TINJAUAN TEORI
A. KONSEP TEORI
1. Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Sumber daya manusia sebagai tenaga kerja dalam perusahaan tidak
terlepas dari adanya masalah yang berkaitan dengan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3). Hal ini merujuk pada perlindungan tenaga kerja
dari bahaya, penyakit dan kecelakaan akibat kerja maupun lingkungan
kerja.
Secara umum, keselamatan dan kesehatan kerja karyawan
menunjukkan kondisi fisiologis fisik dan psikologis tenaga kerja yang di
akibatkan oleh lingkungan kerja perusahaan. Apabila sebuah perusahaan
melaksanakan tindakan-tindakan keselamatan dan kesehatan yang efektif,
maka penderita cidera atau penyakit-penyakit jangka pendek maupun
jangka panjang akan makin berkurang. Namun, pada kenyataannya masih
banyak dijumpai perusahaan-perusahaan yang kurang memperhatikan
tentang faktor keselamatan dan kesehatan kerja, sehingga sering dijumpai
kasus-kasus kecelakaan kerja yang merugikan pihak karyawan.
Keselamatan dan kesehatan kerja merujuk pada kondisi fisiologis-fiskal
dan psikologis tenaga kerja yang di akibatkan oleh lingkungan kerja yang
di sediakan oleh perusahaan.
Keselamatan dan kesehatan kerja difilosofikan sebagai suatu
pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik
jasmani maupun rohani tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada
umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat makmur dan
sejahtera. Sedangkan pengertian secara keilmuan adalah suatu ilmu
pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan
terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) tidak dapat dipisahkan dengan
proses produksi baik jasa maupun industri. Perkembangan pembangunan
setelah Indonesia merdeka menimbulkan konsekwensi meningkatkan
intensitas kerja yang mengakibatkan pula meningkatnya resiko kecelakaan
di lingkungan kerja.
Keselamatan kerja adalah melindungi para karyawan dari luka-luka
akibat kecelakaan yang di sebabkan pekerjaan. Berbagai penyebab
kecelakaan kerja dapat terjadi baik pemberi kerja yang bertanggung jawab
akan memerhatikan untuk memberikan perlindungan bagi karyawannya
atas risiko kecelakaan kerja.kesehatan kerja pekerja biasa terganggu
karena penyakit, stres, maupun karena kecelakaan. Pelaksanaan program
keselamatan dan kesehatan kerja bagi karyawan sangatlah penting karena
bertujuan untuk meciptakan keselamatan dan kesehatan kerjadengan
melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja
yang terintegrasi dalam mengurangi kecelakaan.
Kesehatan kerja menyangkut kesehatan fisik dan mental kesehatan
mencangkup seluruh aspek kehidupan manusia termasuk lingkungan kerja.
Jika suatu perusahaan keselamatan dan kesehatankerha dari para karyawan
tidak diperhatikan maka timnul hal-hal yang merugikan si pekerja maupun
kepada perusahaan. Salah satu dampak pada perusahaan yaitu adanya
kecelakaan, sehingga akan timbul dampak bagi para pekerja yaitu dapat
menurunya kinerja karyawan tersebut.
Hal tersebut juga mengakibatkan meningkatnya tuntutan yang lebih
tinggi dalam mencegah terjadinya kecelakaan yang beraneka ragam bentuk
maupun jenis kecelakaannya. Sejalan dengan itu, perkembangan
pembangunan yang dilaksanakan tersebut maka disusunlah UU No.14
tahun 1969 tentang pokok-pokok mengenai tenaga kerja yang selanjutnya
mengalami perubahan menjadi UU No.12 tahun 2003 tentang ketenaga
kerjaan.
Dalam pasal 86 UU No.13 tahun 2003, dinyatakan bahwa setiap
pekerja atau buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas
keselamatan dan kesehatan kerja, moral dan kesusilaan dan perlakuan yang
sesuai dengan harkat dan martabat serta nilai-nilai agama.
Untuk mengantisipasi permasalahan tersebut, maka dikeluarkanlah
peraturan perundangan-undangan di bidang keselamatan dan kesehatan
kerja sebagai pengganti peraturan sebelumnya yaitu Veiligheids
Reglement, STBl No.406 tahun 1910 yang dinilai sudah tidak memadai
menghadapi kemajuan dan perkembangan yang ada.
Peraturan tersebut adalah Undang-undang No.1 tahun 1970 tentang
keselamatan kerja yang ruang lingkupnya meliputi segala lingkungan
kerja, baik di darat, didalam tanah, permukaan air, di dalam air maupun
udara, yang berada di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik
Indonesia. Undang-undang tersebut juga mengatur syarat-syarat
keselamatan kerja dimulai dari perencanaan, pembuatan, pengangkutan,
peredaran, perdagangan, pemasangan, pemakaian, penggunaan,
pemeliharaan dan penyimpanan bahan, barang produk tekhnis dan aparat
produksi yang mengandung dan dapat menimbulkan bahaya kecelakaan.
