Anda di halaman 1dari 53

KODE UNIT KOMPETENSI : S. 942100.001.011.

01

MENGIDENTIFIKASI DAN
MENGENDALIKAN RISIKO

BIMBINGAN TEKNIS AHLI MUDA K3 KONSTRUKSI


Zoom meeting, 29,30 September 2020 – 01 Oktober 2020
BEKERJA SAMA DENGAN :
IR. H. MOCH. ICHWAN N. E., MT. IAI.
STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA
(SKKNI) KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 350 TAHUN 2014 TENTANG PENETAPAN
STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA KATEGORI JASA PROFESIONAL, ILMIAH DAN TEKNIS GOLONGAN POKOK JASA
ARSITEKTUR DAN TEKNIK SIPIL; ANALISIS DAN UJI TEKNIS BIDANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) KONSTRUKSI

AHLI MUDA K3 KONSTRUKSI


Unit Kompetensi

S. 942100.001.011.01 Mengidentifikasi dan Mengendalikan Risiko

Elemen Kompetensi :

1. Mengidentifikasi potensi bahaya di lingkungan kerja konstruksi


• Menginventarisasi berbagai jenis pekerjaan konstruksi yang akan
dilaksanakan.
• Mengkaji potensi bahaya dokumen konstruksi dan metode pelaksanaan
pekerjaan.
• Menyusun daftar potensi bahaya sesuai urutan kerja.
STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONALINDONESIA – ELEMEN KOMPETENSI

2. Melakukan penilaian risiko bahaya di lingkungan kerja konstruksi


• Menetapkan sarana, teknik, proses dan metode penilaian risiko bahaya.
• Melakukan penilaian risiko bahaya.
• Menetapkan tingkat risiko bahaya.

3. Melakukan pengendalian resiko bahaya di lingkungan kerja konstruksi


• Menyusun rencana pengendalian risiko bahaya.
• Melakukan pengendalian risiko bahaya.
• Mengevaluasi pengendalian risiko bahaya.
PERATURAN PERATURAN
terkait identifikasi dan pengendalian risiko
UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1970
TENTANG KESELAMATAN KERJA

UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003


TENTANG KETENAGAKERJAAN

PERATURAN MENTERI PUPR RI


NOMOR PER.21/PRT/M/2019
TENTANG PEDOMAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN KOSTRUKSI
PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 21/PRT/M/2019 TENTANG PEDOMAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN KONSTRUKSI

Bagian Ketiga
PASAL 7
Elemen Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi
a. kepemimpinan dan partisipasi pekerja dalam Keselamatan Konstruksi;
b. perencanaan Keselamatan Konstruksi;
c. dukungan Keselamatan Konstruksi;
d. operasi Keselamatan Konstruksi; dan
e. evaluasi kinerja Keselamatan Konstruksi

PASAL 9
Perencanaan Keselamatan Konstruksi merupakan
kegiatan yang paling sedikit meliputi:
a. mengidentifikasi bahaya, penilaian risiko,
pengendalian, dan peluang
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2012
TENTANG PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Bagian Ketiga
Perencanaan K3

PASAL 9.3
Dalam menyusun rencana K3 sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) pengusaha harus mempertimbangkan:
a. hasil penelaahan awal;
b. identifikasi potensi bahaya, penilaian, dan
pengendalian risiko;
c. peraturan perundang-undangan dan persyaratan
lainnya; dan
d. sumber daya yang dimiliki
BAHAYA (hazard)
Segala sesuatu (sumber/kondisi/tindakan) berpotensi merugikan/
mencederakan pada; (manusia, kerusakan alat/harta benda,
gangguan proses produksi, kerusakan lingkungan Andry Kurniawan, SKM., MKKK. - 2020

