Anda di halaman 1dari 60

( SMK3 KO )

Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
di Kamar Operasi

!!"#$!%&'$
K3
Apa kegunaannya ?
Apa pilihannya ?

Memberikan pemeliharaan dan peningkatan derajat kesehatan ke tingkat yang setinggi-tingginya,


baik fisik, mental maupun kesejahteraan sosial masyarakat pekerja di semua lapangan pekerjaan
meliputi mencegah dan melindungi timbulnya gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh kegiatan/
kondisi lingkungan kerja dari faktor-faktor yang membahayakan kesehatan.
( The Join ILO/ WHO Committee on Occupational Health th 1990 )
K3 ( Keselamatan dan Kesehatan Kerja )

Definisi oleh Dr. Suma’mur P.K, MSc

Keselamatan Kerja
Sarana utama untuk pencegahan kecelakaan, cacat dan
kematian akibat kerja baik yang mengakibatkan kerugian
secara langsung maupun tidak langsung.
Kesehatan Kerja
Spesialisasi dalam ilmu kesehatan atau kedokteran beserta
prakteknya yang bertujuan agar pekerja atau masyarakat
pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya,
baik fisik, mental maupun sosial dengan usaha-usaha
preventif dan kuratif terhadap penyakit atau gangguan
kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor pekerjaan,
lingkungan kerja serta terhadap penyakit-penyakit umum.
Definisi

Manajemen
Suatu proses kegiatan yg terdiri atas perencanaan, pengorganisasian
pelaksanaan, pengukuran & tindak lanjut yg dilakukan utk mencapai
tujuan yg telah ditetapkan dgn menggunakan manusia & sumber daya
yg ada.

Sistem Manajemen
Kegiatan manajemen yg teratur & saling berhubungan utk mencapai
tujuan yg telah ditetapkan.

Sistem Manajemen K3
Bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yg dibutuhkan bagi
pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian & pemeliharaan
kebijakan K3 dlm rangka pengendalian resiko yg berkaitan dgn kegiatan
kerja guna terciptanya tempat kerja yg aman, efisien & produktif.
HISTORICAL BACKGROUND

ERA GLOBALISASI ( Free trade Barier = Era Perdagangan Bebas )


NEGARA-NEGARA MAJU, mensyaratkan hambatan “Costumer Satisfaction” bukan
“Consument Countries”
1950 - Total Quality Control (TQC)
1970 - Total Quality Assurance (TQA)
1980 - Total Quality Management (TQM)
1911 - Industri di Amerika tdk memperhatikan Keselamatan & Kesehatan Tenaga Kerja
“kecelakaan kerja dianggap kesalahan pekerja”
1931 - H.W. Heindrich “Teori Domino” mulai memperhatikan K3
“kecelakaan kerja yg terjadi disebabkan kekurangan yg terdapat dilingkungan
kerja & atau kesalahan dari tenaga kerja” UNSAFE ACT & UNSAFE CONDITION
1996 - Peraturan Menteri Tenaga Kerja, Permenaker/05/Men/1996
“Tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja”
TUJUAN PELAKSANAAN K3
DI KAMAR OPERASI

1. MELINDUNGI TENAGA KERJA ATAS HAK KESELAMATAN &


KESEHATAN KERJANYA DALAM MELAKUKAN PEKERJAAN
UNTUK KESEJAHTERAAN HIDUP DAN MENINGKATKAN
PRODUKSI SERTA PRODUKTIVITAS KAMAR OPERASI (RS)

2. MENJAMIN KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA SETIAP


ORANG LAIN YANG BERADA DI TEMPAT KERJA (KAMAR
OPERASI).

3. SUMBER PRODUKSI DIPELIHARA DAN DIPERGUNAKAN


SECARA AMAN.
DASAR HUKUM PENERAPAN SMK3

PERMENAKER 05/Men/1996 Tentang SMK3

Setiap tempat kerja yang memiliki tenaga kerja 100 orang atau lebih
Dan atau memiliki resiko tinggi di tempat kerjanya
Diwajibkan untuk menerapkan SMK3
PELAKSANAAN K3 DI KAMAR OPERASI

KEBIJAKAN PELAKSANAAN K3 DI KAMAR OPERASI MENGACU


PADA KETENTUAN PERATURAN PERUNDANG - UNDANGAN
YANG MENGATUR TENTANG PELAKSANAAN KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA DI TEMPAT KERJA YAITU :

1. UNDANG – UNDANG NO 1 TAHUN 1970 TTG KESELAMATAN KERJA


Dasar Keilmuannya adalah Ilmu Teknik
Memerlukan kajian profesi penjabarannya.
Perlu individu yg mempunyai kompetensi dalam
pelaksanaannya

