DASAR TEORI
Diantara berbagai macam kegiatan proyek, salah satunya adalah kegiatan proyek
konstruksi. Proyek konstruksi adalah suatu kegiatan sementara yang berlangsung dalam
jangka waktu terbatas, dengan alokasi sumber daya tertentu dan dimaksudkan untuk
menghasilkan produk yang kriteria mutunya telah digariskan dengan jelas (Suharto, 1999).
Dalam rangkaian kegiatan tersebut terjadi suatu proses mengolah sumber daya
proyek menjadi suatu hasil kegiatan yang berupa bangunan. Sumber daya tersebut
terhimpun dalam suatu organisasi untuk menyelesaikan proyek tepat waktu, tepat anggaran
dan sesuai dengn standar kualitas yang dispesifikasikan oleh perencana/owner. Sumber
daya yang dimaksud adalah tenaga kerja, peralatan konstruksi, material permanen dan
sementara, suplai dan fasilitas, uang dan teknologi/metode dan waktu. Pemegang peranan
utama pada proses konstruksi adalah kontraktor dan subkontraktor. Pihak lain yang terlibat
adalah arsitek/engineer sebagai supervisor, supplier material dan peralatan, konsultan,
owner serta penyedia jasa pengangkutan.
6
b) Adanya kesadaran atas nilai luhur martabat manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan
dalam kebersamaan dan kesejahteraan hidup yang menuntut peningkatan
perlindungan dalam bekerja dan di tempat kerja;
c) Ada dan berlakunya Peraturan dan Undang-undang yang mengatur dan mewajibkan
pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3);
d) Kewajiban moral seluruh lapisan dunia usaha dan masyarakat. Sebab, Indonesia
termasuk Negara dan bangsa yang menjunjung hak-hak asasi manusia dan telah
mendatangani Konsensi Internasional tentang K3;
e) Keinginan dari masyarakat jasa konstruksi dan dunia usaha umumnya. Untuk
menciptkan dan melaksanakan kegiatan atau proyek dengan lebih baik, yaitu lancar,
benar, nyaman dan terhindar dari kejadian kecelakaan.
7
Industri konstruksi sangat rawan terhadap kecelakaan kerja. Hal ini disebabkan
karena sifat-sifat khusus konstruksi yang tidak sama dengan industri lainnya yaitu (DK3N,
2000) :
a) Jenis pekerjaan/kegiatan pada industri konstruksi pada setiap proyek sangat
berlainan (tidak standar), sangat dipengaruhi oleh bentuk/jenis bangunan, lokasi,
kondisi dan situasi lingkungan kerja serta metode pelaksanaannya;
b) Pada setiap pekerjaan konstruksi terdapat berbagai macam jenis kegiatan yang
seringkali dilaksanakan secara simultan atau bersamaan dengan tujuan untuk
mencapai target waktu yang tepat sesuai dengan kontrak yang telah disepakati
bersama antara pemilik dan pelaksana proyek;
c) Masih banyaknya kegiatan konstruksi yang menggunakan tangan (manual), yang
mungkin tidak dapat dihindari;
d) Teknologi yang menunjang kegiatan konstruksi selalu berkembang dan bervariasi
mengikuti laju perkembangan kegiatan konstruksi dan tergantung dari jenis-jenis
pekerjaanya;
e) Banyaknya pihak-pihak yang terkait atau ikut ambil bagian atau berperaan aktif untuk
terlaksananya kegiatan konstruksi;
f) Banyaknya tenaga kerja informal yang terlibat pada kegiatan konstruksi dengan turn
over yang tinggi sehingga membutuhkan sistem penanganan yang khusus;
g) Tingkat pengetahuan (knowledge) dari pekerja konstruksi yang beragam atau tidak
merata, baik untuk pengetahuan teknis praktis maupun tingkat manajerial khususnya
dalam pengetahuan peraturan/perundangan yang berlaku.
8
d) Melaksanakan prosedur kerja dengan memperhatikan keamanan dan kesehatan
kerja.
Faktor keselamatan kerja menjadi penting karena sangat terkait dengan kinerja
karyawan terhadap kinerja perusahaan. Semakin tersedianya fasilitas keselamatan kerja,
semakin sedikit kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja seperti penyataan Jackson
(1999) bahwa keselamatan adalah merujuk pada perlindungan terhadap kesejahteraan fisik
seseorang terhadap cedera yang terkait dengan pekerjaan.
9
Safe guards, dapat ditambahkan dengan modifikasi tools atau equipment dengan
memasang pengaman pada mesin atau pasang alat bantu;
Safety prosedure , dengan mematuhi safety procedure agar mengurangi
kemungkinan terjadinya kecelakaan;
Privacy protection equipment ( APD ), adalah perlindungan paling akhir resiko tidak
mungkin dihindari.
10
Cenderung kurang rinci dibandingkan tenik-teknik lainnya;
Memberikan gambaran yang menyeluruh tentang keadaan pencegahan kecelakaan
di seluruh area kerja tertentu.
5) Pemeriksaan lingkungan
Dilakukan berdasarkan pengukuran kosentrasi zat-zat kimia di atmosfir;
Dapat mengindetifikasi kemungkinan bahaya terhadap kesehatan di tempat kerja;
Mencatat pembacaan secara berturut-turut dapat menunjukkan peningkatan atau
kebalikannya;
Instrument elektronik memang mahal namun memberikan pembacaan cepat yang
akurat dan dapat digunakan terus menerus untuk jangka panjang.
6) Laporan kecelakaan
Dibuat setelah kecelakaan;
11
Kecelakaan kecil perlu dicatat dan juga kerugian berupa kehilangan waktu;
Informasi yang diperoleh dari laporan kecelakaan;
Laporan harus dapat mengindikasikan tindakan pencegahan yang diperlukan.
12
Gambar 2.1 Teori Domino
Dalam teorinya, Heinrich mengemukakan lima faktor yang secara berurutan saling
berkaitan yang terakhir pada suatu cedera atau kerugian. Kelima faktor tersebut ialah :
1) Faktor keturunan dan lingkungan (Ancesry or Social Environment);
2) Kesalahan manusia (Worker Fault);
3) Tindakan tidak aman atau kondisi tidak aman (Unsafe Act or Unsafe Condition);
4) Kecelakaan (Accidnet);
5) Cedera (Injury/Loss).
Menurut Heinrich, cara yang paling mudah untuk mencegah terjadinya suatu
kecelakaan atau cedera adalah dengan mencabut atau menghilangkan kartu domino yang
ketiga yaitu Unsafe Act.
13
2.8.1 Warna dasar penanda keselamatan kerja
Terdapat empat warna yang masing-masing memiliki makna berbeda, seperti pada
Tabel 2.1 :
Penanda-penanda yang dinyatakan dengan warna-warna tersebut terdiri dari desain dan
bentuk tertentu seperti :
1) Penanda larangan :
Berbentuk lingkaran;
Piktogram hitam diatas dasar putih;
Garis lingkar dan diagonal berwarna merah.
Contoh penanda larangan pada Gambar 2.2.
14
Persegi panjang atau bujursangkar;
Piktogram putih diatas dasar merah.
Contoh penanda pemadam kebakaran pada Gambar 2.3.
3) Penanda peringatan :
Berbentuk segitiga;
Piktogram hitam diatas dasar kuning;
Pinggiran berwarna hitam.
Contoh penanda peringatan pada Gambar 2.4.
15
2.8.2 Isyarat-isyarat keselamatan kerja
Berikut ini adalah beberapa isyarat yang digunakan dalam penanganan
pengangkatan dan operasi-operasi lain dimana operator lapangan tidak dapat melihat apa
yang sisi bagian lain yang dikerjakannya. Dalam operasi semacam itu maka :
Seharusnya hanya satu orang (kernet) yang memberikan instruksi kepada operator;
Baik kernet maupun operator, keduanya harus mempunyai pengertian yang sama
mengenai isyarat;
Kernet harus jelas terlihat oleh operator setiap saat (atau melakukan kontak
langsung melalui telepon/radio).
Tipikal isyarat tangan ditunjukkan pada Gambar 2.7, Gambar 2.8, Gambar 2.9 dan Gambar
2.10.
16
Gambar 2.10 Isyarat (3)
17
Syarat-syarat Alat Pelindung Diri antara lain :
a) APD haruslah memiliki sifat perlindungan terhadap bahaya apapun, berdasarkan
kesesuaian bahan yang digunakan dengan potensi bahaya;
b) APD haruslah seringan mungkin sehingga tidak menimbulkan rasa tidak nyaman;
c) APD harus dibuat dari bahan yang awet dan tahan lama;
d) Penggunaan APD harus memperhatikan mobilitas pekerja sehingga tidak
menganggu aktivitas pekerjaan.
Secara teknis APD tidaklah secara sempurna dapat melindungi tubuh tetapi akan
dapat meminimalisasi tingkat keparahan kecelakaan atau keluhan/penyakit yang terjadi.
Dengan kata lain, meskipun telah menggunakan APD upaya pencegahan kecelakaan kerja
secara teknis, teknologis yang paling utama. APD dipakai apabila usaha rekayasa
(engineering) dan cara kerja yang aman (work practice) telah maksimum. Dalam
penggunaan APD masih memiliki beberapa kelemahan seperti :
Kemampuan perlindungan yang tidak sempurna;
Tenaga kerja tidak merasa aman dan komunikasi terganggu.
18