Yang (mungkin) mendatangkan kecelakaan (bencana,


kesengsaraan, kerugian, dan sebagainya) KBBI

potensi
BAHAYA
kondisi atau keadaan baik pada orang, peralatan, mesin,
pesawat, instalasi, bahan, cara kerja, sifat kerja, proses
produksi dan lingkungan yang berpotensi menimbulkan
gangguan, kerusakan, kerugian, kecelakaan, kebakaran,
peledakan, pencemaran dan penyakit akibat kerja
PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 05/PRT/M/2014 TENTANG PEDOMAN SISTEM MANAJEMEN
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN UMUM – PASAL 1 HURUF 6
Identifikasi bahaya
dilakukan dengan mempertimbangkan:

a. peraturan dan prosedur kerja, faktor sosial (termasuk beban kerja,


jam kerja, pelecehan dan intimidasi), kepemimpinan dan budaya
dalam organisasi;
b. kegiatan rutin dan non-rutin, termasuk bahaya yang timbul dari:
1) kondisi prasarana, peralatan, material, zat berbahaya dan kondisi
fisik tempat kerja;
2) desain produk dan layanan, penelitian, pengembangan, pengujian,
produksi, perakitan, pengadaan, pemeliharaan dan pembuangan;
3) faktor manusia;
4) cara pelaksanaan pekerjaan.
PERTIMBANGAN IDENTIFIKASI BAHAYA

c. kejadian yang pernah terjadi pada periode sebelumnya, baik


dari internal maupun eksternal organisasi, termasuk keadaan
darurat, dan penyebabnya;
d. potensi keadaan darurat;
e. faktor manusia, termasuk:
1) orang yang memiliki akses ke tempat kerja dan/atau kegiatan
Pekerjaan Konstruksi, termasuk pekerja, pengunjung, dan orang
lain;
2) orang di sekitar tempat kerja yang dapat dipengaruhi oleh
kegiatan Pekerjaan Konstruksi;
3) pekerja di lokasi yang tidak berada di bawah kendali langsung
organisasi;
PERTIMBANGAN IDENTIFIKASI BAHAYA

f. isu lainnya, meliputi:


1) desain dari area kerja, proses, instalasi, mesin/peralatan, prosedur
operasi dan organisasi kerja, termasuk kesesuaiannya dengan
kebutuhan dan kemampuan pekerja yang terlibat;
2) situasi yang terjadi di sekitar tempat kerja yang disebabkan oleh
kegiatan yang berhubungan dengan pekerjaan yang berada di bawah
kendali organisasi;
3) situasi yang tidak di bawah kendali organisasi dan terjadi di sekitar
tempat kerja yang dapat menyebabkan cedera dan
penyakit/kesehatan yang buruk bagi orang-orang di tempat kerja;
g. perubahan yang terjadi atau perubahan yang diusulkan terkait
organisasi, operasi, proses, kegiatan dan SMKK;
h. perubahan ilmu pengetahuan dan informasi tentang bahaya.
Metode identifikasi bahaya
merupakan tekhnik yang dikembangkan untuk mengenal dan
mengevaluasi berbagai bahaya yang terdapat dalam proses kerja
https://www.synergysolusi.com/berita/berita-k3/pengenalan-metode-identifikasi-bahaya
1. What if/check list
o setiap proses dipelajari melalui pendekatan brainstorming untuk
memformulasikan setiap pertanyaan meliputi kejadian yang akan
menimbulkan konsekuensi yang tidak diinginkan.
o Masing-masing pertanyaan dibagi ke dalam tahapan
• Operasi
• Teknik
• Pemeliharaan
• inspeksi.
o mempertimbangkan skenario terjadinya insiden, identikasi konsekuensi,
penilaian kualitatif untuk menentukan tingkat keparahan konsekuensi,
kemungkinan dari semua risiko yang ada dan pembuatan rekomendasi untuk
mengurangi bahaya.
o dapat digunakan untuk mengidentifikasi bahaya potensial dari setiap
tahapan proses. Metode ini akan efektif apabila dilakukan oleh tim yang
berpengalaman untuk evaluasi suatu proses
2. HAZOPS
Hazard and Operability Study
o digunakan untuk mengidentifikasi permasalahan dari
operasional proses yang dapat mempengaruhi efisiensi produksi
dan keselamatan.
o merupakan metode identifikasi risiko yang berfokus pada analisis
terstruktur mengenai operasi yang berlangsung.
o harus mempelajari setiap tahapan proses untuk mengidentifikasi
semua penyimpangan dari kondisi operasi yang normal,
mendeskripsikan bagaimana bisa terjadi dan menentukan perbaikan
dari penyimpangan yang ada
3. FMEA
Failure Mode and Effect Analysis
o menganalisis berbagai pertimbangan kesalahan dari peralatan yang
digunakan dan mengevaluasi dampak dari kesalahan tersebut.
o Kelemahan : tidak mempertimbangkan kesalahan manusia.
o mengidentifikasi kemungkinan abnormal atau penyimpangan yang dapat
terjadi pada komponen atau peralatan yang terlibat dalam proses produksi
serta konsekuensi yang ditimbulkan

