Anda di halaman 1dari 32

INSTALASI PENERANGAN LISTRIK

KELAS XII
DAFTAR ISI

BAB 1. Prosedur Pemasangan Instalasi Penerangan 3 Fasa Sesuai dengan PUIL


Materi
A. Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL) .......................................................... 2
B. Pemasangan Instalasi Listrik ...................................................................................... 8
C. Instalasi Penerangan 3 fasa ......................................................................................... 10
Latihan dan Tugas ........................................................................................................................ 21
Rangkuman..................................................................................................................................... 24
Uji Kompetensi .............................................................................................................................. 25

BAB 2. Prosedur Pemasangan Komponen Instalasi Penerangan 3 Fasa Bangunan Gedung


Materi
A. Prosedur instalasi penerangan................................................................................... 30
B. Komponen instalasi penerangan ............................................................................... 37
C. Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) .................................................................. 57
Latihan dan Tugas ........................................................................................................................ 58
Rangkuman..................................................................................................................................... 59
Uji Kompetensi .............................................................................................................................. 60

BAB 3. Menentukan Gambar Instalasi, Jumlah Bahan, Tata Letak Dan Biaya Perlengkapan
Hubung Bagi (PHB) Penerangan Bangunan Industri Kecil
Materi
A. Prosedur Penyiapan Gambar Pengawatan PHB ................................................... 68
B. Tata Letak Komponen dan Material Bantu PHB .................................................. 77
C. Gambar Instalasi PHB .................................................................................................... 82
D. Jumlah Bahan, Tata Letak Dan Biaya ........................................................................ 87
E. Evaluasi Pekerjaan.......................................................................................................... 94
Latihan dan Tugas ........................................................................................................................ 98
Rangkuman..................................................................................................................................... 98
Uji Kompetensi .............................................................................................................................. 99

BAB 4. Penerangan Jalan Umum (PJU)


Materi
A. Prosedur Pengoperasian PJU .................................................................................... 106
B. Merakit PJU........................................................................................................................ 114
Latihan dan Tugas ........................................................................................................................ 143
Rangkuman..................................................................................................................................... 144
Uji Kompetensi .............................................................................................................................. 145

1
BAB 5. Perencanaan Penerangan Jalan Umum (PJU)
Materi
A. Menentukan Jumlah Bahan, Tata Letak dan Biaya .............................................. 150
B. Gambar Rangkaian Perencanaan ............................................................................... 164
C. Memeriksa Instalasi PJU .............................................................................................. 167
Latihan dan Tugas ........................................................................................................................ 175
Rangkuman..................................................................................................................................... 176
Uji Kompetensi .............................................................................................................................. 177

BAB 6. Sistem Kendali Instalasi Penerangan Smart Building


Materi
A. Bangunan Pintar (SmartBuilding) ........................................................................... 182
B. Sistem Kendali Instalasi Penerangan ....................................................................... 183
C. Penggunaan Sistem Kendali Penerangan................................................................ 199
D. Pengukuran Tahanan Isolasi ....................................................................................... 206
Latihan dan Tugas ........................................................................................................................ 208
Rangkuman..................................................................................................................................... 208
Uji Kompetensi .............................................................................................................................. 209

DAFTAR PUSTAKA
BIODATA PENULIS

2
PRAKATA
Literasi merupakan salah satu komponen kecakapan abad 21 dan kurikulum 2013 selain
kualitas karakter dan kompetensi. Literasi dasar meliputi : literasi bahasa dan sastra, numeracy
(berhitung), sains, digital, finansial, budaya dan kewarganegaraan. Konsekuensi pembelajaran
untuk mendukung ketercapaian kecakapan abad 21 antara lain : pendekatan berfokus pada
peserta didik, kolaboratif, dan kontekstual.
Kurikulum 2013 yang terintegrasi STEM (Science, Technology, Engineering, Mathematics)
sejalan dengan paradigma diatas dimana di dalamnya mengacu kecakapan abad 21 yaitu kualitas
karakter, kompetensi dan literasi dasar. Kualitas karakter adalah kemampuan bagimana mengatasi
lingkungan yang terus berubah, kompetensi diperlukan untuk mengatasi permasalahan yang
kompleks sedangkan literasi adalah adalah kemampuan menerapkan kemampuan inti dalam
kehidupan sehari-hari.
Buku Instalasi Penerangan Listrik (C3) Kelas XII disusun dengan tujuan memberikan
wawasan secara langsung dalam memperkaya dan meningkatkan pengetahuan peserta didik
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) pada khususnya dan para pembaca sekalian pada umumnya
dalam bidang instalasi penerangan listrik berdasarkan PUIL (Persyaratan Umum Instalasi Listrik)
dan SKKNI (Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia) .
Isi buku yang penulis susun tidak semata-mata hanya berdasarkan pada materi pelajaran
yang diajarkan pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) kelompok Teknologi dan Rekayasa. Tetapi
ada beberapa tambahan materi yang dirasa sangat berguna bagi para siswa Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) kelompok teknologi dan rekayasa serta khalayak umum yang berkecimpung dalam
bidang teknik guna memperkaya dan meningkatkan pengetahuan instalasi listrik yang berstandar
dan sesuai persyaratan.
Mudah-mudahan buku ini dapat bermanfaat bagi para siswa Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) kelompok teknologi dan rekayasa.
Malang, Januari 2020
Penulis

3
BAB 1
PROSEDUR PEMASANGAN INSTALASI PENERANGAN 3 FASA SESUAI DENGAN PUIL

Kompetensi Dasar
3.8. Menerapkan prosedur pemasangan Instalasi Penerangan 3 fasa sesuai dengan
Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL)
4.8 Memasang Instalasi Penerangan 3 fasa sesuai dengan Peraturan Umum Instalasi
Listrik (PUIL)

Tujuan Pembelajaran
1. Ranah Afektif
Setelah mempelajari bab ini, peserta didik mampu :
a. Menunjukkan penguasaan dalam menerapkan PUIL dalam pemasangan instalasi
penerangan 3 fasa dengan aktif dan percaya diri.
b. Melaksanakan pemasangan instalasi penerangan 3 fasa sesuai PUIL dengan
percaya diri.

2. Ranah Kognitif
Setelah mempelajari bab ini, peserta didik mampu :
a. Mengidentifikasi prosedur pemasangan Instalasi Penerangan 3 fasa sesuai
Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL) dengan benar.
b. Menerapkan prosedur pemasangan Instalasi Penerangan 3 fasa sesuai
Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL) dengan benar.

3. Ranah Psikomotorik
Setelah mempelajari bab ini, peserta didik mampu :
a. Menunjukkan penguasaan dalam menerapkan PUIL dalam pemasangan instalasi
penerangan 3 fasa.
b. Melaksanakan pemasangan instalasi penerangan 3 fasa sesuai PUIL dengan
percaya diri.

