Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Jika tempat kerja aman dan sehat, setiap orang dapat melanjutkan pekerjaan mereka
secara efektif dan efisien. Sebaliknya, jika tempat kerja tidak terorganisir dan banyak terdapat
bahaya, kerusakan dan absen sakit tak terhindarkan, mengakibatkan hilangnya pendapatan
bagi pekerja dan produktivitas berkurang bagi perusahaan. Meskipun kenyataannya, para
pengusaha di seluruh dunia telah secara hati-hati merencanakan strategi bisnis mereka,
banyak yang masih mengabaikan masalah penting seperti keselamatan, kesehatan dan kondisi
kerja. Biaya untuk manusia dan finansial dianggap besar.
Menurut ILO, setiap tahun ada lebih dari 250 juta kecelakaan di tempat kerja danlebih
dari 160 juta pekerja menjadi sakit karena bahaya di tempat kerja. Terlebih lagi, 1,2 juta
pekerja meninggal akibat kecelakaan dan sakit di tempat kerja. Angka menunjukkan, biaya
manusia dan sosial dari produksi terlalu tinggi.
Dalam istilah ekonomi, diperkirakan bahwa kerugian tahunan akibat kecelakaankerja
dan penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan di beberapa negara dapat mencapai 4
persen dari produk nasional bruto (PNB). Biaya langsung dan tidak langsung dari dampak
yang ditimbulkannya meliputi: biaya medis, Kehilangan hari kerja, Mengurangi produksi,
Hilangnya kompensasi bagi pekerja, Biaya waktu / uang dari pelatihan dan pelatihan ulang
pekerja, kerusakan dan perbaikan peralatan, Rendahnya moral staf, Publisitas buruk,
Kehilangan kontrak karena kelalaian.
Di masa lalu, kecelakaan dan gangguan kesehatan di tempat kerja dipandang sebagai
bagian tak terhindarkan dari produksi. Namun, waktu telah berubah. Sekarang ada berbagai
standar hukum nasional dan internasional tentang keselamatan dan kesehatan kerja yang
harus dipenuhi di tempat kerja. Standar-standar tersebut mencerminkan kesepakatan luas
Antara pengusaha/pengurus, pekerja dan pemerintah bahwa biaya sosial dan ekonomi dari
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja harus diturunkan.
Sekarang dipahami bahwa semua biaya ini memperlamban daya saing bisnis,
mengurangi kesejahteraan ekonomi negara dan dapat dihindari melalui tindakan di tempat
kerja yang sederhana tetapi konsisten.
Tindakan untuk meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja ditempat kerjatidak
harus mahal. Namun, seperti perbaikan dalam operasional atau penjualan, hal itu perlu
1
dilakukan sebagai komitmen jangka panjang oleh para pekerja, manajer dan perwakilan
mereka. Hal ini tidak bisa hanya ditangani dalam seminggu sebelum inspeksi pabrik atau
kunjungan oleh Pengawasan Ketenagakerjaan. Juga tidak bisadiabaikan begitu saja karena
resesi. Pencegahan gangguan kesehatan kerja yang terkait cedera, sakit dan kematian adalah
bagian kontinuitas dari hari-hari kegiatan usaha.
Selain membutuhkan perhatian yang terus menerus, tindakan efektif pada keselamatan
dan kesehatan kerja menuntut komitmen bersama dari pekerja dan pengusaha. Pekerja dan
pengusaha harus siap untuk menghormati prinsip-prinsip keselamatan dan kesehatan kerja
yang diakui dengan baik. Mereka juga harus menjaga, mengikuti dan terus mengevaluasi
kebijakan dan praktek-praktek yang ditetapkan. Tingkat komitmen hanya dapat dibangun jika
pekerja, supervisor dan manajer bekerja sama untuk menciptakan suatu sistem keselamatan
dan kesehatan kerja yang mereka mengerti dan percaya.

1.2 Waktu dan Tempat Observasi


Observasi dilakukan di bengkel reparasi kereta api dengan uraia sebagai berikut
A. Identitas Perusahaan
1. Nama Perusahaan : BALAI YASA PT.KAI YOGYAKARTA
2. Jenis perusahaan : Bengkel dan Perakitan Lokomotif
3. Alamat Perusahaan : Jalan Kusbini no.1 Yogyakarta
4. Jumlah Tenaga Kerja : 458 orang
5. Tanggal Kunjungan : 24 Februari 2017-02-24

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Keselamatan dan Penanggulangan Bahaya Kebakaran


Keselamatan kerja merupakan spesialisasi ilmu kesehatan beserta prakteknya yang
bertujuan agar para pekerja atau masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-
tingginya baik fisik, mental maupun sosial dengan usaha preventif dan kuratif terhadap
penyakit/gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor pekerjaan dan lingkungan serta
terhadap penyakit umum. Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 dalam menerangkan bahwa
keselamatan kerja yang mempunyai ruang lingkup yang berhubungan dengan mesin,
landasan tempat kerja dan lingkungan kerja, serta cara mencegah terjadinya kecelakaan dan
penyakit akibat kerja, memberikan perlindungan sumber-sumber produksi sehingga dapat
meningkatkan efisiensi dan produktifitas.