2. UNDANG – UNDANG NO 23 TAHUN 1992 TTG KESEHATAN


Dasar Keilmuannya adalah Ilmu Medis
Memerlukan kajian profesi penjabarannya
Perlu individu yg mempunyai kompetensi dalam pelaksanaannya.
Secara Khusus Dalam Bidang Kesehatan, Keselamatan dan keamanan
kerja (diatur dlm UU Kesehatan tahun 1992 pasal 23 ayat 1,2,3 dan 4
ditujukan kepada pasien,petugas dan alat meliputi hal2 sbb :

A. Keselamatan dan keamanan pasien,semua anggota tim bedah harus


memperhatikan kembali:
1. Identitas pasien.
2. Rencana tindakan.
3. Jenis pemberian anastesi yang dipakai.
4. Faktor-faktor alergi.
5. Respon pasien selama opreatif.
6. Respon pasien postoperatif.
7. Menghindari pasien dari bahaya fisik akibat penggunaan alat/kurang
teliti.
B. Keselamatan dan keamanan petugas

1. Melakukan pemeriksaan secara periodik sesuai ketentuan


2. Beban kerja harus sesuai dengan kemampuan dan kondisi
kesehatan petugas diatur dalam Permenkertrans RI No.PER.03
MEN/1982 tentang pelayanan kesehatan keja pasal 1 bagian(a).
3. Perlu adanya keseimbangan antara kesejahteraan,penghargaan
dan pendidikan berkelanjutan (UU kesehatan tahun 1992 pasal
51 ayat 1)
4. Melakukan pembinaan secara terus menerus dalam rangka
mempertahankan hasil kerja
5. Membina hubungan kerjasama intern dan antar profesi,dalam
mencapai tujuan tindakan pembedahan.
!"#$%&'(!"'")&!&'(*%+,(-

.&'$'4-,%,' !"#$%#&'()
*&/-&8,'+5%,' !&*$+,-,'

!"#$#%&'&#(')&#*
+(!"#$#*,&-&#(.)"/ .&/&'0,',,'(
0&#&%"1"#
12!3

.&'45-5/,'() Penerapan
67,85,9$ SMK3
ALASAN SMK3 DITERAPKAN Di OK
( The Join ILO/ WHO Committee on Occupational Health th 1990 )

Peningkatan derajat kesehatan setinggi-tingginya meliputi:


l Fisik
l Mental
l Sosial

Proteksi terhadap faktor-faktor yang membahayakan kesehatan yang


diakibatkan oleh kegiatan/ kondisi lingkungan kerja meliputi:
(Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Tansmigrasi No.03/Men/1982)

l Promotif (peningkatan)
l Preventif (pencegahan)
l Kuratif (pengobatan)
l Rehabilitatif (pemulihan)
FAKTOR-FAKTOR POTENSIAL
MENIMBULKAN BAHAYA
1. Faktor Biologi:
Bakteri, Jamur, Protozoa, Kuman, Virus
Penyakit akibat kerja yang mungkin timbul antara lain : Infeksi
nosokomial, HIV/AIDS, Hepatitis B, dll)
2. Faktor Kimia:
Bahan kimia yang mengakibatkan penyakit akibat kerja antara lain : sisa
pembuangan gas anesthesi (Halothane NAB: 50 ppm (400 mg/M3), N2O
NAB: 25 ppm), obat antiseptik, formaldehide NAB: 3 ppm, EO NAB: 1
ppm, merkuri NAB: 0,1mg/M3 (Hepatotoksik).
3. Faktor Fisik:
Faktor fisik yang dapat mengakibatkan penyakit akibat kerja antara lain :
pencahayaan, suhu/ kelembaban udara(suhu nyaman di Indonesia 26-
28 oC kelembaban 60-70 % di ukur menggunakan indeks WBGT (Wet
Bulb Globe Temperatur) dan radiasi (pada operasi yang menggunakan
C-Arm ) petugas menggunakan filmbadge dan secara teratur dimonitor
FAKTOR-FAKTOR POTENSIAL
MENIMBULKAN BAHAYA
4. Faktor Ergonomic :
Merupakan keserasian antara alat kerja, cara kerja, kesulitan/ beban
kerja yang meningkat, kesalahan dan kecelakaan kerja. Anatomi
atau postur tenaga kerja (jangka waktu tindakan operasi yang lama
dengan posisi yang tidak berubah-ubah mengakibatkan gangguan
muskulo skeletal)

5. Faktor Psikologis:
Ketegangan di kamar operasi, kerja bergilir/ shift, Stres menghadapi
operator bila menghadapi KTD, pelecehan seksual (baik melalui
ucapan maupun perbuatan)
BAHAYA YANG MUNGKIN TIMBUL
DI KAMAR OPERASI

l Bahaya terpapar/ infeksi


l Bahaya tertusuk/ terpotong
l Bahaya terjatuh
l Bahaya radiasi
l Bahaya terbakar
l Bahaya ledakan
TARGET SMK3 DI KAMAR OPERASI

l PASIEN
l TENAGA MEDIS
- Perawat Kamar Bedah
- Ahli Bedah
- Tim Anasthesi
l TENAGA NON MEDIS
- Cleaning Service
- TU/ Adm
FAKTOR PENYEBAB KECELAKAAN
KERJA DI KAMAR OPERASI (H.W. Heinrich)
l Kondisi Tidak Aman (Unsafe Condition)
Berkaitan dengan faktor intern kamar bedah, seperti :
- Mesin yang tidak ergonomis (kalibrasi tdk rutin).
Cauter, C-Arm, Laser, dll
- Instrumen yang komplek (penanganan tdk aman).
- Sistem Ventilasi OK (tidak baik).
- Bahan dan limbah yang berbahaya (B3) (penanganan tdk aman).
A. Perilaku Tidak Aman (Unsafe Action)
Faktor manusianya sendiri.

MANUSIA MELAKUKAN TINDAKAN YANG BERBAHAYA ( TIDAK AMAN )


DISEBABKAN OLEH BEBERAPA HAL DIANTARANYA :

1. PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN TIDAK SESUAI


DENGAN PEKERJAANNYA.

2, KEADAAN FISIK DAN MENTAL YANG BELUM SIAP


UNTUK TUGAS – TUGASNYA.

3. TINGKAH LAKU DAN KEBIASAAN YANG CEROBOH, SEMBRONO,


TERLALU BERANI TANPA MEMPEDULIKAN PETUNJUK,
INSTRUKSI DLL.

4. KURANG PERHATIAN DAN PENGAWASAN DARI ATASANNYA.


PENGENDALIAN BAHAYA/ PENYAKIT AKIBAT KERJA DI KAMAR
OPERASI DAPAT DILAKUKLAN DENGAN :

PRIORITAS I : ENGINEERING CONTROL.


PRIORITAS II : ADMINISTRASI CONTOL
PRIORITAS III : ALAT PELINDUNG DIRI
PRIORITAS I : ENGINEERING CONTROL.
ENGINEERING CONTROL.
ENGINEERING CONTROL.
ENGINEERING CONTROL.

Pintu antara ruang bedah dng spulhook & ruangan lain


tidak boleh menggunakan pegangan tangan

Penjagaan terhadap kemungkinan tercemarnya sterilitas


ruang bedah dilakukan dengan pembatasan ruang steril,
semi steril & ruang biasa.

Semua peralatan Elektromedik di kamar operasi harus di


pasang Pembumian / Grounding. Dengan nilai tahanan
diukur tidak boleh lebih dari 5 ohm (Maksimum 5 ohm).
PENANGANAN BENDA TAJAM
l Jangan mematahkan benda tajam.
l Gunakan teknik yang aman.
l Buang ditempat khusus & bertanda khusus.
l Tempat pembuangan benda tajam sebaiknya tidak diisi
melebihi ¾ dari kapasitasnya.
l Hindari pemberian benda tajam dari tangan ke tangan dgn
menunjukkan ujung tajam ke arah penerima
( paling aman gunakan kidney dish/ nampan).
PRIOITAS II ADMINISTRASI CONTOL
Perlindungan: Cara Kerja Aman

l Mengelola jarum dan benda tajam


lainnya
ADMINISTRASI CONTOL

Perlindungan: Cara Kerja Aman


Setiap tahun, terjadi 800,000 kasus luka
tusuk jarum suntik bekas pada petugas
kesehatan di Amerika Serikat
PRINCIPLES OF SAFE ACTION
Steam Sterilizer

Unsafe Action

Perilaku Tidak Aman


PRINCIPLES OF SAFE ACTION
PRINCIPLES OF SAFE ACTION
PRINCIPLES OF SAFE ACTION

X
PRINCIPLES OF SAFE ACTION
PRINCIPLES OF SAFE ACTION
PRINCIPLES OF SAFE ACTION
UNSAFE ACTION
UNSAFE CONDITION

X X
PENANGANAN INSTRUMEN
l Untuk semua pasien, semua instrumen harus
diperlakukan sama. Tidak dilihat apakah pasien
tersebut HIV/ Hepatitis atau potensi infeksi
apapun. Semua harus diwaspadai.
l Instrumen harus digolongkan berdasar
eksposurnya terhadap pasien. Dari situ
ditentukan jenis sterilisasi/ desinfeksinya.
l Dekontaminasi instrumen pasca pemakaian
perlu diperhatikan.
ADMINISTRASI CONTOL
Dekontaminasi
Pemrosesan
Peralatan

Sterilisasi Disinfeksi Tingkat


Cuci Tinggi
l Kimiawi
l Uap tekanan tinggi l Merebus
l Panas kering l Mengukus
l Kimiawi

Keringkan/Dinginkan Lalu Simpan


PRIOITAS III APD , Perlindungan

dengan Barier Protektif


APD
Apa kegunaannya ?
Apa pilihannya ?

Alat pelindung diri adalah alat yang mempunyai komponen untuk melindungi seseorang dalam
pekerjaan, yang fungsinya mengisolasi tubuh tenaga kerja dari bahaya ditempat kerja serta
mencegah dan melindungi timbulnya gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor-faktor yang
membahayakan kesehatan.
(Suma’mur P.K th 1981 )
ALAT PELINDUNG DIRI (APD)
Jenis Alat Pelindung Diri (BARRIER) di kamar
bedah:

l Gaun (apron, jas operasi)


l Penutup kepala
l Masker
l Pelindung mata
l Sarung tangan
l Sepatu, dll
ALAT PELINDUNG DIRI (APD)
Aspek-aspek yg perlu diperhatikan dlm memilih APD di kamar bedah:
l Bentuknya cukup menarik.
l Harus dipakai secara fleksibel.
l Tahan untuk pemakaian yang lama.
l Tidak membatasi gerak dan persepsi sensoris pemakaiannya sehingga
tidak menyebabkan rasa tidak nyaman yang berlebihan.
l Dapat memberikan perlindungan yang adekuat terhadap bahaya-bahaya
yang dihadapi oleh tenaga kerja.
l Tidak menimbulkan bahaya tambahan bagi pemakainya, yang
disebabkan bentuk dan ukuran yang tidak tepat atau karena salah dalam
penggunaannya.
1,:&%;(
<&458,%"/;

= 6>5$?#&'%((@ A@<,;(@ <,B$,%$"'(6C?"95/&(D E&,B(E$'$'4(F<G(


E&,B(H"I'9G(JK;/"$B(1K$&8B(D L"9$#&%&/G(I,/'$'4(1$'4
= E,9&/(1,:&%;(./&0,5%$"'(D H"448&G(M,/'$'4(1$4'
= N,88(./&0,5%$"'(D ."9$%$"'$'4(
= O$4K(P"85#&(Q//$4,%$"'(R(68&0%/$0,8(R(S"#?/&99&B(T$/
= ./"0&99$'4(2&,95/&9(R(U'$%(D 6'7$/"'#&'%,8(Q#?,0%(
1%&/$8$9,%$"'(2&%K"BG(6>5$?#&'%((Q#?,0%("'(6'7$/"'#&'%(R(O&,8%K

LASER
CLASS 4
KESIMPULAN
ADALAH SUATU KEHARUSAN DAN KONSEKUENSI MUTLAK BAHWA :
l Perawat kamar operasi HARUS selalu berusaha memutuskan rantai infeksi.Hygienic
practices: Pencucian dan pengeringan tangan, sebelum dan sesudah bersentuhan dengan
pasien
l Perawat kamar operasi HARUS memproteksi diri dari darah/ cairan tubuh pasien, tusukan
benda tajam dan bahaya resiko medis lainnya. Peralatan perlindungan diri (sarung tangan,
jas operasi, apron, masker, kaca mata, topi dll )
l Proteksi harus dilaksanakan secara KONSISTEN dengan tidak pandang bulu pada
seluruh pasien (irrespective of diagnosis). Menangani pembuangan limbah dengan tepat,
pemrosesan kembali peralatan yang akan digunakan dengan tepat, serta tetap menjaga
dan memperhatikan kaidah-kaidah K3 dikamar operasi, memperhatikan, menjaga dan
menhindari faktor-faktor yang dapat menimbulkan ancaman bahaya di KAMAR OPERASI.
Thank You
For kind attention

Sugeng Suryanto
Operating Theatre Nurse Educator
ALAM SUTRA Omni International Hospital

PP HIPKABI

Anda mungkin juga menyukai