4
Materi Pembelajaran
Selamat datang di kelas XII, tinggal satu langkah lagi anda akan menyelesaikan studi
di jenjang SMK dan siap untuk masuk di dunia kerja atau studi lanjut. Tetap semangat dan
terus membangun motivasi belajar, agar bisa menjadi bekal dalam bekerja atau belajar di
jenjang selanjutnya.
Silahkan pelajari materi dalam buku Instalasi Penerangan Lsitrik ini dengan bimbingan
guru di kelas atau di laboratorium. Selamat belajar !
A. Persyaratan Umum Instalasi Listrik
1. Sejarah Singkat

Gambar 1. Sampul PUIL 2000


(PUIL, 2000)

Apakah anda masih ingat dengan PUIL? Semoga masih ingat ya. Mari kita
bersama kembali mengingat-ingat tentang sejarah singkat PUIL. Peraturan
instalasi listrik yang pertama kali digunakan sebagai pedoman beberapa instansi
yang berkaitan dengan instalasi listrik adalah AVE (Algemene Voorschriften voor
Electrische Sterkstroom Instalaties) yang diterbitkan sebagai Norma N 2004 oleh
Dewan Normalisasi Pemerintah Hindia Belanda. Kemudian AVE N 2004 ini
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan diterbitkan pada tahun 1964
sebagai Norma Indonesia NI6 yang kemudian dikenal sebagai Peraturan Umum
Instalasi Listrik disingkat PUIL 1964, yang merupakan penerbitan pertama dan
PUIL 1977 dan 1987 adalah penerbitan PUIL yang kedua dan ketiga yang
merupakan hasil penyempurnaan atau revisi dari PUIL sebelumnya, maka PUIL
2000 ini merupakan terbitan ke 4. Jika dalam penerbitan PUIL 1964, 1977 dan
1987 nama buku ini adalah Peraturan Umum Instalasi Listrik, maka pada
penerbitan sekarang tahun 2000, namanya menjadi Persyaratan Umum Instalasi

5
Listrik dengan tetap mempertahankan singkatannya yang sama yaitu PUIL.
Penggantian dari kata “Peraturan” menjadi “Persyaratan” dianggap lebih tepat
karena pada perkataan “peraturan” terkait pengertian adanya kewajiban untuk
mematuhi ketentuannya dan sangsinya. Sebagaimana diketahui sejak AVE sampai
dengan PUIL 1987 pengertian kewajiban mematuhi ketentuan dan sangsinya tidak
diberlakukan sebab isinya selain mengandung hal-hal yang dapat dijadikan
peraturan juga mengandung rekomendasi ataupun ketentuan atau persyaratan
teknis yang dapat dijadikan pedoman dalam pelaksanaan pekerjaan instalasi
listrik.
Bagian-bagian PUIL antara lain : bagian 1 dan bagian 2 tentang Pendahuluan
dan Persyaratan dasar; bagian 3 tentang Proteksi untuk keselamatan; bagian 4
tentang Perancangan instalasi listrik; bagian 5 tentang Perlengkapan Listrik;
bagian 6 tentang Perlengkapan hubung bagi dan kendali (PHB) serta
komponennya; bagian 7 tentang Penghantar dan pemasangannya; bagian 8
tentang Ketentuan untuk berbagai ruang dan instalasi khusus, bagian 9 meliputi
Pengusahaan instalasi listrik. Pengusahaan dimaksudkan sebagai perancangan,
pembangunan, pemasangan, pelayanan, pemeliharaan, pemeriksaan dan pengujian
instalasi listrik serta proteksinya.
PUIL 2000 berlaku untuk instalasi listrik dalam bangunan dan sekitarnya
untuk tegangan rendah sampai 1000 V a.b dan 1500 V a.s, dan gardu transformator
distribusi tegangan menengah sampai dengan 35 kV. Ketentuan tentang
transformator distribusi tegangan menengah mengacu dari NEC 1999.
2. Garis Besar Isi PUIL
Masih ingat dengan isi PUIL? Silahkan mengingat-ingat dengan membaca garis
besar isi PUIL berikut! Secara garis besar, isi PUIL antara lain :
a. Bab 1 Pendahuluan yang memuat hal umum yang berhubungan dengan aspek
legal, administratif non teknis dari PUIL, memuat perlindungan lingkungan,
dan memuat ketentuan/peraturan yang terbaru.
b. Bab 2 Persyaratan Dasar untuk menjamin keselamatan manusia, ternak dan
keamanan harta benda dari bahaya dan kerusakan yang timbul dari instalasi
listrik seperti antara lain : arus kejut, suhu berlebih. Bab ini memuat pasal
antara lain : proteksi untuk keselamatan, proteksi perlengkapan dan instalasi
listrik, perancangan, pemilikan dan perlengkapan listrik, pemasangan dan
verifikasi awal instalasi listrik, pemeliharaan.
c. Bab 3 Proteksi Untuk Keselamatan yang memuat penentukan persyaratan
terpenting untuk melindungi manusia, ternak dan harta benda, proteksi untuk
keselamatan meliputi antara lain : proteksi kejut listrik, proteksi efek termal,
proteksi arus lebih, proteksi tegangan lebih (khusus akibat petir), proteksi
tegangan kurang, (akan dimasukan dalam suplemen PUIL), pemisahan dan

6
penyaklaran (belum dijelaskan), penerapkan pada seluruh atau sebagian
instalasi/perlengkapan, tindakan tambahan dengan penggabungan proteksi
jika sistem proteksi tidak memuaskan dalam kondisi tertentu,

Keterangan :
S = permukaan yang diperkirakan ditempati orang/manusia
Gambar 2. Zona jangkauan tangan.
(PUIL, 2000)

Pada bab ini juga memuat pasal baru antara lain : pendahuluan, proteksi
dari kejut listrik, proteksi dengan pemutusan suplai secara otomatis, proteksi
dengan ikatan ekipotensial lokal bebas bumi, luas penampang penghantar
proteksi dan penghantar netral, rekomendasi untuk sistem TT, TN dan IT,
proteksi dari efek termal, proteksi dari arus lebih. Selain itu memuat hasil
perluasan dan revisi antara lain : proteksi dari sentuh langsung maupun tak
langsung, proteksi dari sentuh langsung, proteksi dengan menggunakan
perlengkapan kelas II atau dengan isolasi ekivalen, proteksi dengan lokasi
tidak konduktif, sistem TN atau sistem pembumi netral pengaman, sistem IT
atau sistem penghantar pengaman, penggunaan gawai proteksi arus sisa.
Tabel 1. Elemen Kode IP (International Protection)
Elemen Angka Artinya untuk proteksi Artinya untuk proteksi
atau perlengkapan manusia
huruf
1 2 3 4
Kode huruf IP
Dari masuknya benda Dari sentuh langsung
asing padat ke bagian berbahaya

7
dengan :
Angka 0 (tanpa proteksi) (tanpa proteksi)
karakteristik 1 diameter  50 mm belakang telapak tangan
pertama 2 diameter  12,5 mm jari
3 diameter  2,5 mm perkakas
4 diameter  1,0 mm kawat
5 debu kawat
6 kedap debu kawat
Angka Dari masuknya air dengan
karakteristik efek merusak
kedua
0 (tanpa proteksi)
1 tetesan air secara vertikal
2 tetesan air (miring 15o)
3 semprotan dengan butir air
4 halus
semprotan dengan butir air
5 lebih besar
6 pancaran air
7 pancaran air yang kuat
8 perendaman sementara
perendaman kontinu
Dari sentuh langsung
ke bagian berbahaya
dengan :
Huruf A belakang telapak tangan
tambahan B jari
(opsi) C perkakas
D kawat
Informasi suplemen khusus
untuk
Huruf H Aparat tegangan tinggi
suplemen M Gerakan selama uji air
(opsi) S Stasioner selama uji air
W Kondisi cuaca
(PUIL, 2000)

d. Bab 4 Perancangan Instalasi Listrik, memuat ketentuan yang berkaitan


dengan perancangan instalasi listrik, baik administratif-legal non teknis
maupun ketentuan teknis. Terdiri atas persyaratan umum, susunan umum,
kendali proteksi, cara perhitungan kebutuhan maksimum disirkit utama