Walaupun sudah banyak peraturan yang diterbitkan, namun pada
pelaksaannya masih banyak kekurangan dan kelemahannya karena
terbatasnya personil pengawasan, sumber daya manusia K3 serta sarana
yang ada. Oleh karena itu, masih diperlukan upaya untuk memberdayakan
lembaga-lembaga K3 yang ada di masyarakat, meningkatkan sosialisasi
dan kerjasama dengan mitra sosial guna membantu pelaksanaan
pengawasan norma K3 agar terjalan dengan baik.
2. Tujuan K3
Tujuan umum dari K3 adalah menciptakan tenaga kerja yang sehat
dan produktif. Tujuan hyperkes dapat dirinci sebagai berikut (Rachman,
1990) :
a. Agar tenaga kerja dan setiap orang berada di tempat kerja selalu dalam
keadaan sehat dan selamat.
b. Agar sumber-sumber produksi dapat berjalan secara lancar tanpa
adanya hambatan.
4. Ruang Lingkup K3
Ruang lingkup hyperkes dapat dijelaskan sebagai berikut (Rachman,
1990):
1) Kesehatan dan keselamatan kerja diterapkan di semua tempat kerja
yang di dalamnya melibatkan aspek manusia sebagai tenaga kerja,
bahaya akibat kerja dan usaha yang dikerjakan.
2) Aspek perlindungan dalam hyperkes meliputi :
1) Tenaga kerja dari semua jenis dan jenjang keahlian
2) Peralatan dan bahan yang dipergunakan
3) Faktor-faktor lingkungan fisik, biologi, kimiawi, maupun sosial.
4) Proses produksi
5) Karakteristik dan sifat pekerjaan
6) Teknologi dan metodologi kerja
3) Penerapan Hiperkes dilaksanakan secara holistik sejak perencanaan
hingga perolehan hasil dari kegiatan industri barang maupun jasa.
4) Semua pihak yang terlibat dalam proses industri/perusahaan ikut
bertanggung jawab atas keberhasilan usaha hyperkes.
Pencegahan :
1. Pengendalian cahaya di ruang kerja
2. Pengaturan ventilasi dan penyediaan air minum yang cukup
memadai.
3. Menurunkan getaran dengan bantalan anti vibrasi.
4. Pengaturan jadwal kerja yang sesuai.
5. Pelindung mata untuk sinar laser
6. Filter untuk mikroskop
Agen Kimiawi
1. Gas yang menyebabkan keracunan misalnya: CC, HCN, H2S,
SQ2.
2. Uap dan logam dapat menyebabkan “metal fume fever”, ataupun
keracunan logam misalnya karena Hg, Pb.
3. Larutan ataupun cairan misalnya H2S04, HC1 dapat
menyebabkan keracunan ataupun dermatosis (penyakit kulit).
4. Debu-debu misalnya debu silica, kapas, asbest ataupun debu
logam berat bila terhirup ke dalam paru-paru menyebabkan
pneumoconiosis.
5. Awan atau kabut dan insectisida ataupun fungisida pada
penyemprotan serangga dan hama tanaman dapat menyebabkan
keracunan.
Petugas di laboratorium kesehatan yang sering kali kontak dengan
bahan kimia dan obat-obatan seperti antibiotika, demikian pula dengan
solvent yang banyak digunakan dalam komponen antiseptik,
desinfektan dikenal sebagai zat yang paling karsinogen. Semua bahan
cepat atau lambat ini dapat memberi dampak negatif terhadap kesehatan
mereka. Gangguan kesehatan yang paling sering adalah dermatosis
kontak akibat kerja yang pada umumnya disebabkan oleh iritasi
(amoniak, dioksan) dan hanya sedikit saja oleh karena alergi (keton).
Bahan toksik (trichloroethane, tetrachloromethane) jika tertelan,
trhirup atau terserap melalui kulit dapat menyebabkan penyakit akut
atau kronik, bahkan kematian. Bahan korosif (asam dan basa) akan
mengakibatkan kerusakan jaringan yang irreversible pada daerah yang
terpapar. Pencegahan :
1. Material safety data sheet (MSDS) dari seluruh bahan kimia yang
ada untuk diketahui oleh seluruh petugas laboratorium.
2. Menggunakan karet isap (rubber bulb) atau alat vakum untuk
mencegah tertelannya bahan kimia dan terhirupnya aerosol.
3. Menggunakan alat pelindung diri (pelindung mata, sarung tangan,
celemek, jas laboratorium) dengan benar.
4. Hindari penggunaan lensa kontak, karena dapat melekat antara
mata dan lensa.
5. Menggunakan alat pelindung pernafasan dengan benar.
Agen Biologi
Misalnya penyakit anthrax yang disebabkan bakteri Bacillus anthracis
pada penyamak kulit atau pengumpul wool. Penyakit-penyakit infeksi
pada karyawan yang bekerja dalam bidang mikrobiologi ataupun dalam
perawatan penderita penyakit menular. Lingkungan kerja pada
Pelayanan Kesehatan favorable bagi berkembang biaknya strain kuman
yang resisten, terutama kuman-kuman pyogenic, colli, bacilli dan
staphylococci, yang bersumber dari pasien, benda-benda yang
terkontaminasi dan udara. Virus yang menyebar melalui kontak dengan
darah dan sekreta (misalnya HIV dan Hep. B) dapat menginfeksi
pekerja hanya akibat kecelakaan kecil dipekerjaan, misalnya karena
tergores atau tertusuk jarum yang terkontaminasi virus. Pencegahan :
1. Seluruh pekerja harus mendapat pelatihan dasar tentang
kebersihan, epidemilogi dan desinfeksi.