4. FTA
Fault Tree Analysis
o memprediksi atau alat investigasi setelah terjadinya kecelakaan dengan
melakukan analisis proses kejadian.
o menghasilkan penilaian kuantitatif dari probabilitas kejadian yang tidak
diinginkan.
o metode yang paling efektif dalam menemukan inti permasalahan karena
dapat menentukan bahwa kerugian yang ditimbulkan tidak berasal dari
satu kegagalan.
o merupakan kerangka berpikir terbalik di mana evaluasi berawal dari insiden
kemudian dikaji penyebabnya
5. ETA
Event Tree Analysis
o metode yang menunjukkan dampak yang mungkin terjadi dengan
diawali oleh identifikasi pemicu kejadian dan proses dalam setiap
tahapan yang menimbulkan terjadinya kecelakaan.
o perlu mengetahui pemicu dari kejadian dan fungsi sistem
keselamatan atau prosedur
o kegawatdaruratan yang tersedia untuk menentukan langkah
perbaikan terhadap dampak yang ditimbulkan
6. JHA
Job Hazard Analysis

o fokus pada tahapan pekerjaan sebagai cara untuk mengidentifikasi bahaya


sebelum suatu kejadian yang tidak diinginkan muncul.
o fokus pada interaksi antara pekerja, tugas/pekerjaan, alat dan lingkungan.
o setelah diketahui bahaya yang tidak bisa dihilangkan, maka dilakukan usaha
untuk menghilangkan atau mengurangi risiko bahaya ke tingkat level yang bisa
diterima (OSHA 3071).
o dapat diterapkan dalam berbagai macam jenis pekerjaan, namun terdapat beberapa
prioritas pekerjaan yang perlu dilakukan JHA, antara lain:
• Pekerjaan dengan tingkat kecelakaan/kesakitan yang tinggi
• Pekerjaan yang berpotensi menyebabkan luka,cacat atau sakit meskipun
tidak terdapat insiden sebelumnya
• Pekerjaan yang bila terjadi sedikit kesalahan kecil akan dapat memicu
terjadinya kecelakaan parah atau luka
• Pekerjaan yang baru atau mengalami perubahan dalam proses dan prosedur
• Pekerjaan cukup kompleks untuk ditulis instruksi pelaksanaannya
Jenis Bahaya
Bahaya Benda Fisik 1. Cahaya yang intensitasnya terlalu tinggi atau rendah
(Physical Hazards) (terlalu terang, gelap, remang-remang, dll.);
2. Suara bising melebihi ambang batas;
3. Suhu terlalu panas atau terlalu dingin (ruang, benda);
4. Tekanan terlalu tinggi atau rendah;
5. Radiasi elektromagnetis (ultra violet, infrared, dll.);
6. Radiasi ionisasi (rontgen, radioactive/nuklir, dll.),
7. Getaran benda bekerja dan getaran lingkungan kerja
yang melampaui ambang batas.

bahaya Listrik 1. Kegagalan alat pengamannya (fuse, grounding, breaker, dsb);


(Electrical Hazards) 2. Kelebihan beban penggunaan;
3. Loncatan bunga api;
4. Isolasi yang tidak sempurna

Bahaya Kimiawi 1. Gas, uap dan cairan serta asap berbahaya


(Chemical Hazards) 2. debu (Arsenik,Timbal,Silica & Cadmium)
Bahaya Benda Bergerak 1. Benda yang bergerak lurus/linear movement (mesin
(KineticHazards) penempa, mesin potong, ban berjalan, mobil,dll.);
2. Benda bergerak berputar/rotation (roda, roda gigi, crane,
gerinda, katrol,dll.);
3. Benda bergerak tak beraturan (debu, percikan metal/
partikel/zatkimia, semprotan bertekanan, dll.);
4. Pengangkatan/pengangkutan (beban yang terlalu
berlebihan beratnya atau kecepatannya,dll.)

