Anda di halaman 1dari 103

PERATURAN PERUNDANG UNDANGAN

K3 LINGKUNGAN KERJA

RINI KRISTIANTI

Direktorat Pengawasan Norma K3


DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN PENGAWASAN
KETENAGAKERJAAN
KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI RI
DISKUSI
1. Apa yang anda ketahui mengenai K3?
2. Apa manfaat K3 bagi perusahaan dan bagi pekerja?
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Philosophy
Upaya untuk menjamin
keutuhan dan
kesempurnaan tenaga kerja
dan manusia pada
umumnya, hasil karya dan
budayanya menuju
masyarakat yang adil dan
sejahtera. 3
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Suatu ilmu pengetahuan dan


Keilmuan penerapannya dalam upaya
mencegah kecelakaan,
kebakaran, peledakan,
pencemaran, penyakit akibat
kerja , dll

ACCIDENT PREVENTION
Tujuan
Melindungi para pekerja dan
orang lain di tempat kerja

Menjamin agar setiap sumber


produksi dapat dipakai secara
aman dan efisien

Menjamin proses produksi


berjalan lancar
Aman (safe) adalah suatu
kondisi dimana atau kapan
munculnya Sumbe
sumberr bahaya
bahaya
telah dapat dikendalikan ke
tingkat yang memadai, dan ini
adalah lawan dari bahaya
(danger).
Merupakan tingkat bahaya dari
suatu kondisi dimana atau kapan
muncul sumber bahaya.
Danger adalah lawan dari aman
atau selamat.
INCIDENT
Suatu kejadian yang tidak
diinginkan, bilamana pada
saat itu sedikit saja ada
perubahan maka dapat
mengakibatkan terjadinya
accident.
ACCIDENT

Suatu kejadian yang tidak


diinginkan berakibat cedera
pada manusia, kerusakan
barang, gangguan terhadap
pekerjaan dan pencemaran
lingkungan.
DANGER

hampir putus
putus
INSIDENT

ACCIDENT
DIREKTORAT PENGAWASAN NORMA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA KEMENAKERTRANS RI
TUJUAN KESELAMATAN KERJA
Tidak ada
Manusia cidera

Mesin Lingkungan kerja


PENGAWASAN aman
Material
Tidak ada
Metode kerusakan/
kerugian

DIREKTORAT PENGAWASAN NORMA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA KEMENAKERTRANS RI


PRINSIP K3

Setiap pekerjaan bisa dilakukan


dengan selamat
Kecelakaan pasti ada sebabnya
Penyebab kecelakaan harus
dicegah/ditiadakan

DIREKTORAT PENGAWASAN NORMA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA KEMENAKERTRANS RI


Berdasarkan Keputusan Dirjen
Binawasnaker No: KEP. 02/DJPPK
PNK3/X/2009 tentang Kebijakan
Pengawasan Norma Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (K3) tahun 2004
- 2014 mempunyai ;
A. Visi
B. Misi
C. Strategi
D. Program
INDONESIA
BERBUDAYA
K3 TAHUN 2015
Meningkatkan pelaksanaan
embinaan dan pengawasan K3

Meningkatkan penerapan SMK3

Meningkatkan peran serta pengusaha,


Tenaga Kerja & masyarakat untuk
mewujudkan kemandirian dalam
pelaksanaan K3 peran serta.
1. Menyusun dan meningkatkan kebijakan K3
2. Meningkatkan Sumber Daya Manusia di bidang K3
3. Meningkatkan sarana dan prasarana pengawasan K3
4. Meningkatkan pembinaan penerapan SMK3
5. Meningkatkan jejaring dan peran serta instansi,
lembaga, personil dan pihak-pihak terkait
1. Penyusunan dan penyempurnaan norma, standar, pedoman dan criteria;
2. Peningkatan kuantitas dan kualitas pengawas di bidang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja;
3. Peningkatan kuantitas dan kualitas Ahli K3, dokter, personil, petugas, teknisi, operator
di bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja;
4. Peningkatan kuantitas dan kualitas pembinaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja bagi
pengusaha, tenaga kerja dan masyarakat;
5. Peningkatan kuantitas dan kualitas perusahaan/ lembaga / badan bidang jasa
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
6. Peningkatan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana pembinaan,pemeriksaan dan
pengujian K3;
7. Peningkatan pembinaan dan penilaian penerapan Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja;
8. Peningkatan penilaian dan pemberian penghargaan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja;
9. Peningkatan kerjasama dengan instansi, institusi, lembaga, asosiasi dan pihak-pihak
terkait dalam pelaksanaan pembinaan dan pengawasan keselamatan dan kesehatan
kerja;
10. Peningkatan kerja sama dengan instansi, institusi, lembaga K3 di tingkat nasional
dan internasional dalam rangka pengembangan pelaksanaan keselamatan dan
kesehatan kerja.
UNDANG UNDANG NO.1 THN 1970
Mulai berlaku pada tanggal 12
Januari 1970 sebagai pengganti
Veiligheids Reglement..
UU No.1 tahun 1970 memuat
aturan-aturan dasar atau
ketentuan-ketentuan umum
tentang keselamatan kerja dalam
segala tempat kerja, baik di darat,
di dalam tanah, dipermukaan air, di
dalam air maupun di udara.
a) Agar tenaga Kerja dan setiap
orang yang berada ditempat kerja
selalu dalam keadaan sehat dan
selamat.
b) Agar sumber-sumber Produksi
dapat dipakai dan digunakan
secara efesien.
c) Agar proses produksi dapat
berjalan dengan lancar tanpa
adanya hambatan
Referensi UU No.1 Tahun 1970

1. Mencegah terjadinya kecelakaan kerja yang diakibatkan oleh


proses pekerjaan

2. Mencegah timbulnya penyakit akibat kerja

3. Melakukan pemeriksaan kesehatan (awal, berkala & khusus)

4. Melakukan pembinaan K3 (sosialiasi dan pelatihan K3)


Potensi bahaya yang ada di tempat kerja / rumah sakit
Penggunaan alat pelindungan / pengaman
Pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
Penanganan / pengendalian kondisi keadaan darurat
Referensi UU No.1 Tahun 1970

5. Melaporkan setiap kejadian kecelakaan kerja dan


penyakit akibat kerja ke dinas ketenagakerjaan
setempat

6. Membentuk unit K3 / P2K3 (Panitia Pembina


Keselamatan dan Kesehatan Kerja)

7. Berkoordinasi dengan Dinas Ketenagakerjaan


setempat dalam peningkatan pelaksanaan K3.

