Anda di halaman 1dari 4

MATERI IPL KELAS XII TITL ( 8 )

3.9 Menerapkan prosedur pemasangan komponen instalasi penerangan 3


fasa bangunan gedung "

C. Kesehatan dan Keselamatan Kerja ( K3 )


Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) adalah bidang yang terkait
dengan kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan manusia yang bekerja di sebuah institusi
maupun lokasi proyek. Tujuan K3 adalah untuk memelihara kesehatan dan keselamatan
lingkungan kerja. K3 juga melindungi rekan kerja, keluarga pekerja, konsumen, dan orang lain
yang juga mungkin terpengaruh kondisi lingkungan kerja.
Kesehatan dan keselamatan kerja cukup penting bagi moral, legalitas, dan finansial. Semua
organisasi memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa pekerja dan orang lain yang terlibat
tetap berada dalam kondisi aman sepanjang waktu. Praktek K3 (keselamatan kesehatan kerja)
meliputi pencegahan, pemberian sanksi, dan kompensasi, juga penyembuhan luka dan
perawatan untuk pekerja dan menyediakan perawatan kesehatan dan cuti sakit. K3 terkait
dengan ilmu kesehatan kerja, teknik keselamatan, teknik industri, kimia, fisika
kesehatan, psikologi organisasi dan industri, ergonomika, dan psikologi kesehatan kerja.
Setiap perusahaan wajib menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dalam kegiatan
usahanya. K3 memberikan perlindungan bagi kesehatan dan keselamatan kerja tenaga kerja,
yaitu dengan cara mencegah terjadinya kecelakaan dan sakit akibat kerja.
Selain itu, penerapan K3 juga akan memberikan perlindungan pada sumber-sumber produksi
sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas perusahaan. Dalam Undang-Undang
Ketenagakerjaan Nomor 13/2003 Pasal 87 disebutkan, setiap perusahaan wajib menerapkan
sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem manajemen
perusahaan.
Secara umum ada tiga faktor yang mendorong pentingnya penerapan K3 di suatu perusahaan:
 Alasan Perikemanusiaan
Perusahaan melakukan berbagai cara untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan
menjamin keselamatan kerja karyawan atas dasar perikemanusiaan. Hal ini untuk mengurangi
rasa sakit atau luka yang timbul akibat pekerjaan, baik yang diderita karyawan atau yang
memengaruhi keluarganya.
 Mematuhi Peraturan Perundang-undangan
Negara menetapkan berbagai payung hukum yang mencakup pelaksanaan keselamatan dan
kesehatan kerja dalam kegiatan usaha, baik dalam undang-undang, peraturan pemerintah,
peraturan menteri, keputusan menteri, instruksi menteri, hingga surat edaran. Perusahaan yang
tidak mematuhi berbagai peraturan tersebut akan mendapatkan sanksi.
 Alasan ekonomi
Kecelakaan kerja akan berdampak pada pengeluaran yang cukup besar oleh perusahaan. Karena
itu, perusahaan perlu mempraktikkan K3 untuk mencegah terjadinya kecelakaan dalam kegiatan
usahanya sehingga menghindari terjadinya pengeluaran besar atau bahkan kerugian.
Aspek-aspek dalam Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) tidak dapat dipisahkan dari proses produksi suatu
perusahaan, baik jasa maupun industri. Setiap orang yang bekerja di suatu perusahaan dianggap
memiliki risiko kecelakaan kerja. Karena itu, setiap pemberi kerja wajib memperhatikan dan
menerapkan K3. Soal pentingnya penerapan K3 ini juga telah dibahas oleh badan buruh
internasional, International Labour Organization (ILO).
Secara umum, K3 adalah perlindungan yang wajib diberikan oleh pihak pemberi kerja kepada
karyawannya. Dalam situs Prodia OHI dijelaskan, K3 merupakan salah satu upaya untuk
menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat
mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya
dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.
Keselamatan kerja adalah kondisi yang aman dan kondusif dalam lingkungan kerja. Dalam situs
Cermati dijelaskan, aspek keselamatan kerja mencakup perlindungan akan risiko terjadinya
penderitaan, kerusakan, hingga kerugian di tempat kerja. Keselamatan kerja dapat diwujudkan
dengan bekerja dan menggunakan alat kerja sesuai standar operasional prosedur (SOP) yang
berlaku, serta menjaga tempat kerja agar memiliki potensi bahaya yang minim.
Kesehatan kerja adalah segala hal yang berkaitan dengan program kesehatan untuk para
karyawan atau pekerja. Bila kesehatan karyawan terjaga, perusahaan akan memiliki sumber
daya manusia yang sehat, jarang absen, dan bekerja dengan lebih produktif.
Faktor-faktor yang mempengaruhi keselamatan dan kesehatan kerja karyawan adalah sebagai
berikut:
 Beban kerja, baik fisik, mental, maupun sosial. Oleh karena itu, pemberi kerja perlu
mengupayakan penempatan pekerja agar sesuai dengan kemampuan tiap pekerja.
 Kapasitas kerja, yang bisa jadi berbeda-beda antarkaryawan. Kapasitas kerja tiap karyawan
biasanya tergantung latar belakang pendidikan, keterampilan, kesegaran jasmani, ukuran tubuh,
dan keadaan gizi tiap karyawan.
 Lingkungan kerja, yang mencakup faktor fisik, kimia biologik, ergonomik, maupun psikososial.
 Berikut penyebab terjadinya kecelakaan kerja secara umum, dikutip dari situs web Prodia OHI:
 Kondisi berbahaya (unsafe condition), yaitu kondisi yang tidak aman dari peralatan/media
elektronik, bahan, lingkungan kerja, proses kerja, sifat pekerjaan dan cara kerja.
 Perbuatan berbahaya (unsafe act), yaitu perbuatan berbahaya dari manusia, yang dapat terjadi
antara lain karena kurangnya pengetahuan dan keterampilan pelaksana. Termasuk dalam
kategori ini adalah cacat tubuh yang tidak kentara (bodily defect), kelelahan dan kelemahan
daya tahan tubuh, sikap dan perilaku kerja yang tidak baik.

