Anda di halaman 1dari 13

KARYA ILMIAH

DISUSUN OLEH: KELOMPOK 1


NOVEL WALEWANGKO
ERNA WIKU
GLORIA RORIMPANDEY
ERWIN RATULANGI
CRISTIAN GIGIR

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MANADO

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

POLITEKNIK NEGERI MANADO

JURUSAN TEKNIK SIPIL

2017

1
2
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah yang Mahakuasa Karena atas rahmat-Nya

penulis dapat menyelesaikan Tulisan ilmiah sebagai tugas Mata Kuliah Rekayasa

Pondasi 1.

Pada kesempatan ini Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Ir.

Jeanely Rangkang,M.Eng.Sc sebagai dosen pembimbing pada mata kuliah

Metode Rekayasa Pondasi 1, juga kepada semua pihak yang telah membantu

sehingga makalah ini dapat selesai tepat waktu.

Kami juga menyadari akan adanya keterbatasan pengetahuan yang Kami

miliki, namun Kami juga berusaha menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-

baiknya. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya

membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata dengan segala kekurangan dan kerendahan hati penulis

mengharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

3
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER ..................................................................................... 1

KATA PENGANTAR ................................................................................... 2

DAFTAR ISI .................................................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 4

1.1 Latar Belakang................................................................................. 4

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 5

1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................. 5

1.4 Metode Penulisan ............................................................................ 6

BAB II ISI .................................................................................................... 7

2.1 Pengertian Kegagalan Konstruksi yang disebabkan oleh tanah ...... 7

2.2 Penyebab Kegagalan Konstruksi ..................................................... 8

2.3 Unsur-Unsur Kegagalan Konstruksi................................................ 8

2.4 Kasus Kegagalan Konstruksi ........................................................... 9

BAB III PENUTUP ...................................................................................... 14

3.1 Kesimpulan ...................................................................................... 14

3.2 Saran ................................................................................................ 14

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 15

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Banyak hal yang bisa dipelajari dari kegagalan, termasuk
kegagalan struktur bangunan. Dengan mengetahui penyebab-penyebabnya,
bisa diharapkan akan tahu bagaimana menghindarinya. Dalam hal
konstruksi bangunan memang unik, karena ia merupakan produk dari
serangkaian kegiatan-kegiatan dari berbagai disiplin keahlian, mungkin
dari berbagai perusahaan, yang secara kontraktual terpisah. Tanggung
jawabnya juga tidak terpusat pada satu pihak. Ini yang mungkin membuat
rumit dalam menentukan siapa yang sebenarnya bertanggung jawab, jika
terjadi kegagalan struktur atau konstruksi bangunan. Tapi jika terjadi
kegagalan yang disebabkan oleh tanah.
Konstruksi bangunan gedung yang baik harus memenuhi 3 kriteria
yaitu kuat, kaku, dan stabil. Oleh karenanya, suatu bangunan gedung
dikatakan cacat atau mengalami kegagalan konstruksi, bila unsur-unsur
struktur tidak memenuhi salah satu atau keseluruhan kriteria di atas.
Kegagalan bangunan merupakan kejadian yang memiliki spectrum
yang sangat luas. Mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pengawasan
maupun penggunaan dan pemanfaatan. Lebih detail seperti kesalahan
desain, pelaksanaan yang tidak sesuai bestek, metode pelaksanaan yang
tidak baik, dan kesalahan penggunaan pembebanan berlebih serta
perawatan yang kurang serta hingga penggunaan yang melampaui batas
umur bangunan semua itu berpotensi untuk menimbulkan kegagalan
konstruksi.
Kegagalan bangunan karenab karena factor tanah strukturnya gagal
berfungsi dapat menimbulkan kerugian harta benda, bahkan korban jiwa.
Oleh karena itu perlu diantisipasi secara cermat. Bangunan yang didesain
terhadap beban-beban rencana dari code-code yang ada, belum dapat
menjamin sepenuhnya bebas dari segala risiko kegagalan bangunan,

5
karena penyebabnya kompleks. Salah satu strategi mengantisipasi risiko
dapat dimulai dari tahap perencanaan. Langkah pertama yang penting
adalah memperkirakan penyebab kegagalan sehingga dapat dibuat simulasi
kejadiannya. Selain simulasi fisik (eksperimen) maka simulasi numerik
berbasis komputer menjadi alternatif lain yang canggih dan relatif murah.

1.2 Rumusan masalah


Dari uraian di atas dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut:
1. Apa yang harus di perhatikan jika tidak ingin terjadi kerusakan pada
tanah?
2. Apa saja yang dapat menjadi penyebab dan unsur kegagalan yang di
sebabkan oleh tanah

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:
a. Mengetahui yang dimaksud dengan kegagalan konstruksi bangunan
yang disebabkan oleh tanah.
b. Menjelaskan penyebab dan unsur-unsur yang dapat mengakibatkan
kegagalan pada tanah.

1.4 Metode Penulisan

Metode penulisan yang digunakan dalam memubuat makalah ini


bersifat kepustakaan. Penulis mengambil referensi dari beberapa situs
internet yang membahas mengenai kegagalan konstruksi bangunan.