2. Sebelum bekerja dilakukan pemeriksaan kesehatan untuk
memastikan dalam keadaan sehat badani, punya cukup kekebalan
alami untuk bekrja dengan bahan infeksius, dan dilakukan
imunisasi.
3. Pengelolaan limbah infeksius dengan benar.
4. Kebersihan diri dari petugas.
Agen Mekanik
Penyakit yang disebabkan karena sikap badan yang kurang baik; karena
konstruksi mesin yang tidak cocok, ataupun karena tempat duduk yang
tidak sesuai. Sebagian besar pekerja di perkantoran atau Pelayanan
Kesehatan pemerintah, bekerja dalam posisi yang kurang ergonomis,
misalnya tenaga operator peralatan, hal ini disebabkan peralatan yang
digunakan pada umumnya barang impor yang disainnya tidak sesuai
dengan ukuran pekerja Indonesia. Posisi kerja yang salah dan
dipaksakan dapat menyebabkan mudah lelah sehingga kerja menjadi
kurang efisien dan dalam jangka panjang dapat menyebakan gangguan
fisik dan psikologis (stress) dengan keluhan yang paling sering adalah
nyeri pinggang kerja (low back pain).
Agen Psikososial
Penyakit yang timbul karena hubungan yang kurang baik antara sesama
karyawan, antara karyawan dengan pimpinan, karena pekerjaan yang
tidak cocok dengan psikis karyawan, karena pekerjaan yang
membosankan ataupun karena upah (imbalan) yang terlalu sedikit
sehingga tenaga pikirannya tidak dicurahkan kepada pekerjaannya
melainkan kepada usaha-usaha pribadi untuk. menambah
penghasilannya. Beberapa contoh faktor psikososial yang dapat
menyebabkan stress
1. Pelayanan kesehatan sering kali bersifat emergency dan
menyangkut hidup mati seseorang. Untuk itu pekerja di
laboratorium kesehatan di tuntut untuk memberikan pelayanan
yang tepat dan cepat disertai dengan kewibawaan dan keramahan-
tamahan.
2. Pekerjaan pada unit-unit tertentu yang sangat monoton.
3. Hubungan kerja yang kurang serasi antara pimpinan dan bawahan
atau sesama teman kerja.
4. Beban mental karena menjadi panutan bagi mitra kerja di sektor
formal ataupun informal.
b. Host
Faktor-faktor yang dapat menimbulkan penyakit pada host adalah
1. Daya tahan tubuh terhadap penyakit, apabila daya tubuh host baik
maka virus tidak dapat masuk ke dalam tubuh,apabila daya tahan
tubuh jelek dan host tidak memelihara personal hygiene yang baik
maka virus dengan mudah masuk dalam tubuh host.
2. Umur, usia menentukan kemampuan seseorang untuk bekerja, usia
yang ekstrem seperti terlalu muda atau terlalu tua akan
menghambat dalam pekerjaan. Menurut UU No. 13 tahun 2003
Bab I Pasal 1 Ayat 2 disebutkan bahwa tenaga kerja adalah setiap
orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan
barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun
untuk masyarakat. Batas usia kerja yang berlaku di Indonesia
adalah berumur 15 tahun – 64 tahun.
3. Jenis kelamin, jenis kelamin laki-laki mendominasi dalam
pekerjaan karena lebih produktif dalam bekerja dibandingkan jenis
kelamin wanita.
4. Adat kebiasaan, bila host kurang biasa memelihara personal
hygiene maka sangat mudah virus masuk dalam tubuh. Gaya hidup
yang terkait pola makan, pola istirahat, aktivitas fisik, keadaan
kesehatan host saat ini sangat mempengaruhi kinerja dari host.
c. Environment
Faktor lingkungan yang mempengaruhi host dan agent seperti sistem
dan kebijakan di tempat kerja yang meliputi gaji, cuti, hari libur, beban
kerja, dll. Berdasarkan Pasal 77 ayat 1, UU No. 13/2003 mewajibkan
setiap pengusaha untuk melaksanakan ketentuan jam kerja. Ketentuan
jam kerja ini telah diatur dalam 2 sistem seperti yang jelas disebutkan
diatas yaitu:
1. 7 jam kerja dalam 1 hari atau 40 jam kerja dalam 1 minggu unuk 6
hari kerja dalam 1 minggu: atau
2. 8 jam kerja dalam 1 hari atau 40 jam kerja dalam 1 minggu untuk 5
hari kerja dalam 1 minggu.