Tujuan Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)


K3 merupakan bentuk perlindungan bagi kesehatan dan keselamatan kerja tenaga kerja, serta
bagi sumber-sumber produksi perusahaan. Bila dijabarkan secara lebih konkret, tujuan K3
sebagaimana dikutip dari buku Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan adalah sebagai
berikut:
 Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik secara fisik,
sosial, dan psikologis.
 Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya selektif mungkin.
 Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.
 Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai.
 Agar meningkatnya kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.
 Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atas kondisi kerja.
 Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.

Dalam mewujudkan K3, perusahaan atau pemberi kerja perlu mengikuti sejumlah prinsip
berikut:
 Menyediakan alat pelindung diri (APD) di tempat kerja.
 Menyediakan buku petunjuk penggunaan alat atau isyarat bahaya.
 Menyediakan peraturan pembagian tugas dan tanggung jawab.
 Menyediakan tempat kerja yang aman sesuai standar syarat-syarat lingkungan kerja (SSLK).
Contohnya, tempat kerja steril dari debu kotoran, asap rokok, uap gas, radiasi, getaran mesin
dan peralatan, kebisingan; aman dari arus listrik; memiliki penerangan yang memadai; memiliki
ventilasi dan sirkulasi udara yang seimbang; dan memiliki peraturan kerja atau aturan perilaku
di tempat kerja.
 Menyediakan penunjang kesehatan jasmani dan rohani di tempat kerja.
 Menyediakan sarana dan prasarana yang lengkap di tempat kerja.
 Memiliki kesadaran dalam menjaga keselamatan dan kesehatan kerja.
Dasar hukum mengenai persyaratan keselamatan listrik tertuang pada Permen Tenaga Kerja
No.Per. 04/MEN/1988. Prinsip- prinsip keselamatan pemasangan listrik Antara lain:·
1. Harus sesuai dengan gambar rencana yang telah disyahkan·
2. Mengindahkan syarat-syarat yang telah ditetapkan (PUIL)·
3. Harus menggunakan tenaga terlatih·
4. Bertanggungjawab dan menjaga keselamatan dan kesehatan tenaga kerjanya·
5. Orang yang diserahi tanggung jawab atas pelaksanaan pekerjaan pemasangan instalasi listrik
harus ahli dibidang listrik, memahami peraturan listrik dan memiliki sertifikat dari instalasi
yang berwenang
Ketentuan lain mengenai persyaratan Keselamatan Kerja Bidang Ketenagalistrikan·
1. Instalasi listrik yang telah selesai dipasang harus diperiksa dan diuji sebelum dialiri listrik oleh
pegawai pengawas spesialis listrik·
2. Instalasi listrik yang telah dialiri listrik, instalatir masih terikat tanggung jawab satu tahun atas
kecelakaan termasuk kebakaran akibat kesalahan pemasangan instalasi·
3. Harus ada pemeriksaan yang rutin terhadap isolator. Isolator yang retak, terutama untuk
tegangan menegah dan atau tegangan tinggi yang dapat mengakibatkan gangguan dan dapat
menimbulkan kecelakaan·
4. Seluruh instalasi listrik, tidak hanya bagian yang mudah terkena gangguan saja, tetapi juga
pengaman , pelindung dan perlengkapannya harus terpelihara dengan baik·
5. Jangan membiarkan instalasi yang aus, penuaan atau mengalami kerusakan. Segera lakukan
penggantian.·
6. Isolator saklar minyak, transformator dan sebagainya pada waktunya harusdibebaskan dari air,
debu,arang dan zat asam, Antara lain dengan cara penyaringan·
7. Perlengkapan seperti relai lebih cepat terganggu kerusakannya. Oleh sebabitu, harus sering
dilakukan pengujian terhadapnya·
8.Dalam melakukan pemeliharaan, dilarang menggunakan perkakas kerja dan bahan yang
magnetic dekat dengan medan magnet perlengkapan listrik·
9. Pelindung dan pengaman, yang selama pemeliharaan dibuka atau dilepas, harus dipasang
kembali pada posisi awalnya·
10.Dilarang menyimpan bahan yang mudah terbakar didaerah yang dapat membahayakan instalasi
listrik·
11.Diruang dengan bahaya ledakan tidak diijinkan mengadakan perbaikan danperluasan instalasi
pada keadaan bertegangan, dan dalam keadaan aman, perlengkapan listrik harus terpelihara
dengan baik

Anda mungkin juga menyukai