Pada hakekatnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan suatu


keilmuwan multidisiplin yang menerapkan upaya pemeliharaan dan peningkatan kondisi
lingkungan kerja, keamanan kerja, keselamatan dan kesehatan tenaga kerja, serta melindungi
tenaga kerja terhadap resiko bahaya dalam melakukan pekerjaan serta mencegah terjadinya
kerugian akibat kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja, kebakaran, peledakan atau
pencemaran lingkungan kerja.

Sementara itu tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja adalah sebagai berikut:
a. Agar setiap pegawai/tenaga kerja mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja
baik secara fisik, sosial, dan psikologis.
b. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya, selektif
mungkin.
c. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.
d. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi
pegawai/tenaga kerja.
e. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.
f. Agar tehindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau
kondisi kerja.
g. Agar setiap pegawai/tenaga kerja merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.

3
2.1.1. Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja adalah kondisi keselamatan yang bebas dari resiko kecelakaan dan
kerusakan dimana kita bekerja yang mencakup tentang kondisi bangunan, kondisi mesin,
peralatan keselamatan, dan kondisi pekerja.

Kondisi bangunan adalah tempat atau bangunan yang digunakan untuk tempat bekerja
apakah telah memenuhi kriteria keselamatan bagi penghuni bangunan tersebut. Kondisi
mesin yang ada di perusahaan juga harus baik sehingga harus ada penjadwalan perawatan
mesin-mesin untuk proses produksi. Hal ini bertujuan untuk mencegah kerusakan mesin yang
dapat membahayakan operator.

Kondisi pekerja sangat menentukan terjadinya kecelakaan kerja. Faktor-faktor yang


menentukan kondisi pekerja yaitu :

a. Kondisi mental dan fisik


Kondisi tersebut sangat berpengaruh dalam menjalaankan proses produksi karena
dengan kondisi mental dan fisik yang buruk dapat mengakibatkan kecelakaan kerja.

b. Kebiasaan kerja yang baik dan aman


Pada saat melakukan pekerjaan, pekerja harus dapat dituntut untuk bekerja secara
disiplin agar tidak lalai yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja.

c. Pemakaian alat-alat pelindung diri


Kurangnya kesadaran dalam pemakaian alat-alat pelindung karena dirasa tidak
nyaman oleh pekerja dapat mengakibatkan kecelakaan kerja.

2.2.1. Penyakit Akibat Kerja (PAK)

2.2.1.1. Definisi Penyakit Akibat Kerja (PAK)


Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat kerja,
bahan, proses maupun lingkungan kerja. Dengan demikian penyakit akibat kerja merupakan
penyakit yang artificial atau man made disease.

WHO membedakan empat kategori penyakit akibat kerja :

a. Penyakit yang hanya disebabkan oleh pekerjaan, misalnya pneumoconiosis.

4
b. Penyakit yang salah satu penyebabnya adalah pekerjaan, misalnya karsinoma
bronkhogenik.

c. Penyakit dengan pekerjaan merupakan salah satu penyebab di antara faktor-faktor


penyebab lainnya, misalnya bronchitis kronis.

d. Penyakit dimana pekerjaan memperberat suatu kondisi yang sudah ada sebelumnya,
misalnya asma.

Menurut Keputusan Presiden RI No. 22 Tahun 1993 Tentang Penyakit yang Timbul
karena Hubungan kerja, terdapat 31 jenis penyakit yang timbul karena hubungan kerja, antara
lain:

1. Pneumoconiosis yang disebabkan oleh debu mineral pembentuk jaringan parut (silikosis,
antrakosilikosis, asbestosis) dan silikotuberculosis yang silikosisnya merupakan factor utama
penyebab cacat atau kematian.

2. Penyakit paru dan saluran pernafasan (bronkopulmoner) yang disebabkan oleh debu logam
keras.

3. Penyakit paru dan saluran pernafasan (bronkopulmoner) yang disebabkan oleh debu kapas,
vlas, henep dan sisal (bissinosis).