8. Melaksanakan semua kewajiban yang diatur dalam


peraturan pelaksanaan bidang K3
1. UU No.13 Tahun 2003, tentang Ketenagakerjaan di dalam
Pasal 86 dan Pasal 87.
2. UU No.3 Tahun 1992, tentang jaminan sosial tenaga kerja
(Jamsostek).
3. UU Uap Tahun 1930 dan Peraturan Uap Tahun 1930.
4. Peraturan Pemerintah No.7 Tahun 1973, tentang
Pengawasan atas Peredaran,Penyimpanan dan Penggunaan
Pestisida.
5. Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 1973,
tentang Pengaturan dan
PengawasanKeselamatan Kerja di bidang
Pertambangan.
6. Peraturan Pemerintah No.11 Tahun 1979,
tentang Keselamatan Kerja pada Pemumian dan
Pengolahan Minyak dan Gas Bumi.
7. Peraturan Pemerintah No.14 Tahun 1993,
tentang Penyelenggaraan Program Jaminan
Sosial Tenaga Kerja.
8. Keputusan Presiden No.22 Tahun 1993,
tentang Penyakit Karena Hubungan Kerja
PERATURAN PERUNDANGAN K3
LINGKUNGAN KERJA
PP 50 Tahun 2012 ttg SMK3

Pasal 5
Wajib bagi perusahaan:
memperkerjakan pekerja/buruh paling sedikit 100
(seratus) orang; atau
mempunyai tingkat potensi bahaya tinggi.
Ketentuan mengenai tingkat potensi bahaya tinggi sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
Dlm menerapkan SMK3 memperhatikan peraturan perUU,
konvensi atau standar internasional
Pasal 6

Penerapan SMK3 meliputi


1. penetapan kebijakan K3;
2. perencanaan K3;
3. pelaksanaan rencana K3;
4. pemantauan dan evaluasi kinerja K3; dan
5. peninjauan dan peningkatan kinerja SMK3.
1. Penetapan kebijakan K3
a. melakukan tinjauan awal kondisi K3, meliputi:
identifikasi potensi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko;
perbandingan penerapan K3 dengan perusahaan dan sektor lain yang
lebih baik;
peninjauan sebab akibat kejadian yang membahayakan;
kompensasi dan gangguan serta hasil penilaian sebelumnya yang
berkaitan dengan keselamatan; dan
penilaian efisiensi dan efektivitas sumber daya yang disediakan.
b. memperhatikan peningkatan kinerja manajemen K3 secara
terus-menerus; dan
c. memperhatikan masukan dari pekerja/buruh dan/atau
serikat pekerja/serikat buruh.
Kebijakan K3 paling sedikit
memuat
a. visi;
b. tujuan perusahaan;
c. komitmen dan tekad melaksanakan kebijakan; dan
d. kerangka dan program kerja yang mencakup kegiatan
perusahaan secara menyeluruh yang bersifat umum
dan/atau operasional.
Pengusaha harus menyebarluaskan kebijakan K3
yang telah ditetapkan kepada seluruh
pekerja/buruh, orang lain selain pekerja/buruh
yang berada di perusahaan, dan pihak lain yang
terkait
2. Perencanaan K3
Disusun untuk menghasilkan rencana K3
mengacu pada kebijakan K3
Mempertimbangkan :
a. hasil penelaahan awal;
b. identifikasi bahaya, penilaian, dan
pengendalian risiko; peraturan perundang-
undangan dan persyaratan lainnya; dan
c. sumber daya yang dimiliki.
Rencana K3
Paling sedikit memuat :
a. tujuan dan sasaran;
b. skala prioritas;
c. upaya pengendalian bahaya;
d. penetapan sumber daya;
e. jangka waktu pelaksanaan;
f. indikator pencapaian; dan
g. sistem pertanggungjawaban.
3. Pelaksanaan Rencana K3
Di dukung oleh sumber daya manusia di bidang K3, prasarana dan
sarana.
Sumber daya manusia harus memiliki:
kompetensi kerja yang dibuktikan dengan sertifikat; dan
kewenangan di bidang K3 yang dibuktikan dengan surat izin
kerja/operasi dan/atau surat penunjukkan dari instansi yang
berwenang.
Prasarana dan sarana sebagaimana paling sedikit terdiri dari:
organisasi/unit yang bertanggung jawab di bidang K3;
anggaran yang memadai;
prosedur operasi/kerja, informasi, dan pelaporan serta
pendokumentasian; dan
instruksi kerja.
3. Pelaksanaan Rencana K3
Dalam melaksanakan rencana K3 harus melakukan
kegiatan dalam pemenuhan persyaratan perUU.
Kegiatan tersebut :
a. Tindakan pengendalian
b. perancangan (design) dan rekayasa;
c. prosedur dan instruksi kerja;
d. penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan;
e. pembelian/pengadaan barang dan jasa;
f. produk akhir;
g. upaya menghadapi keadaan darurat kecelakaan dan
bencana industri; dan
h. rencana dan pemulihan keadaan darurat
3. Pelaksanaan Rencana K3

Kegiatan a f dilaksanakan berdasarkan identifikasi


bahaya, penilaian dan pengendalian risiko.
Kegiatan g dan h dilaksanakan berdasarkan potensi
bahaya, investigasi dan analisa kecelakaan
3. Pelaksanaan Rencana K3
Agar seluruh kegiatan bisa berjalan, maka harus :
a. Menunjuk SDM yang kompeten dan berwenang
dibidang K3
b. Melibatkan seluruh pekerka/buruh
c. Membuat petunjuk K3
d. Membuat prosedur informasi
e. Membuat prosedur pelaporan
f. Mendokumentasikan seluruh kegiatan

