Anda di halaman 1dari 4

Makalah

Evaluasi Pengendalian Resiko Bahaya


Manajemen Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan
(SMK3L)

Disusun Oleh :
Muhammad Mukzon Rofiqi
(10111710013079)

Dosen Pengajar :
Ir. Akhmad Yusuf Zuhdy, PG.DipL.Plg.MRE

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
2020
PROGRAM SARJANA TERAPAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Kode Unit : S.942100.001.011.01


Judul Unit : Mengidentifikasi Potensi Bahaya
Deskripsi Unit : Unit kompetensi ini mencangkup pengetahuan,
keterampilan, dan sikap kerja yang dibutuhkan dalam
mengidentifikasi potensi bahaya.
Elemen Kompetensi : 3. Melakukan pengendalian resiko bahaya di
lingkungan kerja konstruksi
Kriteria Untuk Kerja : 3.3 Pengendalian resiko bahaya di evaluasi.

Konteks variabel :
1.1 Unit kompetensi ini diterapkan dalam satuan kerja individu pada
lingkup pekerjaan jasa konstruksi khususnya dalam
mengidentifikasi potensi bahaya, yang dilanjutkan dengan penilaian
dan mengendalikan resiko bahaya K3 Konstruksi.
1.2 Unit kompetensi ini dilaksanakan dengan tujuan memenuhi
kompetensi sebagai Ahli Muda K3 Konstruksi dalam
mengidentifikasi potensi bahaya K3 Konstruksi, dengan tugas
utamanya antara lain:
1.2.1 Mengidentifikasi potensi bahaya di lingkungan kerja
konstruksi.
1.2.2 Melakukan Penilaian Resiko Bahaya di lingkungan kerja
konstruksi;
1.2.3 Melakukan Pengendalian Resiko bahaya di lingkungan kerja
konstruksi.

1
PROGRAM SARJANA TERAPAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Mengevaluasi Hasil Inspeksi Bahaya dan Risiko berdasarkan Standar K3

Setelah berhasil mengumpulkan informasi terkait kemungkinan bahaya dan risiko di


area kerja, kini tiba saatnya untuk melakukan evaluasi atas hasil inspeksi yang dilakukan
terhadap kemungkinan bahaya dan risiko berdasarkan standar yang telah ditetapkan dalam
keselamatan dan kesehatan kerja (K3).
Proses evaluasi tersebut harus dilakukan di dalam forum, seperti misalnya dalam
pertemuan K3 di mana semua pihak termasuk karyawan, HSR dan manajemen dapat terlibat
langsung.
Pihak-pihak yang terlibat tersebut kemudian akan menganalisa dan membuat solusi
yang efektif dalam mengendalikan kemungkinan risiko yang dapat timbul sewaktu-waktu di
area kerja.
Beberapa hal yang akan menjadi pertimbangan dalam proses evaluasi kemungkinan
bahaya dan risiko dapat berupa :
1. Jumlah orang yang rentan terkena dampak risiko.
2. Siapa sajakah orang-orang tersebut – status dan hal-hal khusus apa saja yang
diperlukan.
3. Tingkan kerentanan orang-orang tersebut terhadap dampak yang ditimbulkan.
4. Seberapa sering mereka kemungkinan terkena dampak.
5. Seberapa lama mereka akan terkena dampak.
6. Dampak-dampak yang akan mereka terima.
7. Seberapa jauh pengaruh dampak-dampak yang diterima tersebut.
8. Apakah dampak yang terjadi dapat mengakibatkan luka fisik.
9. Pengaruh kebijakan dan hukum terhadap pengendalian resiko.
10. Seberapa sering dampak tersebut terjadi di area kerja yang lain.
11. Faktor-faktor yang dapat memperparah dampak yang ditimbulkan.
12. Praktik kerja yang dilakukan oleh para pekerja.
13. Efektivitas identifikasi masalah dan resiko yang telah dilakukan.

2
PROGRAM SARJANA TERAPAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Evaluasi Penilaian Resiko

Area kerja merupakan lingkungan yang bersifat dinamis. Oleh karena itu, diperlukan
melakukan riset penilaian risiko secara teratur – setidaknya tiga bulan sekali. Ketepatan dan
keteraturan pelaksanaan evaluasi penilaian risiko menjadi dua hal yang sangat penting dalam
menentukan proses selanjutnya, yaitu pengendalian risiko.
Setiap perubahan yang diberlakukan di area kerja (seperti penataan ulang atau
perubahan tatanan kerja) harus masuk ke dalam daftar evaluasi sehingga setiap kemungkinan
risiko yang dapat ditimbulkan dari perubahan tersebut dapat dikenali.
Terhadap perubahan-perubahan apa sajakah yang harus menyertakan evaluasi
penilaian risiko?
1. Berdasarkan atas imbauan atau pemberitahuan dari pihak keselamatan dan
kesehatan kerja industri terkait pratik kerja, produk, prosedur, teknik, dan/atau
peralatan.
2. Perubahan prosedur operasi internal.
3. Pengadaan peralaan atau mesin industri baru.
4. Perombakan lingkungan kerja, seperti perubahan alokasi kerja, tata letak ruang
kerja, penempatan ulang barang-barang, kondisi kerja yang baru, atau pergantian
mitra industri.
5. Perubahan-perubahan yang dibuat berdasaran masukan para pekerja, pelanggan,
atau pihak managemen.

Proses evaluasi penilaian risiko tidak hanya cukup dilakukan satu kali. Akan tetapi,
suatu perencanaan matang dan tertata akan proses evaluasi penilaian risiko di suatu
area kerja akan sangat berguna untuk merencanakan dan melaksanakan pengendalian
risiko.

Anda mungkin juga menyukai