4. Asma akibat kerja yang disebabkan oleh penyebab sensitisasi dan zat perangsang yang
dikenal yang berada dalam proses pekerjaan.

5. Alveolitis alergika yang disebabkan oleh faktor dari luar sebagai akibat penghirupan debu
organik.

6. Penyakit yang disebabkan oleh berilium atau persenyawaan yang beracun.

7. Penyakit yang disebabkan oleh kadmium atau persenyawaan yang beracun.

8. Penyakit yang disebabkan oleh fosfor atau persenyawaan yang beracun.

9. Penyakit yang disebabkan oleh krom atau persenyawaan yang beracun.

10. Penyakit yang disebabkan oleh mangan atau persenyawaan yang beracun.

11. Penyakit yang disebabkan oleh arsen atau persenyawaan yang beracun.

5
12. Penyakit yang disebabkan oleh raksa atau persenyawaan yang beracun.

13. Penyakit yang disebabkan oleh timbale atau persenyawaan yang beracun.

14. Penyakit yang disebabkan oleh fluor atau persenyawaan yang beracun.

15. Penyakit yang disebabkan oleh karbon disulfida.

16. Penyakit yang disebabkan oleh derivat halogen dari persenyawaan hidrokarbon alifatik
atau aromatik yang beracun.

17. Penyakit yang disebabkan oleh benzena atau homolognya yang beracun.

18. Penyakit yang disebabkan oleh derivat nitro dan amina dari benzena atau homolognya
yang beracun.

19. Penyakit yang disebabkan oleh nitrogliserin atau ester asam nitrat lainnya.

20. Penyakit yang disebabkan oleh alkohol, glikol atau keton.

21. Penyakit yang disebabkan oleh gas tau uap penyebab asfiksia atau keracunan seperti
karbon monoksida hidrogensianida, hidrogensulfida atau derivatnya yang beracun, amoniak
seng, braso dan nikel.

22. Kelainan pendengaran yang disebabkan oleh kebisingan.

23. Kelainan pendengaran yang disebabkan oleh getaran mekanik (kelainan otot-otot, urat,
tulang persendian, pembuluh darah tepi atau saraf tepi).

24. Penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dalam udara yang bertekanan lebih.

25. Penyakit yang disebabkan oleh radiasi elektromagnetik dan radiasi yang mengion.

26. Penyakit kulit (dermatosis) yang disebabkan oleh penyebab fisik, kimiawi, atau biologik.

27. Penyakit kulit epitelioma primer yang disebabkan oleh pic, bitumen, minyak mineral,
antrasena atau persenyawaan, produk atau residu zat tersebut.

28. Kanker paru atau mesotelioma yang disebabkan oleh asbes.

29. Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri atau parasit yang didapatkan dalam
suatu pekerjaan yang memiliki resiko kontaminasi khusus.
6
30. Penyakit yang disebabkan oleh suhu tinggi atau rendah atau panas radiasi atau
kelembaban udara tinggi.

31. Penyakit yang disebabkan oleh bahan kimia lainnya termasuk obat.

2.2.1.2. Faktor penyebab penyakit akibat kerja


Dalam ruang atau ditempat kerja biasanya terdapat faktor-faktor yang menjadi sebab
penyakit akibat kerja, antara lain:

1. Golongan fisik, seperti:

a. Suara, yang bisa menyebabkan pekak/tuli.


b. Radiasi sinar-sinar radioaktif dapat menyebabkan penyakit susunan darah dan
kelainan kulit.
c. Suhu, apabila terlalu tinggi dapat menyebabkan heat stroke, heat cramps, atau
hyperpyrexia. Sedangkan suhu-suhu yang rendah dapat menimbulkan frostbite,
trenchfoot, dan hypothermia.
d. Tekanan tinggi dapat menyebabkan caisson disease.
e. Penerangan lampu yang kurang baik misalnya dapat menyebabkan kelainan pada
indera penglihatan atau kesilauan yang memudahkan terjadinya kecelakaan.

2. Golongan kimia (chemis), yaitu:

a. Debu yang menyebabkan pneumoconioses, diantaranya silicosis, asbestosis, dan


lainnya.
b. Uap yang diantaranya menyebabkan metal fume fever, dermatitis atau keracunan.
c. Gas, misalnya keracunan oleh CO dan H2S.
d. Larutan yang dapat menyebabkan dermatitis.
e. Awan atau kabut, misalnya racun serangga, racun jamur dan lainnya yang dapat
menimbulkan keracunan.