Bahaya Benda Diam 1. Bahaya perbedaan elevasi atau gravitasi (printer yang
(StaticHazards) diletakkan diatas lemari kerja sedangkan posisi pekerja
berada dibawahnya);
2. Bahaya air (terlalu dalam, terlalu dingin, terlalu panas);
3. Bahaya kerusakan perkakas/sarana kerja;
4. Bahaya konstruksi (jembatan/perancah ambruk, dll.);
5. Bahaya pemasangan (sambungan/baut tidak kuat, dll.)

Bahaya Ergonomi 1. Bentuk perkakas, bentuk peralatan, cara kerja, bentuk


tempat kerja dan penanganan secara manual
CONTOH BAHAYA
• Berkendara Melebihi Batas Kecepatan
• Dipengaruhi alkohol KONDISI
• Narkoba TIDAK
AMAN
• Bekerjadi ketinggian
• Tanpa APD
TINDAKAN
• Sarana pelindung jatuh
TIDAK
• Menggunakan alat kerja/APD tak AMAN
layak/tak sesuai
risiko
(Risk)

akibat yang kurang menyenangkan (merugikan, membahayakan)


dari suatu perbuatan atau tindakan KBBI

Kemungkinan terjadinya dampak dari suatu bahaya


(cedera pada manusia, kerusakan pada alat/proses/
Iingkungan sekitar karena terpapar suatu bahaya)
PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NO. 21 TAHUN 2019
BAB I Ketentuan Umum, Pasal 1 – 19 dan 20

risiko keselamatan konstruksi


risiko konstruksi yang memenuhi satu atau lebih kriteria berupa besaran
risiko pekerjaan, nilai kontrak, jumlah tenaga kerja, jenis alat berat yang
dipergunakan dan tingkatan penerapan teknologi yang digunakan.

Penilaian risiko keselamatan konstruksi


Penilaian Risiko Keselamatan Konstruksi adalah perhitungan besaran potensi
berdasarkan kemungkinan adanya kejadian yang berdampak terhadap kerugian
atas konstruksi, jiwa manusia, keselamatan publik, dan lingkungan yang dapat
timbul dari sumber bahaya tertentu, terjadi pada Pekerjaan Konstruksi dengan
memperhitungkan nilai kekerapan dan nilai keparahan yang ditimbulkan.
OH&S Risk
Occupational Health & Safety Risk (ISO 45001:2018 3.22)

kombinasi kemungkinan terjadinya kejadian atau paparan


berbahaya yang terkait dengan pekerjaan dan tingkat
keparahan cedera dan kesehatan yang buruk yang dapat
disebabkan oleh peristiwa atau paparan

Contoh Kemungkinan Ter-=


▪ -peleset jatuh karena lantai licin
▪ -jerembab karena housekeeping buruk
▪ -kilir punggung karena cara angkat salah
▪ -tabrak kendaraan karena cuaca kabut tebal
▪ -jatuh dari ketinggian karena tangga patah/APD cacat
▪ -sengat listrik karena kulit kabel terkelupas
PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 21/PRT/M/2019 TENTANG PEDOMAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN KONSTRUKSI

Risiko Keselamatan Konstruksi


a. kecil;
b. sedang;
c. besar.

Risiko Kecil a. bersifat berbahaya rendah berdasarkan penilaian Risiko


Keselamatan Konstruksi yang ditetapkan oleh Pengguna
Jasa berdasarkan perhitungan;
b. Pekerjaan Konstruksi dengan nilai HPS sampai dengan
Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah);
c. mempekerjakan tenaga kerja yang berjumlah kurang
dari 25 (dua puluh lima) orang; dan/atau
d. Pekerjaan Konstruksi yang menggunakan teknologi
sederhana.
Risiko sedang
a. bersifat berbahaya sedang berdasarkan penilaian Risiko Keselamatan
Konstruksi;
b. Pekerjaan Konstruksi dengan nilai HPS di atas Rp10.000.000.000,00 (sepuluh
milyar rupiah) sampai dengan Rp100.000.000.000,00 (seratus milyar rupiah);
c. mempekerjakan tenaga kerja yang berjumlah 25 (dua puluh lima) orang sampai
dengan 100 (seratus) orang; dan/atau
d. Pekerjaan Konstruksi yang menggunakan teknologi madya.

Risiko besar
a. bersifat berbahaya tinggi berdasarkan penilaian Risiko Keselamatan Konstruksi.
b. Pekerjaan Konstruksi dengan nilai HPS di atas Rp100.000.000.000;
c. mempekerjakan tenaga lebih dari 100 (seratus) orang;
d. menggunakan peralatan berupa pesawat angkat;
e. menggunakan metode peledakan dan/atau menyebabkan terjadinya peledakan;
f. Pekerjaan Konstruksi yang menggunakan teknologi tinggi.
PENILAIAN RISIKO
Penilaian
RISIKO DAN PELUANG KESELAMATAN KONSTRUKSI MELIPUTI

a. penilaian risiko bahaya yang telah teridentifikasi, dengan


mempertimbangkan keberhasilgunaan pengendalian yang ada;
b. penentuan dan penilaian risiko lain yang terkait dengan
penerapan, pengoperasian dan pemeliharaan SMKK.
c. penilaian peluang Keselamatan Konstruksi untuk
meningkatkan kinerja Keselamatan Konstruksi, dengan
mempertimbangkan perubahan yang direncanakan terkait
organisasi, kebijakan, proses atau kegiatan dan:
1. peluang untuk menyesuaikan pekerjaan, organisasi kerja
dan lingkungan kerja;
2. peluang untuk menghilangkan bahaya dan mengurangi
risiko Keselamatan Konstruksi;
d. penilaian peluang lain guna peningkatan SMKK.
Metodologi dan kriteria
penilaian risiko Keselamatan Konstruksi harus ditetapkan dengan memperhatikan

a. ruang lingkup, sifat dan jangka waktu


untuk memastikan bahwa yang dilakukan
adalah lebih bersifat proaktif dari pada
reaktif dan digunakan dengan cara yang
sistematis.
b. kemungkinan terjadinya risiko dan peluang
lain untuk Penyedia Jasa sebagai akibat
terjadinya risiko Keselamatan Konstruksi
dan peluang Keselamatan Konstruksi.
Konsep dasar penilaian risiko
Identifikasi Bahaya Menentukan
Menilai Risiko
A. Sumber (4M 1 E) B. jenis Pengendalian

1. Orang (Man) 1. Menghilangkan


2. Bahan 1.Fisika 1. Kemungkinan (Eliminasi)
(Material) 2.Kimia (likelihood) 2. Mengganti dengan
3. Mesin 3.Biologis 2. Konsekuensi yang memiliki nilai
(Machine) 4.Ergonomis (Consequence) resiko rendah
4. Metode Kerja 5.Psikososial (Substitusi)
(Method) 3. Rekayasa
5. Lingkungan (Engineering)
(Environment) 4. Administrasi
5. APD

penilaian risiko R = F X S
frekuensi severity
kekerapan keparahan
PENETAPAN tingkat kekerapan
Tingkat
Deskripsi Definisi
Kekerapan
• Besar kemungkinan terjadi kecelakaan saat melakukan pekerjaan
5 Hampir pasti
• Kemungkinan terjadinya kecelakaan lebih dari 2 dalam 1 tahun
• Kemungkinan akan terjadi kecelakaan saat melakukan pekerjaan pada
Sangat mungkin
4 terjadi
hampir semua kondisi
• Kemungkinan terjadinya kecelakaan 1 kali dalam 1 tahun terakhir
• Kemungkinan akan terjadi kecelakaan saat melakukan pekerjaan pada
3 Mungkin terjadi beberapa kondisi tertentu
• Kemungkinan terjadinya kecelakaan 2 kali dalam 3 tahun terakhir
• Kecil kemungkinan terjadi kecelakaan saat melakukan pekerjaan pada
Kemungkinan
2 kecil terjadi
beberapa kondisi tertentu
• Kemungkinan terjadinya kecelakaan 1 kali dalam 3 tahun terakhir
• Dapat terjadi kecelakaan saat melakukan pekerjaan pada beberapa
Hampir tidak
1 pernah terjadi
kondisi tertentu
• Kemungkinan terjadinya kecelakaan lebih dari 3 tahun terakhir
PENETAPAN tingkat keparahan
Skala Konsekuensi
Keselamatan
Tingkat
Keparahan Manusia Lingkungan
(Pekerja & Peralatan Material
Masyarakat)
Timbulnya fatality Terdapat peralatan Material rusak dan Menimbulkan pencemaran
5 lebih dari 1 orang utama yang rusak perlu mendatangkan udara/air/tanah /suara yang
meninggal dunia; total lebih dari satu material baru yang mengakibatkan keluhan dari pihak
dan mengakibatkan membutuhkan waktu masyarakat;atau
Atau pekerjaan berhenti lebih dari 1 minggu dan Terjadi kerusakan lingkungan di
Lebih dari 1 orang selama lebih dari 1 mengakibatkan Taman Nasional yang berhubungan
cacat tetap minggu pekerjaan berhenti dengan flora dan fauna;atau
Rusaknya aset masyarakat sekitar
secara keseluruhan
Terjadi kerusakan yang parah
terhadap akses jalan masyarakat.
PENETAPAN TINGKAT KEPARAHAN

Skala Konsekuensi
Tingkat Keselamatan
Keparahan Lingkungan
Manusia
(Pekerja & Peralatan Material
Masyarakat)
Timbulnya fatality Terdapat satu Material rusak dan Menimbulkan pencemaran
4 1 orang meninggal peralatan utama yang perlu mendatangkan udara/air/tanah/suara namun tidak
dunia; rusak total dan material baru yang adanya keluhan dari pihak
Atau mengakibatkan membutuhkan waktu 1 masyarakat;atau
1 orang cacat pekerjaan berhenti minggu dan Terjadi kerusakan lingkungan yang
tetap selama 1 minggu mengakibatkan berhubungan dengan flora dan
pekerjaan berhenti fauna;atau
Rusaknya sebagian aset masyarakat
sekitar; atau
Terjadi kerusakan sebagian akses
jalan masyarakat
PENETAPAN TINGKAT KEPARAHAN

Skala Konsekuensi
Tingkat Keselamatan
Keparahan Lingkungan
Manusia
(Pekerja & Peralatan Material
Masyarakat)
Terdapat insiden erdapat lebih dari satu Material rusak dan Menimbulkan pencemaran
3 yang peralatan yang rusak perlu mendatangkan udara/air/tanah /suara yang
mengakibatkan dan memerlukan material baru yang mempengaruhi lingkungan
lebih dari 1 perbaikan dan membutuhkan waktu kerja;atau
pekerja dengan mengakibatkan lebih dari 1 minggu dan Terjadi kerusakan lingkungan yang
penanganan pekerjaan berhenti tidak mengakibatkan berhubungan dengan tumbuhan di
perawatan medis selama kurang dari pekerjaan berhenti lingkungan kerja;atau
rawat inap, tujuh hari
kehilangan waktu Terjadi kerusakan akses jalan di
kerja lingkungan kerja
PENETAPAN TINGKAT KEPARAHAN

Skala Konsekuensi
Tingkat Keselamatan
Keparahan Lingkungan
Manusia
(Pekerja & Peralatan Material
Masyarakat)
Terdapat insiden Terdapat satu Material rusak dan Menimbulkan pencemaran
2 yang peralatan yang rusak, perlu mendatangkan udara/air/tanah/suara yang
mengakibatkan 1 memerlukan material baru yang mempengaruhi sebagian
pekerja dengan perbaikan dan membutuhkan waktu lingkungan kerja;atau
penanganan mengakibatkan kurang dari 1 minggu, Terjadi kerusakan sebagian akses
perawatan medis pekerjaan berhenti namun tidak jalan di lingkungan kerja
rawat inap, selama lebih dari 1 mengakibatkan
kehilangan waktu hari pekerjaan berhenti
kerja
PENETAPAN TINGKAT KEPARAHAN