8) Rekreasi
a) Jenis rekreasi yang diberikan perusahaan
b) Pemanfaatan rekreasi perusahaan bagi pekerja dan keluarga
c) Jenis rekreasi yang dilakukan oleh pekerja dan keluarga selain
dari perusahaan
d) Jadwal rekreasi/frekuensi rekreasi
e) Dampak rekreasi terhadap motivasi bekerja
1. Analisis Data
Prioritas :
a. Masalah (aktual, resiko, potensial)
b. Ketersediaan sarana
c. Kemauan pekerja dan keluarga
d. Kemauan perusahaan
Analisa masalah berdasarkan data fokus, anatara lain :
a. Kecelakaan kerja yg sering terjadi
b. Perilaku yang tidak sehat
c. Lingkungan yang tidak sehat
d. Penyakit akibat kerja
e. Pengetahuan yang kurang
f. Kurangnya fasilitas pendukung
2. Diagnosa Keperawatan
Setelah dilakukan pengkajian yang sesuai dengan data-data yang dicari,
maka kemudian dikelompokkan dan dianalisa seberapa besar stressor yang
mengancam masyarakat dan seberapa berat reaksi yang timbul pada
masyarakat tersebut. Berdasarkan hal tersebut diatas dapat disusun diagnose
keperawatan komunitas.
a. Merumuskan diagnosa keperawatan komunitas memerlukan pemikiran
yang kritis dalam mengambil keputusan.
b. Ini sebuah tantangan dan tugas utama
c. Komplet dan validnya diagnosa akan berdampak pada tahap selanjutnya
dari proses keperawatan dan dasar dari perencanaan program kesehatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul:
a. Defisiensi kesehatan komunitas
b. Perilaku kesehatan cenderung berisiko
c. Kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan
d. Ketidakefektifan koping komunitas
e. Kesiapan meningkatkan koping komunitas
f. Kontaminasi
g. Risikon kontaminasi
3. Intervensi
Tahap ketiga dari proses keperawatan merupakan tindakan
menetapkan apa yang harus dilakukan untuk membantu sasaran dalam
upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Langkah pertama dalam
tahap perencanaan adalah menetapkan tujuan dan sasaran kegiatan untuk
mengatasi masalah yang telah ditetapkan sesuai dengan diagnosis
keperawatan. Dalam menentukan tahap berikutnya yaitu rencana
pelaksanaan kegiatan maka ada dua faktor yang mempengaruhi dan
dipertimbangkan dalam menyusun rencana tersebut yaitu sifat masalah dan
sumber/potensi masyarakat seperti dana, sarana, tenaga yang tersedia.
4. Implementasi
Perawat bertanggung jawab untuk melaksanakan tindakan yang telah
direncanakan yang sifatnya:
a. Bantuan dalam upaya mengatasi masalah-masalah.
b. Mendidik komunitasi tentang perilaku sehat.
c. Sebagai advokat komunitas, untuk sekaligus menfasilitasi
terpenuhinya kebutuhan komunitas.
Pada kegiatan praktik keperawatan komunitas berfokus pada tingkat
pencegahan, yaitu:
1. Pencegahan primer yaitu pencegahan sebelum sakit dan difokuskan pada
populasi sehat, mencakup pada kegiatan kesehatan secara umum serta
perlindungan khusus terhadap penyakit. Contoh: 1) promosi kesehatan
yang melipuiti kegiatan pendidikan kesehatan, perbaikan gizi, istirahat
dan olah raga bagi pekerja, pemberian ANC bagi pekerja wanita yang
sedang hamil, 2) pencegahan penyakit yang meliputi mengurangi factor
resiko, pemberian imunisasi, manajemen stress, 3) Pencegahan injuri,
yang meliputi pendidikan keselamatan, penggunaan alat pelindung diri
(APD), penanganan zat bahaya, menurunkan bahaya yang mengancam
keselamat, meningkatkan kesehatan ergonomis.
2. Pencegahan sekunder yaitu kegiatan yang dilakukan pada saat terjadinya
perubahan derajat kesehatan masyarakat clan ditemukan masalah
kesehatan. Pencegahan sekunder ini menekankan pada diagnosa dini dan
tindakan untuk mnghambat proses penyakit, Contoh: 1) pemeriksaan
(screening) kepada calon pekerja, 2) pemeriksaan kesehatan secara
berkala, 3) pemeriksaan terhadap aspek lingkungan, 4) penatalaksanaan
kasus (case management), 5) penanganan kegawatan yang meliputi
kegawatan fisik, 6) psikologis mauipun kecelakaan akibat kerja.
3. Pencegahan tertier yaitu kegiatan yang menekankan pengembalian
individu pada tingkat berfungsinya secara optimal dari ketidakmampuan
keluarga, Contoh: 1) pencegahan penyebaran penyakit menular, 2)
pencegahan kekambuhan, 3) pencegahan komplikasi, 4) rehabilitasi
pekerja.
5. Evaluasi
Evaluasi dilakukan dengan konsep evaluasi struktur, proses, hasil.
Fokus:
a. Relevansi antara kenyataan dengan target
b. Perkembangan/ kemajuan proses, kesesuaian dg perencanaan, peran
pelaksana, fasilitas dan jumlah peserta
c. Efisiensi biaya, bagaimana mencari sumber dana
d. Efisiensi kerja, apakah tujuan tercapai, apakah masyarakat
puas. Proses Evaluasi:
a. Menilai respon verbal dan nonverbal
b. Mencatat adanya kasus baru yg dirujuk ke RS
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)
PADA KELOMPOK KHUSUS PEKERJA USAHA KECIL
BATU BATA RT.02 DESA GUDANG TENGAH
KECAMATAN SUNGAI TABUK
Batu Bata
Batu
Bata Pemba
karan
Rumah pemilik usaha batu bata
Tanah
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada pemilik usaha
Batu Bata ” tempat usaha ini memiliki ukuran dengan panjang 10 meter
dan lebar 6 meter. Adapun alat yang digunakan cetakan bata,tempat
pembakaran,kayu bakar,abu bakar.
Data Demografi
1 OrangUmur Pekerja
80.0% ([VALUE])
70.0%
60.0%
50.0%
40.0% 5 Orang
([VALUE])
30.0%
20.0%
10.0% 0.0% 0.0%
0.0% ≤ 17 18-38 39-59 ≥ 60
thn thn thn thn
Umur Pekerja 0.0% 16,0 % 84% 0.0%
Gambar 1. Distribusi Jumlah Pekerja Berdasarkan Usia
Berdasarkan Gambar 1 diketahui dari hasil kuesioner bahwa
pekerja pada usaha Batu Bata sebanyak 6 orang
Pekerja berusia 18-38 tahun berjumlah 1 orang (16%), tidak ada pekerja
di bawah umur, pekerja umur 39-59 tahun berjumlah 5 orang (84%) dan
tidak ada pekerja dengan umur diatas 60 tahun.
Agama Pekerja
100% Islam
6 orang
Gambar 2. Distribusi Pekerja Berdasarkan Agama
Berdasarkan Gambar 2 dapat diketahui dari kuesioner bahwa
seluruh pekerja pada usaha Batu Bata
beragama Islam sebanyak 6 orang dengan persentase 100%.
Suku Pekerja0%
100% Banjar
6 Orang
Sunda
Jawa
Perempuan
83%
Riwayat Kesehatan
Sehat Sakit
33%
67%
A. Pemeriksaan Fisik
1) Distribusi Pekerja Berdasarkan Berat Badan
33% 33%
33%
33%
67%
33%
67%
100%
100%
50% 6 0%
0%
Ya Tidak
2) Kebiasaan merokok
Kebiasaan Merokok
Merokok Tidak merokok
100%
Kebiasaan Sarapan
Sarapan Tidak sarapan
100%
100%
6 Ya
B. Informasi Umum
1) Rata-Rata per hari bekerja
100%
Lama Bekerja
< 5 tahun 5-10 tahun > 10 tahun
100%
2) Lama Bekerja
100%
3) Usia Bekerja
Gambar 15. Distribusi pekerja berdasarkan usia mulai bekerja
Alasan Bekerja
Menambah
15% Penghasilan
3
45% Mencari nafkah
9
40%
8Mencari Pengalaman
5) Pengalaman Bekerja
Pengalaman Bekerja
0%
<5 tahun
Bersih
Tidak
100%
20
2) Keadaan Udara
Keadaan Udara
10%
2
Bersih
Tidak
90%
18
35%
7
65%
13 Ya
Tidak
0%
Ya
Tidak
100%
Ya
100%
Tidak
Kecelakaan Kerja
Ya
100% Tidak
0%
Ya
Tidak
100%
40% Ya
60% 8
12 Tidak
b. Pendidikan
1) Menjelaskan pentingnya keselamatan saat bekerja dan Pelatihan
Berdasarkan hasil kuisioner diketahui bahwa 14 pekerja (70%)
pekerja menjawab tidak pernah mendapatkan penjelasan mengenai
pentingnya keselamatan dalam menyelesaikan pekerjaan dan 18
pekerja (90%) tidak pernah mendapatkan pelatihan secara khusus
dalam bekerja. Dari hasil wawancara, usaha Usaha Aneka Cemilan
“NR Sabila & Rahayu” tidak memiliki prosedur tertulis tentang
penggunaan alat.
YaTidak
100%
Ya
95%
Tidak
4) Jaminan Kesehatan
Diketahui melalui kuesioner bahwa 20 orang pekerja (100%)
pekerja mengatakan tempat kerja tidak menyediakan tunjangan
kesehatan, namun bila ada karyawan yang sakit pemilik usaha akan
memberikan dana untuk bantuan berobat namun jumlahnya tidak
bisa ditentukan. Bagi pekerja lepas (bagian pembungkusan) tidak ada
jaminan bantuan dana apabila sakit, namun apabila sakit pemilik
usaha memberikan dukungan dengan menjenguk dan memberi dana
untuk sedikit meringankan beban pekerja yang sakit..
5) Konflik kerja
Hasil kuesioner bahwa 18 pekerja (90 %) pekerja tidak pernah
mengalami konflik dengan pekerja lainnya di tempat kerja dan hanya
2 pekerja (10%) yang menyatakan pernah mengalami konflik dari
hasil observasi juga menunjukkan tidak ada terlihat perkelahian
anatara pekerja, pekerja saling berinteraksi dan membantu dalam
pekerjaan.