3. Golongan infeksi, misalnya oleh bibit penyakit anthrax, brucella, AIDS, dan lainnya.

4. Golongan fisiologis, yang disebabkan oleh keselahan-kesalahan konstruksi mesin, sikap


badan yang kurang baik, salah cara melakukan suatu pekerjaan dan lain-lain yang
kesemuanya menimbulkan kelelahan fisik, bahkan lambat laun dapat menyebabkan
perubahan fisik pada tubuh pekerja.

7
5. Golongan mental-psikologis, yang terlihat misalnya pada hubungan kerja yang tidak baik,
atau keadaan pekerjaan yang monoton yang menyebabkan kebosanan.

Sedangkan upaya untuk mencegah penyakit akibat kerja ada bermacam-macam,


yakni: (a) substitusi, (b) ventilasi umum, (c) ventilasi keluar setempat, (d) isolasi, (e) pakaian
pelindung, (f) pemeriksaan kesehatan, (g) penerangan, dan (h) pendidikan kesehatan.

2.2.2. Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Pedoman Penerapan
Kecelakaan kerja tidak dapat dielakkan secara menyeluruh. Namun demikian
setiap perencanaan, keputusan, organisasi harus mempertimbangkan aspek
keselamatan dan kesehatan kerja dalam perusahaan. Berikut merupakan beberapa
pedoman penerapan keselamatan dan kesehatan kerja.

Komitmen dan kebijaksanaan


Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja haris memiliki komitmen dan
kebijaksanaan. Komitmen keselamatan dan kesehatan kerja dapat membantu
perusahaan dalam bekerja sama dengan pekerja. Tinjauan awal keselamatan dan
kesehatan kerja merupakan kerja sama yang dilakukan yaitu yang berkaitaan dengan:

a. Identifikasi kondisi dan sumber daya


b. Pengetahuan dan peraturan perundangan K3
c. Membandingkan penerapan
d. Meninjau sebab-akibat
e. Efisiensi dan efektifitas

Perusahaan harus menunjukkan komitmen terhadap keselamatan dan kesehatan kerja yang
diwujudkan dalam (PER. 05/MEN/1996):

a) Menempatkan organisasi keselamatan dan kesehatan kerja K3 pada posisi yang dapat
menentukan keputusan perusahaan.

b) Menyediakan anggaran, tenaga kerjaa yang berkualitas dan sarana-sarana lain yang
diperlukan di bidang keselamatan dan kesehatan kerja.

c) Menetapkan personel yang mempunyai tanggung jawab, wewenang, dan kewajiban yang
jelas dalam penanganan keselamatan dan kesehatan kerja.

8
d) Perencanaan keselamatan dan kesehatan kerja yang terkoordinasi

e) Melakukan penilaian kinerja dan tindak lanjut pelaksanaan keselamatan dan kesehatan
kerja.

Kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pernyataan tertulis yang
ditandatangani oleh pengusaha dan atau pengurus yang memuat keseluruhan visi dan tujuan
perusahaan, komitmen dan tekad melaksanakan keselamataan dan kesehatan kerja, kerangka
dan program kerja yang mencakup kegiatan perusahaan secara menyeluruh yang bersifat
umum dan atau operasional.

Perencanaan
Dalam perencanaan keselamatan dan kesehatan kerja diperlukan susunan system
keselamatan dan kesehatan kerja yang terkoordinasi dengan baik. Perencanaan K3 meliputi
beberapa komponen yaitu:

a. Menentukan tingkat resiko untuk setiap bagian tertentu yang mempunyai potensi
kecelakaan atau gangguan kesehatan.

b. Meneliti setiap peraturan pemerintah dan standar industri yang dapat dilaksanakan.

c. Menetapkan tujuan yang hendak dicapai dan sasaran K3 secara jelas.

Perusahaan yang memiliki perencanaan yang efektif maka akan mencapai


keberhasilan dalam penerapan K3. Tujuan dari pencegahan kecelakaan kerja adalah untuk
melindungi para pekerja, masyarakat dan lingkungaan dari bencana kecelakaan yaitu dengan :

a) Mempersiapkan, menyediakan dan memasang sarana pencegahan kecelakaan dan alat-alat


pelindung diri.

b) Mengadakan pemeriksaan dan inspeksi dini untuk mengetahui potensi atau kemungkinan
terjadinya kecelakaan kerja sehingga dapat dicegah.

c) Menyusun organisasi sistem pencegahan bencana kecelakaan, termasuk menyediakan


tenaga ahli keselamatan kerja.

d) Meminimumkan dampak bencana kecelakaan terhadap masyarakat, antara lain dengan


menempatkan instalasi berisiko tinggi terpisah dengan perumahan dan tempat-tempat
konsentrasi penduduk seperti rumah sakit, sekolah-sekolah, dan pasar.
9
e) Menyusun rencana penyelamatan darurat.

Penerapan
Kegiatan yang dilakukan dalam menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja adalah
mengaudit sistem keselamatan dan kesehatan kerja pada perusahaan sesuai Peraturan Menteri
Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor 05/1996. Dalam menerapkan terdapat kegiatan
yang mendukung yaitu komunikasi, pelaporan, pendokumentasian, dan pengendalian
dokumentasi. Penerapan yang dilakukan tidak hanya meliputi pengauditan melainkan juga
mengidentifikasi bahaya, penilaian, dan pengendalian resiko.

Penerapan K3 memiliki 5 komponen yang perlu dibentuk yaitu:

a. Struktur organisasi dan pembagian tanggung jawab. Struktur organisasi harus ditetapkan
secara jelas dengan setiap posisi di dalam organisasi.

b. Pemberian pelatihan K3 yaitu pelatihan secara umum yang diberikan kepada seluruh
karyawan dan pelatihan keahlian secara khusus yang diberikan kepada karyawan yang
bekerja di lokasi kerja yang memiliki potensi bahaya yang tinggi atau karyawan yang
memiliki tugas khusus di bidang K3.

c. Komunikasi K3 yang dilakukan dalam kelompok besar maupun kelompok kecil ditujukan
untuk meningkatkan kesadaran K3 pada seluruh karyawan dan memotivasi penerapan K3.

d. Sistem dokumentasi dan pengontrolan dokumen

e. Tenaga ahli K3

Pengukuran dan evaluasi penerapan K3

Pemantauan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mendukung kegiatan


selanjutnya yaitu evaluasi. Pemantauan dapat berupa memantau apakah terjadi pertimpangan
dalam melaksanakan prosedur kerja. Setelah dilakukan pemantauan, dievaluasi dengan
mengukur hasil yang telah dicapai dari pelaksanaan prosedur kerja.

Hasil pemantauan dan evaluasi menghasilkan catatan dan penyimpanan data yang
merupakan tindakan untuk perbaikan dan pencegahan. Pencatatan dan penyimpanan data
berguna sebagai bahan untuk membuat perencanaan selanjutnya.

Tinjauan ulang terhadap penerapan K3


10
Kegiatan untuk meninjau ulang penerapan K3 biasanya dilakukan untuk menilai
kesesuaian dan keefektifitasan penerapan K3 secara keseluruhan. Peninjauan yang dilakukan
berdasarkan hasil akhir evaluasi penerapan K3. Apabila hasil akhir tidak sesuai dengan target
K3 maka perlu dilakukan tinjauan ulang K3.

Tinjauan ulang Sistem Manajemen K3 meliputi (PER. 05/MEN/1996):

a) Evaluasi terhadap penerapan kebijakan Keselamatan dan kesehatan kerja

b) Tujuan, sasaran, dan kinerja keselamatan dan kesehatan kerja

c) Hasil temuan audit Sistem Manajemen K3

d) Evaluasi efektivitas penerapan Ssistem Manajemen K3 dan kebutuhan untuk mengubah


Sistem Manajemen K3 sesuai dengan:

1. Perubahan peraturan perundangan


2. Tuntutan dari pihak yang terkait dan pasar
3. Perubahan produk dan kegiatan perusahaan
4. Perubahan struktur organisasi perusahaan
5. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk epidemiologi.
6. Pengalaman yang didapat dari insiden keselamatan dan kesehatan kerja
7. Pelaporan
8. Umpan balik khususnya dari tenaga kerja.

2.2.2.1. Tujuan Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Keselamatan dan kesehatan kerja pada dasarnya mencari dan mengungkapkan
kelemahan yang memungkinkan terjadinya kecelakaan. Fungsi ini dapat dilakukan dengan
dua cara yaitu mengungkapkan sebab-akibat suatu kecelakaan dan meneliti apakah
pengendalian secara cermat dilakukan atau tidak.

Tujuan dari penerapan keselamatan dan kesehatan kerja adalah:

1) Menempatkan tenaga kerja sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai manusia

2) Meningkatkan komitmen pimpinan perusahaan dalam melindungi tenaga kerja

3) Meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja untuk menghadapi kompetisi perdagangan


global
11
4) Proteksi terhadap industri dalam negeri

5) Perlunya upaya pencegahan terhadap masalah sosial dan ekonomi yang terkait dengan
penerapan keselamatan dan kesehatan kerja.

2.3 Perlengkapan daan Peralatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja

1. Alat Pelindung Diri


Alat pelindung diri selanjutnya disebut APD adalah seperangkat alat yang
digunakan tenaga kerja seluruh atau sebagian dari adanya kemungkinan potensi
bahaya dan kecelakaan kerja (Peraturan Menteri Tenaga erja dan Transmigrasi
Republik Indonesia No. Per.08/MEN/VII/2010)
a. Pakaian Kerja
Tujuan pemakaian pakaian kerja adalah melindungi badan manusi
terhadap pengaruh yang kurang sehat atau yang melukai badan
b. Sepatu Kerja
Sepau kerja merupakan perlindungan terhadap kaki. Setiap perkerja
perlu memakai sepatu dengan sol yang tebal supaya bebas berjalan dan
terlindung dari barang-barang berbahaya
c. Kacamata Kerja
Kacamata pengaman digunakan untuk melindungi mata dari debu,
serpih besi yang berterbangan dan tertiu angin. Mengingat partikel-
partikel debu yang berukuran sangat kecil terkadang tidak terlihat oleh
mata, oleh karena itu mata perlu diberikan perlindungan. Biasanya
pekerjaan yang membutuhkan kacamata adalah menglas
d. Sarung Tangan
Sarung tangan sangat dibutuhka untuk beberapa jenis pekerjaan.
Tujuan utama penggunaan sarung tangan adalah melindungi tangan
dari benda-benda keras, tajam dan cairan kimia berbahaya selama
menjalankan tugas
e. Helm
Helm sangat penting digunakan sebagai pelindung kepala dan sudah
merupakan keharusan bagi setiap pekerja untuk menggunakannya

12
dengan benar sesuai aturan. Helm ini digunakan untuk melindungi
kepala dari bahaya benda jatuh
f. Penutup telinga
Alat ini dgunakan untuk melindungi dari bunyi-bunyi yang dikeluakan
oleh mesin yang memiliki volume suara yang cukup keras dan bising.
Terkadang efeknya untuk jangka panjang, bila setiap hari mendengar
suara bising tanpa penutup telinga
g. Masker
Pelindung bagi pernafasan sangat diperlukan untuk pekerja mengingat
lokasi itu sendiri

13
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. 1. Aspek Keselamatan Kerja


Identitas Perusahaan
Nama Perusahaan : BALAI YASA PT.KAI YOGYAKARTA
Jenis perusahaan : Bengkel dan Perakitan Lokomotif
Alamat Perusahaan : Jalan Kusbini no.1 Yogyakarta
Jumlah Tenaga Kerja : 458 orang
Tanggal Kunjungan : 24 Februari 2017-02-24

Proses Produksi
1. Bahan yang diperlukan
Bahan Baku : kit-kit Sparepart, Lokomotif, Genset
Bahan Tambahan : Tidak ada
2. Mesin /Peralatan Kerja yang digunakan : Crane, mesin gerinda, Knipanach, mesin
bor,
3. Proses produksi : Dilakukan selama 28hari
Lokomotif masuk  cek visual(keadaan fisik)  program cuci dan bongkar 
digolongkan berdasarkan golongan (gol.Diesel, gol.Instrumen, gol.Auxiliary,
gol.Logam, gol.Lokomotif)  dikirim ke perakitan  dipindahkan ke
gol.Lokomotif dan final test dilakukan uji pembebanan (test track dan test jalan
lintas)  Lokomotif keluar/ dioperasikan
4. Barang yang dihasilkan :
Produk utama : Lokomotif
Produk sampingan : Railclinik
5. Limbah : oli, solar, dorjik (steampot)

Identifikasi Potensi Bahaya Kecelakaan Kerja

1. Bahaya Mekanik

Potensi Bahaya Jenis Potensi Sumber Bahaya Pengendalian yang


Bahaya sudah dilakukan
Benda yang dapat Tergores, Terpotong, Mesin potong besi, Memberikan APD
melukai Terkena percikan api sudut mesin yang pada pekerja (sarung
saat mengelas tajam, Mesin gerinda tangan, sepatu)
Benda dapat Tersangkut Lintasan rel Memberikan tanda
memperangkap merah didaerah

14
lintasan rel
Benda bergerak dapat Kejatuhan/ Tertimpa Mesin crane/ Meberikan APD
membentur pemindah benda (helm, sepatu boat)
berat
Jatuh dari ketinggian Tersandung, Kabel, tumpahan oli Merapikan kabel,
sama Terpeleset dilantai membersihkan
tumpahan oli dilantai
Jatuh dari ketinggian Terperosok Ruang bawah Memasang rantai
berbeda tanah(rel kereta), pembatas,
Tangga kayu/bambu penyediaan tangga
besi

2. Bahaya Listrik

Potensi Sumber Bahaya Pengendalian


Bahaya
Bahaya kabel bergelantungan Dilakukan apel yang bertujuan untuk evaluasi
sentuh di dinding dan di kerja dan alat-alat kerja
lantai
Bahaya jalur kabel listrik pada Dilakukan perbaikan talang air,
korsleting langit-langit membersihkan sisa puing letusan gunung
bangunan Merapi yang menyumbat drainase air, dan
mengubah aliran arus listrik.
Riwayat korsleting 1
tahun lalu (2015)
akibat kabel listrik
tergenang limpahan
air hujan.
Bahaya alat charge aki Menggunakan APD berupa sarung tangan saat
kesetrum bekerja

3. Bahaya Kimia

Potensi Bahaya Sumber Bahaya Pengendalian


Bahaya sentuh kabel bergelantungan di dinding Dilakukan apel yang
dan di lantai bertujuan untuk evaluasi
kerja dan alat-alat kerja
Bahaya korsleting jalur kabel listrik pada langit- Dilakukan perbaikan talang
langit bangunan air, membersihkan sisa
puing letusan gunung
Riwayat korsleting 1 tahun lalu
Merapi yang menyumbat
(2015) akibat kabel listrik
drainase air, dan mengubah
15
tergenang limpahan air hujan. aliran arus listrik.
Bahaya kesetrum alat charge aki Menggunakan APD berupa
sarung tangan saat bekerja

4. Bahaya Kebakaran dan Peledakan

Potensi Bahaya Jenis Potensi Sumber Bahaya Pengendalian yang


Bahaya sudah dilakukan

Bahan yang mudah Cat, air tiner, kayu, Tersulut percikan api Diberikan label juga
terbakar bahan bakar minyak rokok atau las. papan peringatan
kereta api “Dilarang merokok”

Source Energy Percikan api dan Terkena bahan-bahan Pekerjaan tidak


panas dari alat las, yang mudah terbakar. dilakukan berdekatan
dari alat potong dan dengan bahan yang
amplas. mudah terbakar dan
meledak.

Bahan mudah Liquid Petroleum Kebocoran, Dijauhkan dari


meledak Gas (LPG), aki, dan kerusakan selang/ sumber panas/
gas asetilin. wadah dan regulator, energy, tidak boleh
terpapar panas dan merokok didekatnya,
api. diberi label
peringatan.

Alat/ mesin dengan Compressor, alat Terpapar panas, salah Pengoperasian harus
tekanan tinggi regulator, tabung gas pengoperasian. sesuai SOP,
LPG, tabung gas Dijauhkan dari
asetilin. sumber panas/
energy.

16
Alat Pemadam Api Ringan

Jenis Jumlah Penempatan Pemeriksaan Keterangan


Dry 120 Selain bagian Dilaksanakan  Penempatan : Cukup baik,
Chem listrikdanbah 1 bulan sekali - Jarak tiap APAR 5-15 cm, namun
ical anbakar Bagian yang ada beberapa APAR yang
Powd diperiksa : letaknya lebih 25 meter
er  Expired - APAR mudah dilihat, diakses,
date diambil,
 Kunci dandilengkapitandapemasangan
 Selang APAR
CO2 30 Bagianlistrik  Karet  Tinggi Penempatan APAR :

 Manome Bervariasi sekitar 50- 125 cm, namun

tertekana ada APAR yang diletakkan di lantai

n dan tabungAPAR berwarnamerah,


 KemampuanTenagaKerjadalammeng
operasikan :Setiaptenagakerjadilatihu
ntukdapatmengoperasikanalatpemada
m.
 StimulasidanEvaluasi : Diadakan 1
kali setahun
Foam 20 Bagianbahan
 ReguPemadam : Ada
bakar
 Emergency Exit danJalurEvakuasi :
Ada

17
Dokumentasi :

Gambar 1.Titik-titiklokasipenempatan APAR

Gambar 2.Tanpatabung APAR

18
Gambar 3.Tabung APAR diletakkan di lantai

Gambar 4.Tabungtanpapenyanggadantanda APAR tidakterlihatjelas

19
Gambar 5.Tabung APAR terletak di tempat yang berpotensibahaya

Alat Pelindung Diri

Potensi Bahaya APD yang APD yang Pemakaian oleh tenaga


Diperlukan Disediakan kerja
 Jatuh dari  Helm  Helm  Masker dan sarung
ketinggian  sepatu  sepatu tangan jarng
 Terbentur alat safety safety digunakan oleh
kerja  kacamata  kacamata para karyawan,
 Bahaya Listrik  Sarung  Sarung dengn alasan
Tangan Tangan kenyamanan dalam
 Masker  Masker bekerja
 Helm yang
 Kebisingan  Helm  Helm digunakan tidak
 getaran  sepatu  sepatu bertali dan tidak
 terkena bor atau safety safety nyaman saat
pisau pembersih  kacamata  kacamata dipakai bila
mesin  Sarung  Sarung berkeringat.
 kebakaran Tangan Tangan
 Masker  Masker
 earplug  Earplug
 Kejatuhan  Helm  Helm
benda berat  sepatu  sepatu
 Mata terpercik safety safety
api saat  kacamata  kacamata
20
mengelas  Sarung  Sarung
 Tersengat panas Tangan Tangan
 Masker  Masker
 earplug  Earplug

III. 2 ORGANISASI K3

ORGANISASI Program Keterangan


P2K3 Job safety Analisis Tidak memiliki
Evaluasi SOP  Audit internal 1x dalam 6
bulan sesuai standard ISO.
 Audit eksternal krg lbh 1x
dalam 1-2th
Identifikasi potensi bahaya  Adanya training sesuai
dengan kompetensi dan
bidang yang dikerjakan
setiap awal penerimaan
karyawan.
 Setiap pagi ada pengarahan
pada apel pagi untuk
mengingatkan tentang
potensi bahaya dan
penggunaan alat safety.
Pengujian lingkungan kerja  Narasumber kurang memiliki
informasi
Pengujian Keselamatan kerja  Monitoring dan evaluasi
setiap bulannya oleh bagian
pengawasan alat. Namun
kenyataannya terkadang
tidak rutin dilakukan.
Unit Tanggap Penanggulangan kebakaran :
Darurat
Identifikasi potensi bahaya  Pengawasan dan perawatan
kebakaran alat yang berpotensi
menyebabkan kebakaran
secara berkala ( 1bln 1x)
Regu pemadam kebakaran  Karyawan yang mendapatkan
pelatihan pemadam
kebakaran.
 Tidak memiliki team atau
jadwal khusus,tetap

21
mengerjakan pekerjaan
utama.
APAR  170 alat yang tersedia, status
kelayakan tidak dapat semua
dikonfirmasi.
Alat pemadam kebakaran  Hydrant system dan sprinkler
 hydrant system tidak tersedia, karena dirasa
 sprinkler sudah cukup dengan APAR.
Sistem alarm kebakaran : Tidak tersedia, karena merasa bila
 Alarm otomatis ada kejadian kebakaran setiap
 Alat deteksi api dini karyawan dapat langsung melakukan
 Ruang panel kebakaran tindakan secara manual.
Jalur evakuasi Ada dan sudah di sosialisasikan
kepada karyawan
Essembly point Ada dan sudah di sosialisasikan
kepada karyawan

DATA KECELAKAAN KERJA :

Menurut keterangan penanggung jawab sejak tahun 2015 tidak ada kecelakaan kerja
yang terjadi.Untuk Tahun sebelumnya tidak dapat dikonfirmasi karena yang bersangkutan
menolak dengan alasan bukan masa jabatan beliau.

KESIMPULAN :

1. Masih kurangnya kesadaran karyawan untuk selalu memakai APD saat bekerja
2. Kurangnya fasilitas penanggulangan kebakaran

22
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

Permasalahan yang ditemukan dari aspek keselamatan kerja di PT. KAI adalah sebagai
berikut:

1. Dari keenam unit di perusahaan KAI terdapat empat potensi bahaya (mekanik, listrik,
kimia, dan ledakan/kebakaran) minimal.
2. Kurangnya kesadaran dari para pekerja untuk menggunakan alat pelindung diri (APD)
yang telah disediakan oleh perusahaan PT. KAI.
3. Sistem penggunaan dan perawatan APAR sudah cukup baik.
4. Sistem P2K3 di perusahaan PT. KAI berjalan cukup baik.

Saran untuk aspek keselamatan kerja di perusahaan PT. KAI adalah sebagai berikut:

1. Tetap melakukan pemantauan terjadap keselamatan kerja karyawan secara berkala.


2. Meningkatkan kedisiplinan karyawan dalam menggunakan APD melalui promosi
kesehatan, pengawasan, serta sistem reward and punishment.
3. Pemantauan terhadap batas waktu dan kelayakan pemakaian APAR diadakan 2x
setahun.
4. Pemberian pelatihan teknisi secara berjenjang dan berkesinambungan.
5. Menyediakan poliklinik dan memperkerjakan dokter perusahaan untuk mengontrol
upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.

23

Anda mungkin juga menyukai