MATERI PERTEMUAN K3
2. SOP Pengukuran
Dalam melaksanakan pekerjaan menjalankan SOP pengukuran
sangatlah penting karena akan berkaitan dengan kenyamanan dan focus
dalam melaksanakan pekerjaan, sehingga dapat mempengaruhi kualitas
data yang didapatkan.
B. Undang – Undang K3
1
2. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 4 tahun 1987 tentang Panitia
Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) .
3. Undang-undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan. Undang-
Undang ini memberi kewajiban bagi perusahaan untuk
memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental, dan kemampuan
fisik pekerja yang baru maupun yang akan dipindahkan ke tempat
kerja baru, sesuai dengan sifat-sifat pekerjaan yang diberikan kepada
pekerja, serta pemeriksaan kesehatan secara berkala. Sebaliknya para
pekerja juga berkewajiban memakai alat pelindung diri (APD)
dengan tepat dan bear serta mematuhi semua syarat keselamatan dan
kesehatan kerja yang diwajibkan.
4. Undang-undang Nomor 3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga
Kerja yang saat ini telah diubah menjadi Sistem Jaminan Sosial
Nasional Undang-undang Nomor 40 tahun 2004 yang mengatur
jaminan sosial tenaga kerja salah satunya adalah jaminan kecelakaan
kerja.
5. Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 1993 tentang Penyakit Yang
Timbul Akibat Hubungan Kerja.
6. Peraturan Menteri Nomor 5 tahun 1996 mengenai Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3).
7. Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Dalam
pasal 86 menegaskan hak pekerja untuk memperoleh perlindungan
atas keselamatan dan kesehatan kerja.
8. Peraturan Pemerintah Nomor 50 tahun 2012 tentang Penerapan
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3).
9. Peraturan Presiden Nomor 7 tahun 2019 tentang Penyakit Akibat
Kerja.
10. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 5 Tahun 2018 tentang K3
Lingkungan Kerja.
2
Adapun butir-butir dalam dalam peraturan perundang undangan dalam
melaksanakan peraturan K3 adalah :
1. Butir 1 “ Memastikan semua peraturan perundang-undangan tentang
keselamatan dan Kesehatan kerja ditegakan secara konsisten oleh semua
pihak. ”
2. Butir 2 “ Memastikan keselamatan dan Kesehatan kerja menjadi nilai
utama pada setiap penyelenggaraan kegiatan.”
3. Butir 3 “ Memastikan setiap orang bertanggung jawab atas keselamatan
dan Kesehatan kerja masing – masing orang yang terkait dan orang yang
berada disekitarnya.”
4. Butir 4 “ Memastikan semua potensi bahaya di setiap tahapan pekerjaan
baik terkait dengan tempat,alat,maupun proses kerja telah
didefinisikan,dianalisis, dan dikendalikan efisien dan efektif guna
mencegah kecelakaan dan sakit akibat kerja.”
5. Butir 5“ Memastikan penerapan system manajemen K3 guna
mengeleminasi,mengurangi dan menghindari resiko kecelakaan dan sakit
akibat kerja.”
6. Butir 6 “ Memastikan peningkatan kapasitas keselamatan dan Kesehatan
kerja para pejabatdan pegawai sehingga berkompeten dalam menerapkan
SMK3 dilingkungan kementrian umum dan perumahan rakyat.
7. Butir 7 “ Memastikan kebijakan keselamatan dan Kesehatan kerja ini
disosialisasikan dan diterapkan oleh para pejabat,pegawai dan mitra kerja
departemen pekerjaan umum dan perumahan rakya.”
3
Tools APD dan Penerapan APD dalam Penerapan K3
4
5
6
A. Pengertian K3
Kesehatan dan Keselamatan Kerja, biasa disingkat K3, adalah suatu upaya
guna mengembangkan kerja sama, saling pengertian, dan partisipasi efektif dari
pengusaha atau pengurus dan tenaga kerja dalam tempat-tempat kerja untuk
melaksanakan tugas dan kewajiban bersama di bidang kesehatan dan keselamatan
kerja dalam rangka melancarkan usaha produksi. Melalui pelaksanaan K3
lingkungan kerja ini diharapkan tercipta tempat kerja yang aman, sehat, dan bebas
dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi atau terbebas dari
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Jadi, pelaksanaan K3 lingkungan
kerja dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.Adapun pengertiannya
dibagi menjadi 2 pengertian yaitu secara filosofis dan secara keilmuan.
