tajam dan benda tumpul
Ada beberapa jenis luka yang dapat terjadi pada jaringan kulit, yaitu: luka lecet, luka
iris, luka robek dan luka tusuk. Tindakan pertolongannya adalah sebagai berikut: bila
lukanya kecil dan darah tidak banyak keluar:
1) Bersihkan luka dengan air dan kemudian dengan antiseptik.
2) Tutup luka dengan kain kasa steril atau plester.
3) Bila perlu dijahit, segeralah pergi ke rumah sakit.
4) Bila luka tersebut disebabkan oleh benda-benda kotor, seperti paku berkarat harus
diberitahukan kepada dokter. Jika luka tidak dalam, maka untuk menghentikan
aktivitas kuman tetanus siramlah luka dengan larutan Hidrogen Peroksida 3%.
3. Mata terkena bahan kimia
Asam keras akan segera membakar selaput lendir mata, tetapi basa keras akan
mengakibatkan kerusakan yang lebih dalam. Mata kemasukan kapur tohor harus
diperlakukan sebagai terkena basa keras.

K3LH LABORATORIUM KIMIA 11


1) Tersiram asam keras : Guyur segera dengan larutan soda 5% atau dengan air
biasa. Guyuran dilakukan selama 15-30 menit terus menerus dan harus mengenai
bagian-bagian yang berada di balik kelopak mata.
2) Tersiram basa keras
Seluruh muka dan mata korban diguyur dengan larutan cuka encer (1 bagian cuka
dapur + 1 bagian air), atau air biasa. Guyuran dilakukan selama 30-45 menit terus
menerus, dan harus mengenai bagian yang terlindung oleh kelopak mata. Selama
diguyur penderita disuruh menggerak-gerakan bola matanya.
4. Pingsan
Pingsan merupakan akibat umum dari luka atau karena berbagai sebab. Dalam
pengertian sehari-hari pingsan berarti tidak sadarkan diri. Penderita berkeringat pada
kepala dan bibir bagian atas.
Pertolongannya:
Baringkan penderita di tempat teduh dan datar atau kepala sedikit lebih rendah dari
bagian tubuh lainnya. Lepaskan atau longgarkan semua pakaian yang menekan leher
dan segera bungkukan kepalanya di antara kedua lututnya sampai mukanya menjadi
merah. Bila penderita muntah, miringkan kepalanya agar tidak tersedak. Kompres
kepalanya dengan air dingin. Hembuskan uap ammoniak di depan hidungnya dan jaga
agar tetap hangat.
5. Keracunan
Sebagian besar kasus keracunan di laboratorium terjadi karena salah penanganan dan
tidak mengikuti petunjuk keselamatan laboratorium. Pertolongan terhadap keracunan
yang ditimbulkan oleh zat apa saja haruslah dilakukan dengan sebaik-baiknya.
Pertolongan yang keliru atau secara berlebihan justru mendatangkan bahaya.
Tindakan-tindakan pokok yang penting ialah:
1) Cari jenis racun yang telah menyebabkan keracunan tersebut, misalnya dari botol
bekas
2) zat beracun atau sisa yang masih ada. Pertolongan selanjutnya tergantung kepada
jenis racunnya.
3) Bersihkan saluran nafas penderita dari kotoran, lendir atau muntahan.
4) Jangan memberikan pernafasan buatan dengan cara mulut ke mulut. Bila
diperlukan berikan dengan cara lain.
5) Apabila racun tidak dapat dikenali, sementara berikan norit, putih telur, susu, atau
air sebanyak-banyaknya untuk mengurangi akibat yang ditimbulkan.

K3LH LABORATORIUM KIMIA 12


6. Shock
Shock merupakan kejadian yang sering menyertai luka. Shock adalah suatu keadaaan
yang timbul akibat sistem peredaran darah tubuh terganggu sehingga tidak dapat
memenuhi keperluan. Alat-alat vital tubuh akan mengalami kehilangan cairan dan zat-
zat yang diperlukannya, akibatnya fungsi alat-alat tersebut terganggu. Jika tidak cepat
ditanggulangi akan berakibat fatal. Gejala-gejalanya adalah : kesadaran penderita
menurun, nadi berdenyut cepat (lebih dari 140 kali per menit) kemudian melemah dan
menghilang, kulit penderita pucat, dingin dan lembab, dahi dan telapak tangan
berkeringat, penderita merasa mual, nafasnya dangkal dan tidak teratur, mata (pupil)
melebar tidak bercahaya.
Pertolongannya: Baringkan penderita dengan posisi kepala lebih rendah dari bagian
tubuh lainnya kecuali jika penderita mengalami gegar otak. Sebaiknya penderita
ditempatkan di udara terbuka tetapi jaga tubuhnya agar tetap hangat (diselimuti). Jika
penderita muntah, miringkan kepalanya. Tarik lidah penderita keluar, bersihkan mulut
dan hidung dari lendir yang menyumbat. Hentikan pendarahan bila ada. Berikan
stimulan dengan inhalasi (obat hisap hidung, seperti collogne) jika penderita tidak
sadar. Berikan teh atau kopi panas jika penderita sadar. Jangan memberikan stimulan
jika terjadi pendarahan.

DAFTAR PUSTAKA

Adisendjaja, Y.H., 2004. Keselamatan dan Keamanan Laboratorium. In Pelatihan


Pengelolaan Laboratorium Guru. Bandung
Redjeki, S., 2016. Modul Bahab Ajar Cetak Farmasi Kesehatan dan Keselamatan
Kerja. 1st ed. Jakarta Selatan: Pusdik SDM Kesehatan.
Rosana, D., 2013. Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Laboratorium IPA. Pelatihan
Laboratorium. Jakarta: Direktorat PSMP Direktorat PSMP.
Wiryawan, A., 2008. Kimia Analitik Untuk SMK. Jakarta: Direktorat Pembinaan
Sekolah Menengah Kejuruan.

K3LH LABORATORIUM KIMIA 13

Anda mungkin juga menyukai