<1 Km
100%
1-10 Km
100%
Gambar 36. Kondisi Peralatan Kerja dalam Keadaan Baik
YaTidak
50.0%
Penggunaan APD
15%
85% Ya Tidak
100% Nyaman
e. Ekonomi
1) Penghasilan rata-rata dalam sebulan
Dari gambar 44 Di bawah diketahui berdasarkan kuesioner 20
pekerja (100%) rata-rata di atas Rp. 1.000.000-, Dan gaji tersebut
cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Dari data
wawancara para peekrja pembungkus yang ada disekitar area tempat
usaha merasa sangat terbantukan dengan pekerjaannya ini, karena
bagi mereka sangat membantu sekali dan bisa buat menabung.
Penghasilan rata-rata 1
120% bulan
100%
80%
60%
40%
20%
0%
<500rb 500 rb - 1 jt > 1 Juta
Gambar 44. Penghasilan rata-rata dalam sebulan.
f. Komunikasi
1) Ketersediaan alat komunikasi
Dari data kuesioner diketahui tempat bekerja tidak menyediakan
alat komunikasi maupun menyediakan radio dan koran. Hasil
observasi menunjukkan terdapat 1 televisi.
2) Komunikasi antar pekerja
Berdasarkan wawancara dengan pekerja Usaha Aneka Cemilan
“NR Sabila&Rahayu” pada tanggal 16 Oktober 2019 didapatkan
hasil bahwa komunikasi antar pekerja berjalan lancar, karena para
pekerja merupakan teman dan tetangga, jika mendesak maka bisa
menggunakan alat komunikasi HP.
Tabel 1. Analisa Data Pengkajian Pada Usaha Aneka Cemilan “ NR Sabila & Rahayu “
No. Data Subyektif Data Objektif Etiologi Masalah Kesehatan
1 1. Hasil wawancara dengan beberapa 1. Berdasarkan data windshield Kurang pemahaman Perilaku kesehatan
pekerja bahwa pemilik usaha tidak survey tampak para pekerja tidak pekerja mengenai cenderung beresiko pada
menggunakan alat pelindung diri pentingnya penggunaan pekerja usaha aneka
menyediakan APD
seperti masker dan sarung APD saat bekerja cemilan “NR Sabila &
2. Berdasarkan hasil kuesioner 35% (7 tangan kerja. Dan sepatu(sandal Rahayu”
orang) mengatakan sarana kerja bertutup)
2. Dari hasil observasi terdapat
yang dapat membahayakan
asap yang mengepul di ruangan
kesehatan adalah panas api, percikan penggorengan dan terasa begitu
minyak goreng, asap dan percikan panas saat pekerja melakukan
penggorengan.
bumbu.
3. Dari hasil kuesioner diketahui bahwa
pekerja 5% (1 pekerja) menjawab
mempunyai kebiasaan merokok saat
bekerja
4. Berdasarkan hasil kuisioner 8
pekerja (40%) mengatakan jenis
pekerjaanya terpapar dengan
pencahayaan terang ( penggorengan
dan pembungkusan)
5. Berdasarkan hasil kuestioner 85%
(17 orang) pekerja mengatakan tidak
menggunakan APD .
6. Dari hasil kuesioner bahwa 25%
pekerja pernah mengalami gangguan
kesehatan selama bekerja diketahui
bahwa gangguan kesehatan yang
pernah dialami ISPA dan diare.
7. Dari hasil kuesioner diketahui bahwa
pekerja 5% (1 pekerja) menjawab
mempunyai kebiasaan merokok saat
bekerja
8. Berdasarkan hasil kuesioner 100%
(20 orang) mengatakan tidak ada
petunjuk secara tertulis dalam
mengoperasikan alat dalam bekerja.
2 1. Berdasarkan hasil kuesioner 45% (9 1. Berdasarkan data windshield Ketidakcukupan sumber Defisiensi kesehatan
orang) berpendidikan akhir lulusan survey tampak pada usaha aneka daya (pengetahuan) komunitas pekerja pada
SD. cemilan “NR Nabila & Rahayu” pekerja usaha aneka cemilan “NR
2. Dari 20 orang pekerja pada usaha tidak tersedia petunjuk untuk Nabila & Rahayu”
aneka cemilan “NR Nabila & mencegah kecelakaan kerja.
Rahayu” 14 pekerja (70%) 2. Hasil observasi tampak stop
mengatakan tempat kerja tidak kontak yang berasda di lantai.
pernah memberikan penjelasan 3. Hasil observasi tidak adanya
tentang pentingnya keselamatan tersedia alat-alat seperti APAR,
kerja. kotak P3K beserta obatnya.
3. Berdasarkan wawancara dengan 4. Berdasarkan hasil observasi
pekerja mengatakan pada awalnya pada bagian penggorengan
sering mengalami keluhan sakit percikan minyak goreng yang
pinggang dan pegal pada selurh panas saat melakukan
badan,karena posisi kerja duduk penggorengan sangat berisiko
yang terlalu lama, namun sekarang mengenai bagian tubuh para
sudah terbiasa jadi keluhan sakit pekerja.
pinggang dan pegal-pegal sudah
tidak ada lagi.
4. Berdasarkan kuisioner 18 pekerja
(90%) menjawab tidak pernah
mendapatkan pelatihan secara
khusus di bidang mereka bekerja.
5. Berdasarkan hasil wawancara pada
pemilik usaha, pekerja tidak pernah
terpapar mengenai tentang kesehatan
dan keselamatan kerja.
6. Dari kuesioner bahwa 8 orang (40%)
pekerja mengatakan jenis pekerjaan
terpapar dengan panas.
7. Berdasarkan wawancara dengan
pekerja, yang sering terpapar dengan
panas yaitu pada bagian kerja
penggorengan dan pembungkusan
karena selalu berhadapan dengan
panas api.
C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Tabel 2. Rencana Asuhan Keperawatan Kelompok Pekerja pada Usaha Aneka Cemilan “ NR Nabila & Rahayu”
Waktu/
No Diagnosis Kegiatan Peserta Pelaksana Hambatan Solusi
Tempat
1. Perilaku kesehatan Melakukan Kamis, 14 Pekerja usaha Mahasiswa PSIK Waktu pelaksanaan Menunggu
cenderung beresiko pada pendidikan Nopember 2019 aneka cemilan FK ULM, Pihak tidak sesuai dengan peserta datang
pekerja usaha aneka kesehatan mengenai 20.00–22.00 “NR Sabila & Puskesmas rencana, terlambat sampai batas
cemilan “NR Sabila & K3 berupa Wita Rahayu” Landasan Ulin 20 menit karena waktu yang telah
pentingnya Di rumah Pak menunggu peserta ditetapkan yaitu
Rahayu” berhubungan
Yana (Pemilik yang lain 30 menit
dengan kurang penggunaan alat
Usaha Aneka berdatangan
pemahaman pekerja pelindung diri
Cemilan “NR
mengenai pentingnya (APD) saat bekerja
Sabila &
penggunaan APD saat untuk mengurangi
Rahayu”
bekerja faktor risiko cidera
2 Defisiensi kesehatan 1. Melakukan Kamis, 14 Pekerja usaha Mahasiswa PSIK Waktu pelaksanaan Menunggu
komunitas pekerja pada pendidikan Nopember 2019 aneka cemilan FK ULM, Pihak tidak sesuai dengan peserta datang
usaha aneka cemilan “NR kesehatan 20.00–22.00 “NR Sabila & Puskesmas rencana, terlambat sampai batas
Nabila & Rahayu” mengenai Wita Rahayu” Landasan Ulin 20 menit karena waktu yang telah
berhubungan dengan penanganan luka Di rumah Pak menunggu peserta ditetapkan yaitu
ketidakcukupan sumber bakar Yana (Pemilik yang lain 30 menit
daya (pengetahuan) Usaha Aneka berdatangan.
Cemilan “NR
Sabila &
Rahayu”
P : Lanjutkan intervensi
1. Berkolaborasi dengan Puskesmas Landasan Ulin
terkait pengawasan penggunaan APD pada pekerja
usaha aneka cemilan “NR Sabila & Rahayu”
2. Momotivasi para pekerja usaha aneka cemilan
“NR Sabila & Rahayu” untuk selalu menggunakan
APD saat bekerja
3. Anjurkan kepada pemilik usaha untuk pengadaan
APD di tempat kerja (Masker, sarung tangan dan
sepatu).
2 Defisiensi kesehatan Kamis, 14 Nopember Memberikan penyuluhan S: Kusuma
komunitas pekerja pada 2019 kesehatan mengenai 1. Pekerja mengatakan paham dan mengerti tentang apa ……..
usaha aneka cemilan “NR 20.00–22.00 Wita penanganan luka bakar, yang sudah disampaikan pemateri mengenai Mahmuddin
Nabila & Rahayu” Di rumah Pak Yana posisi ergenomi dan penanganan luka bakar, posisi ergonomi dan Low ……..
berhubungan dengan (Pemilik Usaha Aneka Farid
Low Back Pain (LBP) Back Pain (LBP)
ketidakcukupan sumber Cemilan “NR Sabila ……..
2. Pekerja mengatakan akan mencoba menerapkan
daya (pengetahuan) & Rahayu” Fatmawati
posisi ergonomi pada saat bekerja ……..
Nunung
O: ……..
1. Pekerja tampak antusias saat mengikuti penyuluhan Asih
kesehatan dan mampu mendemontrasikan posisi yang ……..
baik pada saat bekerja (posisi ergonomi) Muhibbah
……..
Dhesi
2. Pekerja mampu menyebutkan kembali tentang ……..
penanganan luka bakar, posisi ergonomi dan low Dwi Hartatik
back pain (LBP) sesuai dengan apa yang sudah ……..
disampaikan oleh penyuluh.
A. Simpulan
Simpulan dari kegiatan asuhan keperawatan pada keselamatan dan
kesehatan kerja (K3) Pada Usaha Aneka Cemilan “NR Sabila&Rahayu”
1. Metode yang digunakan pada pengkajian keperawatan untuk
mengumpulkan data terdiri dari teknik observasi, windshield survey,
wawancara, membagikan kuesioner dan pemeriksaan fisik/screenning
pada pekerja sebanyak 20 orang dari anggota Pekerja Usaha Aneka
Cemilan “NR Sabila&Rahayu”
2. Dari hasil pengkajian dapat disimpulkan bahwa masalah yang muncul
adalah Perilaku kesehatan cenderung beresiko pada pekerja usaha aneka
cemilan “NR Sabila & Rahayu” dan Defiseinsi kesehatan komunitas pekerja
usaha aneka cemilan “NR Sabila & Rahayu” di wilayah RW.02 RT.5
Kelurahan Landasan Ulin Tengah.
3. Perencanaan tindakan keperawatan yang dibuat berdasarkan masalah yang
muncul tersebut adalah melakukan koordinasi dengan pemilik usaha aneka
cemilan “NR Sabila & Rahayu” dan melakukan koordinasi dengan
pemegang program terkait K3 di Puskesmas, kemudian melakukan
pendidikan kesehatan tentang Manfaat penggunaan APD, Penanganan
luka bakar , Posisi ergonomis dan low back Pain (LBP)
4. Hasil dari koordinasi adalah berupa implementasi. Implementasi
keperawatan yang dapat dilakukan sesuai dengan yang direncanakan yaitu
melakukan koordinasi dengan pihak pemilik usaha, melakukan koordinasi
dengan pemegang program terkait K3 di Puskesmas, dan melakukan
pendidikan kesehatan tentang Manfaat penggunaan APD, Penanganan
luka bakar , Posisi ergonomis dan low back Pain (LBP).
5. Evaluasi yang didapat setelah pendidikan kesehatan kepada pekerja usaha
aneka cemilan “NR Sabila & Rahayu” adalah dari 6 pertanyaan yang
diberikan mampu dijawab semuanya dengan baik dan benar, peserta
memahami mengenai Manfaat penggunaan APD, Penanganan luka bakar ,
Posisi ergonomis dan low back Pain (LBP).
6. Dari hasil wawancara dan observasi pada tanggal 19 Nopember 2018 para
pekerja belum menggunakan APD berupa masker dan sarung tangan
dengan alasan belum tersedia masker dan sarung tangan ditempat kerja.
Namun berdasarkan wawancara dengan pemilik usaha untuk pengadaan
APD akan diusahakan .
B. Saran
1. Kelompok Pekerja Usaha Aneka Cemilan “NR Sabila & Rahayu”
Kepada Pemilik Usaha Aneka Cemilan “NR Sabila&Rahayu”
dapat menganjurkan anggota kelompok pekerja untuk selalu menerapkan
pentingnya penggunaan APD pada saat bekerja, menerapkan
kewasapadaan dalam bekerja untuk mencegah kecelakaan kerja.
2. Pihak Puskesmas
Kepada pihak Puskesmas Landasan Ulin adalah mengoptimalkan
koordinasi lintas program dalam rangka pembinaan bidang K3 serta
kinerja program yang terkait pembinaan pada kelompok pekerja dalam
bidang K3, dengan cara melakukan promosi kesehatan terkait masalah
kesehatan. Pihak Puskesmas juga diharapkan dapat membantu dalam
penyelesaian masalah-masalah yang muncul agar terjadi peningkatan
status kesehatan kelompok pekerja.
3. Pihak Akademik
Kepada Pihak Akademik dapat meningkatkan program Ners
khususya Stase Keperawatan Komunitas bagi mahasiswa pada kelompok
pekerja dalam memberikan informasi mengenai kesehatan pekerja dan
permasalahan-permasalahan keperawatan yang terjadi pada kelompok
pekerja. Diharapkan dari laporan ini dapat memberikan informasi tentang
penerapan asuhan keperawatan kelompok khusus yaitu pada kelompok
pekerja sehingga dapat dijadikan masukan sebagai pertimbangan dalam
menyusun kurikulum selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Aditya, 2012. Mengenal Dasar Hukum K3 Indonesia. http : // training sinergi. blogspot.
Com / 2012 / 07 / dasar-dasar-hukum-k3.html.
Evin, 2012. Undang-Undang dan Dasar Hukum K3. http : // k3 corner. blogspot..com /
2012 / 03 / undang-undang-dan-dasar-hukum-k3.html.
Husni, L. 2004. Hukum Ketenagaan Kerja Indonesia. Jakarta: Rajawali Press Indrawati, R.
2011. http : // ners. unair. ac.id / materi kuliah / Asuhan % 20
Keperawatan % 20 Kesehatan % 20 Kerja. pdf.
Unimed. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. http: // digilib. unimed. ac. Id /.../ UNIMED –
Non Degree – 22832 - BAB% 202011_fero.pdf
Silalahi, Benet dan Silalahi Rumondang. 1985. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja. Jakarta: PT Pustaka Binaman Pressindo
Efendi, Ferry dan Makhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan
Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Sugeng, B. 2005. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : Haji Masagung
Suma’mur,P.K 1996. Higene perusahaan dan keselamatan kerja. Jakarta: PT. Toko
Gunung Agung