1. Secara Filosofis
Suatu pemikiran atau upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan
baik jasmani maupun rohani, tenaga kerja pada khususnya dan masyarakat
pada umumnya, terhadap hasil karya dan budayanya menuju masyarakat adil
dan makmur.
2. Secara Keilmuan
Ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan
terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Berdasarkan Pengertian K3 di atas, kita dapat menarik kesimpulan mengenal
peran K3 lingkungan kerja. Peran K3 ini antara lain sebagai berikut :
1. Setiap Tenaga Kerja berhak mendapat perlindungan atas
keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan
hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional;
2. Setiap orang yang berbeda di tempat kerja perlu terjamin
keselamatannya;
3. Setiap sumber produksi perlu dipakai dan dipergunakan secara aman
dan efisien;
7
4. Untuk mengurangi biaya perusahaan jika terjadi kecelakaan kerja dan
penyakit akibat hubungan kerja karena sebelumnya sudah ada
tindakan antisipasi dari perusahaan.
K3 ini dibuat tentu mempunyai tujuan dibuatnya K3, secara tersirat tertera
dalam undang – undang nomor 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja tepatnya.
Dalam pelaksanaannya K3 adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan
tempat kerja yang aman, sehat, dan bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga
dapat mengurangi dan/atau bebas dari kecelakaan dan PAK yang pada akhirnya
dapat meningkatkan sistem dan produktivitas kerja.
Secara teoritis istilah-istilah bahaya yang sering ditemui dalam lingkungan kerja
meliputi beberapa hal sebagai berikut:
HAZARD (Sumber Bahaya), suatu keadaan yang memungkinkan
atau dapat menimbulkan kecelakaan, penyakit, kerusakan, atau
menghambat kemampuan pekerja yang ada;
DANGER (Tingkat Bahaya), peluang bahaya sudah tampak (kondisi
bahaya sudah ada tetapi dapat dicegah dengan berbagai tindakan
preventif;
RISK, prediksi tingkat keparahan bila terjadi bahaya dalam siklus
tertentu;
INCIDENT, munculnya kejadian yang bahaya (kejadian yang tidak
diinginkan, yang dapat atau telah mengadakan kontak dengan sumber
energi yang melebihi ambang batas badan/struktur;
ACCIDENT, kejadian bahaya yang disertai adanya korban dan/atau
kerugian (manusia/benda)
Dalam K3 ada tiga norma yang selalu harus dipahami, yaitu :
1. Aturan berkaitan dengan kesehatan dan keselamatan kerja;
2. Diterapkan untuk melindungi tenaga kerja;
3. Risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Sasaran dari K3 adalah:
8
1. Menjamin keselamatan operator dan orang lain;
2. Menjamin penggunaan peralatan aman dioperasikan;
3. Menjamin proses produksi aman dan lancar.
Tujuan norma-norma: agar terjadi keseimbangan dari pihak perusahaan dapat
menjamin keselamatan pekerja.
Dasar hukum K3:
1. UU No.1 tahun 1970
2. UU No.21 tahun 2003
3. UU No.13 tahun 2003
4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. PER-5/MEN/1996
3. Cara pengendalian ancaman bahaya kesehatan kerja
1. Pengendalian teknik
Contoh:
Mengganti prosedur kerja
Menutup atau mengisolasi bahan bahaya
Menggunakan otomatisasi pekerja
Ventilasi sebagai pengganti udara yang cukup
2. Pengendalian administrasi
Contoh:
Mengatur waktu yang sesuai antara jam kerja dengan istirahat
Menyusun peraturan K3
Memasang tanda-tanda peringatan
Membuat data bahan-bahan yang berbahaya dan yang aman
Mengadakan dan melakukan pelatihan sistem penanganan darurat
9
4. Pengamanan ruangan , meliputi sistem alarm, alat pemadam
kebakaran, penerangan yang cukup, ventilasi yang cukup, dan jalur
evakuasi yang khusus.
1. Safety helmet
Berfungsi sebagai pelindung kepala dari benda-benda yang dapat melukai kepala.
2. Safety belt
10
Gambar A.5.2.Safety belt
3. Penutup telinga
4. Kacamata pengamanan
11
Berfungsi sebagai pengamanan mata ketika bekerja dari percikan.
5. Pelindung wajah
6. Masker
Gambar A.5.6.Masker
Berfungsi sebagai penyaring udara yang dihisap di tempat yang kualitas udaranya
kurang bagus.