6
BAB II
ISI

2.1 Pengertian Kegagalan Konstruksi Bangunan


Berdasarkan UU-RI No.18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi,
Bab 1, Pasal 1 ayat 6 menyatakan Kegagalan bangunan adalah keadaan
bangunan, yang setelah diserah terimakan oleh penyedia jasa kepada
penguasa jasa, menjadi tidak berfungsi baik secara keseluruhan maupun
sebagian dan/atau tidak sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam
kontrak kerja konstruksi atau pemanfaatannya yang menyimpang sebagai
akibat kesalahan penyedia jasa dan/atau pengguna jasa.
Sedangkan menurut Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Jasa
Konstruksi, Peraturan Pemerintah No.29 Tahun 2000 tentang
Penyelenggaraan Jasa Konstruksi, Bab V Pasal 34 menyatakan Kegagalan
bangunan merupakan keadaan bangunan yang tidak berfungsi, baik secara
keseluruhan maupun sebagian dari segi teknis, manfaat, keselamatan dan
kesehatan kerja, dan atau keselamatan umum sebagai akibat kesalahan
Penyedia jasa dan atau Pengguna jasa setelah penyerahan akhir pekerjaan
konstruksi.
Himpunan Ahli Konstruksi Indonesia (HAKI) pada tahun 2001
mencoba mengkaitkan dengan UU-RI No.18 Tahun 1999 Tentang Jasa
Konstruksi, dan memberikan usulan definisi sebagai berikut:
a. Definisi Umum
Suatu bangunan baik sebagian maupun keseluruhan dinyatakan
mengalami kegagalan bila tidak mencapai atau melampaui nilai-nilai
kinerja tertentu (persyaratan minimum, maksimum dan toleransi)
yang ditentukan oleh Peraturan, Standar dan Spesifikasi yang
berlaku saat itu sehingga bangunan tidak berfungsi dengan baik.
b. Definisi Kegagalan Bangunan akibat Struktur.
Suatu bangunan baik sebagian maupun keseluruhan dinyatakan
mengalami kegagalan struktur bila tidak mencapai atau melampaui

7
nilai-nilai kinerja tertentu (persyaratan minimum, maksimum dan
toleransi) yang ditentukan oleh Peraturan, Standar dan Spesifikasi
yang berlaku saat itu sehingga mengakibatkan struktur bangunan
tidak memenuhi unsur-unsur kekuatan (strength), stabilitas (stability)
dan kenyamanan layak pakai (serviceability) yang disyaratkan.

2.2 Penyebab Kegagalan Konstruksi oleh tanah


Penyebab kegagalan konstruksi dapat dibagi dalam dua klasifikasi, yaitu:
a. Dapat diprediksi, yang artinya dapat dikendalikan atau dikarenakan
oleh manusia, diantaranya mencakup:
1) Desain, harus diperhatikan bahwa resiko tidak dapat dihilangkan
sama sekali, tetapi hanya dapat diminimalisir hingga batas yang
dapat diterima.
2) Perencanaan dan pendetailan.
3) Material, kegagalan material biasanya terjadi dikarenakan akibat
kesalahan dalam pemilihan material (mutu yang tidak sesuai)
atau dikarenakan kegagalan dalam proses pembuatan material
tersebut.
4) Pekerja atau tenaga ahli
5) Pengawasan
b. Tidak dapat diprediksi, biasanya hal-hal yang berkaitan dengan
alam, seperti gempa bumi, angin yang terlalu kencang melebihi batas
maksimum peraturan yang ada, kebakaran, dan bencana alam
lainnya.

2.3 Unsur-Unsur Kegagalan Konstruksi


Kegagalan dalam konstruksi dapat diakibatnya oleh beberapa unsur,
diantaranya sebagai berikut :
a. Keruntuhan, ketika semua resistensi gaya dalam struktur tidak lagi
ada, maka akan mengakibatkan keruntuhan total.

8
b. Keruntuhan progresif biasanya terjadi sangat parah karena ketika
terjadi suatu kesalahan pada satu bagian saja, akan berefek kepada
bagian lain dalam struktur dan ini dapat berlangsung cepat sejak
kegagalan awal dimulai, dinamakan kegagalan "efek domino".
c. Kinerja yang tidak bagus.

2.4 Kasus Kegagalan Konstruksi


Kegagalan konstruksi telah banyak terjadi diseluruh dunia sejak
dikenalnya sistem konstruksi modern. Berikut merupakan beberapa contoh
kegagalan konstruksi yang pernah terjadi dalam konstruksi gedung, ialah
sebagai berikut :

Rukan Cendrawasih
Bangunan rumah kantor (Rukan) tiga lantai yang terletak di kompleks
Cendrawasih Permai, Jl. Ahmad Yani, Kecamatan Sungai Pinang Kota Samarinda
Kalimantan Timur runtuh pada tanggal 3 Juni 2014 saat masih dalam proses
pengerjaan yang menyebabkan 12 pekerjanya tewas. Bangunan ini memiliki lebar
25 m dan panjang 100 m dengan biaya konstruksi senilai kurang lebih 15 Milyar
rupiah.

Keruntuhan Bangunan

Dari observasi yang dilakukan penyebab keruntuhan bangunan ini sangatlah


kompleks diantaranya:

9
(1) Pertama, Kegagalan pondasi. Hal ini didasarkan keterangan bahwa
pengerjaan pengerukan lahan sampai lantai 1 selesai dikerjakan hanya
memerlukan waktu enam bulan. Padahal kondisi tanah eksisting adalah rawa
dan merupakan tanah lempung sehingga memerlukan waktu lama untuk
terkonsolidasi jika tanpa penanganan khusus seperti vertical drain.
(2) Kedua, Kegagalan Struktur Utama. Struktur utama yang dimaksud adalah
balok- kolom. Hal ini didasarkan fakta bahwa pekerja sempat diminta untuk
mengecek kolom yang retak di lantai 2. Meskipun tidak ada data detail
mengenai dimensi dan lokasi keretakan akan tetapi hal ini seharusnya telah
menjadi indikasi awal bahwa ada masalah dengan struktur yang sedang
dibangun. Apalagi apabila didasarkan pada filosofi desain struktur yang benar
yaitu strong column- weak beam yang artinya kolom tidak boleh
mengalami kegagalan struktur terlebih dahulu daripada balok. Kegagalan
kolom ini sendiri diduga karena adanya deviasi antara perencanaan dan
pelaksanaan dimana kontraktor mengurangi dimensi kolom dan jumlah
tulangan yang dipakai.
(3) Ketiga, Kesalahan sistem perancah pengecoran lantai. Penyebab awal
keruntuha adalah lantai 3 yang sedang dikerjakan secara tiba- tiba roboh.
Selain karena kolom yang mengalami kegagalan, maka sistem perancah yang
dipakai juga patut dicurigai tidak dirancang dengan benar. Dari dokumentasi
yang ada terlihat bahwa sistem perancah yang digunakan menggunakan
scafolding besi dan beberapa menggunakan kayu dolken. Bekisting dan
sistem perancah seharusnya didesain secara detail baik dalam desain maupun
metode pemasangannya. Inspeksi harus dilakukan secara ketat termasuk
pengecekan terhadap kekuatan beton yang telah dicor yang akan menopang
perancah tersebut.

10
Perancah dolken patah

(4) Keempat, organisasi proyek tidak benar. Proyek rukan ini diketahui tidak
memiliki konsultan perencana. Desain bangunan yang digunakan tidak
diketahui darimana dibuatnya. Pengawasan proyek ini pun hanya dilakukan
oleh mandor dari pemborong.
(5) Kelima, adanya pengalihan pekerjaan secara serampangan. Kontraktor proyek
rukan ini semula PT. Firma Abadi yang beralamat di Surabaya menyerahkan
sepenuhnya pekerjaan kepada perseorangan/ individu yang merupakan
pemborong berinisial NI yang beralamat di Samarinda yang kemudian
menyerahkan lagi kepada mandor yang berinisial S. Pengalihan pekerjaan ini
meliputi keseluruhan pekerjaan dan sama sekali tidak ada pengawasan dari
Kontraktor utama.

11
BAB III
PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah dijelaskan pada bab II, maka dapat diperoleh
kesimpulan sebagai berikut :
1. Suatu bangunan baik sebagian maupun keseluruhan dinyatakan
mengalami kegagalan bila tidak mencapai atau melampaui nilai-nilai
kinerja tertentu (persyaratan minimum, maksimum dan toleransi)
yang ditentukan oleh Peraturan, Standar dan Spesifikasi yang
berlaku saat itu sehingga bangunan tidak berfungsi dengan baik.
2. Kegagalan Konstruksi yang di akibatkan oleh tanah dapat
diakibatkan oleh 2 hal, yaitu akibat kesalahan manusia dan akibat
kejadian alam yang tidak dapat diprediksi. Sedangkan unsur utama
keruntuhan dapat diakibatkan oleh keruntuhan bangunan itu sendiri
karena kesalahan pada pelaksanaan sehingga bangunan tidak dapat
bereaksi terhadap pergeseran dan penurunan tanah.

1.2 Saran
Diharapkan pada semua pihak terkait dalam bidang konstruksi,
khususnya kalangan kontraktor dan jasa konstruksi agar selalu
meningkatkan mutu dan kualitas saat pengerjaan proyek. Maupun dari sisi
desainer, arsitek dan perancang agar selalu melakukan konsolidasi dan
pengawasan secara berkala terhadap pihak-pihak terkait dilapangan, agar
kegagalan konstruksi yang dapat menimbulkan banyak korban dapat
diminimalisir.

12
DAFTAR PUSTAKA

http://konsolidasi.wordpress.com/category/newsletter/

http://gouw2007.wordpress.com/2011/11/04/mengungkap-kegagalan-struktur/

http://manajemenproyekindonesia.com/?p=1303

13

Anda mungkin juga menyukai