8
konsumen dan sirkit cabang dan sirkit akhir, penghantar netral bersama,
pengendalian sirkit yang netralnya dibumikan langsung, pengamanan sirkit
yang netralnya dibumikan langsung pengendalian dan pengamanan sirkit
yang netralnya dibumikan tidak langsung, perlengkapan dan pengendalian api
dan asap kebakaran, perlengkapan evakuasi darurat dan lift, saklar dan
pemutus sirkit, lokasi dan pencapaian PHB.
e. Bab 5 Perlengkapan Listrik yang memuat perancangan memenuhi
persyaratan standar, memenuhi kinerja, keselamatan dan kesehatan serta
dipasang sesuai dengan lingkungannya. Dalam pemasangannya disyaratkan :
mudah dalam pelayanan, pemeliharaan dan pemeriksaan, diproteksi terhadap
lingkungan antara lain lembab, mudah terbakar, pengaruh mekanis. Bagian
perlengkapan listrik yang mengandung logam dan bertegangan diatas 50V
harus dibumikan dan diberi pengaman tegangan sentuh. Penambahan
persyaratan mengenai pemanfaat dengan penggerak elektro mekanis (pasal
5.14), proteksi terhadap tegangan lebih (ayat 5.1.6), katagori perlengkapan I
s/d IV (ayat 5.1.6.1. s/d 5.1.6.3), pemanfaat untuk digunakan pada manusia
(ayat 15.14.1.3), pemanfaat untuk tujuan lain (ayat 15.14.1.4). Pergantian
istilah seperti : pengaman menjadi proteksi, pekawatan menjadi pengawatan,
sensor menjadi pengindera, kontak tusuk menjadi kotak kontak dan tusuk
kontak.
f. Bab 6 Perlengkapan hubung hubung bagi dan kendali (PHB), mengatur
persyaratan meliputi pemasangan, sirkit, ruang pelayanan dan penandaan
untuk semua perlengkapan yang termasuk katagori PHB, baik tertutup,
terbuka, pasangan dalam, maupun pasangan luar. PHB adalah perlengkapan
yang berfungsi untuk membagi tenaga listrik dan / atau mengendalikan dan
melindungi sirkit dan pemanfaat listrik, mencakup sakelar pemutus tenaga,
papan hubung bagi tegangan rendah dan sejenisnya.
g. Bab 7 Penghantar dan Pemasangannya mengatur ketentuan mengenai
penghantar, pembebanan penghantar dan proteksinya, lengkapan penghantar
dan penyambungan, penghubungan dan pemasangan penghantar. Terdiri atas
identifikasi, penghantar dengan warna, pembebanan penghantar,
pembebanan penghantar dalam keadaan khusus, pengamanan arus lebih,
pengaman penghantar terhadap kerusakan karena suhu yang sangat tinggi,
pengamanan sirkit listrik, isolator, pipa instalasi dan kelengkapannya, jalur
penghantar, syarat umum pemasangan penghantar, sambungan dan
hubungan, instalasi dalam bangunan, pemasangan penghantar dalam pipa
instalasi, penghantar seret dan penghantar kontak, pemasangan kabel tanah,
pemasangan penghantar udara disekitar bangunan, dan pemasangan
penghantar khusus.

9
h. Bab 8 Ketentuan Untuk Berbagai Ruang dan Instalasi Khusus memuat
berbagai ketentuan untuk lokasi maupun instalasi yang penggunaannya
mempunyai sifat khusus. Ruang khusus adalah ruang dengan sifat dan
keadaan tertentu seperti ruang lembab, berdebu, bahaya kebakaran dan lain
sebagainya. Instalasi khusus adalah instalasi dengan karakteristik tertentu
sehingga penyelenggaraannya memerlukan ketentuan tersendiri misal
instalasi derek, instalasi lampu penerangan tanda dan lain-lain. Secara rinci
terdiri atas ruang listrik, ruang dengan bahaya gas yang dapat meledak, ruang
lembab, ruang pendingin, ruang berdebu, ruang dengan gas dan atau debu
korosif, ruang radiasi, perusahaan kasar, pekerjaan dalam ketel, tangki dan
sejenisnya, pekerjaan pada galangan kapal, derek, intalasi rumah dan gedung
khusus, instalasi dalam gedung pertunjukan, pasar dan tempat umum lainnya,
instalasi rumah desa, instalasi sementara, instalasi semi permanen, instalasi
dalam pekerjaan pembangunan, instalasi generator dan penerangan darurat,
instalasi dalam kamar mandi, instalasi dalam kolam renang dan air mancur,
penerangan tanda dan bentuk, instalasi fasilitas kesehatan dan jenis ruang
khusus.
i. Bab 9 Pengusahaan Instalasi Listrik berisi ketentuan-ketentuan mengenai
perencanaan, pembangunan, pemasangan, pelayanan, pemeliharaan, dan
pengujian instalasi listrik serta pengamanannya. Setiap orang/badan
perencana, pemasang, pemeriksa dan penguji instalasi listrik harus mendapat
ijin kerja dari instansi berwenang. Setiap instalasi listrik harus dilengkapi
dengan rancana instalasi yang dibuat oleh perencana yang mendapat ijin kerja
dari instansi berwenang. Dalam bab ini terdiri atas ruang lingkup, izin,
pelaporan, proteksi pemasangan instalasi listrik, pemasangan instalasi listrik,
peraturan instalasi listrik bangunan bertingkat, pemasangan kabel tanah,
pemasangan penghantar udara TR dan TM, keselamatan dalam pekerjaan,
pelayanan instalasi listrik, hal yang tidak dibenarkan dalam pelayanan,
pemeliharaan, pemeliharaan ruang.
PUIL tidak berlaku bagi beberapa sistem intalasi listrik tertentu seperti :
1) Bagian instalasi tegangan rendah untuk menyalurkan berita atau isyarat.
2) Instalasi untuk keperluan telekomunikasi dan instalasi kereta rel listrik.
3) Instalasi dalam kapal laut, kapal terbang, kereta rel listrik, dan kendaraan
yang digerakan secara mekanis.
4) Instalasi listrik pertambangan di bawah tanah.
5) Instalasi tegangan rendah tidak melebihi 25 V dan daya kurang dari 100 W.
6) Instalasi khusus yang diawasi oleh instansi yang berwenang (misalnya :
instalasi untuk telekomunikasi, pengawasan, pembangkitan, transmisi,

10
distribusi tenaga listrik untuk daerah wewenang instansi kelistrikan
tersebut).
3. Pengujian Peralatan Listrik
Di negara kita semua peralatan listrik sebelum digunakan oleh konsumen
harus melalaui uji kelayakan. Menurut ayat 202 A2 semua peralatan listrik yang
akan dipergunakan instalasi harus memenuhi ketentuan PUIL. Di Indonesia
peralatan listrik diuji oleh suatu lembaga dari Perusahaan Umum Listrik Negara,
yaitu Lembaga Masalah Kelistrikan disingkat LMK.

Gambar 3. Tanda Persetujuan Pengujiam dari LMK


(Tim BMTI, 2013)

Peralatan listrik yang mutunya diawasi oleh LMK dan disetujui, diizinkan untuk
memakai tanda LMK. Bahan yang berselubung bahan termoplastik, misalnya
berselubung PVC, tanda ini dibuat timbul dan diletakan pada selubung luar kabel.
Lambang persetujuan ini dipasang pada kabel yang berselubung PVC, misalnya
kabel NYM. Sedangkan unruk kabel yang kcelil seperti NYA, lambang persetujuan
dari LMK berupa kartu.

B. Pemasangan Instalasi Listrik


Berdasarkan PUIL 2000 pekerjaan perencanaan pemasangan dan pemeriksaan/pengujian
instalasi listrik di dalam atau di luar bangunan harus memenuhi ketentuan yang berlaku,
sehingga instalasi tersebut aman untuk digunakan sesuai dengan maksud dan tujuan
penggunaannya, mudah pelayanannya dan mudah pemeliharaannya. Pelaksanaannya
wajib memenuhi ketentuan keselamatan dan kesehatan bagi tenaga kerjanya, sesuai
dengan peraturan perundangan keselamatan dan kesehatan kerja yang berlaku.
1. Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang diberi tanggung jawab atas semua pekerjaan : perancangan,
pemasangan, dan pemeriksaan/pengujian instalasi listrik harus ahli di bidang
kelistrikan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, antara lain :
a. Yang bersangkutan harus sehat jasmani dan rohani;
b. Memahami peraturan ketenagalistrikan;
c. Memahami ketentuan keselamatan dan kesehatan kerja;
d. Menguasai pengetahuan dan keterampilan pekerjaannya dalam bidang instalasi
listrik;

11
e. Dan memiliki ijin bekerja dari instansi yang berwenang.

2. Tempat Kerja
Untuk pekerjaan perancangan bisa dilakukan dikantor, setelah mendapatkan data-
data alamat, gambar denah beserta ukuran-ukuran ruangannya. Namun untuk jenis
pekerjaan pemasangan dan pemeriksaan instalasi listrik dikerjakan di tempat
bangunan yang dipasang instalasi listrik tersebut. Tempat kerja pemasangan instalasi
listrik harus memenuhi keselamatan dan kesehatan kerja sesuai dengan peraturan dan
perundangan yang berlaku. Disamping itu harus tersedia perkakas kerja,
perlengkapan keselamatan, perlengkapan pemadam api, perlengkapan Pertolongan
Pertama Pada Kecelakaan (P3K), rambu-rambu kerja dan perlengkapan lainnya yang
diperlukan.
Bila menggunakan perlengkapan peralatan yang dapat menimbulkan kecelakaan
atau kebakaran, wajib dilakukan pengamanan yang optimal. Di tempat kerja
pemasangan instalasi listrik harus ada pengawas yang ahli di bidang ketenagalistrikan.
Untuk tempat kerja yang dapat mengganggu ketertiban umum, harus dipasang rambu
bahaya dan papan pemberitahuan yang menyebutkan dengan jelas pekerjaan
pekerjaan yang sedang berlangsung, serta bahaya yang mungkin timbul, dan harus
dilingkupi pagar dan diterangi lampu pada tempat yang pencahayaannya kurang.
3. Pemeriksaan dan Pengujian Instalasi Listrik
Bila pekerjaan pemasangan instalasi listrik telah selesai, maka pelaksana
pekerjaan pemasangan instalasi tersebut secara tertulis melaporkan kepada instansi
yang berwenang bahwa pekerjaan telah selesai dikerjakan dengan baik. Memenuhi
syarat proteksi dengan aturan yang berlaku dan siap untuk diperiksa/diuji. Hasil
pemeriksaan dan pengujian instalasi yang telah memenuhi standar juga dibuat secara
tertulis oleh pemeriksa/penguji instalasi listrik jika hasilnya belum memenuhi standar
yang berlaku, maka dilakukan perbaikan-perbaikan sehingga sampai memenuhi
standar.
Pada waktu uji coba, semua peralatan listrik yang terpasang dan akan digunakan
terus dijalankan baik secara sendiri-sendiri ataupun serempak sesuai dengan
rencananya dan tujuan penggunaannya.
4. Wewenang dan Tanggung Jawab
Perancang suatu instalasi listrik bertanggung jawab terhadap ruangan instalasi
yang dibuatnya. Pelaksana instalasi listrik bertanggung jawab atas pemasangan
instalasi listrik sesuai dengan rancangan instalasi listrik yang telah disetujui oleh
instansi yang berwenang. Jika terjadi kecelakaan yang diakibatkan oleh karena
instalasi tersebut dirubah atau ditambah oleh pemakai listrik (konsumen/user), atau
pemasangan instalasi lain, maka pelaksana pemasangan instalasi listrik yang
terdahulu dibebaskan dari tanggung jawab.

12
Setiap pemakai listrik bertanggung jawab atas penggunaan yang aman, sesuai
dengan maksud dan tujuan penggunaan instalasi tersebut. Instansi yang berwenang
berhak memerintahkan penghentian seketika penggunaan instalasi listrik yang dapat
membahayakan keselamatan umum atau keselamatan kerja. Perintah tersebut harus
dibuat secara tertulis disertai dengan alasannya.

C. Instalasi Penerangan 3 Fasa


1. Acuan
Agar terselenggaranya segala bentuk instalasi yang baik dari berbagai seluk beluk
yang menyangkut keamanan instalasi, penempatan instalasi dan juga perlengkapan
serta bahaya-bahaya yang mungkin terjadi, maka sangat penting suatu acuan guna
mendapat apa yang diinginkan dimana acuan tersebut dapat berupa:
a. Gambar -gambar simbol instalasi listrik.
b. Cara penyambungan penghantar kedalam suatu komponen instalasi listrik.
c. Pengenalan kode, tanda uji, warna dan segala bentuk penandaan suatu komponen
listrik.
d. Mengerti fungsi masing- masing komponen alat ukur yang digunakan.
e. Mengerti mengenai perbedaan perhitungan dengan pengukuran.
Hal tersebut diatas tidak terlepas dari tujuan, standarisasi instalasi listrik yang
berfungsi untuk keseragaman dalam bentuk atau ukuran, menggambar, cara kerja dan
juga mutu bahan. Bahkan dalam peraturan instalasi listrik yang baik dan benar
mengenai peralatan, kesalahan manusia dan gedung di aplikasikan pada tempat yang
sebenarnya, disana juga dituntut bahwa instalasi penerangan harus memenuhi prinsip-
prinsip dasar, yaitu :
a. Keandalan.
b. Ketertiban.
c. Ketersediaan.
d. Keindahan.
e. Keamanan.
f. Ekonomis.
2. Syarat-Syarat Instalasi Listrik
a. Syarat ekonomis
Instalsi listrik harus dibuat sedemikian rupa sehingga harga keseluruhan dari
instalasi itu, ongkos pemasangan dan ongkos pemeliharaannya semurah mungkin.
b. Syarat keamanan

13
Instalasi listrik harus dibuat sedemikian rupa sehingga kemungkinan timbul
kecelakaan sangat kecil. Aman dalam hal ini berarti tidak membahayakan jiwa
manusia dan terjaminnya peralatan dan benda-benda di sekitarnya dari kerusakan
akibat adanya gangguan seperti hubung pendek, beban lebih, tegangan lebih dan
sebagainya.
c. Syarat keandalan
Kelangsungan pemberian / pengaliran arus listrik kepada konsumen harus
terjamin secara baik.

3. Ketentuan rancangan instalasi listrik


Rancangan instalasi listrik ialah berkas gambar rancangan dan uraian teknik, yang
digunakan sebagai pedoman untuk melaksanakan pemasangan suatu instalasi listrik.
Rancangan instalasi listrik harus dibuat dengan jelas, serta mudah dibaca dan dipahami
oleh para teknisi listrik. Untuk itu harus diikuti ketentuan dan standar yang berlaku.
Rancangan instalasi listrik terdiri dari :
1. Gambar situasi, yang menunjukkan dengan jelas letak gedung atau bangunan tempat
instalasi tersebut akan dipasang dan rancangan penyambungannya dengan sumber
tenaga listrik.
2. Gambar instalasi yang meliputi:
a. Rancangan tata letak yang menunjukkan dengan jelas letak perlengkapan listrik
beserta sarana kendalinya (pelayanannya), seperti titik lampu, kotak kontak,
sakelar, motor listrik, PHB dan lain-lain.
b. Rancangan hubungan perlengkapan listrik dengan gawai pengendalinya seperti
hubungan lampu dengan sakelarnya, motor dengan pengasutnya, dan dengan
gawai pengatur kecepatannya, yang merupakan bagian dari sirkit akhir atau
cabang sirkit akhir.
c. Gambar hubungan antara bagian sirkit akhir tersebut dalam butir b) dan PHB
yang bersangkutan, ataupun pemberian tanda dan keterangan yang jelas
mengenai hubungan tersebut.
d. Tanda ataupun keterangan yang jelas mengenai setiap perlengkapan listrik.
3. Diagram garis tunggal, yang meliputi :
a. Diagram PHB lengkap dengan keterangan mengenai ukuran dan besaran
pengenal komponennya;
b. Keterangan mengenai jenis dan besar beban yang terpasang dan pembagiannya;
c. Sistem pembumian dengan mengacu kepada 3.18;
d. Ukuran dan jenis penghantar yang dipakai.
4. Gambar rinci yang meliputi :
a. Perkiraan ukuran fisik PHB;

14
b. Cara pemasangan perlengkapan listrik;
c. Cara pemasangan kabel;
d. Cara kerja instalasi kendali.
e. Catatan gambar rinci dapat juga diganti dan atau dilengkapi dengan keterangan
atau uraian.
5. Perhitungan teknis bila dianggap perlu, yang meliputi antara lain :
a. Susut tegangan;
b. Perbaikan faktor daya;
c. Beban terpasang dan kebutuhan maksimum;
d. Arus hubung pendek dan daya hubung pendek;
e. Tingkat penerangan.
6. Tabel bahan instalasi, yang meliputi :
a. Jumlah dan jenis kabel, penghantar dan perlengkapan;
b. Jumlah dan jenis perlengkapan bantu;
c. Jumlah dan jenis PHB;
d. Jumlah dan jenis luminer lampu.
7. Uraian teknis, yang meliputi :
a. Ketentuan tentang sistem proteksi dengan mengacu kepada 3.17;
b. Ketentuan teknis perlengkapan listrik yang dipasang dan cara pemasangannya;
c. Cara pengujian;
d. Jadwal waktu pelaksanaan.
8. Perkiraan biaya

4. Ketentuan Warna Kabel


a. Ketentuan umum
Peraturan warna selubung penghantar dan warna isolasi inti penghantar
yang tercantum dalam pasal ini berlaku untuk semua instalasi tetap atau sementara,
termasuk instalasi dalam perlengkapan listrik. Hal ini diperlukan untuk
mendapatkan kesatuan pengertian mengenai penggunaan sesuatu warna atau
warna loreng yang digunakan untuk mengenal penghantar, guna keseragaman dan
mempertinggi keamanan.
b. Penggunaan warna loreng hijau-kuning
Warna loreng hijau-kuning hanya boleh digunakan untuk menandai
penghantar pembumian, penghantar pengaman, dan penghantar yang
menghubungkan ikatan penyama potensial ke bumi.
c. Penggunaan warna biru
Warna biru digunakan untuk menandai penghantar netral atau kawat tengah,
pada instalasi listrik dengan penghantar netral. Untuk menghindarkan kesalahan,
warna biru tersebut tidak boleh digunakan untuk menandai penghantar lainnya.

15
Warna biru hanya dapat digunakan untuk maksud lain, jika pada instalasi listrik
tersebut tidak terdapat penghantar netral atau kawat tengah. Warna biru tidak
boleh digunakan untuk menandai penghantar pembumian.
d. Penggunaan warna untuk pengawatan dengan kabel berinti tunggal
Untuk pengawatan di dalam perlengkapan listrik disarankan agar hanya
digunakan satu warna, khususnya warna hitam, selama tidak bertentangan dengan
7.2.2.1 dan 7.2.3.1. Bila dalam pembuatan dan pemeliharaan perlengkapan tersebut,
dianggap perlu menggunakan lebih dari satu warna, maka penggunaan warna lain
dan warna loreng lain tidak dilarang.
Jika diperlukan satu warna tambahan lagi untuk mengidentifikasi bagian
pengawatan secara terpisah, dianjurkan mendahulukan pemakaian warna coklat.
e. Pengenal untuk inti atau rel
Sebagai pengenal untuk inti atau rel digunakan warna, lambang, atau huruf
seperti tersebut dalam Tabel 7.2-1. Untuk kabel berisolasi polyethylene selanjutnya
disingkat PE, polyvinyl chloride selanjutnya disingkat PVC, dan cross linked
polyethylene selanjutnya disingkat XLPE yang bertegangan pengenal lebih dari
1000 V, pengenal tersebut di atas tidak diharuskan.
f. Warna untuk kabel berselubung berinti tunggal
Kabel berselubung berinti tunggal boleh digunakan untuk fase, netral, kawat
tengah, atau penghantar pembumian asalkan isolasi kedua ujung kabel yang terlihat
(bagian yang dikupas selubungnya) dibalut dengan pembalut berwarna yang dibuat
khusus untuk itu, atau dengan cara lain yang memenuhi Tabel 2.

Tabel 2. Pengenal inti atau rel

Sumber : PUIL 2000

g. Warna selubung kabel


Warna selubung kabel berselubung untuk instalasi tetap ditentukan dalam Tabel 3.