Jadi, berdasarkan syarat-syarat keselamatan kerja di atas dapat disimpulkan
bahwa tujuan K3 lingkungan kerja antara lain sebagai berikut :
1. Untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya baik
buruh, petani, nelayan, pegawai negeri, maupun pekerja-pekerja
bebas.
2. Untuk mencegah dan memberantas penyakit dan kecelakaan-
kecelakaan akibat kerja perlu memelihara dan meningkatkan
12
kesehatan efisiensi dan daya produktivitas kerja serta meningkatkan
kegairahan dan kenikmatan kerja.
Wajar saja jika pekerja akan merasa tidak nyaman saat bekerja, bahkan
merasa ragu ketika prosedur K3 tidak diterapkan. Pasalnya, tidak ada aturan
yang jelas dan tepat dalam bekerja. Hal ini dapat berdampak buruk terhadap
pola kerja dan mengakibatkan dampak yang serius.
13
diinginkan.Ada sejumlah undang-undang dan peraturan menteri yang
ditetapkan untuk mengatur tentang pekerjaan yang bersifat spesifik. Dengan
demikian, pekerja memiliki jaminan keamanan dan terhindar dari risiko
yang buruk.
Kerugian lainnya yang akan dialami oleh perusahaan adalah hasil kerja
yang tidak optimal. Prosedur K3 bertujuan untuk menjamin keselamatan dan
kesehatan pekerja secara umum. Ketika hal ini tidak dilakukan, masalah
berupa cedera, bisa saja terjadi. Akibatnya, produktivitas pekerja pun
menurun dan hasil kerja menjadi tidak optimal.Salah satu contoh yang
sederhana adalah pada pekerja di dalam ruangan. Seharusnya, ada aturan
mengenai kondisi tempat kerja yang memadai, mulai dari suhu, kelembapan,
sinar atau cahaya, suara dan getaran. Jika hal-hal ini diabaikan, pekerja pasti
akan tidak fokus dan tidak nyaman saat bekerja yang berdampak pada
pengerjaan pengukuran sehingga data pengukuran tidak optimal dan kurang
presisi.
14
ada jalur evakuasi yang bisa diakses dengan mudah. Dengan demikian,
nyawa bisa terselamatkan pada detik-detik kritis. Namun, tanpa prosedur K3
tersebut, hal ini terabaikan dan pekerja akan sulit menyelamatkan diri pada
situasi buruk.Untuk menghindari berbagai kerugian tersebut, perusahaan
maupun pekerja wajib mengikuti training, sesuai dengan spesifikasi
pekerjaan. Hal ini untuk memastikan prosedur K3 telah dipahami dengan
benar dan dijalankan setiap waktu.
15
satu ini, disarankan sesuai dengan lingkar kepala pekerja agar nyaman
ketika digunakan dan efektif melindungi.
Safety Helmet memiliki 3 jenis berbeda berdasarkan fungsi
perlindungannya. Yang pertama ada jenis Helmet (G) dengan Tipe
General yang berguna untuk melindungi kepala dari sebuah benturan
ataupun kemungkinan terjatuhan benda dan mengurangi paparan listrik
yang memiliki tegangan rendah sampai 2.200 Volt.
Untuk Helmet (E) dengan Tipe Electrical memiliki fungsi yang sama
dengan Tipe G, hanya saja pada tipe ini dapat mengurangi paparan listrik
yang memiliki tegangan tinggi sampai sekitar 22.000 Volt. Sedangkan
Tipe Conductive (C) hanya dapat melindungi dari benturan dan kejatuhan
benda.
2. Rompi Safety
16
Gambar C.3.Sepatu Pelindung
4. Rain Coat
17
Gambar C.5.Alat Penyelamat ( P3K )
Peralatan K3 terakhir yang pastinya harus ada di area kerja atau proyek,
yakni kotak penyelamat P3K. Alat ini digunakan apabila ada suatu kecelakaan
serta dapat berfungsi untuk mengurangi rasa sakit atau dampak yang ditimbulkan
dari suatu kecelakaan kerja.
18
Kriteria alat pelindung diri agar dapat dipakai dan efektif dalam penggunaan
dan pemeliharaan.
a. Alat pelindung diri harus mampu memberikan pelindungan yang efektif
pada pekerjaan atas potensi bahaya yang kita hadapin.
b. Alat pelindung diri mempunyai berat yang seringan mungkin, nyaman di
pakai dan tidak merupakan suatu beban bagi pemakaiannya.
c. Tidak menimbulkan gangguan terhadap pemakainya.
d. Mudah untuk dipakai dan tidak lepas kembali.
e. Tidak mengganggu penglihatan, pendengaran dan pernapasan serta
gangguan kesehatan lainnya pada waktu dipakai.
f. Tidak mengurangi persepsi sensori dalam menerima tanda-tanda bahwa ada
peringatan.
g. Suku cabang alat pelindung diri yang bersangkutan cukup tersedia di
beberapa pasaran.
h. Mudah disimpan dan dipelihara pada saat tidak digunakan.
i. Alat pelindung diri yang dipilih harus sesuai standar yang ditetapkan.
19
APD adalah suatu alat yang mempunyai kemampuan untuk
melindungi seseorang yang fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh
tubuh dari potensi bahaya di tempat kerja.
APD ini terdiri dari perlengkapan wajib yang digunakan oleh pekerja
sesuai dengan bahaya dan risiko kerja yang digunakan untuk menjaga
keselamatan pekerja sekaligus orang di sekelilingnya.
Kewajiban ini tertuang dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi No. Per.08/Men/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri. Dan
pengusaha wajib untuk menyediakan APD sesuai dengan Standar Nasional
Indonesia (SNI) bagi pekerjanya.
20
9. Pelindung Wajah
10. Pelampung
10 hal diatas adalah tools atau alat pelindung diri yang wajib ada dalam
penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja ( K3 ) jika syarat-syarat tools
diatas dilanggar maka petugas K3 akan memberikan peringatan kepada
pekerja bahkan akan sampai mendapatkan SP atau Surat Peringatan.
1. Helem Keselamatan
Helm keselamatan atau safety helmet ini berfungsi untuk melindungi kepala
dari benturan, pukulan, atau kejatuhan benda tajam dan berat yang melayang
atau meluncur di udara.
Alat ini juga bisa melindungi kepala dari radiasi panas, api, percikan
bahan kimia ataupun suhu yang ekstrim.
Untuk beberapa pekerjaan dengan risiko yang relatif lebih rendah bisa
menggunakan topi ataupun penutup kepala sebagai pelindung.
21
Gambar C.1.1. Helem Keselamatan
22
4. Sepatu Safety
Sepatu pelindung ini berfungsi untuk melindungi kaki dari benturan
atau tertimpa benda berat, tertusuk benda tajam, terkena cairan panas atau
dingin, uap panas, bahan kimia berbahaya ataupun permukaan licin.
Selain fungsi di atas, sepatu safety berkualitas juga memiliki tingkat
keawetan yang baik sehingga bisa digunakan dalam jangka waktu yang
panjang.
Berbagai sepatu safety tersedia sesuai dengan kebutuhan. Ada yang
antislip, antipanas, anti-bahan kimia, anti-listrik, dll.
5. Masker
Masker pernafasan ini berfungsi untuk melindungi organ pernafasan
dengan cara menyaring vemaran bahan kimia, mikro-organisme, partikel
debu, aerosol, uap, asap, ataupun gas.
Jadinya, udara yang dihirup masuk ke dalam tubuh adalah udara yang
bersih dan sehat. Masker ini terdiri dari berbagai jenis, seperti respirator,
katrit, kanister, tangki selam dan regulator, dan alat pembantu pernafasan.
23
Gambar C.5.6. Masker
6. Penutup Telinga
Penutup telinga ini bisa terdiri dari sumbat telinga (ear plug) atau
penutup telinga (ear muff), yang berfungsi untuk melindungi telinga dari
kebisingan ataupun tekanan.
7. Kacamata Pengaman
Kacamata pengaman ini digunakan sebagai alat pelindung yang
berfungsi untuk melindungi mata dari paparan partikel yang melayang di
udara ataupun di air, percikan benda kecil, benda panas, ataupun uap panas.
24
Selain itu kacamata pengaman juga berfungsi untuk menghalangi
pancaran cahaya yang langsung ke mata, benturan serta pukulan benda keras
dan tajam. Jenis kacamata pengaman ini bisa berupa spectacles atau googgles.
8. Sarung Tangan
Sarung tangan ini berfungsi untuk melindungi jari-jari tangan dari api,
suhu panas, suhu dingin, radiasi, arus listrik, bahan kimia, benturan, pukulan,
tergores benda tajam ataupun infeksi dari zat patogen seperti virus dan
bakteri.
Umumnya, sarung ini terbuat dari material yang beraneka macam,
tergantung dari kebutuhan. Ada yang terbuat dari logam, kulit, kanvas, kain,
karet dan sarung tangan safety yang tahan terhadap bahan kimia.
25
Gambar C.8.9. Sarung Tangan
9. Pelindung Wajah
Pelindung wajah atau face shield ini merupakan alat pelindung yang
berfungsi untuk melindungi wajah dari paparan bahan kimia berbahaya,
partikel yang melayang di udara atau air, percikan benda kecil, panas ataupun
uap panas, benturan atau pukulan benda keras atau tajam, serta pancaran
cahaya.
10. Pelampung
Pelampung ini digunakan oleh pekerja yang bekerja di atas air atau di
permukaan air agar terhindar dari bahaya tenggelam. Alat ini terdiri
dari life jacket, life vest atau bouyancy control device untuk mengatur saat kita
sedang terapung di air.
26
Gambar C.10.11. Pelampung
A. Pengertian SMK3
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) adalah
bagian dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam rangka
pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya
tempat kerja yang aman, efisien dan produktif (PP No.50 Tahun 2012).
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah segala kegiatan untuk
menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui
upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Perusahaan
atau organisasi yang akan ataupun telah menerapkan SMK3 diharapkan dapat
meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja yang
terencana, terukur, terstruktur dan terintegrasi, kemudian dapat mencegah dan
mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dengan melibatkan
unsur manajemen dan pekerja, dan juga perusahaan dapat menciptakan tempat
kerja yang aman, nyaman dan efisien untuk mendorong produktivitas.
Terdapat beberapa pengertian mengenai SMK3, antara lain
1. Pengertian SMK3 menurut Para Ahli salah satunya adalah Mangkunegara
Beliau memberikan pengertian SMK3 adalah suatu pemikiran yang
berupaya menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik bersifat jasmani
(fisik) maupun rohaniah (jiwa/psikis) tenaga kerja pada khusunya dan
27
manusia pada umumnya terhadap hasil karya dan budaya dengan tujuan
agar tercipta masyarakat yang adil dan makmur.
2. Pengertian SMK3 menurut PP No. 50 Tahun 2012, PERATURAN
PEMERINTAH TENTANG PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA, Di dalam BAB 1
KETENTUAN UMUM Pasal 1, yang dimaksud dengan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) adalah bagian
dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam rangka
mengendalikan resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna
terciptanya tempat kerja yang aman, efisiensi dan produkstif.
B. Tujuan SMK3
Tujuan Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
SMK3:
1. Meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja
yang terencana, terukur, terstruktur, dan terintegrasi;
2. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
dengan melibatkan unsur manajemen, pekerja/buruh, dan/atau serikat
pekerja/serikat buruh;
3. Menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, dan efisien untuk
mendorong produktivitas;
4. Memberikan image baik kepada perusahaan dari pandangan pihak
eksternal seperti masyarakat, pemerintah, klien dll;
5. Sebagai bentuk pemenuhan persyaratan bisnis dari pihak klien.
Manfaat Penerapan Sistem Manajemen K3 :
1. Perlindungan karyawan
Tujuan inti penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan
kerja atau K3 adalah memberi perlindungan kepada pekerja.
Bagaimanapun, pekerjaadalah asset perusahaan yang harus dipelihara dan
28
dijaga keselamatannya. Pengaruh positif terbesar yang dapat diraih adalah
mengurangi angka kecelakaan kerja.
2. Mengurangi biaya
Dengan menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
atau K3, kita dapat mencegah terjadinya kecelakaan, kerusakan atau sakit
akibat kerja. Dengan demikian kita tidak perlu mengeluarkan biaya yang
ditimbulkan akibat kejadian tesebut.Salah satu biaya yang dapat dikurangi
dengan penerapan sistem manajemen K3 adalah biaya premi asuransi.
29
Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dibutuhkan oleh
dunia usaha, terkait dengan persyaratan dalam hubungan kerjasama
industri, perdanganan maupun dalam kontrak pekerjaan harus
dibuktikan memiliki Sertifikat SMK3.
2. Sistem Manajemen SMK 3
30
a. Kebijakan harus ditetapkan dan disahkan pimpinan.
b. Kebijakan K3 yang ditetapkan harus memenuhi ketentuan sebagai
berikut :
i. Sesuai dengan sifat dan kategori risiko K3
ii. Mencakup komitmen untuk mencegah kecelakaan kerja, penyakit
akibat kerja, serta untuk mematuhi peraturan perundang-undangan
dan persyaratan lain yang terkait dengan K3;
iii. Sebagai kerangka untuk menyusun dan mengkaji sasaran K3;
iv. Didokumentasikan, diterapkan dan dipelihara;
v. Dikomunikasikan kepada semua personil dibawah
pengendaliannya;
vi. Dapat diakses oleh semua pihak yg berkepentingan.
vii. Dievaluasi secara berkala.
D. Sanksi
Penyedia Jasa dan/atau Pengguna Jasa yang tidak memenuhi Standar
Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan dalam penyelenggaraan
jasa konstruksi dikenai sanksi administratif berupa:
a) Peringatan tertulis;
b) Denda administratif;
c) Penghentian sementara kegiatan layanan jasa konstruksi;
d) Pencantuman dalam daftar hitam;
e) Pembekuan izin; dan/atau
f) Pencabutan izin.
31
kebutuhan perlindungan diri seorang pekerja biasa disebutkan dengan Alat
Perlindungan Diri (APD) dan alat perlengkapan keselamatan yang tidak melekat
pada pekerjaan konstruksi, sebagai alat keselamatan tambahan, Meskipun
Penyedia Jasa atau Kontraktor yang bertanggung jawab untuk bekerja dengan
aman dan mengalokasikan biaya yang cukup terkait pengadaan program K3 dalam
proposal biaya mereka, namun Pengguna Jasa juga perlu memahami besarnya
pendanaan dan dampaknya. Kontraktor bertanggung jawab untuk memastikan
menggunakan anggaran K3 tersebut dengan baik. Penyelenggaraan SMK3 yang
efektif selayaknya didukung dengan pendanaan yang memadai. Besarnya biaya
yang dibutuhkan kemudian dikaji melalui penelitian ini, yaitu berdasarkan pada
SE Menteri PUPR 66/2015 tentang Biaya Penyelenggaraan SMK3 Konstruksi.
Kajian ini menyajikan simulasi anggaran mengikuti arahan dalam SE Menteri
PUPR 66/2015, yaitu mencakup komponen biaya SMK3 konstruksi.
a) Tujuan Biaya Penyelenggaraan SMK3
Sebagai pedoman dalam perhitungan biaya penyelenggaraan SMK3
Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum dan Survei bertujuan untuk mewujudkan
tertib penyelenggaraan pekerjaan Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum dan
Survei. Serta mengetahui perbandingan biaya keselamatan dan kesehatan
kerja antara peraturan dan lapangan.
b) Dasar Pembentukan Biaya SMK3
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010 tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana telah diubah terakhir dengan
Peraturan Presiden Nomor 04 Tahun 2015 tentang Perubahan Keempat atas
Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 5,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 5655).
c) Tugas,Tanggung Jawab dan Wewenang Penyedia Jasa Pelaksana Konstruksi
Berhak meminta penjelasan kepada Pokja ULP tentang Risiko K3
Konstruksi termasuk kondisi dan potensi bahaya yang dapat terjadi pada
32
Saat Rapat Penjelasan Pekerjaan (aanwizjing) atau pada waktu sebelum
Batas akhir pemasukan penawaran;
Menyampaikan RK3K Penawaran sebagai lampiran dokumen penawaran;
Apabila ditetapkan sebagai pemenang lelang maka:
a. Menyampaikan RK3K yang memuat seluruh kegiatan dalam
pekerjaan yang akan dilaksanakan pada saat rapat persiapan
pelaksanaan Pekerjaan konstruksi atau disebut Pre Construction
Meeting (PCM);
b. Menugaskan Ahli K3 Konstruksi untuk setiap paket pekerjaan yang
mempunyai Tingkat Potensi Bahaya K3 Tinggi atau Petugas K3
Konstruksi untuk paket pekerjaan dengan Tingkat Potensi Bahaya
K3 Rendah.
Menghitung dan memasukkan biaya penyelenggaraan SMK3 Konstruksi
Bidang PU dalam harga penawaran sebagai bagian dari biaya umum;
Membuat rangkuman aktifitas pelaksanaan SMK3 Konstruksi Bidang PU
sebagai bagian dari Dokumen Serah Terima Kegiatan pada akhir kegiatan;
Melaporkan kepada PPK dan Dinas yang membidangi ketenagakerjaan
setempat tentang kejadian berbahaya, kecelakaan kerja konstruksi dan
penyakit akibat kerja konstruksi dalam bentuk laporan bulanan;
Menindaklanjuti surat peringatan yang diterima dari PPK;
Bertanggung jawab atas terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja apabila tidak menyelenggarakan SMK3 Konstruksi Bidang PU sesuai
Dengan RK3K;
Mengikutsertakan pekerjanya dalam program perlindungan tenaga kerja
selama kegiatan pekerjaan konstruksi;
Melakukan pengendalian risiko K3 konstruksi, termasuk inspeksi yang
meliputi:
1. 1.Penyiapan Rencana Keselamatan dan Kesehatan Kerja Kontrak
(RK3K)
2. Sosialisasi dan Promosi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
33
3. Alat pelindung kerja
4. Alat pelindung diri
5. Asuransi dan perijinan
6. Personil K3
7. Fasilitas sarana kesehatan
8. Rambu- rambu
9. Lain- lain terkait pengendalian risiko K3
F. Kesimpulan Rincian dan Pengeluaran SMK3
i. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2014 tentang Pedoman
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi
Bidang Pekerjaan Umum, khususnya pada pasal 20 yang mengatur sangat jelas
dan rinci mengenai Biaya Penyelenggaraan SMK3 Konstruksi Bidang
Pekerjaan Umum, tujuannya agar dapat dipahami oleh oleh masing- masing
Unit Kerja, mulai dari Unit Kerja Eselon I sampai dengan Eselon III, Atasan
Langsung Satuan Kerja, Sastuan Kerja< Pokja ULP, Pejabat Pembuat
Komitmen serta Penyedia Jasa di Lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat. Demikian juga kegiatan swakelola serta kegiatan
konstruksi yang dilaksanakan oleh Penyedia Jasa telah diatur dalam peraturan
menteri ini.
ii. Setiap pelaksanaan kegiatan pekerjan konstruksi Penyedia Jasa wajib telah
mempersiapkan alokasi dana / biaya penerapan SMK3 berdasarkan RK3K yang
telah disetujui oleh Pejabat Pembuat Komitmen.
iii. Dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2014 tentang
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi
Bidang Pekerjaan Umum, telah dijelaskan dalam lampiran I & II, bahwa
program kerja K3 yang merupakan upaya merealisasikan sasaran K3 atas
pengendalian risko K3 dari setiap bahaya yang teridentifikasi pada setiap
tahapan pekerjaan konstruksi harus diperhitungkan biaya pelaksanaan program
kerja K3-nya.
34
iv. Pejabat Pembuat Komitmen harus melakukan pemastian bahwa penyedia jasa
konstruksi yang akan melaksanakan pekerjaannya, telah menyediakan Biaya
Penyelenggaraan SMK3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum, pada saat
klarifikasi dalam pre construction meeting sebelum pekerjan dimulai untuk
disetujui bersama.
PENGAMATAN JEMBATAN SULAWESI
A. Latar Belakang
Pengamatan merupakan suatu pembelajaran melakukan pengamatan atau
analisis dengan melihat sendiri sesuatu yang dipelajari. Pengamatan memiliki
kelebihan tersendiri dengan metode pembelajaran yang lainnya, yaitu: mahasiswa
langsung memperoleh pengalaman dan keterampilan dalam melakukan
pengamatan, mempertinggi partisipasi mahasiswa baik secara individu maupun
kelompok, mahasiswa belajar berfikir melalui prinsip-prinsip metode ilmiah atau
belajar mempratekkan prosedur kerja berdasarkan metode ilmiah.
Pembelajaran dengan pengamatan sangat efektif untuk mencapai seluruh
ranah pengetahuan secara bersamaan, antara lain melatih agar teori dapat
diterapkan pada permasalahan yang nyata (kognitif), melatih perencanaan kegiatan
secara mandiri (afektif), dan melatih penggunaan instrumen tertentu
(psikomotor).Salah satu kelebihan pembelajaran pengamatan adalah mahasiswa
dapat berlatih secara trial and error, dapat mengulang-ulang kegiatan atau tindakan
yang sama sampai benar-benar terampil.
1. Lokasi dan Waktu Pengamatan
Proyek ini berlokasi di Kota Banjarmasin tepatnya di Jalan Pasar
Lama,Kecamatan Banjarmasin Tengah,Kota Banjarmasin,Kalimantan
Selatan 70123.
2. Waktu Pengamatan Proyek
Pengamatan Proyek ini berlangsung pada hari Sabtu,15 Oktober
2022 Pukul 14.19 WITA
35
TUJUAN DILAKSANAKANNYA PROYEK DAN ANGGARAN
B. Tujuan Proyek
Agar mendukung berbagai program dan kegiatan dari Pemkot
Banjarmasin. Misalnya agar tidak menghambat kegiatan normalisasi sungai,
Meminimalisir kemacetan di jalan pasar lama, kemudian juga agar kapal
wisata pun bisa lewat di bawahnya.
C. Anggaran Proyek
Pembangunan yang diperkirakan menelan biaya sekitar Rp 16 miliar itu
diperkirakan tidak terlalu rumit lagi. Sebab, sebagian besar lahan milik warga
sudah dibebaskan.
HASIL PENGAMATAN
D. Hasil Pengamatan SOP APD
APD yang digunakan masih kurang memadai dalam penerapan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada proyek pembangunan jembatan
Sulawesi.
APD yang kurang memadai dalam Keselamatan dan Kesehatan Kerja ini
adalah sebagai berikut :
Rompi
Hanya segelintir pekerja yang menggunakan rompi pada proyek pengerjaan
jembatan Sulawesi ini.
Helm
Hanya sebagian pekerja yang menggunakan helm safety pada proyek
pengerjaan jembatan Sulawesi ini.
36
Safety Belt
Pekerja diketinggian sangat beresiko jatuh kesungai akibat tidak mengenakan
safety belt atau tali penyelamat pada pekerjaan di daerah ketinggian.
37
Gambar 1.1. Pekerja Diketinggian Gambar 1.2. Pekerja Dibidang Darat
Gambar 2.5. Rambu Peringatan Pengendara Gambar 2.6. Rambu Lajur Lantas
38
Gambar 3.7. SOP Penggunaan Alat Gambar 3.8. SOP Pemeliharaan
Alat
39
D Simulasi K3 √ B
E Spanduk (Banner) B
F Poster √ B
G Papan Informasi K3 √ A
2 Alat Pelindung Kerja Terdiri Atas:
A Jaring Pengaman (Safety Net) D
B Tali Keselamatan (Life Line) D
C Penahan Jatuh (Safety Deck) C
D Pagar Pengaman (Guard Railing) √ B
E Pembatas Area ( Restricted Area) √ B
3 Alat Pelindung Diri Terdiri Atas
A Topi Pelindung (Safety Helmet) √ A
B Pelindung Mata ( Goggles, Spectacles) D
C Tameng Muka ( Face Shield) D
D Masker Selam (Breathing Apparatus) D
E Pelindung Telinga (Ear Plug, Ear D
Muff)
F Pelindung Pernafasan dan Mulut √ C
(Masker)
G Sarung Tangan (Safety Gloves) C
H Sepatu Keselamatan (Safety Shoes) √ B
I Penunjang Seluruh Tubuh (Full Body √ B
Harnest)
40
J Jaket Pelampung (Life Vest) D
K Rompi Keselamatan (Safety Vest) √ B
L Celemek (Apron/Coveralls) D
M Pelindung Jatuh (Fall Arester) D
4 Asuransi dan Perizinan Terdiri Atas:
A BPJS Ketenagakerjaan dan Kesehatan
Kerja
B Surat izin kelayakan alat
C Surat izin operator
D Surat izin pengesahan Panitia Pembina
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(P2K3)
5 Personil K3 Terdiri Atas:
A Ahli K3 dan/atau petugas K3 √ B
B Petugas tanggap darurat √ B
C Petugas P3K √ B
D Petugas pengatur lalu lintas (Flagmen) √ B
E Petugas Medis √ B
6 Fasilitas Sarana Kesehatan
A Peralatan P3K (Kotak P3K, Tandu, √ B
Tabung O2, Obat luka, Perban)
B Ruang P3K (Tempat tidur pasien, √ B
stetoskop, timbangan berat badan,
41
tensimeter)
C Peralatan pengasapan B
D Obat pengasapan D
7 Rambu-rambu terdiri atas:
A Rambu petunjuk √ A
B Rambu larangan √ A
C Rambu Peringatan √ A
D Rambu kewajiban √ A
E Rambu informasi √ A
F Rambu pekerjaan sementara .
G Tongkat pengatur lalu lintas √ D
H Kerucut lalu lintas √ C
I Lampu putar √ D
J Lampu selang lalu lintas √ D
8 Lain-lain terkait pengendalian resiko
K3
A Alat pemadam api ringan (APAR) √ B
B Sirine √ C
C Bendera K3 √ D
D Jalur evakuasi (Escape Route) √ B
E Lampu darurat (Emergency Lamp) √ C
F Program inspeksi dan audit internal
G Pelaporan dan penyelidikan insiden √ C
42
KETERANGAN PENILAIAN:
A= SANGAT BAGUS
B = CUKUP BAGUS
C = BAGUS
D = TIDAK BAGUS
43