Pelaksanaan kegiatan diintegrasikan dengan


kegiatan manajemen perusahaan
4. Pemantauan dan Evaluasi
Kinerja
melalui pemeriksaan, pengujian, pengukuran
dan audit internal SMK3 dilakukan oleh
sumber daya manusia yang kompeten
Dalam hal perusahaan tidak mempunyai SDM
dapat menggunakan pihak lain
4. Pemantauan dan Evaluasi Kinerja
Hasil pemantauan dilaporkan kepada pengusaha
Hasil tersebut digunakan untuk untuk melakukan
tindakan pengendalian
Pelaksanaan pemantauan & Evaluasi dilakukan
berdasarkan peraturan PerUU
5. Peninjauan dan Peningkatan Kinerja
SMK3
menjamin kesesuaian dan efektifitas
penerapan SMK3,
dilakukan terhadap kebijakan,
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan
dan evaluasi
5. Peninjauan dan Peningkatan Kinerja
SMK3
Hasil peninjauan digunakan untuk perbaikan dan peningkatan
kinerja,
Perbaikan dan peningkatan kinerja dilaksanakan dalam hal :
terjadi perubahan peraturan perundang-undangan;
adanya tuntutan dari pihak yang terkait dan pasar;
adanya perubahan produk dan kegiatan perusahaan;
terjadi perubahan struktur organisasi perusahaan;
adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
termasuk epidemiologi;
adanya hasil kajian kecelakaan di tempat kerja;
adanya pelaporan; dan/atau
adanya masukan dari pekerja/buruh.
Bab I - Ketentuan Umum: 3 pasal
Bab II - SMK3: 12 pasal
o Bagian Kesatu: Umum 3 pasal
o Bagian Kedua: Penetapan Kebijakan


2 pasal
o Bagian Ketiga: Perencanaan K3 1
pasal
o Bagian Keempat: Pelaksanaan
Perencanaan K3 4 pasal
o Bagian Kelima: Pemantauan dan
Evaluasi Kinerja K3 1 pasal
o Bagian Keenam: Peninjauan dan
Peningkatan Kinerja K3 1 pasal
V1 Bab Bab III - Penilaian SMK3: 2 pasal
6 Bagian Bab IV - Pengawasan: 3 pasal
22 Pasal Bab V - Ketentuan Peraliahan: 1 pasal
3 Lampiran Bab VI - Ketentuan Penutup: 1 pasal
2 Tabel
Lampiran I : Pedoman Penerapan SMK3
Lampiran II : Pedoman Penilaian Penerapan SMK3

Tabel 1 : Kriteria Pada Tingkat Penerapan SMK3


Tabel 2 : Penilaian Tingkat Penerapan SMK3
ELEMEN , SUB ELEMEN DAN KRITERIA SMK3
PP 50/2012 Permenaker 05/1996
NO ELEMEN
SUB ELEMEN SUB ELEMEN
krit krit
1. Pembangu 1.1 Kebijakan K3; (5) 1.1 Kebijakan K3; (5)
nan dan 1.2 Tanggungjawab (7) 1.2 Tanggungjawab dan (9)
Pemelihara dan Wewenang Wewenang Untuk
an Untuk Bertindak; Bertindak;
Komitmen 1.3 Tinjauan dan (3) 1.3 Tinjauan Ulang; (3)
Evaluasi; 1.4 Keterlibatan dan (10)
1.4 Keterlibatan dan (11) Konsultasi dengan
Konsultasi dengan Tenaga Kerja.
Tenaga Kerja.
2. Pembuatan 2.1 Rencana Strategi (6) 2.1 Perencanaan (5)
dan K3; Rencana Strategi K3;
Pendoku 2.2 Manual SMK3; (3) 2.2 Manual SMK3; (3)
mentasian 2.3 Peraturan (4) 2.3 Penyebarluasan (2)
Rencana Perundangan dan Informasi K3
Persyaratan lain di
Bidang K3.
2.4 Informasi K3 (1)
PP 50/2012 Permenaker 05/1996

NO ELEMEN
SUB ELEMEN krit SUB ELEMEN krit

3. Pengedalian 3.1 Pengendalian (5) 3.1 Pengendalian (4)


Perancangan Perancangan; Perancangan;
dan 3.2 Peninjauan (9) 3.2 Peninjauan Kontrak (4)
Peninjauan Kontrak.
Kontrak

4. Pengendalia 4.1 Persetujuan, (5) 4.1 Persetujuan, (4)


n Dokumen Pengeluaran dan Pengeluaran dan
Pengendalian Pengendalian
Dokumen; Dokumen;
4.2 Perubahan dan (3) 4.2 Perubahan dan
Modifikasi Modifikasi Dokumen (3)
Dokumen
PP 50/2012 Permenaker 05/1996
NO ELEMEN
SUB ELEMEN SUB ELEMEN
krit krit
5. Pembelian 5.1 Spesifikasi (5) 5.1 Spesifikasi Pembelian (4)
dan Pembelian Barang dan Jasa;
Penendalian Barang dan Jasa; 5.2 Sistem Verifikasi (1)
Produk 5.2 Sistem Verifikasi (1) Barang dan Jasa Yang
Barang dan Jasa Telah Dibeli
Yang Telah Dibeli 5.3 Kontrol Barang dan (2)
5.3 Pengedalian (1) Jasa Yang Dipasik
Barang dan Jasa Pelanggan;
Yang Dipasok
Pelanggan;
5.4 Kemampuan (2)
Telusur Produk
PP 50/2012 Permenaker 05/1996
NO ELEMEN
SUB ELEMEN SUB ELEMEN
krit krit
6. Keamanan 6.1 Sistem Kerja; (8) 6.1 Sistem Kerja; (9)
Bekerja 6.2 Pengawasan; (5) 6.2 Pengawasan; (5)
Berdasarkan 6.3 Seleksi dan (2) 6.3 Seleksi dan (2)
SMK3 Penempatan Personil; Penempatan
6.4 Area Terbatas; (4) Personil;
6.5 Pemeliharaan, (10) 6.4 Lingkungan Kerja; (4)
Perbaikan dan 6.5 Pemeliharaan, (9)
Perubahan Sarana Perbaikan dan
Produksi; Perubahan Sarana
6.6 Pelayanan; (2) Produksi;
6.7 Kesiapan Untuk (7) 6.6 Pelayanan; (2)
Menangani Keadaan 6.7 Kesiapan Untuk (7)
Darurat; Menangani Keadaan
6.8 Pertolongan Pertama (2) Darurat;
Pada Kecelakaan; 6.8 Pertolongan (2)
6.9 Rencana dan (1) Pertama Pada
Pemulihan Keadaan Kecelakaan;
Darurat
PP 50/2012 PERMENAKER 05/1996
NO ELEMEN
SUB ELEMEN SUB ELEMEN
krit krit
7. Standar 7.1 Pemeriksaan (7) 7.1 Pemeriksaan (6)
Pementauan Bahaya; Bahaya;
7.2 Pemantauan/ (3) 7.2 Pemantauan (2)
Pengukuran Lingkungan Kerja;
Lingkungan Kerja; 7.3 Peralatan
7.3 Peralatan (2) Pemeriksaan/ (2)
Pemeriksaan/ Inspeksi,
Inspeksi, Pengukuran dan
Pengukuran dan Pengujian;
Pengujian; 7.4 Pemantauan
7.4 Pemantauan (5) Kesehatan Tenaga (5)
Kesehatan Tenaga Kerja
Kerja
PP 50/2012 PERMENAKER 05/1996
NO ELEMEN
SUB ELEMEN SUB ELEMEN
krit krit
8. Pelaporan 8.1 Pelaporan Bahaya; (1) 8.1 Pelaporan Keadaan (1)
dan 8.2 Pelaporan (1) Darurat; (2)
Perbaikan Kecelakaan; 8.2 Pelaporan Insiden;
Kekurangan 8.3 Pemeriksaan dan (6) 8.3 Penyelidikan (6)
Pengkajian (1) Kecelakaan Kerja; (2)
Kecelakaan; 8.4 Penanganan
8.4 Penanganan Masalah;
Masalah;
9. Pengelolaan 9.1 Penanganan Secara 9.1 Penanganan
Material dan Manual dan (4) Secara Manual dan (4)
Perpindahan Mekanis; Mekanis;
nya 9.2 Sistem (3) 9.2 Sistem (3)
Pengangkutan, Pengangkutan,
Penyimpanan dan Penyimpanan dan
Pembuangan; Pembuangan;
9.3 Pengendaliian (5) 9.3 Pengendaliian (6)
Bahan Kimia Bahan Kimia
Berbahaya; Berbahaya;
PP 50/2012 PERMENAKER 05/1996
NO ELEMEN
SUB ELEMEN SUB ELEMEN
krit krit
10. Pengumpul 10.1 Catatan K3; (4) 10.1 Catatan K3; (5)
an dan 10.2 Data dan Laporan (2) 10.2 Data dan Laporan (2)
Penggunaan K3. K3.
Data
11. Pemeriksaan 11.1 Audit Internal (3) 11.1 Audit Internal (4)
SMK3 SMK3. SMK3.
12. Pengemban 12.1 Strategi Pelatihan; (7) 12.1 Strategi (8)
gan 12.2 Pelatihan Bagi Pelatihan;
Keterampila Manajemen dan (2) 12.2 Pelatihan Bagi (2)
n dan Penyelia; (3) Manajemen dan (3)
Kemampuan 12.3 Pelatihan Bagi Penyelia;
Tenaga Kerja; 12.3 Pelatihan Bagi
12.4 Pelatihan (1) Tenaga Kerja; (2)
Pengenalan dan (1) 12.4 Pelatihan (1)
Pelatihan Untuk Pengenalan dan
Pengunjung dan Pelatihan Untuk
Kontraktor; Pengunjung dan
12.5 Pelatihan Keahlian Kontraktor;
Khusus. 12.5 Pelatihan
Keahlian Khusus.
PERMENAKERTRANS NO. 13 TAHUN 2011 ttg NAB
F.Fisika dan F. Kimia
PASAL 2
Pengurus dan/atau pengusaha wajib melakukan
pengendalian faktor fisika dan faktor kimia di tempat
kerja sehingga di bawah NAB.

(2) Jika faktor fisika dan faktor kimia pada suatu


tempat kerja melampaui NAB, pengurus dan/atau
pengusaha wajib melakukan upaya-upaya teknis-
teknologi untuk menurunkan sehingga memenuhi
ketentuan yang berlaku.
PERMENAKERTRANS NO. 13 TAHUN 2011 ttg NAB
F.Fisika dan F. Kimia
PASAL 2

Pengurus dan/atau pengusaha wajib melakukan


ketentuan-ketentuan yang terkait dengan faktor fisika
dan faktor kimia tertentu sebagaimana telah diatur
dalam peraturan perundang-undangan
PERMENAKERTRANS NO. 13 TAHUN 2011 ttg NAB
F.Fisika dan F. Kimia
PASAL 3
NAB faktor fisika sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2, meliputi iklim kerja, kebisingan, getaran,
gelombang mikro, sinar ultra ungu, dan medan
magnet.

(2) NAB faktor kimia meliputi bentuk padatan


(partikel), cair, gas, kabut, aerosol dan uap yang
berasal dari bahan-bahan kimia.
PERMENAKERTRANS NO. 13 TAHUN 2011 ttg NAB
F.Fisika dan F. Kimia
PASAL 13

Pengukuran dan penilaian faktor fisika dan faktor


kimia di tempat kerja dilaksanakan oleh Pusat
Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Balai Keselamatan
dan Kesehatan Kerja, serta Balai Hiperkes dan
Keselamatan Kerja atau pihak-pihak lain yang
ditunjuk Menteri.
PERMENAKERTRANS NO. 13 TAHUN 2011 ttg NAB
F.Fisika dan F. Kimia
PASAL 14

Untuk kepentingan hukum dan pengendalian risiko


bahaya di tempat kerja, Pegawai Pengawas
ketenagakerjaan dapat meminta pengurus dan/atau
pengusaha untuk memutahirkan data pengukuran
faktor fisika dan faktor kimia di tempat kerja.
PERMENAKERTRANS NO. 13 TAHUN 2011 ttg NAB
F.Fisika dan F. Kimia
PASAL 15

Pengurus dan/atau pengusaha berkewajiban


melakukan pengukuran faktor fisika dan faktor kimia
di tempat kerja sesuai dengan Peraturan Menteri ini
dilakukan berdasarkan penilaian risiko dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
PERMENAKERTRANS NO. 13 TAHUN 2011 ttg NAB
F.Fisika dan F. Kimia
PASAL 16

Pengurus dan/atau pengusaha harus melaksanakan


ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Menteri ini dan
menyampaikan hasil pengukuran pada kantor yang
bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan.
PERMENAKERTRANS NO. 13 TAHUN 2011 ttg NAB
F.Fisika dan F. Kimia
PASAL 17

NAB faktor fisika dan faktor kimia di tempat kerja


dalam Peraturan Menteri ini dapat ditinjau kembali
sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun sekali sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
NAB FAKTOR KIMIA
Kategori Nilai Ambang Batas (NAB)/Threshold Limit Value (TLV)

1.NAB Rata-Rata = TLV-Time Weight Average (TWA)


Kadar bahan-bahan kimia rata-rata dilingkungan kerja selama 8 jam perhari atau 40 jam perminggu
dimana hampir semua tenaga kerja dapat terpajan berulang-ulang, seahri-hari dalam melakukan
pekerjaannya, tanpa mengakibatkan gangguan kesehatan maupun penyakit akibat kerja.

2. NAB - Pajanan Singkat Diperkenankan (PSD) = TLV Short Term Exposure Limit (STEL)
Kadar tertentu bahan-bahan kimia diudara lingkungan kerja dimana hampir semua tenaga kerja
dapat terpajan secara terus menerus dalam waktu yang singkat, yaitu tidak lebih dari 15 Menit dan
tidak lebih dari 4 kali pemajanan perhari kerja, tanpa menderita/mengalami gangguan iritasi,
kerusakan atau perubahan jaringan yang kronis serta efek narkosis.

3. NAB Kadar Tidak Dipekenankan (KTD) = TLV Ceiling


Kadar tertinggi bahan-bahan kimia diudara lingkungan kerja setiap saat yang tidak boleh dilewati
selama melakukan pekerjaan.
BENEFIT OF THRESHOLD

This threshold shall be applied as recommendation for practice of


company hygiene to perform work environment management as an
effort to prevent its impact on health. Thus NAB may also be applied as
among others :

1. As comparative standard degree


2. As manual for production planning and technological planning of
hazard control in work environment
3. To ascertain substitution of production process substance against more
contaminated substance and less contaminated substance.
4. To support diagnosis of health disorder, occurrence of disease and
hindrances of work efficiency as a result of chemical factors under
support of biological check up.
CATEGORY OF CARCINOGEN
Carcinogenic Chemical substances are categorized as follows:

A-1 Confirmed Human Carcinogen is proved on basis of evidence of epidemiological study or


reliable
clinics evidence in respect of its exposure against human being.

A-2 Suspected Human Carcinogen. Carcinogenic Chemical substance against experimented


animal
on any given dosage, reacted through tracked road, location, histological type or mechanism
deemed appropriate to exposure of manpower. The existing epidemiological research provides
insufficient evidence to the increase of cancer risk to the human being under exposure. The
existing Epidemiological Research provides insufficient evidence to the increase of cancer risk
against the human being under exposure.

A-3 Carcinogen Effect to Animal. Carcinogenic chemical substance on experimented animal on


relatively high dosage reacted through the tracked roads, location, histological type or mechanism
inappropriate to the exposure of manpower.

A-4 Non Human Effected Crcinogen. there is inadequate data to classify these carcinogenic
substances against human being or animal.

A-5 Non Suspected Human Carcinogen.


PMP NO.7 TAHUN 1964

Peraturan Menteri Perburuhan No. 7 Tahun 1964 tentang Syarat


Kesehatan, Kebersihan Serta Penerangan Dalam Tempat Kerja.

Persyaratan Khusus Gedung:


dinding kuat
Tangga harus kuat aman dan tidak licin
Lantai, dinding, loteng dan atap harus terpelihara
dan bersih
Dinding dan loteng dikapuri minimal sekali dalam 5
tahun
Dinding yang dicat harus dicuci minimal 1 kali
setahun
Lantai harus selalu dalam keadaan bersih
Persyaratan ruang udara
ruang udara (cubic space) minimal 10 m dan ideal
adalah 15 m./ orang
Tinggi tempat kerja minimal 3 m.
tidak mengganggu sirkulasi udara.
ventilasi yang baik di tempat kerja.
Luas tempat kerja minimal 2 m2 /orang .
Atap tidak boleh bocor dan berlobang
Dinding tidak boleh basah atau lembab
Persyaratan penyediaan air
Air yg digunakan utk makan dan minum harus
memenuhi syarat-syaratv sbb :
Air tidak boleh berbau & harus segar
Air tidak boleh berwarna & berasa
Air tidak boleh mengandung binatang atau bakteri yg
berbahaya
Persyaratan penyediaan Saniter
dan Water Close
Tersedia tempat mandi, tempat cuci muka & tangan,
Jumlah kakus adalah sebagai berikut :
Untuk 1 15 orang buruh = 1 kakus
Untuk 16 30 orang buruh = 2 kakus
Untuk 31 45 orang buruh = 3 kakus
Untuk 46 60 orang buruh = 4 kakus
Untuk 61 80 orang buruh= 5 kakus
Untuk 81 100 orang buruh= 5 kakus
Dan selanjutnya untuk tiap 100 orang = 6 kakus
Kakus yg bersih ialah yg memenuhi syarat sbb :
Tidak berbau & ada kotoran yg terlhat
Tidak ada lalat, nyamuk atau serangga yg lain
Hrs selalu tersedia air bersih yg cukup
Hrs dapat dibersihkan dengan mudah dan paling sedikit 2 3x sehari
Persyaratan penyediaan dan
Pemeliharaan dapur
Lantai dapur harus selalu dalam keadaan bersih
Dapur, kamar makan & alat keperluan makan harus selalu bersih
& rapi
Dapur & kamar makan serta kakus tidak boleh berhubungan
langsung dengan tempat kerja
Makanan yg disediakan untuk buruh harus menurut menu yg
memenuhi syarat-syarat kesehatan
Semua pegawai yang mengerjakan dan melayani makanan atau
minuman harus bebas dari salah satu penyakit menular dan
selalu harus menjaga kebersihan badannya.
Persyaratan sumber
Penerangan gedung
Tempat masuknya cahaya alami harus 1/6 dari pada luas lantai
Syarat sumber penerangan :
Menghasilkan kadar penerangan yang tetap dan merata
Tidak menimbulkan asap atau gas
Tisak berkedap kedip
Tidak menyilaukan atau menimbulkan bayangan kontrast
Tempat kerja yang wajib mempunyai penerangan darurat :
Tempat kerja yang digunakan pada malam hari
Jalan-jalan keluar atau gang
Syarat penerangan darurat :
Mempunyai sumber tenaga terpisah dari instalasi umum
Ditempatkan pada tempat yang tidak menimbulkan bahaya
Mempunyai kekuatan paling sedikit 5 Lux (0,5 ft candles).
Jalan atau gang di beri tanda pengenal dengan cat luminous , bahan-
bahan reflektif atau bahan fluorescence
Kadar penerangan untuk jenis tempat kerja dapat

dilihat pada tabel di bawah ini

No. Jenis tempat kerja / pekerja/buruhan contoh Kekuatan cahaya


min
( lux)

1. Halaman dan jalan lingkungan 20

2. Membedakan barang kasar Konstruksi tanah , batu, pergudangan 50

3. Membedakan barang kecil secara sepintas Penggilingan padi, pengupasan, 100


kamar mesin, alat transportasi,
KM/WC

4. Membedakan barang-barang kecil agak Pekerja/buruhan bubut, menjahit, 200


teliti pengawetan kayu dan furniture

5 Membedakan barang kecil secara teliti Laboratorium, perkantoran, dll. 300

6. Membedakan barang halus dan kontras Komputer, pemotongan kaca, quality 500-1000
sedang dalam waktu lama control

7. Membedakan barang halus dan kontras Pemasangan arloji, apotik, 1000


minimal, dalam waktu lama laboratorium, pekerja/buruhan
emas dan intan,
3. FAKTOR FAKTOR BAHAYA
LINGKUNGAN KERJA
Faktor-faktor Bahaya Lingkungan Kerja

Faktor Fisik
Faktor Biologi
Faktor Kimiawi
Faktor Ergonomi
Faktor Psikologis
Faktor FISIKA
1. IKLIM KERJA
Iklim kerja merupakan keadaan lingkungan kerja yang diukur dari
perpaduan antara suhu udara, kelembaban udara, kecepatan aliran
udara, dan suhu radiasi. Tekanan panas (heat stress) adalah beban
iklim kerja yang diterima oleh tubuh. Kapan tubuh harus
mengeluarkan panas dan kapan tidak, ketahanan tubuh tetap stabil
core-temperatur sekitar 37 C, ini diatur oleh kulit tubuh dan kelenjar
keringat.
Jika suhu tubuh menurun dibawah 35 C (Hypothermia) atau
meningkat sampai 40,6 C (hyperthemia), maka beberapa radiasi
kimia dan aktivitas enzim dalam tubuh akan terganggu. Jika suhu
tubuh menurun sampai bawah 27 C atau meningkat diatas 42 C,
maka semua sel tubuh akan mati.
Faktor FISIKA
ALAT UKUR :
1. IKLIM KERJA Heatstress meter
2. Penerangan
Penerangan di tempat kerja adalah salah satu sumber cahaya yang
menerangi benda-benda ditempat kerja. Penerangan dapat berasal dari
cahaya alami dan cahaya buatan. Banyak obyek kerja beserta
benda/alat dan kondisi disekitar yang perlu dilihat oleh tenaga kerja.
Hal ini penting untuk menghindari kecelakaan yang mungkin terjadi.
Selain itu penerangan yang memadai memberikan kesan
pemandangan yang lebih baik dan keadaan lingkungan yang
menyegarkan.

Permasalahan penerangan meliputi kemampuan manusia untuk


melihat sesuatu. Sifat-sifat dari indera penglihat, usaha-usaha yang
dilakukan untuk melihat obyek lebih baik dan pengaruh penerangan
terhadap lingkungan. Yang perlu diperhatikan adalah terdapat
seseorang melihat suatu obyek dengan mudah dan cepat, sedangkan
yang lain harus dengan usaha yang keras, bahkan ada juga yang tidak
terlihat sama sekali.
Persyaratan sumber Penerangan
gedung
Tempat masuknya cahaya alami harus 1/6 dari pada luas lantai
Syarat sumber penerangan :
Menghasilkan kadar penerangan yang tetap dan merata
Tidak menimbulkan asap atau gas
Tisak berkedap kedip
Tidak menyilaukan atau menimbulkan bayangan kontrast
Tempat kerja yang wajib mempunyai penerangan darurat :
Tempat kerja yang digunakan pada malam hari
Jalan-jalan keluar atau gang
Syarat penerangan darurat :
Mempunyai sumber tenaga terpisah dari instalasi umum
Ditempatkan pada tempat yang tidak menimbulkan bahaya
Mempunyai kekuatan paling sedikit 5 Lux (0,5 ft candles).
Jalan atau gang di beri tanda pengenal dengan cat luminous , bahan-
bahan reflektif atau bahan fluorescence
PERATURAN MENTERI PERBURUHAN NO. 7 TAHUN 1964 TENTANG SYARAT
KESEHATAN, KEBERSIHAN SERTA PENERANGAN DALAM TEMPAT KERJA.

Kadar penerangan untuk jenis tempat kerja dapat dilihat pada tabel di bawah ini
No. Jenis tempat kerja / pekerja/buruhan contoh Kekuatan cahaya
min
( lux)

1. Halaman dan jalan lingkungan 20

2. Membedakan barang kasar Konstruksi tanah , batu, pergudangan 50

3. Membedakan barang kecil secara sepintas Penggilingan padi, pengupasan, 100


kamar mesin, alat transportasi,
KM/WC

4. Membedakan barang-barang kecil agak Pekerja/buruhan bubut, menjahit, 200


teliti pengawetan kayu dan furniture

5 Membedakan barang kecil secara teliti Laboratorium, perkantoran, dll. 300

6. Membedakan barang halus dan kontras Komputer, pemotongan kaca, quality 500-1000
sedang dalam waktu lama control

7. Membedakan barang halus dan kontras Pemasangan arloji, apotik, 1000


minimal, dalam waktu lama laboratorium, pekerja/buruhan
emas dan intan,
Alat ukur : Luxmeter
3. KEBISINGAN
Bising adalah suara atau bunyi yang tidak diinginkan. Terdapat dua hal yang
menentukan kualitas suatu bunyi, yaitu frekuensi dan intensitasnya. Frekuensi di
nyatakan dalam jumlah getaran perdetik (Hertz, Hz), telinga manusia mampu
mendengar frekuensi antara 16 20.000 Hz. Intensitas atau arus energi
persatuan luas biasanya dinyatakan dalam suatu logaritmis yang disebut desibel,
ditulis dBA atau dB(A).

Alat utama yang digunakan dalam pengukuran kebisingan adalah


Sound Level Meter. Alat ini mengukur kebisingan di antara 30 130
dB(A) dan dari Frekuensi antara 20 20.000 Hz. Alat kebisingan
yang lain adalah yang dilengkapi dengan Octave Band Analyzer dan
Noise Dose Meter.

Pekerjaan pekerjaan yang menimbulkan bising dengan intensitas


tinggi umumnya terdapat dipabrik tekstil (weaving, spinning),
pabrik yang menggunakan generator sebagai pembangkit tenaga
listrik, pekerjaan pemotongan plat baja, pekerjaan bubut, gurinda,
pengamplasan bahan logam dan lain-lain.
Nilai Ambang Batas Kebisingan
Permen 13 / 2011
Alat ukur : Soundlevel meter

Alat ukur : Noise dosi


meter
Getaran dapat diartikan sebagai gerakan dari suatu
sistem bolak-balik. Getaran banyak di timbulkan dari
lingkungan kerja dengan pengoperasian mesin mesin,
alat-alat berat (excavator, bull doser, chain saw dll).
Dampak yang di timbulkan dari getaran adalah berupa
kerusakan yang mengarah pada tulang-tulang dan
sistem cardiovascular juga berefek pada struktur
bangunan tempat kerja.

Getaran tangan dan lengan (hand and arm vibration)


Getaran seluruh badan (whole body vibration)
Alat ukur : Vibrationmeter
Alat ukur : Radiometer

Alat ukur : microwivemeter


Radiasi Non Mengion
Radiasi non mengion antara lain : radiasi ultraviolet, visible
radiation, inframerah, laser, medan elektromagnetik (microwave
dan frekuensi radio) .
Radiasi infra merah dapat menyebabkan katarak.
Laser berkekuatan besar dapat merusak mata dan kulit.
Medan elektromagnetik tingkat rendah dapat menyebabkan
kanker.
Contoh :
Radiasi ultraviolet : pengelasan.
Radiasi Inframerah : furnaces/ tungku pembakaran
Laser : komunikasi, pembedahan .
FAKTOR KIMIA
Faktor Bahaya Kimiawi menurut Bentuk
1. Partikel atau erosol :
setiap bentuk titik titik cairan atau padat yang
mendispersi di udara dan mempunyai ukuran demikian
lembutnya sehingga kecepatan jatuhnya rendah untuk
mempunyai stabilitas cukup suspensi di udara.
Contoh :
a. Debu
b. Mist
c. Fume
d. Asap atau smoke
e. Kabut atau fog
f. Smoge (asap dan kabut)
2. Non Partikel :

a. Gas
suatu bentuk fluida elastis yang mengisi seluruh ruangan
pada suhu dan tekanan normal dan dapat diubah
bentuknya menjadi cair .
contoh : CO2, O2, N2, CH4

b. Uap
bentuk gas dari suatu zat yang dalam keadaan normal
berbentuk cair.
contoh : Uap air, Uap minyak
Faktor Bahaya Kimiawi menurut Reaktivitas
1. Bahan kimia reaktif
2. Bahan Kimia mudah terbakar
3. Bahan kimia mudah meledak
4. Bahan kimia korosif
5. Bahan Kimia afinitet tinggi
Faktor Bahaya Kimiawi menurut pengaruh
fisiologis dan patologis

1. Asfiksian
2. Iritan
3. Anestetik dan narkotik
4. Racun atau poison
Faktor Bahaya Kimiawi menurut Sifat Toksik

1. Sinergis
2. Antagonis
3. Aditif
CARA MASUK
1. Inhalasi (melalui pernapasan)
2. Ingesti (Penelanan)
3. Absorpsi Kulit
FAKTOR BIOLOGI
VIRUS BAKTERI
PATOGEN

BAKTERI BINATANG
Bahaya Biologi
Bahaya biologi berasal dari sumber-sumber biologi antara lain virus,
bakteri, jamur, protein dari binatang atau bahan-bahan dari
tumbuhan. spora dan mycotoxins; Racun biogenik termasuk
endotoxins, aflatoxin dan bakteri.

Bahaya biologi dapat dibagi menjadi dua yaitu yang menyebabkan


infeksi dan non-infeksi.

Penyakit akibat kerja karena infeksi relatif tidak umum dijumpai.


Pekerja yang potensial mengalaminya a.l.: pekerja di rumah sakit,
laboratorium, jurumasak, penjaga binatang, dokter hewan dll.

Contoh : Hepatitis B, tuberculosis, anthrax, brucella, tetanus,


salmonella, chlamydia, psittaci.
FAKTOR ERGONOMI
ERGONOMI adalah ilmu yang
mempelajari unjuk kerja manusia
dalam bekerja (human
performance at work)

salah satu pengukuran


produktivitas scr ekonomi adalah
absenteisme and illness . Jd sgt
mungkin mmeningkatkan
produktivitas dan kualitas dan
menghindari absen dgn memeri
perhatian lebih pd disain kondisi
kerja.
Aspek ergonomi di tempat
kerja
Aspek Fisik dan Fisiologi
Work environment
Anthropometry, biomechanics, posture of work etc.
Aspek Psikologi
Mental workload, vigilance, mental fatigue
Aspek Organisasi kerja
P2K3
Asosiasi profesional
Keterlibatan pakar / akademisi
Disain sistem kerja
Work design, workstation, tools, information processing,
workprocedures
UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

Pasal 3 :
Dengan peraturan perundang-undangan
ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja
untuk :
Memperoleh keserasian antara tenaga kerja,
lingkungan, cara dan proses kerjanya
UNDANG-UNDANG NO 3 TAHUN 1969 TENTANG KONVENSI ILO
NO 120 MENGENAI HYGIENE DALAM PERNIAGAAN DAN
KANTOR-KANTOR

Pasal 11 : Semua tempat kerja harus disusun serta semua tempat


duduk harus diatur sedemikian sehingga tidak ada pengaruh
yang berbahaya bagi kesehatan.
Pasal 14 : Tempat tempat duduk yang cukup dan sesuai harus
disediakan untuk pekerja-pekerja dan pekerja-pekerja
harus diberi kesempatan yang cukup untuk menggunakannya
Pasal 17 : Para pekerja harus dilindungi dengan tindakan yang
tepat dan dapat dilaksanakan terhadap bahan, proses dan tehnik
yang berbahaya, tidak sehat atau beracun atau untuk suatu
alasan yang membahayakan.
Pasal 18 : Kegaduhan dan getaran-getaran yang mungkin
mempunyai pengaruh-pengaruh yang berbahaya kepada pekerja
harus dikurangi sebanyak mungkin dengan tindakan-tindakan
yang tepat dan dapat dilaksanakan.
Peraturan Pemerintah No.7 Tahun 1964 tentang Syarat syarat
Kesehatan, Kebersihan dan Penerangan dalam Tempat Kerja

PASAL 9
Untuk buruh yang bekerja sambil berdiri harus disediakan tempat
duduk
Tempat duduk tersebut harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
harus memenuhi ukuran-ukuran yang sesuai dengan tubuh orang
Indonesia umumnya cocok dengan buruh yang memakainya.
Harus memberi kesenangan duduk dan menghindari ketegangan otot-
otot;
Harus memudahkan gerak-gerik untuk bekerja;
Harus ada sandaran untuk punggung;
Untuk buruh yang melakukan pekerjaan sambil berdiri, berjalan,
merangkak, jongkok, atau berbaring harus disediakan tempat-tempat
duduk pada waktu ia membutuhkan;
Cara bekerja seperti dalam ayat (3) harus diatur sedemikian rupa
sehingga tidak menimbulkan ketegangan otot, kelelahan yang
berlebihan atau gangguan kesehatan yang lain;
SE 117/ Men/ PPK-PKK/III/2005 tentang Pemeriksaan Menyeluruh
Pelaksanaan K3 di Pusat Perbelanjaan, Gedung Bertingkat dan tempat-
tempat Publik Lainnya
Bahwa dari hasil pengamatan terhadap pusat-pusat
perbelanjaan, gedung bertingkat dan tempat-
tempat publik lainnya bahwa aspek K3 belum
mendapat perhatian khusus dari para pengelola,
salah satunya adalah aspek ergonomi.

Oleh karena itu, pemerintah Kabupaten/kota


diharap mengambil tindakan tegas bagi pengurus
perusahaan, pengelola dan pengusaha di pusat-
pusat perbelanjaan, hotel, perkantoran dan tempat-
tempat publik lainnya yang tidak mengindahkan
ketentuan K3 sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
FAKTOR PSIKOLOGI

Stress adalah tanggapan tubuh (respon) yang sifatnya non-


spesifik terhadap setiap tuntutan atasnya. Manakala tuntutan
terhadap tubuh itu berlebihan, maka hal ini dinamakan
stress.

Gangguan emosional yang di timbulkan : cemas, gelisah,


gangguan kepribadian, penyimpangan seksual, ketagihan
alkohol dan psikotropika.
Penyakit-penyakit psikosomatis antara lain : jantung koroner,
tekanan darah tinggi, gangguan pencernaan, luka usus
besar, gangguan pernapasan, asma bronkial, penyakit kulit
seperti eksim,dll.
Beberapa hal sehubungan dengan stress:
Stress hampir tidak mungkin dihindari.
Keadaan tanpa stress sama dgn mati.
Yg dpt kita lakukan mengurangi stress
Hampir 50-75% (dari seluruh kunjungan kepada
dokter berhub. dgn stress.

99
Stress tergantung dari antara lain :
Pergaulan/sosialisasi
Pengetahuan umum
Informasi yang jelas
Iman
Leadership
dll

100
Penyebab Stressor di Pekerjaan
a. Faktor instriksik pekerjaan:
Lingkungan fisik : bising, vibrasi, suhu, sanitasi etc
Tuntutan tugas :
- kerja gilir/shift
- beban kerja
- berhadapan dg risiko dan bahaya
b. Peran individu dalam organisasi :
Konflik peran
Role ambiquity
c. Pengembangan karir :
Ketidakpastian pekerjaan (job insecurity)
Over/under promotion
d. Hubungan dalam pekerjaan
e. Struktur dan iklim organisasi
f. Faktor Eksternal
101
FAKTOR EKSTERNAL :

1. Tuntutan dari luar organisasi/pekerjaan


Peristiwa kehidupan
Keluarga
Krisis kehidupan
Kesulitan keuangan
Keyakinan pribadi & organisasi
Konflik tuntutan keluarga dan perusahaan

102
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai