Anda di halaman 1dari 57

MERANCANG STRATEGI

PENGENDALIAN RESIKO K3
DI TEMPAT KERJA

TIA SUGIRI
Operator K3 Umum Hirarki pengendalian
Resiko
KODE UNIT : M.71KKK01.001.1
JUDUL UNIT : Merancang Strategi Pengendalian Risiko K3 di Tempat Kerja
Operator K3 Umum
KODE UNIT : M.71KKK01.001.1
JUDUL UNIT : Merancang Strategi Pengendalian Risiko K3 di Tempat Kerja
STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NO. 38 TAHUN 2019


Tentang Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Kategori Aktivitas Profesional, Ilmiah dan Teknis Golongan Pokok
Aktivitas Arsitektur dan Keinsinyuran; Analisis dan Uji Teknis Bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Jabatan Kerja Personil
Keselamatan dan Kesehatan Kerja

OPERATOR K3
Unit Kompetensi
M.71KKK01.001.1 Merancang Strategi Pengendalian Risiko K3 di Tempat Kerja

Elemen Kompetensi :
1. Merencanakan pengendalian risiko K3 di tempat kerja
• Menganalisis hasil identifikasi faktor bahaya pada setiap lokasi di tempat
kerja
• Menilai faktor bahaya sesuai metode penilaian risiko K3 yang ditentukan
STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONALINDONESIA – ELEMEN KOMPETENSI

2. Merancang pengendalian risiko K3 di tempat kerja sesuai hirarki


• Menetapkan hasil penilaian risiko sesuai tingkat risiko K3
• Merancang pengendalian risiko K3 sesuai skala prioritas dan hirarki pengendalian
3. Meninjau kembali Rancangan pengendalian risiko K3 di tempat kerja
• Mengkomunikasikan rancangan pengendalian risiko K3 kepada pihak-pihak terkait
• Memperbaiki dokumen rancangan pengendalian risiko K3 sesuai hasil komunikasi

4. Melaporkan hasil Rancangan pengendalian risiko K3


• Menyusun hasil perbaikan rancangan pengendalian risiko K3 sesuai format
• Melaporkan dokumen hasil rancangan pengendalian risiko K3 pada atasan
dan pihak terkait
• Mendokumentasikan dokumen hasil rancangan pengendalian risiko K3 sesuai prosedur
PERATURAN PERUNDANGAN YANG TERKAIT
UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1970
TENTANG KESELAMATAN KERJA

UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003


TENTANG KETENAGAKERJAAN

PERATURAN MENTERI PUPR RI


NOMOR PER.10/PRT/M/2021
TENTANG PEDOMAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN KOSTRUKSI
PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 10/PRT/M/2021 TENTANG PEDOMAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN KONSTRUKSI

Bagian Ketiga
PASAL 7
Elemen Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi
a. kepemimpinan dan partisipasi pekerja dalam Keselamatan Konstruksi;
b. perencanaan Keselamatan Konstruksi;
c. dukungan Keselamatan Konstruksi;
d. operasi Keselamatan Konstruksi; dan
e. evaluasi kinerja Keselamatan Konstruksi

PASAL 9
Perencanaan Keselamatan Konstruksi merupakan
kegiatan yang paling sedikit meliputi:
a. mengidentifikasi bahaya, penilaian risiko,
pengendalian, dan peluang
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2012 TENTANG
PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Bagian Ketiga
Perencanaan K3

PASAL 9.3
Dalam menyusun rencana K3 sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) pengusaha harus mempertimbangkan:
a. hasil penelaahan awal;
b. identifikasi potensi bahaya, penilaian, dan
pengendalian risiko;
c. peraturan perundang-undangan dan persyaratan
lainnya; dan
d. sumber daya yang dimiliki
BAHAYA (hazard)
Segala sesuatu (sumber/kondisi/tindakan) berpotensi merugikan/ mencederakan pada;
(manusia, kerusakan alat/harta benda, gangguan proses produksi,
kerusakan lingkungan Andry Kurniawan, SKM., MKKK. - 2020

Yang (mungkin) mendatangkan kecelakaan (bencana,


kesengsaraan, kerugian, dan sebagainya) KBBI

potensi
BAHAYA
kondisi atau keadaan baik pada orang, peralatan, mesin, pesawat,
instalasi, bahan, cara kerja, sifat kerja, proses produksi dan lingkungan
yang berpotensi menimbulkan gangguan, kerusakan, kerugian,
kecelakaan, kebakaran, peledakan, pencemaran dan penyakit akibat
kerja
PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 05/PRT/M/2014 TENTANG PEDOMAN SISTEM MANAJEMEN
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN UMUM – PASAL 1 HURUF 6
• Berkendara Melebihi Batas Kecepatan
• Dipengaruhi alkohol KONDISI
• Narkoba TIDAK
AMAN
• Bekerjadi ketinggian
• Tanpa APD
TINDAKAN
• Sarana pelindung jatuh
TIDAK
• Menggunakan alat kerja/APD tak AMAN
layak/tak sesuai
APA YANG TERJADI JIKA MENGABAIKAN UU-PERATURAN –STANDAR K3

unsafe conditions ACCIDENT

unsafe actions

Unsafe Action : tindakan – tindakan yg tidak aman dan beresiko untuk para pekerja.

Unsafe Condition : keadaan – keadaan yg tidak aman dan beresiko untuk para pekerja.
Contoh
Tindakan dan Kondisi Tidak Aman
UNSAVE ACTION (TINDAKAN UNSAVE CONDITION (KONDISI
TIDAK AMAN), ANTARA LAIN : TIDAK AMAN), ANTARA LAIN :
Pencampuran Bahan Kimia Tempat Kerja Yang Tidak Penuhi
Standard/Prasyarat.
Buang Sampah Sembarangan Alat Pelindung Diri Yang Tidak Sesuai sama
Dengan Standard Yang Sudah di Tentukan
Bekerja Sembari Bercanda dan Kebisingan di Tempat Kerja.

Bersenda Gurau.
Mengerjakan Pekerjaan Yang Saat kerja atau Jam Kerja Lembur Yang Terlalu
berlebihan
Tidak Sesuai sama Dengan
Skill/Ketrampilan
Tidak Melakukan Prosedur Kerja Perlakukan Yang Tidak Mengasyikkan Dari
Atasan
dengan Baik
dilakukan dengan mempertimbangkan:

a. peraturan dan prosedur kerja, faktor sosial (termasuk beban kerja, jam kerja,
pelecehan dan intimidasi), kepemimpinan dan budaya dalam organisasi;
b. kegiatan rutin dan non-rutin, termasuk bahaya yang timbul dari:
1) kondisi prasarana, peralatan, material, zat berbahaya dan kondisi fisik tempat
kerja;
2) desain produk dan layanan, penelitian, pengembangan, pengujian,
produksi, perakitan, pengadaan, pemeliharaan dan pembuangan;
3) faktor manusia;
4) cara pelaksanaan pekerjaan.
PERTIMBANGAN IDENTIFIKASI BAHAYA

c. kejadian yang pernah terjadi pada periode sebelumnya, baik dari internal
maupun eksternal organisasi, termasuk keadaan
darurat, dan penyebabnya;
d. potensi keadaan darurat;
e. faktor manusia, termasuk:
1) orang yang memiliki akses ke tempat kerja dan/atau kegiatan Pekerjaan
Konstruksi, termasuk pekerja, pengunjung, dan orang lain;
2) orang di sekitar tempat kerja yang dapat dipengaruhi oleh
kegiatan Pekerjaan Konstruksi;
3) pekerja di lokasi yang tidak berada di bawah kendali langsung organisasi;
PERTIMBANGAN IDENTIFIKASI BAHAYA

f. isu lainnya, meliputi:


1) desain dari area kerja, proses, instalasi, mesin/peralatan, prosedur operasi dan
organisasi kerja, termasuk kesesuaiannya dengan kebutuhan dan kemampuan
pekerja yang terlibat;
2) situasi yang terjadi di sekitar tempat kerja yang disebabkan oleh kegiatan yang
berhubungan dengan pekerjaan yang berada di bawah kendali organisasi;
3) situasi yang tidak di bawah kendali organisasi dan terjadi di sekitar tempat kerja
yang dapat menyebabkan cedera dan penyakit/kesehatan yang buruk bagi orang-
orang di tempat kerja;
g. perubahan yang terjadi atau perubahan yang diusulkan terkait organisasi,
operasi, proses, kegiatan dan SMKK;
h. perubahan ilmu pengetahuan dan informasi tentang bahaya.
Metode identifikasi bahaya
merupakan teknik yang dikembangkan untuk mengenal dan
mengevaluasi berbagai bahaya yang terdapat dalam proses kerja
https://www.synergysolusi.com/berita/berita-k3/pengenalan-metode-identifikasi-bahaya
1. What if/check list
o setiap proses dipelajari melalui pendekatan brainstorming untuk
memformulasikan setiap pertanyaan meliputi kejadian yang akan
menimbulkan konsekuensi yang tidak diinginkan.
o Masing-masing pertanyaan dibagi ke dalam tahapan
• Operasi
• Teknik
• Pemeliharaan
• inspeksi.
o mempertimbangkan skenario terjadinya insiden, identikasi konsekuensi, penilaian kualitatif
untuk menentukan tingkat keparahan konsekuensi, kemungkinan dari semua risiko yang ada
dan pembuatanrekomendasi untuk mengurangi
bahaya.
o dapat digunakan untuk mengidentifikasi bahaya potensial dari setiap
tahapan proses. Metode ini akan efektif apabila dilakukan oleh tim yang berpengalaman
untuk evaluasi suatu proses
2. HAZOPS

Hazard and Operability Study


o digunakan untuk mengidentifikasi permasalahan dari
operasional proses yang dapat mempengaruhi efisiensi produksi dan
keselamatan.
o merupakan metode identifikasi risiko yang berfokus pada analisis
terstruktur mengenai operasi yang berlangsung.
o harus mempelajari setiap tahapan proses untuk mengidentifikasi semua
penyimpangan dari kondisi operasi yang normal, mendeskripsikan bagaimana bisa
terjadi dan menentukan perbaikan dari penyimpangan yang ada
3. FMEA
Failure Mode and Effect Analysis
o menganalisis berbagai pertimbangan kesalahan dari peralatan yang digunakan dan
mengevaluasi dampak dari kesalahan tersebut.
o Kelemahan : tidak mempertimbangkan kesalahan manusia.
o mengidentifikasi kemungkinan abnormal atau penyimpangan yang dapat terjadi pada
komponen atau peralatan yang terlibat dalam proses produksi serta konsekuensi yang
ditimbulkan

4. FTA
Fault Tree Analysis
o memprediksi atau alat investigasi setelah terjadinya kecelakaan dengan
melakukan analisis proses kejadian.
o menghasilkan penilaian kuantitatif dari probabilitas kejadian yang tidak
diinginkan.
o metode yang paling efektif dalam menemukan inti permasalahan karena dapat
menentukan bahwa kerugian yang ditimbulkan tidak berasal dari
satu kegagalan.
o merupakan kerangka berpikir terbalik di mana evaluasi berawal dari insiden
kemudian dikaji penyebabnya
5. ETA
Event Tree Analysis
o metode yang menunjukkan dampak yang mungkin terjadi dengan diawali oleh
identifikasi pemicu kejadian dan proses dalam setiap tahapan yang menimbulkan
terjadinya kecelakaan.
o perlu mengetahui pemicu dari kejadian dan fungsi sistem
keselamatan atau prosedur
o kegawatdaruratan yang tersedia untuk menentukan langkah perbaikan
terhadap dampak yang ditimbulkan
6. JHA
Job Hazard Analysis
o fokus pada tahapan pekerjaan sebagai cara untuk mengidentifikasi bahaya
sebelum suatu kejadian yang tidak diinginkan muncul.
o fokus pada interaksi antara pekerja, tugas/pekerjaan, alat dan lingkungan.
o setelah diketahui bahaya yang tidak bisa dihilangkan, maka dilakukan usaha untuk menghilangkan
atau mengurangi risiko bahaya ke tingkat level yang bisa diterima (OSHA 3071).
o dapat diterapkan dalam berbagai macam jenis pekerjaan, namun terdapat beberapa prioritas
pekerjaan yang perlu dilakukan JHA, antara lain:
• Pekerjaan dengan tingkat kecelakaan/kesakitan yang tinggi
• Pekerjaan yang berpotensi menyebabkan luka,cacat atau sakit meskipun tidak terdapat
insiden sebelumnya
• Pekerjaan yang bila terjadi sedikit kesalahan kecil akan dapat memicu
terjadinya kecelakaan parah atau luka
• Pekerjaan yang baru atau mengalami perubahan dalam proses dan prosedur
• Pekerjaan cukup kompleks untuk ditulis instruksi pelaksanaannya
risiko
(Risk)

akibat yang kurang menyenangkan (merugikan, membahayakan)


dari suatu perbuatan atau tindakan KBBI

Kemungkinan terjadinya dampak dari suatu bahaya (cedera pada


manusia, kerusakan pada alat/proses/ Iingkungan sekitar karena
terpapar suatu bahaya)
PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NO. 10 TAHUN 2021
BAB I Ketentuan Umum, Pasal 1 – 19 dan 20

risiko keselamatan konstruksi


risiko konstruksi yang memenuhi satu atau lebih kriteria berupa besaran risiko
pekerjaan, nilai kontrak, jumlah tenaga kerja, jenis alat berat yang dipergunakan dan
tingkatan penerapan teknologi yang digunakan.

Penilaian risiko keselamatan konstruksi


Penilaian Risiko Keselamatan Konstruksi adalah perhitungan besaran potensi berdasarkan
kemungkinan adanya kejadian yang berdampak terhadap kerugian atas konstruksi, jiwa manusia,
keselamatan publik, dan lingkungan yang dapat timbul dari sumber bahaya tertentu, terjadi pada
Pekerjaan Konstruksi dengan memperhitungkan nilai kekerapan dan nilai keparahan yang
ditimbulkan.
OH&S Risk
Occupational Health & Safety Risk (ISO 45001:2018 3.22)

kombinasi kemungkinan terjadinya kejadian atau paparan berbahaya


yang terkait dengan pekerjaan dan tingkat keparahan cedera dan
kesehatan yang buruk yang dapat disebabkan oleh peristiwa atau
paparan

Contoh Kemungkinan Ter-=


 -peleset jatuh karena lantai licin
 -jerembab karena housekeeping buruk
 -kilir punggung karena cara angkat salah
 -tabrak kendaraan karena cuaca kabut tebal
 -jatuh dari ketinggian karena tangga patah/APD cacat
 -sengat listrik karena kulit kabel terkelupas
Jenis
Bahaya
Bahaya Benda Fisik 1. Cahaya yang intensitasnya terlalu tinggi atau rendah (terlalu
(Physical Hazards) terang, gelap, remang-remang, dll.);
2. Suara bising melebihi ambang batas;
3. Suhu terlalu panas atau terlalu dingin (ruang, benda);
4. Tekanan terlalu tinggi atau rendah;
5. Radiasi elektromagnetis (ultra violet, infrared, dll.);
6. Radiasi ionisasi (rontgen, radioactive/nuklir, dll.),
7. Getaran benda bekerja dan getaran lingkungan kerja yang
melampaui ambang batas.

bahaya Listrik 1. Kegagalan alat pengamannya (fuse, grounding, breaker, dsb);


(Electrical Hazards) 2. Kelebihan beban penggunaan;
3. Loncatan bunga api;
4. Isolasi yang tidak sempurna

Bahaya Kimiawi 1. Gas, uap dan cairan serta asap berbahaya


(Chemical Hazards) 2. debu (Arsenik,Timbal,Silica & Cadmium)
Bahaya Benda Bergerak 1. Benda yang bergerak lurus/linear movement (mesin penempa,
(KineticHazards) mesin potong, ban berjalan, mobil,dll.);
2. Benda bergerak berputar/rotation (roda, roda gigi, crane, gerinda,
katrol,dll.);
3. Benda bergerak tak beraturan (debu, percikan metal/
partikel/zatkimia, semprotan bertekanan, dll.);
4. Pengangkatan/pengangkutan (beban yang terlalu
berlebihan beratnya atau kecepatannya,dll.)

Bahaya Benda Diam 1. Bahaya perbedaan elevasi atau gravitasi (printer yang diletakkan
(StaticHazards) diatas lemari kerja sedangkan posisi pekerja berada dibawahnya);
2. Bahaya air (terlalu dalam, terlalu dingin, terlalu panas);
3. Bahaya kerusakan perkakas/sarana kerja;
4. Bahaya konstruksi (jembatan/perancah ambruk, dll.);
5. Bahaya pemasangan (sambungan/baut tidak kuat, dll.)

Bahaya Ergonomi 1. Bentuk perkakas, bentuk peralatan, cara kerja, bentuk tempat
kerja dan penanganan secara manual
PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 21/PRT/M/2019 TENTANG PEDOMAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN KONSTRUKSI

Risiko Keselamatan Konstruksi


a. kecil;
b. sedang;
c. besar.

Risiko Kecil a. bersifat berbahaya rendah berdasarkan penilaian Risiko Keselamatan


Konstruksi yang ditetapkan oleh Pengguna Jasa berdasarkan
perhitungan;
b. Pekerjaan Konstruksi dengan nilai HPS sampai dengan
Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah);
c. mempekerjakan tenaga kerja yang berjumlah kurang
dari 25 (dua puluh lima) orang; dan/atau
d. Pekerjaan Konstruksi yang menggunakan teknologi
sederhana.
Risiko sedang
a. bersifat berbahaya sedang berdasarkan penilaian Risiko Keselamatan Konstruksi;
b. Pekerjaan Konstruksi dengan nilai HPS di atas Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah)
sampai dengan Rp100.000.000.000,00 (seratus milyar rupiah);
c. mempekerjakan tenaga kerja yang berjumlah 25 (dua puluh lima) orangsampai dengan 100
(seratus) orang; dan/atau
d. Pekerjaan Konstruksi yang menggunakan teknologi madya.

Risiko besar
a. bersifat berbahaya tinggi berdasarkan penilaian Risiko Keselamatan Konstruksi.
b. Pekerjaan Konstruksi dengan nilai HPS di atas Rp100.000.000.000;
c. mempekerjakan tenaga lebih dari 100 (seratus) orang;
d. menggunakan peralatan berupa pesawat angkat;
e. menggunakan metode peledakan dan/atau menyebabkan terjadinya peledakan;
f. Pekerjaan Konstruksi yang menggunakan teknologi tinggi.
PENILAIAN RISIKO
Penilaian
RISIKO DAN PELUANG KESELAMATAN KONSTRUKSI MELIPUTI

a. penilaian risiko bahaya yang telah teridentifikasi, dengan


mempertimbangkan keberhasilgunaan pengendalian yang ada;
b. penentuan dan penilaian risiko lain yang terkait dengan penerapan,
pengoperasian dan pemeliharaan SMKK.
c. penilaian peluang Keselamatan Konstruksi untuk meningkatkan kinerja
Keselamatan Konstruksi, dengan mempertimbangkan perubahan yang
direncanakan terkait organisasi, kebijakan, proses atau kegiatan dan:
1. peluang untuk menyesuaikan pekerjaan, organisasi kerja dan
lingkungan kerja;
2. peluang untuk menghilangkan bahaya dan mengurangi
risiko Keselamatan Konstruksi;
d. penilaian peluang lain guna peningkatan SMKK.
Metodologi dan kriteria
penilaian risiko Keselamatan Konstruksi harus ditetapkan dengan memperhatikan

a. ruang lingkup, sifat dan jangka waktu untuk


memastikan bahwa yang dilakukan adalah lebih
bersifat proaktif dari pada reaktif dan digunakan
dengan cara yang sistematis.
b. kemungkinan terjadinya risiko dan peluang lain
untuk Penyedia Jasa sebagai akibat terjadinya risiko
Keselamatan Konstruksi dan peluang Keselamatan
Konstruksi.
Konsep dasar penilaian risiko
Identifikasi Bahaya Menentukan
Menilai Risiko
A. Sumber (4M 1 E) B. jenis Pengendalian

1. Orang (Man) 1. Menghilangkan


2. Bahan 1.Fisika 1. Kemungkinan (Eliminasi)
(Material) 2.Kimia (likelihood) 2. Mengganti dengan
3. Mesin 3.Biologis 2. Konsekuensi yang memiliki nilai
(Machine) 4.Ergonomis (Consequence) resiko rendah
4. Metode Kerja 5.Psikososial (Substitusi)
(Method) 3. Rekayasa
5. Lingkungan (Engineering)
(Environment) 4. Administrasi
5. APD

penilaian risiko R = F X S
frekuensi severity
kekerapan keparahan
PENETAPAN tingkat kekerapan
Tingkat
Deskripsi Definisi
Kekerapan
• Besar kemungkinan terjadi kecelakaan saat melakukan pekerjaan
5 Hampir pasti
• Kemungkinan terjadinya kecelakaan lebih dari 2 dalam 1 tahun
• Kemungkinan akan terjadi kecelakaan saat melakukan pekerjaan pada
Sangat mungkin
4 terjadi
hampir semua kondisi
• Kemungkinan terjadinya kecelakaan 1 kali dalam 1 tahun terakhir
• Kemungkinan akan terjadi kecelakaan saat melakukan pekerjaan pada
3 Mungkin terjadi beberapa kondisi tertentu
• Kemungkinan terjadinya kecelakaan 2 kali dalam 3 tahun terakhir
• Kecil kemungkinan terjadi kecelakaan saat melakukan pekerjaan pada
Kemungkinan
2 kecil terjadi
beberapa kondisi tertentu
• Kemungkinan terjadinya kecelakaan 1 kali dalam 3 tahun terakhir
• Dapat terjadi kecelakaan saat melakukan pekerjaan pada beberapa
Hampir tidak
1 pernah terjadi
kondisi tertentu
• Kemungkinan terjadinya kecelakaan lebih dari 3 tahun terakhir
PENETAPAN tingkat keparahan
Skala Konsekuensi
Keselamatan
Tingkat
Keparahan Manusia Lingkungan
(Pekerja & Peralatan Material
Masyarakat)

5 Timbulnya fatality
lebih dari 1 orang
Terdapat peralatan
utama yang rusak
Material rusak dan
perlu mendatangkan
Menimbulkan pencemaran
udara/air/tanah /suara yang
meninggal dunia; total lebih dari satu material baru yang mengakibatkan keluhan dari pihak
dan mengakibatkan membutuhkan waktu masyarakat;atau
Atau pekerjaan berhenti lebih dari 1 minggu dan Terjadi kerusakan lingkungan di
Lebih dari 1 orang selama lebih dari 1 mengakibatkan Taman Nasional yang berhubungan
cacat tetap minggu pekerjaan berhenti dengan flora dan fauna;atau
Rusaknya aset masyarakat sekitar
secara keseluruhan
Terjadi kerusakan yang parah
terhadap akses jalan masyarakat.
PENETAPAN TINGKAT KEPARAHAN

Skala Konsekuensi
Tingkat Keselamatan
Keparahan Lingkungan
Manusia
(Pekerja & Peralatan Material
Masyarakat)

4 Timbulnya fatality
1 orang meninggal
Terdapat satu
peralatan utama yang
Material rusak dan
perlu mendatangkan
Menimbulkan pencemaran
udara/air/tanah/suara namun tidak
dunia; rusak total dan material baru yang adanya keluhan dari pihak
Atau mengakibatkan membutuhkan waktu 1 masyarakat;atau
1 orang cacat pekerjaan berhenti minggu dan Terjadi kerusakan lingkungan yang
tetap selama 1 minggu mengakibatkan berhubungan dengan flora dan
pekerjaan berhenti fauna;atau
Rusaknya sebagian aset masyarakat
sekitar; atau
Terjadi kerusakan sebagian akses
jalan masyarakat
PENETAPAN TINGKAT KEPARAHAN

Skala Konsekuensi
Tingkat
Keselamatan
Keparahan Manusia
Lingkungan
(Pekerja & Peralatan Material
Masyarakat)

3 Terdapat insiden
yang
erdapat lebih dari satu
peralatan yang rusak
Material rusak dan
perlu mendatangkan
Menimbulkan pencemaran
udara/air/tanah /suara yang
mengakibatkan dan memerlukan material baru yang mempengaruhi lingkungan
lebih dari 1 perbaikan dan membutuhkan waktu kerja;atau
pekerja dengan mengakibatkan lebih dari 1 minggu dan Terjadi kerusakan lingkungan yang
penanganan pekerjaan berhenti tidak mengakibatkan berhubungan dengan tumbuhan di
perawatan medis selama kurang dari pekerjaan berhenti lingkungan kerja;atau
rawat inap, tujuh hari
kehilangan waktu Terjadi kerusakan akses jalan di
kerja lingkungan kerja
PENETAPAN TINGKAT KEPARAHAN

Skala Konsekuensi
Tingkat
Keselamatan
Keparahan Manusia
Lingkungan
(Pekerja & Peralatan Material
Masyarakat)

2 Terdapat insiden
yang
Terdapat satu
peralatan yang rusak,
Material rusak dan
perlu mendatangkan
Menimbulkan pencemaran
udara/air/tanah/suara yang
mengakibatkan 1 memerlukan material baru yang mempengaruhi sebagian
pekerja dengan perbaikan dan membutuhkan waktu lingkungan kerja;atau
penanganan mengakibatkan kurang dari 1 minggu, Terjadi kerusakan sebagian akses
perawatan medis pekerjaan berhenti namun tidak jalan di lingkungan kerja
rawat inap, selama lebih dari 1 mengakibatkan
kehilangan waktu hari pekerjaan berhenti
kerja
PENETAPAN TINGKAT KEPARAHAN

Skala Konsekuensi
Tingkat
Keselamatan
Keparahan Manusia
Lingkungan
(Pekerja & Peralatan Material
Masyarakat)

1 Terdapat insiden
yang
Terdapat satu
peralatan yang rusak,
Tidak mengakibatkan
kerusakan material
Tidak mengakibatkan gangguan
lingkungan
penanganannya memerlukan
hanya melalui P3K, perbaikan dan
tidak kehilangan mengakibatkan
waktu kerja pekerjaan berhenti
selama kurang dari 1
hari
PENETAPAN tingkat risiko

KEPARAHAN
KEKERAPAN 1 2 3 4 5
1 1 2 3 4 5
2 2 4 6 8 10
3 3 6 9 12 15
4 4 8 12 16 20
5 5 10 15 20 25

1 - 4 = Tingkat Risiko Kecil


5 - 12 = Tingkat Risiko Sedang
15 - 25 = Tingkat Risiko Besar
PENGENDALIAN RISIKO
HIRARKI P E N G E N DAL I AN RISIKO
salah satu syarat elemen Sistem Manajemen Keselamatan Kerja
OHSAS 18001:2007 klausul 4.3.1.

1 Eliminasi

2 Substitusi
KEHANDALAN

PROTEKSI
3 Rekayasa/
Engineering

4 Pengendalian
Administratif

5 Alat Pelindung
Diri
1. ELIMINASI Hirarki teratasdan palingefektif

menghilangkan bahaya dilakukan pada saat desain

tujuan :
• untuk menghilangkan kemungkinan kesalahan manusia dalam
menjalankan suatu sistem karena adanya kekurangan pada
desain.
• Penghilangan bahaya merupakan metode yang paling efektif
sehingga tidak hanya mengandalkan prilaku pekerja dalam
menghindari resiko
• penghapusan benar-benar terhadap bahaya tidak selalu praktis
dan ekonomis.

Contoh-contoh eliminasi bahaya yang dapat dilakukan misalnya:


bahaya jatuh, bahaya ergonomi, bahaya ruang terbatas, bahaya
bising, bahaya kimia.
ELIMINASI

bahaya pada pekerjaan di atas ketinggian :

sebaiknya direncanakan sejaktahap awalperencanaan konstruksi, ini


bertujuan untuk menentukan desain bangunan, perencanaan dan
koordinasi.

Menghilangkan (eliminasi) potensi jatuh pada pekerjaan di atasketinggian,


dapat dilakukan dengancara:

• Membuat desain yang lebih aman


• Menggunakan alat bantu
• Metode alternatif
ELIMINASI

• Membuat desain yang lebih aman

 membuat desain yang telah memperhitungkan aspek-aspek


keselamatan
 menempatkan peralatan yang membutuhkan perawatan secara
berkala pada posisi yang rendah sehingga tidak perlu naik
untuk melakukan perawatan pada peralatan tersebut

 membuat akses jalan (walkway) yang dilengkapi dengan


pegangan tangan (handrail)

 membuat tembok pembatas

 menempatkan blower AC di posisi yang rendah, sehingga pada


saat perbaikan tidak perlu harus naik.
ELIMINASI

• Menggunakan alat bantu

menjadi salah satu pengendalian bahaya jatuh secara eliminasi


Dengan menggunakan alat bantu yang sesuai, maka pekerjaan yang
seharusnya dilakukan di atas dapat dilakukan dari bawah
Penggunaan tongkat (galah) untuk mengecat pada dinding yang tinggi
penggunaan ekstensi pada pekerjaan pembersihan jendela

• Metode alternatif

Melakukan pengecatan genting sebelum dipasang, hal ini dapat


menghilangkan pekerjaan pengecatan di atas ketinggian
Melakukan perbaikan blower AC di lantai
Melakukan perakitan bangunan di bawah, setelah itu baru didirikan
2. SUBSTITUSI
Metode pengendalian ini bertujuan untuk
• mengganti bahan, proses, operasi ataupun peralatan dari yang
berbahaya menjadi lebih tidak berbahaya.
• menurunkan bahaya dan risiko minimal melalui disain sistem
ataupun desain ulang.

Beberapa contoh aplikasi substitusi misalnya:


• Sistem otomatisasi pada mesin untuk mengurangiinteraksi
mesin-mesin berbahaya dengan operator
• menggunakan bahan pembersih kimia yang kurangberbahaya
• mengurangi kecepatan,kekuatan serta arus listrik
• mengganti bahan baku padat yang menimbulkan debu menjadi
bahan yang cair atau basah
3. RE KAYASA/ EN GIN EE RIN G

Pengendalian ini dilakukan bertujuan


untuk memisahkan bahaya dengan pekerja
untuk mencegah terjadinya kesalahan manusia
Pengendalian ini biasanya terpasang dalam suatu unit sistemmesin atau
peralatan.

Contoh-contoh implementasi metode ini misal adalah adanya penutup


mesin/machine guard, circuit breaker, interlock system, start-up alarm,
ventilationsystem,sensor,soundenclosure
4. P E N G E N DAL IA N ADMINISTRATIF
Kontrol administratif ditujukan :
pengandalian dari sisi orang yang akan melakukan pekerjaan, dengan
dikendalikan metode kerja diharapkan orang akan mematuhi, memiliki
kemampuandan keahliancukupuntukmenyelesaikanpekerjaan secara aman.

Jenis pengendalian ini antara lain seleksi karyawan, adanya standar operasi
baku (SOP), pelatihan, pengawasan, modifikasi prilaku, jadwal kerja, rotasi
kerja, pemeliharaan, manajemen perubahan, jadwal istirahat, investigasi dll.
5. ALAT P E L I N D U N G DIRI

merupakan merupakan hal yang paling tidak efektif dalam


pengendalian bahaya,
hanya berfungsi untuk mengurangi seriko dari dampak bahaya.
Karena sifatnya hanya mengurangi, perlu dihindari ketergantungan
hanya menggandalkan alat pelindung diri dalam menyelesaikan setiap
pekerjaan.
Melindungi tenaga kerja jika usaha rekayasa (engineering) dan administratif
tidak bisa dikerjakan dengan baik., tingkatkan efektivitas dan produktivitas
kerja, dan membuat lingkungan kerja yang aman
.
Dalam aplikasi pengendalian bahaya, selain kita berfokus pada
hirarkinya tentunya dipikirkan pula kombinasi beberapa
pengendalian lainnya agar efektifitasnya tinggi sehingga
bahaya dan resiko yang ada semakin kecil untuk menimbulkan
kecelakaan.

MESIN BARU Metode Kebisingan


Kebisingan 100 dBA Engineering control 90 dBA

Safety sign
preventive maintenance/manual book
pengukuran kebisingan secara berkala
pelatihan dan penggunaan earplug yang sesuai
pengendalian risiko K3 konstruksi
Tugas, Tanggung Jawab dan Wewenang
Penyedia Jasa Pelaksana Konstruksi

melakukan pengendalian risiko K3 konstruksi, termasuk INSPEKSI yang


meliputi:
1. Tempat kerja;
2. Peralatan kerja;
3. Cara kerja;
4. Alat Pelindung Kerja;
5. Alat Pelindung Diri;
6. Rambu-rambu; dan
7. Lingkungan kerja konstruksi sesuai dengan RK3K

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 05/PRT/M/2014 TENTANG PEDOMAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA (SMK3) KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN UMUM – PASAL 19 HURUF J
CONTOH FORMAT TABEL IDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENGENDALIAN RISIKO
IDENTIFIKASI PENETAPAN PENGENDALIAN
NO. URAIAN KEGIATAN DAMPAK/RISIKO
BAHAYA RISIKO

Uraian Kegiatan Tahapan kegiatan pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan pekerjaan rutin dan non-
rutin

Identifikasi Bahaya Menetapkan karakteristik kondisi bahaya/tindakan bahaya terhadap aktivitas


pelaksanaan konstruksi sesuai dengan peraturan terkait

Dampak/Risiko Paparan/konsekuensi yang timbul akibat kondisi bahaya dan tindakan


bahaya terhadap aktivitas pelaksanaan konstruksi

Penetapan Kegiatan yang dapat mengendalikan baik mengurangi maupun


Pengendalian Risiko menghilangkan dampak bahaya yang timbul
IDENTIFIKASI BAHAYA PENILAIAN RISIKO DAN PENGENDALIAN
IBPRP
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai