PENDAHULUAN
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sementara itu tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja adalah sebagai berikut:
a. Agar setiap pegawai/tenaga kerja mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja
baik secara fisik, sosial, dan psikologis.
b. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya, selektif
mungkin.
c. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.
d. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi
pegawai/tenaga kerja.
e. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.
f. Agar tehindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau
kondisi kerja.
g. Agar setiap pegawai/tenaga kerja merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.
3
2.1.1. Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja adalah kondisi keselamatan yang bebas dari resiko kecelakaan dan
kerusakan dimana kita bekerja yang mencakup tentang kondisi bangunan, kondisi mesin,
peralatan keselamatan, dan kondisi pekerja.
Kondisi bangunan adalah tempat atau bangunan yang digunakan untuk tempat bekerja
apakah telah memenuhi kriteria keselamatan bagi penghuni bangunan tersebut. Kondisi
mesin yang ada di perusahaan juga harus baik sehingga harus ada penjadwalan perawatan
mesin-mesin untuk proses produksi. Hal ini bertujuan untuk mencegah kerusakan mesin yang
dapat membahayakan operator.
4
b. Penyakit yang salah satu penyebabnya adalah pekerjaan, misalnya karsinoma
bronkhogenik.
d. Penyakit dimana pekerjaan memperberat suatu kondisi yang sudah ada sebelumnya,
misalnya asma.
Menurut Keputusan Presiden RI No. 22 Tahun 1993 Tentang Penyakit yang Timbul
karena Hubungan kerja, terdapat 31 jenis penyakit yang timbul karena hubungan kerja, antara
lain:
1. Pneumoconiosis yang disebabkan oleh debu mineral pembentuk jaringan parut (silikosis,
antrakosilikosis, asbestosis) dan silikotuberculosis yang silikosisnya merupakan factor utama
penyebab cacat atau kematian.
2. Penyakit paru dan saluran pernafasan (bronkopulmoner) yang disebabkan oleh debu logam
keras.
3. Penyakit paru dan saluran pernafasan (bronkopulmoner) yang disebabkan oleh debu kapas,
vlas, henep dan sisal (bissinosis).
4. Asma akibat kerja yang disebabkan oleh penyebab sensitisasi dan zat perangsang yang
dikenal yang berada dalam proses pekerjaan.
5. Alveolitis alergika yang disebabkan oleh faktor dari luar sebagai akibat penghirupan debu
organik.
10. Penyakit yang disebabkan oleh mangan atau persenyawaan yang beracun.
11. Penyakit yang disebabkan oleh arsen atau persenyawaan yang beracun.
5
12. Penyakit yang disebabkan oleh raksa atau persenyawaan yang beracun.
13. Penyakit yang disebabkan oleh timbale atau persenyawaan yang beracun.
14. Penyakit yang disebabkan oleh fluor atau persenyawaan yang beracun.
16. Penyakit yang disebabkan oleh derivat halogen dari persenyawaan hidrokarbon alifatik
atau aromatik yang beracun.
17. Penyakit yang disebabkan oleh benzena atau homolognya yang beracun.
18. Penyakit yang disebabkan oleh derivat nitro dan amina dari benzena atau homolognya
yang beracun.
19. Penyakit yang disebabkan oleh nitrogliserin atau ester asam nitrat lainnya.
21. Penyakit yang disebabkan oleh gas tau uap penyebab asfiksia atau keracunan seperti
karbon monoksida hidrogensianida, hidrogensulfida atau derivatnya yang beracun, amoniak
seng, braso dan nikel.
23. Kelainan pendengaran yang disebabkan oleh getaran mekanik (kelainan otot-otot, urat,
tulang persendian, pembuluh darah tepi atau saraf tepi).
24. Penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dalam udara yang bertekanan lebih.
25. Penyakit yang disebabkan oleh radiasi elektromagnetik dan radiasi yang mengion.
26. Penyakit kulit (dermatosis) yang disebabkan oleh penyebab fisik, kimiawi, atau biologik.
27. Penyakit kulit epitelioma primer yang disebabkan oleh pic, bitumen, minyak mineral,
antrasena atau persenyawaan, produk atau residu zat tersebut.
29. Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri atau parasit yang didapatkan dalam
suatu pekerjaan yang memiliki resiko kontaminasi khusus.
6
30. Penyakit yang disebabkan oleh suhu tinggi atau rendah atau panas radiasi atau
kelembaban udara tinggi.
31. Penyakit yang disebabkan oleh bahan kimia lainnya termasuk obat.
3. Golongan infeksi, misalnya oleh bibit penyakit anthrax, brucella, AIDS, dan lainnya.
7
5. Golongan mental-psikologis, yang terlihat misalnya pada hubungan kerja yang tidak baik,
atau keadaan pekerjaan yang monoton yang menyebabkan kebosanan.
Perusahaan harus menunjukkan komitmen terhadap keselamatan dan kesehatan kerja yang
diwujudkan dalam (PER. 05/MEN/1996):
a) Menempatkan organisasi keselamatan dan kesehatan kerja K3 pada posisi yang dapat
menentukan keputusan perusahaan.
b) Menyediakan anggaran, tenaga kerjaa yang berkualitas dan sarana-sarana lain yang
diperlukan di bidang keselamatan dan kesehatan kerja.
c) Menetapkan personel yang mempunyai tanggung jawab, wewenang, dan kewajiban yang
jelas dalam penanganan keselamatan dan kesehatan kerja.
8
d) Perencanaan keselamatan dan kesehatan kerja yang terkoordinasi
e) Melakukan penilaian kinerja dan tindak lanjut pelaksanaan keselamatan dan kesehatan
kerja.
Kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pernyataan tertulis yang
ditandatangani oleh pengusaha dan atau pengurus yang memuat keseluruhan visi dan tujuan
perusahaan, komitmen dan tekad melaksanakan keselamataan dan kesehatan kerja, kerangka
dan program kerja yang mencakup kegiatan perusahaan secara menyeluruh yang bersifat
umum dan atau operasional.
Perencanaan
Dalam perencanaan keselamatan dan kesehatan kerja diperlukan susunan system
keselamatan dan kesehatan kerja yang terkoordinasi dengan baik. Perencanaan K3 meliputi
beberapa komponen yaitu:
a. Menentukan tingkat resiko untuk setiap bagian tertentu yang mempunyai potensi
kecelakaan atau gangguan kesehatan.
b. Meneliti setiap peraturan pemerintah dan standar industri yang dapat dilaksanakan.
b) Mengadakan pemeriksaan dan inspeksi dini untuk mengetahui potensi atau kemungkinan
terjadinya kecelakaan kerja sehingga dapat dicegah.
Penerapan
Kegiatan yang dilakukan dalam menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja adalah
mengaudit sistem keselamatan dan kesehatan kerja pada perusahaan sesuai Peraturan Menteri
Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor 05/1996. Dalam menerapkan terdapat kegiatan
yang mendukung yaitu komunikasi, pelaporan, pendokumentasian, dan pengendalian
dokumentasi. Penerapan yang dilakukan tidak hanya meliputi pengauditan melainkan juga
mengidentifikasi bahaya, penilaian, dan pengendalian resiko.
a. Struktur organisasi dan pembagian tanggung jawab. Struktur organisasi harus ditetapkan
secara jelas dengan setiap posisi di dalam organisasi.
b. Pemberian pelatihan K3 yaitu pelatihan secara umum yang diberikan kepada seluruh
karyawan dan pelatihan keahlian secara khusus yang diberikan kepada karyawan yang
bekerja di lokasi kerja yang memiliki potensi bahaya yang tinggi atau karyawan yang
memiliki tugas khusus di bidang K3.
c. Komunikasi K3 yang dilakukan dalam kelompok besar maupun kelompok kecil ditujukan
untuk meningkatkan kesadaran K3 pada seluruh karyawan dan memotivasi penerapan K3.
e. Tenaga ahli K3
Hasil pemantauan dan evaluasi menghasilkan catatan dan penyimpanan data yang
merupakan tindakan untuk perbaikan dan pencegahan. Pencatatan dan penyimpanan data
berguna sebagai bahan untuk membuat perencanaan selanjutnya.
1) Menempatkan tenaga kerja sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai manusia
5) Perlunya upaya pencegahan terhadap masalah sosial dan ekonomi yang terkait dengan
penerapan keselamatan dan kesehatan kerja.
12
dengan benar sesuai aturan. Helm ini digunakan untuk melindungi
kepala dari bahaya benda jatuh
f. Penutup telinga
Alat ini dgunakan untuk melindungi dari bunyi-bunyi yang dikeluakan
oleh mesin yang memiliki volume suara yang cukup keras dan bising.
Terkadang efeknya untuk jangka panjang, bila setiap hari mendengar
suara bising tanpa penutup telinga
g. Masker
Pelindung bagi pernafasan sangat diperlukan untuk pekerja mengingat
lokasi itu sendiri
13
BAB III
Proses Produksi
1. Bahan yang diperlukan
Bahan Baku : kit-kit Sparepart, Lokomotif, Genset
Bahan Tambahan : Tidak ada
2. Mesin /Peralatan Kerja yang digunakan : Crane, mesin gerinda, Knipanach, mesin
bor,
3. Proses produksi : Dilakukan selama 28hari
Lokomotif masuk cek visual(keadaan fisik) program cuci dan bongkar
digolongkan berdasarkan golongan (gol.Diesel, gol.Instrumen, gol.Auxiliary,
gol.Logam, gol.Lokomotif) dikirim ke perakitan dipindahkan ke
gol.Lokomotif dan final test dilakukan uji pembebanan (test track dan test jalan
lintas) Lokomotif keluar/ dioperasikan
4. Barang yang dihasilkan :
Produk utama : Lokomotif
Produk sampingan : Railclinik
5. Limbah : oli, solar, dorjik (steampot)
1. Bahaya Mekanik
14
lintasan rel
Benda bergerak dapat Kejatuhan/ Tertimpa Mesin crane/ Meberikan APD
membentur pemindah benda (helm, sepatu boat)
berat
Jatuh dari ketinggian Tersandung, Kabel, tumpahan oli Merapikan kabel,
sama Terpeleset dilantai membersihkan
tumpahan oli dilantai
Jatuh dari ketinggian Terperosok Ruang bawah Memasang rantai
berbeda tanah(rel kereta), pembatas,
Tangga kayu/bambu penyediaan tangga
besi
2. Bahaya Listrik
3. Bahaya Kimia
Bahan yang mudah Cat, air tiner, kayu, Tersulut percikan api Diberikan label juga
terbakar bahan bakar minyak rokok atau las. papan peringatan
kereta api “Dilarang merokok”
Alat/ mesin dengan Compressor, alat Terpapar panas, salah Pengoperasian harus
tekanan tinggi regulator, tabung gas pengoperasian. sesuai SOP,
LPG, tabung gas Dijauhkan dari
asetilin. sumber panas/
energy.
16
Alat Pemadam Api Ringan
17
Dokumentasi :
18
Gambar 3.Tabung APAR diletakkan di lantai
19
Gambar 5.Tabung APAR terletak di tempat yang berpotensibahaya
III. 2 ORGANISASI K3
21
mengerjakan pekerjaan
utama.
APAR 170 alat yang tersedia, status
kelayakan tidak dapat semua
dikonfirmasi.
Alat pemadam kebakaran Hydrant system dan sprinkler
hydrant system tidak tersedia, karena dirasa
sprinkler sudah cukup dengan APAR.
Sistem alarm kebakaran : Tidak tersedia, karena merasa bila
Alarm otomatis ada kejadian kebakaran setiap
Alat deteksi api dini karyawan dapat langsung melakukan
Ruang panel kebakaran tindakan secara manual.
Jalur evakuasi Ada dan sudah di sosialisasikan
kepada karyawan
Essembly point Ada dan sudah di sosialisasikan
kepada karyawan
Menurut keterangan penanggung jawab sejak tahun 2015 tidak ada kecelakaan kerja
yang terjadi.Untuk Tahun sebelumnya tidak dapat dikonfirmasi karena yang bersangkutan
menolak dengan alasan bukan masa jabatan beliau.
KESIMPULAN :
1. Masih kurangnya kesadaran karyawan untuk selalu memakai APD saat bekerja
2. Kurangnya fasilitas penanggulangan kebakaran
22
BAB IV
Permasalahan yang ditemukan dari aspek keselamatan kerja di PT. KAI adalah sebagai
berikut:
1. Dari keenam unit di perusahaan KAI terdapat empat potensi bahaya (mekanik, listrik,
kimia, dan ledakan/kebakaran) minimal.
2. Kurangnya kesadaran dari para pekerja untuk menggunakan alat pelindung diri (APD)
yang telah disediakan oleh perusahaan PT. KAI.
3. Sistem penggunaan dan perawatan APAR sudah cukup baik.
4. Sistem P2K3 di perusahaan PT. KAI berjalan cukup baik.
Saran untuk aspek keselamatan kerja di perusahaan PT. KAI adalah sebagai berikut:
23