16
Tabel 3. Warna selubung kabel berselubung PVC dan PE untuk instalasi.

(PUIL, 2000)

5. Menentukan Kemampuan Hantar Arus (KHA) Penghantar


Kemampuan hantar arus dipengaruhi oleh suhu penghantar yang diijinkan dan
sejumlah panas yang dipindahkan.Kemampuan hantar arus dari suatu penghantar yang
berbeda-beda tergantung dari spesifikasi penghantar yang ada. Penghantar sirkit akhir
yang menyuplai motor tunggal tidak boleh mempunyai KHA kurang dari 125 % arus
pengenal beban penuh. Disamping itu, untuk jarak jauh perlu digunakan penghantar
yang cukup ukurannya
6. Menentukan Penampang Penghantar
Luas penampang dan jenis penghantar yang dipasang dalam suatu instalasi
ditentukan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan berikut:
a. Kemampuan hantar arus
b. Kondisi suhu
c. Susut tegangan
d. Sifat lingkungan
e. Kemungkinan perluasan
Semua penghantar harus mempunyai KHA sekurang-kurangnya sama dengan arus
yang mengalir melaluinya, yang telah ditentukan sesuai dengan kebutuhannya.
Untuk penghantar netral mempunyai KHA sebagai berikut:

17
a. Penghantar netral saluran dua kawat harus mempunyai KHA sama dengan
penghantar fasa (PUIL 2000 ayat 3.16.2.2 hal 77).
b. Penghantar netral saluran banyak harus mempunyai KHA sesuai dengan arus
maksimum yang mungkin timbul dalam keadaan tidak seimbang yang normal
(PUIL 2000 ayat 4.2.2.2.3 hal 109).
Bila saluran fasa banyak melayani sebagian besar dari beban diantara penghantar
fasa dan netral, maka penampang dari penghantar netral harus tidak kurang dari ½
penampang fasa bila penghantar fasa mempunyai penampang sama atau lebih dari 25
mm2.
7. Pembumian
Beradasarkan PUIL, sistem pembumian mencakup sistem tenaga listrik TN, TT,
dan IT. Sistem tenaga listrik TN mempunyai satu titik yang dibumikan langsung, BKT
(Bagian Konduktif Terbuka) instalasi dihubungkan ke titik tersebut oleh penghantar
proteksi.
Ada tiga jenis sistem TN sesuai dengan susunan penghantar netral dan penghantar
proteksi yaitu sebagai berikut :
1. Sistem TN-S : Di mana digunakan penghantar proteksi terpisah di seluruh sistem
(lihat Gambar 4).
2. Sistem TN-C-S : Di mana fungsi netral dan fungsi proteksi tergabung dalam
penghantar tunggal di sebagian sistem (lihat Gambar 5).
3. Sistem TN-C : Di mana fungsi netral dan fungsi proteksi tergabung dalam
penghantar tunggal di seluruh sistem (lihat Gambar 6).

Gambar 4. Pembumian Sistem TN-S


(PUIL, 2000)

18
Gambar 5. Pembumian Sistem TN-C-S
Fungsi netral dan proteksi tergabung dalam penghantar tunggal di sebagian sistem
(PUIL, 2000)

Gambar 6. Pembumian Sistem TN-C


Fungsi netral dan proteksi tergabung dalam penghantar tunggal di seluruh sistem
Sumber : PUIL 2000

Sistem tenaga listrik TT mempunyai satu titik yang dibumikan langsung. BKT instalasi
dihubungkan ke elektrode bumi yang secara listrik terpisah dari elektrode bumi sistem
tenaga listrik (lihat gambar 7).

Gambar 7. Pembumian Sistem TT


(PUIL, 2000)

19
Sistem tenaga listrik IT mempunyai semua bagian aktif yang diisolasi dari bumi, atau
satu
titik dihubungkan ke bumi melalui suatu impedans. BKT instalasi listrik dibumikan
secara independen atau secara kolektif atau ke pembumian sistem (lihat gambar 8).

Gambar 8. Pembumian Sistem IT


(PUIL, 2000)

a. Tujuan Pembumian
Tujuan dari Pembumian adalah sebagai pengaman dari kejut listrik dan
kerusakan alat yang disebabkan karena rusaknya isolasi.
b. Penghantar Pembumian
Penghantar Pembumian harus sesuai dengan PUIL terutama berkenaan
dengan: bahan dan tipe konduktor, dan ukuran konduktor
Sebagai tambahan, penghantar pembumian adalah tembaga dan alumunium.
Pemasangan penghantar juga dapat dilihat pada PUIL.
c. Elektrode Bumi
Elektrode Bumi dijelaskan pada PUIL. Pemasangannya harus dapat dilihat
untuk pengujian penglihatan dan harus sesuai PUIL juga dalam hal metode
pemasangan dan pengamanannya.
d. Resistansi Penghantar Pembumian
Untuk menjainin bekerjanya peralatan pengaman dengan baik maka resistansi
pembumiannya harus kurang dari 2 .

2 Ohm

12 12

PHB
2 Ohm

Gambar 9. Resistansi Penghantar Pembumian


(PUIL, 2000)

20
8. Sistem pengaman (Fuse)
Fuse adalah jenis pengaman alat-alat pemakai listrik terhadap arus yang melebihi
kapasitas batas, yaitu arus yang masuk melebihi arus nominal yang dapat
menyebabkan kerusakkan terhadap peralatan listrik, bagian dari fuse ialah :
a. Rumah fuse.
b. Pengepas patron dengan kawat lebur didalamnya.
c. Tutupan fuse.
d. Dudukan fuse.
Untuk instalasi-instalasi penerangan umumnya menggunakan fuse ini, yang
bagian penghubung arusnya dinamakan patron dimana didalamnya berisi kawat lebur,
apabila dialiri listrik yang lebih besar dari pada yang telah ditentukan maka akan
terjadi lebur, dan hubungan listrik terputus.
Fuse selalu dihubungkan dengan penghantar fasa secara seri karena fungsi dari
fuse ialah mengamankan alat pemakai dari arus yang lebih yang mungkin mengalir
masuk, dengan menghubungkan fuse ke penghantar fasa kerusakan terhadap peralatan
listrik dapat dihindarkan karena sebelum arus lebih masuk kedalam peralatan maka
kawat lebur dari fuse akan terputus labih dahulu.
Jika kawat lebur putus harus diganti dengan ukuran dan kemampuan sama seperti
yang semula sehingga tidak menghilangkan fungsi fuse, untuk melakukan pencabangan
penghantar fasa jaringan harus melalui fuse, dari percabangan sampai ke instalasi
dipergunakan tiga buah fuse, yaitu :
a. Fuse tiang (pal fuse).
b. Fuse utama.
c. Fuse kelompok instalasi.
Ketiga buah fuse tersebut diatas masing-masing mempunyai daya tahan arus yang
berlainan, pabrik-pabrik yang membuat fuse telah menggunakan tanda warne yang
telah dinormalisasikan untuk menyatakan kekuatan daya tahan arus dari kawat lebur
sebagai berikut :
Tabel 4. Normalisasi Fuse
WARNA DAYA TAHAN
ARUS
Merah muda 2A
Coklat 4A
Hijau 6A
Merah 10 A
Abu – abu 16 A
Biru 20 A
Kuning 25 A

21
Hitam 35 A
Putih 50 A
Merah tembaga 65 A
(PUIL, 2000)

9. Pemeriksaan
Pemeriksaan instalasi listrik yang telah dilaksanakan bertujuan bahwa instalasi
terpasang sudah dilakukan dengan benar dan sudah sesuai dengan material yang
disetujui (approval material) pemeriksaan yanng dilakukan dengan visual meliputi
antara lain:
a. Jalur pipa konduit dan kabel tekukan kabel tidak boleh patah
b. Sambungan kabel pada kotak (tee dooz) dilengkapi dengan isolator las dop
c. Jalur kabel diatas rak kabel rapi dan diusahakan posisi rak kabel diatas instalasi
pipa atau duct untuk menghindari adanya tetesan air

10. Pengujian
Sistem listrik tang sudah dipasang harus diuji dengan seksama sebelum siap untuk
digunakan. Pesawat yang dipakai untuk pengujian sebelum digunakan harus dikalibrasi
terlebih dahulu. Pengujian dilakukan bersama dengan pihak yang berwenang .hasil
pengujian direkam pada format daftar simak dan didokumentasikan. Pengujian
instalasi penerangan meliputi:
a. Pengukuran tahanan isolasi kabel instalasi.
Isolasi yang lemah mempunyai tahanan yang relatif rendah. Sedangkan isolasi yang
memenuhi syarat nilainya tinggi. Minimum suatu instalasi listrik adalah sbb:
Besarnya tahanan isolasi
1) Berdasarkan PUIL 2000 ayat 322 A.I yaitu sekurang-kurangnya 1000 ohm per
volt tegangan nominal, dengan pengertian bahwa arus bocor dari tiap bagian
instalasi pada tegangan nominalnya tidak diperkenanankan melebihi 1 mA per
100 meter panjang instalasi. Pengukuran dilakukan dengan pesawat ujii megger.
2) Berdasarkan peraturan IEE nilai minimum yang diperbolehkan yaitu 1 M Ohm.
b. Pembagian (grouping) beban sakelar dan pemutus hubung (circuit breaker)
c. Pengukuran beban listrik dengan multitester yaitu:
a. Tegangan pasa ke fasa (VL-L)
b. Teganan fasa ke netral (VL-N)
c. Tegangan fasa ke tanah (VL-G)
d. Pengukuran arus beban dengan tang ampere untuk fasa R S T
e. Pengujian nyala lampu dan battery Ni-card lampu emergency
f. Fungsi komponen komponen panel antara lain:
a. Volt meter

22
b. Ampere meter
c. Frekuensi meter
d. Lampu indikator
e. Sakelar pilih
g. Tes pada lampu lampu yang sudah di pasang

11. Pemeriksaan panel penerangan


Hal-hal yang perlu diperiksa adalah
a. Memeriksa visual meter.
b. Memeriksa resistan isolasi.
c. Memeriksa urutan fase.
d. Memeriksa sirkit arus.
e. Memeriksa relay tarip ganda dan sakelar waktu.
f. Memeriksa putaran piringan.

12. Pemeriksaan ukuran fase


Pemeriksaan menggunakan phase squence indicator sebagai berikut:
a. Periksa urutan fase sumber.
b. Sambung panel dengan sumber.
c. Periksa urutan fase pada sisi beban.
d. Bila urutan fasa pada sumber dan sisi beban sudah sama maka pemasangan sudah
betul.

23
Latihan dan Tugas
1. Lembar Kerja Peserta Didik
a. Gambar kerja

b. Alat dan bahan


1) MCB 3 fasa ..................................................................... : 1 buah
2) MCB 1 fasa ..................................................................... : 1 buah
3) Fuse ................................................................................. : 3 buah
4) Saklar seri ...................................................................... : 1 buah
5) K. Kontak 1 fasa .......................................................... : 1 buah
6) Saklar tukar................................................................... : 1 buah
7) Fitting duduk (tender) .............................................. : 3 buah
8) Kabel NYA
a) Fasa :
(1). Lampu A  Saklar seri (a)........................... : 1,2 m
(2). Lampu B  Saklar seri (a)........................... : 1,2 m
(3). Lampu C  Saklar tukar (1) ....................... : 1,6 m
(4). Lampu C  Saklar tukar (2) ....................... : 1,6 m
(5). K.kontak 1 fasa  Sub Panel ...................... : 1,3 m
(6). Saklar seri (a)  Sub Panel ......................... : 1.3 m
(7). Saklar tukar (b)  Sub Panel ..................... : 1,1 m
b) Netral ;
(1). K.kontak 1 fasa  Sub Panel...................... : 2,5 m
(2). Lampu A,B,C  Sub Panel ........................... : 1,4 m

24
c) PE :
(1). K.kontak 1 fasa  Sub Panel...................... :2m
9) Tang Ampere ................................................................ : 1 buah
10) Obeng ............................................................................. : 1 buah
11) Tang ................................................................................ : 1 buah
12) AVO meter .................................................................... : 1 buah
13) Insulation Tester ......................................................... : 1 buah
14) Sequence meter ........................................................... : 1 buah

c. Petunjuk kerja
1) Bentuk kelompok kerja bersama 3 orang teman anda.
2) Perhatikan gambar kerja.
3) Diskusikan dan buat deskripsi rangkaian instalasi penerangan.
4) Buat gambar layout.
5) Buat gambar single line diagram.
6) Siapkan komponen-komponen yang dibutuhkan.
7) Periksa kondisi alat dan bahan.
8) Rangkai sesuai gambar.
9) Uji rangkaian.
10) Tes tahanan isolasi rangkaian dengan insulation tester.
11) Deteksi urutan fasa dengan fasa detector (Phase Squence Indicator).
12) Cek tegangan sumber.
13) Mintalah persetujuan dari pengawas pekerjaan.
14) Hubungkan rangkaian dengan beban lampu penerangan.
15) Masukkan hasil pekerjaan pada tabel-tabel berikut

Tabel 5. Hasil Pengukuran Tahanan Isolasi


No. Uraian Hasil pengukuran (kΩ) Keterangan
Range 500V
1 Fasa R  Fasa S

2 Fasa R  Fasa T

3 Fasa S  Fasa T

4 Fasa R  N

5 Fasa S  N

25
6 Fasa T  N

7 Fasa R  PE

8 Fasa S  PE

9 Fasa T  PE

Tabel 6. Hasil Pengukuran Bertegangan tanpa beban


No. Hubungan kabel Tegangan (V)
1 R–S
2 R–T
3 S–T
4 R–N
5 S–N
6 T–N
7 R – PE
8 S – PE
9 T – PE

Tabel 7. Hasil Pengukuran Bertegangan berbeban


No. Hubungan kabel Tegangan (V)
1 R–S
2 R–T
3 S–T
4 R–N
5 S–N
6 T–N
7 R – PE
8 S – PE
9 T – PE

26
Tabel 8. Hasil Pengukuran Arus pada masing-masing fasa
No. Uraian Arus ( A )
1 Fasa R
2 Fasa S
3 Fasa T

Rangkuman
1. Bagian-bagian PUIL antara lain : bagian 1 dan bagian 2 tentang Pendahuluan dan
Persyaratan dasar; bagian 3 tentang Proteksi untuk keselamatan; bagian 4 tentang
Perancangan instalasi listrik; bagian 5 tentang Perlengkapan Listrik; bagian 6 tentang
Perlengkapan hubung bagi dan kendali (PHB) serta komponennya; bagian 7 tentang
Penghantar dan pemasangannya; bagian 8 tentang Ketentuan untuk berbagai ruang
dan instalasi khusus, bagian 9 meliputi Pengusahaan instalasi listrik. Pengusahaan
dimaksudkan sebagai perancangan, pembangunan, pemasangan, pelayanan,
pemeliharaan, pemeriksaan dan pengujian instalasi listrik serta proteksinya.
2. Instalasi penerangan harus memenuhi prinsip – prinsip dasar, yaitu :
a. Keandalan.
b. Ketertiban.
c. Ketersediaan.
d. Keindahan.
e. Keamanan.
f. Ekonomis.
3. Syarat instalasi listrik : syarat ekonomis, syarat keamanan, dan syarat keandalan
4. Luas penampang dan jenis penghantar yang dipasang dalam suatu instalasi ditentukan
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan berikut:
a. Kemampuan hantar arus
b. Kondisi suhu
c. Susut tegangan
d. Sifat lingkungan
e. Kemungkinan perluasan
5. Sistem Pembumian :
a. Sistem TN
b. Sistem TT
c. Sistem IT

Uji Kompetensi

27
A. Soal Pilihan Ganda
Pilihlah jawaban yang paling tepat.
1. LMK adalah symbol pengujian dari….
a. Jepang
b. Belanda
c. Indonesia
d. Belgia
e. Amerika
2. Menurut PUIL 2000 ukuran penampang minimal hantaran pentanahan tembaga
tanpa pelindung mekanis pada instalasi Listrik adalah....
a. 1,5 mm2
b. 2,5 mm2
c. 4,0 mm2
d. 6,0 mm2
e. 10 mm2
3. Menurut PUIL 2000, penggunaan warna kabel untuk R/L1, S/L2, T/L3, Netral dan
Pentanahan adalah….
a. hitam, kuning, biru, merah, dan hijau strip kuning
b. merah, hitam, biru, kuning, dan kuning strip hijau
c. merah, hitam, kuning, biru, dan kuning strip hijau
d. merah, kuning, hitam, biru, dan kuning strip hijau
e. merah, biru, hitam, kuning, hijau strip kuning
4. Untuk PE penghantar (Ground road) yang di gunakan adalah…………..
a. NYM
b. BC
c. NYY
d. NYA
e. NYMHY
5. Apakah warna patron lebur untuk arus nominal 6 ampere ?
a. hijau
b. pink
c. merah
d. coklat
e. biru
6. Kode warna pengaman lebur dengan arus nominal 10 A adala……
a. hijau
b. pink
c. merah
d. coklat

28
e. biru
7. Manakah yang tidak termasuk jenis-jenis fitiing….
a. fiting langit-langit, fiting gantung, dan fiting kedap air
b. Fitting langit-langit, fiting gantung, dan fiting temple
c. fiting langit-langit , fiting tempel dan fiting japit
d. fiting langit-langit, fiting tempel, dan fiting kedap air
e. fiting langit-langit , fiting tempel, dan fiting duduk
8. Komponen instalasi listrik yang berfungsi sebagai pengaman adalah….
a. saklar
b. fiting
c. kotak kontak
d. sekring otomatis
e. rele
9. Manakah yang bukan termasuk jenis jenis penghantar di bawah ini….
a. NYA,NYM,NYY
b. NYM,NYY,NYAF
c. NYY,NYAF,NYBY
d. NYAF,NYBY,NYCM
e. NYA,NYM,NYMHY
10. Berapakah tegangan nominal dan warna kabel selubung luar dari hantaran udara
berselubung PVC, misalnya NYMT ?
a. 500 V, dan warna hitam
b. 500 V, dan warna putih
c. 500 V, dan warna merah
d. 500 V, dan warna biru
e. 500 V, dan warna kuning
11. Jenis kabel yang banyak digunakan pada instalasi pada rumah adalah…
a. NYAF
b. NYA
c. NYM
d. NYY
e. NYMHY
12. Apakah fungsi dari fiting?
a. pengaman
b. pemutus arus listrik
c. penghubung tegangan
d. rumah bola lampu
e. menyalakan lampu

29
13. Berapakan kemampuan menghantarkan arus maksimum dari suatu kabel
instalasi yang berisolasi dan berselubung PVC dengan penampang 25 mm2 ?
a. 10 A
b. 15 A
c. 20 A
d. 25A
e. 35 A
14. Manakah yang macam -macam sakelar berdasarkan penyambungannya ?
a. Sakelar kotak, sakelar tumpuk
b. Saklar kontak ,saklar sandung
c. Sakelar sandung, sakelar tuas
d. Saklar giling , saklar lebur
e. Saklar tukas, saklar silang
15. Apa penghantar yang sering digunakan pada instalasi listrik ?
a. Besi
b. Tembaga
c. Almunium
d. Carbon
e. Nilon

B. Soal Esai
Jawablah dengan tepat dan benar.
1. PUIL bagian 1 dan bagian 2 berisi tentang….
2. PUIL 2000 berlaku untuk instalasi listrik dalam bangunan dan sekitarnya untuk
tegangan rendah sampai….
3. Persyaratan Dasar untuk menjamin keselamatan manusia, ternak dan keamanan
harta benda dari….
4. Tenaga kerja yang diberi tanggung jawab atas semua pekerjaan : perancangan,
pemasangan, dan pemeriksaan/pengujian instalasi listrik harus ahli di bidang
kelistrikan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, yaitu….
5. Pada waktu uji coba, semua peralatan listrik yang terpasang dan akan digunakan
terus dijalankan baik secara….
6. Pelaksana instalasi listrik bertanggung jawab atas….
7. Acuan agar terselenggaranya segala bentuk instalasi yang baik dari berbagai
seluk beluk yang menyangkut keamanan instalasi adalah….
8. Instalsi listrik harus dibuat sedemikian rupa sehingga harga keseluruhan dari
instalasi itu, ongkos pemasangan dan ongkos pemeliharaannya semurah
mungkin, merupakan syarat….

30
9. Penghantar sirkit akhir yang menyuplai motor tunggal tidak boleh mempunyai
KHA kurang dari….
10. Bila saluran fasa banyak melayani sebagian besar dari beban diantara penghantar
fasa dan netral, maka penampang dari penghantar netral harus ….

C. Soal Uraian
Jawablah dengan ringkas dan benar.
1. Jelaskan apa saja ketentuan umum dalam instalasi listrik sesuai PUIL 2000!
2. Jelaskan fungsi standarisasi instalasi listrik!
3. Jelaskan tentang zona jangkauan tangan dalam PUIL 2000!
4. Jelaskan perbedaaan sistem pembumian TN, TT, dan IT!
5. Jelaskan prinsi-prinsip dasar instalasi listrik!

31

Anda mungkin juga menyukai