Skala Konsekuensi
Tingkat Keselamatan
Keparahan Lingkungan
Manusia
(Pekerja & Peralatan Material
Masyarakat)
Terdapat insiden Terdapat satu Tidak mengakibatkan Tidak mengakibatkan gangguan
1 yang peralatan yang rusak, kerusakan material lingkungan
penanganannya memerlukan
hanya melalui P3K, perbaikan dan
tidak kehilangan mengakibatkan
waktu kerja pekerjaan berhenti
selama kurang dari 1
hari
PENETAPAN tingkat risiko

KEKERAPAN KEPARAHAN
KEKERAPAN 1 2 3 4 5
1 1 2 3 4 5
2 2 4 6 8 10
3 3 6 9 12 15
4 4 8 12 16 20
5 5 10 15 20 25

1 - 4 = Tingkat Risiko Kecil


5 - 12 = Tingkat Risiko Sedang
15 - 25 = Tingkat Risiko Besar
PENGENDALIAN RISIKO
HIRARKI PENGENDALIAN RISIKO
salah satu syarat elemen Sistem Manajemen Keselamatan Kerja
OHSAS 18001:2007 klausul 4.3.1.

1 Eliminasi

2 Substitusi
KEHANDALAN

PROTEKSI
3 Rekayasa/
Engineering

Pengendalian
4
Administratif

5 Alat Pelindung
Diri
1. ELIMINASI Hirarki teratas dan paling efektif
menghilangkan bahaya dilakukan pada saat desain

tujuan :
• untuk menghilangkan kemungkinan kesalahan manusia dalam
menjalankan suatu sistem karena adanya kekurangan pada
desain.
• Penghilangan bahaya merupakan metode yang paling efektif
sehingga tidak hanya mengandalkan prilaku pekerja dalam
menghindari risiko
• penghapusan benar-benar terhadap bahaya tidak selalu praktis
dan ekonomis.

Contoh-contoh eliminasi bahaya yang dapat dilakukan misalnya:


bahaya jatuh, bahaya ergonomi, bahaya ruang terbatas, bahaya
bising, bahaya kimia.
ELIMINASI

bahaya pada pekerjaan di atas ketinggian :


sebaiknya direncanakan sejak tahap awal perencanaan konstruksi, ini
bertujuan untuk menentukan desain bangunan, perencanaan dan
koordinasi.

Menghilangkan (eliminasi) potensi jatuh pada pekerjaan di atas ketinggian,


dapat dilakukan dengan cara:

• Membuat desain yang lebih aman


• Menggunakan alat bantu
• Metode alternatif
ELIMINASI

• Membuat desain yang lebih aman


o membuat desain yang telah memperhitungkan aspek-aspek
keselamatan
o menempatkan peralatan yang membutuhkan perawatan
secara berkala pada posisi yang rendah sehingga tidak perlu
naik untuk melakukan perawatan pada peralatan tersebut

✓ membuat akses jalan (walkway) yang dilengkapi dengan


pegangan tangan (handrail)

✓ membuat tembok pembatas

✓ menempatkan blower AC di posisi yang rendah, sehingga pada


saat perbaikan tidak perlu harus naik.
ELIMINASI

• Menggunakan alat bantu

menjadi salah satu pengendalian bahaya jatuh secara eliminasi


Dengan menggunakan alat bantu yang sesuai, maka pekerjaan yang
seharusnya dilakukan di atas dapat dilakukan dari bawah
✓ Penggunaan tongkat (galah) untuk mengecat pada dinding yang tinggi
✓ Penggunaan ekstensi pada pekerjaan pembersihan jendela

• Metode alternatif

Melakukan pengecatan genting sebelum dipasang, hal ini dapat


menghilangkan pekerjaan pengecatan di atas ketinggian
Melakukan perbaikan blower AC di lantai
Melakukan perakitan bangunan di bawah, setelah itu baru didirikan
2. SUBSTITUSI
Metode pengendalian ini bertujuan untuk
• mengganti bahan, proses, operasi ataupun peralatan dari yang
berbahaya menjadi lebih tidak berbahaya.
• menurunkan bahaya dan risiko minimal melalui disain sistem
ataupun desain ulang.

Beberapa contoh aplikasi substitusi misalnya:


• Sistem otomatisasi pada mesin untuk mengurangi interaksi
mesin-mesin berbahaya dengan operator
• menggunakan bahan pembersih kimia yang kurang berbahaya
• mengurangi kecepatan, kekuatan serta arus listrik
• mengganti bahan baku padat yang menimbulkan debu menjadi
bahan yang cair atau basah
3. REKAYASA/ENGINEERING

Pengendalian ini dilakukan bertujuan


untuk memisahkan bahaya dengan pekerja
untuk mencegah terjadinya kesalahan manusia
Pengendalian ini biasanya terpasang dalam suatu unit sistem mesin atau
peralatan.

Contoh-contoh implementasi metode ini misal adalah adanya penutup


mesin/machine guard, circuit breaker, interlock system, start-up alarm,
ventilation system, sensor, sound enclosure
4. PENGENDALIAN ADMINISTRATIF
Kontrol administratif ditujukan :
pengandalian dari sisi orang yang akan melakukan pekerjaan, dengan
dikendalikan metode kerja diharapkan orang akan mematuhi, memiliki
kemampuan dan keahlian cukup untuk menyelesaikan pekerjaan secara
aman.

Jenis pengendalian ini antara lain seleksi karyawan, adanya standar operasi
baku (SOP), pelatihan, pengawasan, modifikasi prilaku, jadwal kerja,
rotasi kerja, pemeliharaan, manajemen perubahan, jadwal istirahat,
investigasi dll.
5. ALAT PELINDUNG DIRI

merupakan merupakan hal yang paling tidak efektif


dalam pengendalian bahaya,
hanya berfungsi untuk mengurangi risiko dari dampak
bahaya. Karena sifatnya hanya mengurangi, perlu
dihindari ketergantungan hanya menggandalkan alat
pelindung diri dalam menyelesaikan setiap pekerjaan.
Melindungi tenaga kerja jika usaha rekayasa (engineering)
dan administratif tidak bisa dikerjakan dengan baik.,
tingkatkan efektivitas dan produktivitas kerja, dan
membuat lingkungan kerja yang aman
.Dalam aplikasi pengendalian bahaya, selain kita berfokus
pada hirarkinya tentunya dipikirkan pula kombinasi
beberapa pengendalian lainnya agar efektifitasnya
tinggi sehingga bahaya dan resiko yang ada semakin kecil
untuk menimbulkan kecelakaan.

MESIN BARU Metode Kebisingan


Kebisingan 100 dBA Engineering control 90 dBA

Safety sign
preventive maintenance/manual book
pengukuran kebisingan secara berkala
pelatihan dan penggunaan earplug yang sesuai
pengendalian risiko K3 konstruksi
Tugas, Tanggung Jawab dan Wewenang
Penyedia Jasa Pelaksana Konstruksi

melakukan pengendalian risiko K3 konstruksi, termasuk INSPEKSI yang


meliputi:
1. Tempat kerja;
2. Peralatan kerja;
3. Cara kerja;
4. Alat Pelindung Kerja;
5. Alat Pelindung Diri;
6. Rambu-rambu; dan
7. Lingkungan kerja konstruksi sesuai dengan RK3K

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 05/PRT/M/2014 TENTANG PEDOMAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA (SMK3) KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN UMUM – PASAL 19 HURUF J
CONTOH FORMAT TABEL IDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENGENDALIAN RISIKO
IDENTIFIKASI PENETAPAN PENGENDALIAN
NO. URAIAN KEGIATAN DAMPAK/RISIKO
BAHAYA RISIKO

Uraian Kegiatan Tahapan kegiatan pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan pekerjaan


rutin dan non-rutin

Identifikasi Bahaya Menetapkan karakteristik kondisi bahaya/tindakan bahaya terhadap


aktivitas pelaksanaan konstruksi sesuai dengan peraturan terkait

Dampak/Risiko Paparan/konsekuensi yang timbul akibat kondisi bahaya dan


tindakan bahaya terhadap aktivitas pelaksanaan konstruksi

Penetapan Kegiatan yang dapat mengendalikan baik mengurangi maupun


Pengendalian Risiko menghilangkan dampak bahaya yang timbul
IBPRP
IDENTIFIKASI BAHAYA PENILAIAN RISIKO DAN PENGENDALIAN
ichwan.one@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai