Anda di halaman 1dari 8

HYGIENE SANITASI DAN KESEHATAN KERJA

8:14:00 PM hygiene No comments

HYGIENE SANITASI DAN KESEHATAN KERJA DI LABORATORIUM

PENDAHULUAN Kesehatan dan Keselamatan Kerja merupakan masalah kesehatan yang makin
penting. Menurut data International Labor Organization (ILO) setiap tahun terjadi 1,1 juta
kematian yang disebabkan oleh penyakit atau kecelakaan yang berhubungan dengan pekerjaan.
Menurut WHO (World Health Organization) sekitar 5 sampai 10% pekerja di negara berkembang
dan 20% pekerja di negara industri mendapat pelayanan kesehatan kerja yang memadai.
Menghadapi milenium III kualitas SDM perlu ditingkatkan agar makin maju, mandiri dan
sejahtera yang pada gilirannya akan dapat pula meningkatkan produktivitas. Kesehatan adalah
salah satu unsur yang penting untuk menjadikan SDM yang berkualitas dan produktif.

Sejalan dengan Visi Departemen Kesehatan Indonesia Sehat 2010 maka salah satu strategis
yang dilakukan adalah Profesionalisme termasuk profesionalisme masyarakat pekerja.
Profesionalisme sangatlah penting dalam meningkatkan mutu pelayanan. Di lain pihak,
lingkungan kerja baik fisik maupun non fisik berupa kondisi ruang kerja dan kondisi sosial
psikologis di lingkungan kerja harus ditata sedemikian rupa agar mendukung pada upaya
pencapaian standar pelayanan.

Ternyata dalam melaksanakan pekerjaan sehari-hari pekerja banyak terpapar dengan berbagai
faktor yang dapat menimbulkan dampak negatif dan mempengaruhi derajat kesehatannya. Bila
tidak diantisipasi dengan baik dan benar dapat menimbulkan dampak negatif terhadap
keselamatan & kesehatan, yg pada akhirnya dapat mempengaruhi produktivitas kerja, yang pada
akhirnya berdampak pula terhadap pelayanan kesehatan.

Pengertian beberapa istilah :


Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan suatu upaya untuk menekan atau mengurangi
risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang pada hakekatnya tidak dapat dipisahkan antara
keselamatan dan kesehatan.
Upaya Kesehatan Kerja adalah upaya penyerasian antara kapasitas kerja, beban kerja dan
lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan dirinya
sendiri maupun masyarakat di sekelilingnya.
Keselamatan Kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan alat kerja, bahan dan proses
pengolahannya, tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan.
Kecelakaan adalah kejadian yang tak terduga dan tak diharapkan.

Landasan Hukum :
Berbagai peraturan perundang-undangan telah diterbitkan dalam
upaya pembinaan masyarakat pekerja, khususnya dalam bidang
kesehatan yaitu antara lain :
A. Undang Undang RI No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja.
Pasal 8 : Pengurus perusahaan wajib untuk
memeriksakan kesehatan tenaga kerja sejak akan masuk kerja,
selama bekerja dan akan dipindahkan ke tempat atau pekerjaan
lain.
B. Undang Undang RI No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
Pasal 23 ayat (1) : Kesehatan kerja diselenggarakan agar setiap
pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan diri
sendiri dan masyarakat sekelilingnya, agar diperoleh
produktivitas kerja yg optimal, sejalan dgn program perlindungan
tenaga kerja.

Pasal 23 ayat (2) : Kesehatan kerja meliputi pelayanan


kesehatan kerja, pencegahan penyakit akibat kerja, dan syarat
kesehatan kerja.
Pasal 23 ayat (3) : Setiap tempat kerja wajib menyelenggarakan
kesehatan kerja
Pasal 23 ayat (4) : Ketentuan mengenai kesehatan kerja sbgmn
dimaksud dalam ayat (2) dan (3) ditetapkan dengan PP.
Pasal 84 ayat (3) : Barang siapa menyelenggarakan tempat
kerja yang tidak memenuhi ketentuan sbgmn dimaksud dalam
pasal 23
ayat (3) : dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu)
tahun atau pidana denda paling banyak Rp. 15.000.000 (lima
belas juta rupiah).

C. Undang Undang RI No. 25 Tahun 1997 tentang


Ketenagakerjaan.
Pasal 108 ayat (1) : Setiap pekerja mempunyai hak untuk
memperoleh perlindungan atas :
a. Kesehatan dan Keselamatan Kerja
b. Moral dan kesusilaan
Perilaku yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia
serta nilai-nilai agama.
Pasal 108 ayat (2) : Untuk melindungi kesehatan pekerja
guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal
diselenggarakan kesehatan kerja.

D. Keputusan Presiden RI No. 22 Tahun 1993 tentang Penyekit


yang timbul karena hubungan kerja.
Pasal 2 : Setiap tenaga kerja yang menderita penyakit yang
timbul karena hubungan kerja berhak mendapat jaminan
kecelakaan kerja baik pada saat masih dalam hubungan kerja
maupun setelah hubungan kerja berakhir.
KEADAAN DAN MASALAH K3
Kinerja (performance) dari pekerja merupakan resultante dari tiga komponen kesehatan dan
keselamatan kerja yaitu kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja yang dapat merupakan
beban tambahan pada pekerja. Bila ketiga komponen tsb serasi maka bisa dicapai suatu
kesehatan kerja yang optimal dan peningkatan produktivitas. Sebaliknya bila terdapat
ketidakserasian dapat menimbulkan masalah kesehatan kerja berupa penyakit ataupun
kecelakaan akibat kerja yang pada akhirnya akan menurunkan produktivitas kerja.
PENYAKIT AKIBAT KERJA DAN PENYAKIT YANG BERHUBUNGAN DENGAN
PEKERJAAN
Ratusan juta tenaga kerja di seluruh dunia saat ini bekerja pada kondisi yang tidak aman dan
dapat menyebabkan gangguan kesehatan.
Menurut ILO (1999), setiap tahun terjadi 1,1 juta kematian yang disebabkan oleh karena
penyakit atau kecelakaan akibat hubungan pekerjaan.
Penyebab kematian yang berhubungan dengan pekerjaan :
Kanker 34 %
Kecelakaan 25 %
Peny.Saluran Pernapasan kronis 21 %
Peny. Kardiovaskuler 15 %
Lain-lain 5 %

Menurut WHO, diperkirakan 5-10% pekerja di negara berkembang dan 20-50% pekerja di
negara industri mempunyai akses terhadap pelayanan kesehatan kerja yang memadai.
Menurut BPS, jumlah naker di Indonesia th. 2000 sudah mencapai lebih 95 juta orang, hampir
50% bekerja di sektor pertanian, kehutanan dan perikanan, yang menurut ILO merupakan paling
berisiko terhadap kesehatan dan keselamatan kerja. Selain itu70-80% kerja di sektor informal,
yang umumnya kerja di lingkungan kurang baik, belum terorganisir dan tingkat kesejahteraan
rendah.

Kriteria umum penyakit akibat kerja :


Ada dua elemen pokok dalam mengidentifikasi penyakit akibat hubungan kerja :
- Adanya hubungan antara pajanan yang spesifik dengan penyakit.
Adanya fakta bahwa frekuensi kejadian penyakit pada populasi
pekerja lebih tinggi daripada masyarakat umum.

Selain itu penyakit-penyakit tsb dapat dicegah dengan


melakukan tindakan-tindakan preventif di tempat kerja.

Penyebab penyakit akibat hubungan kerja :


Dapat dibagi atas 5 golongan, yaitu :
Golongan Fisik
Bising, radiasi, vibrasi, suhu, tekanan dll.
2. Golongan Kimiawi
3. Golongan Biologik
Bakteri, virus, jamur, parasit dll.
4. Golongan Fisiologik
Tempat kerja yang kurang ergonomis, tidak sesuai dengan fisiologi dan anatomi manusia.
5. Golongan Psikososial
Beban kerja yang berat, monotoni pekerjaan dll.

TUJUAN KESEHATAN KERJA


1. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
pekerja di semua lapangan pekerjaan.
2. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan kerja yang disebabkan
oleh lingkungan kerja.
3. Memberikan perlindungan bagi pekerja dari bahaya yang dapat
membahayakan kesehatan.
4. Menempatkan dan memelihara kesehatan pekerja di suatu
lingkungan kerja yang sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis
pekerja.

SASARAN KESEHATAN KERJA


1. Pekerja : fisik, mental dan sosial
2. Lingkungan kerja : fisik, kimia, biologi, fisiologis dan psikologis
3. Bahan baku
4. Mesin / alat bantu.

RUANG LINGKUP KESEHATAN KERJA


- K3 Konstruksi
- K3 Transportasi
- K3 Kesja Perkantoran
- K3 Maritim
- K3 Sarkes / RS
- K3 Pertanian
- K3 Perkebunan
- Kes Matra Darat / Laut / Udara
- Kes Industri Formal & Informal
- K3 Pertambangan
- K3 Pariwisata
KEAMANAN DAN KESELAMATAN KERJA DI LABORATORIUM
I. PENDAHULUAN
Untuk menjaga agar kecelakaan di laboratorium tidak terjadi / dikurangi dampaknya terhadap
naker dan lingkungannya, perlu adanya pengertian keselamatan kerja yang baik.
Keselamatan kerja bertujuan untuk melindungi setiap naker atas hak keamanan dan
keselamatan dalam melakukan pekerjaan dan menjamin keselamatan masyarakat yang ada
disekitarnya dari risiko terkena gangguan kesehatan yang ditimbulkan oleh kegiatan
laboratorium.

Setiap petugas laboratorium mempunyai tanggung jawab untuk mengetahui risiko dan bahaya
yang berhubungan dengan pekerjaannya dan mempunyai kewajiban untuk mencegah terjadinya
kecelakaan, baik bagi dirinya sendiri maupun lingkungannya.
II. MANAJEMEN KEAMANAN & KESELAMATAN KERJA
LABORATORIUM
Agar supaya tercapai pelaksanaan pemeriksaan laboratorium yang optimal, dengan tidak
mengabaikan keselamatan dalam bekerja, maka Kepala Laboratorium dapat membentuk satu
Tim pelaksanaan keamanan kerja di laboratorium, yang bertanggung jawab kepada Kepala
Laboratorium.
Tim melaksanakan tugas antara lain :
Melaksanakan pemeriksaan secara rutin terhadap peralatan emergensi, misalnya sistem alarm,
pemadam kebakaran dll.
Mengadakan pengamanan terhadap petugas laboratorium dalam mengikuti ketentuan dalam
melaksanakan keamanan laboratorium tsb, serta mengingatkan petugas untuk mematuhi
ketentuan keamanan dan keselamatan kerja di laboratorium.

Dilakukan pencatatan & pelaporan terhadap semua kejadian kecelakaan, pemeriksaan rutin
oleh Tim, pelatihan dsb.

III. PERALATAN KEAMANAN DAN KESELAMATAN KERJA DI


LABORATORIUM
A. Peralatan Laboratorium
1. Pemadam kebakaran
Ada beberapa tipe pemadam kebakaran :
a. Tipe pemadam air, digunakan untuk memadamkan
kebakaran secara umum.
b. Tipe bahan kimia kering, efektif banyak digunakan untuk
kebanyakan kebakaran terutama kebakaran karena
cairan, logam, listrik.
c. Tipe karbon dioksida, untuk api yang kecil termasuk
kebakaran cairan yang mudah terbakar dan untuk
kebakaran peralatan elektronik dll.
Disarankan untuk menggunakan pemadam kebakaran multi
purpose (tipe abc). Untuk lemari asam yang mengandung
bahan-bahan organik digunakan pemadam HALON. Baik halon dan
karbon dioksida menyebabkan kekurangan oksigen.

2. Shower / safety shower


Digunakan pada kejadian disebabkan karena terkena tumpahan
senyawa-senyawa meliputi asam, alkali, cairan berbahaya
pakaian terbakar dll. Lokasi shower sebaiknya dekat pintu keluar
laboratorium & dites secara teratur.
3. Alat pencuci mata (Eye washes)
Apabila mata terkena percikan bahan kimia semprot segera
dg hati-hati selama 15 menit dan segera konsultasikan
kepada dokter ahli. Letakkan alat pencuci mata dekat
dengan bak cuci.

4. Lapisan pelindung (Safety shield)


Digunakan untuk melindungi petugas dari berbagai bentuk
radiasi, seperti sinar laser, sinar ultra violet. Lemari asam
dengan safety glass (kaca mata pengamanan)
5. Wadah (Safety container)
Digunakan untuk mengangka/membawa bahan-bahan kimia,
terutama asam pekat dan alkali pekat.
6.Tempat penyimpanan (Storage facilities)
Tersedianya ruangan khusus untuk penyimpanan bahan-
bahan pemeriksaan.
7. Lemari asam (Laboratory fume hood)
Digunakan untuk bekerja dengan bahan-bahan yang berbahaya.
8. Tempat Obat-obatan (Chemical spill kits)
Digunakan utnuk pertolongan pertama apabila terjadi kecelakaan di Laboratorium.

9. Papan Keamanan (Safety wall charts)


Digunakan untuk memberikan informasi terhadap bahan-bahan
berbahaya, diletakkan di tempat yang mudah diketahui.
10. Alarm
Digunakkan sebagai tanda apabila terjadi bahaya/kecelakaan.

B. Peralatan Pelindung Diri


1. Baju kerja/Jas laboratorium
2. Sarung tangan
3. Pelindung muka/Masker
4. Kacamata
5. Pelindung (shield)
6. Sepatu karet

BAHAN BAHAN BERBAHAYA DI LABORATORIUM DAN CARA PENANGANANNYA


Bahan-bahan di laboratorium mempunyai sifat : Eksplosif, mudah
Menyala, oksidator, toksik, infeksius, radioaktif, korosif.
A. Bahan kimia
1. Asam anorganik dan Basa anorganik
Uapnya menyebabkan iritasi pada mata dan alat pernafasan. Cairan/padatannya menyebabkan
terbakar pada kulit dan mata. Jika terjadi kontak dengan kulit/mata segera semprot dengan air.
Dan jika terjadi iritasi segera beri pengobatan.
2. Logam dan senyawa organik
Beberapa diantaranya, seperti Nikel, arsen, nikel, merkuri, sianida
merupakan senyawa sangat toksik dan diperkirakan dapat menyebabkan karsinogen. Cegah
penghisapan dan kontak kulit.

3. Pelarut organik dan reagen


Contohnya: benzen, koloroform, eter, benzidin, dll. Senyawa tersebut
dapat menyebabkan iritasi pada mukosa membran, dan kerusakan
susunan syaraf pusat. Cegah kontak langsung dengan kulit.

Keamanan penanganan bahan-bahan kimia :


1. Disediakan tata cara penanganan bahan-bahan kimia.
2. Sediakan air untuk menjaga terjadinya pecah saat mencampur asam.
3. Semua botol reagen harus diberi label.
4. Label berisi nama reagen, petugas pembuat, tanggal pembuatan dan
penyimpanannya.
5. Tidak memipet dengan mulut.
6. Botol harus dibawa pada bagian botol,bukan pada leher botol.
7. Jika bekerja dengan asam/basa menggunakan kacamata pelindung
8. Botol bahan kimia harus ditangani dengan hati-hati.
B. Bahan Biologis
Mikroorganisme patogen akan menyebabkan infeksi apabila terjadi
kontak pada waktu penanganan bahan.
Klasifikasi mikroorganisme :
1. Kelompok resiko satu
Mikroorganisme pada umumnya tidak menyebabkan penyakit
pada manusia dan ternak.
2. Kelompuk resiko dua
Tidak menimbulkan bahaya yang serius pada manusia, ternak,
dan lingkungan.
3. Kelompok resiko tiga
Menyebabkan penyakit serius, umumnya tidak menyebar dari satu
orang kepada orang lain.
4. Kelompok resiko empat
Menimbulkan penyakit serius dan sangat menular baik secara
langsung/tidak langsung.
Teknik dan prosedur untuk meminimalkan infeksi di laboratorium :
1. Tidak menggunakan pipet dengan mulut
2. Tidak meniup pipet terhadap bahan-bahan infeksius
3. Buanglah jarum pada tempat khusus
4. Selalu memakai sarung tangan
5. Selalu mencuci tangan sebelum meninggalkan laboratorium.
6. Biasakan tidak menyentuh mulut, hidung, tangan, mata dan lainnya
pada saat pemeriksaan.
7. Jangan meletakkan tabung yang sudah terinfeksi tanpa diberi label
8. Setelah pemeriksaan sterilkan semua spesimen biologis, meja kerja
juga disterilkan.
9. Jangan makan, minum, merokok di laboratorium.

C. Radiasi
Di laboratorium sinar X, lampu UV, dan bahan radioaktif menyebabkan bahaya dan harus
diminimalkan. Sediakan petunjuk cara bekerja, meliputi cara penanganan, penyimpanan,
prosedur kecelakaan radiasi, dekontaminasi, pembuangan bahan radioaktif, dll.
Sediakan pelindung yang baik. Matikan lampu jika tidak digunakan.

D. Fisik
1. Listrik
Periksa peralatan listrik yang akan digunakan, penggunaan yang
tidak benar akan menyebabkan kebakaran, peledakan. Jangan
menyimpan di lemari asam, dan hindari penyimpanan dekat dengan
pelarut yang mudah menyala.
2. Mekanik
Disediakan pelindung untuk alat-alat seperti mixer, blender, vacum
pump, dll. Peralatan tersebut diletakkan di tempat yang aman,
jauhkan dari bahan yang mudah pecah jika terkena getaran.

3. Gas bertekanan
apabila berisi gas toksik akan menyebabkan bahaya bagi kesehatan.
Pastikan tabung gas dalam keadaan aman selama pengangkutan, penyimpanan. Selalu periksa isi
tabunng gas sebelum pemakaian.
Jangan mengikat dengan benang apabila regulator tidak berfungsi dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai