Rekomendasi
Jawaban
K BK
1. HIRADC ialah metode penilaian risiko dari suatu pekerjaan yang ada di suatu perusahaan ☐ ☐
sehingga bisa memperoleh gambaran prioritas pekerjaan mana dulu yang harus kita
kendalikan bahayanya.
JSA adalah metode yang digunakan untuk mendeskripsikan bahaya dan risiko dari suatu
pekerjaan yang diberi penjelasan secara mendetail step per step pekerjaannya.
4. a. Aksesibilitas ☐ ☐
Pertama, lokasi titik kumpul harus mudah dijangkau, bebas hambatan, dan berada pada jarak
yang aman dari bahaya, termasuk memperhitungkan kemungkinan bahaya runtuhan gedung,
bahaya kebakaran, dan bahaya lainnya. titik kumpul tidak menghalangi kendaraan
penanggulangan keadaan darurat, baik mobil pemadam kebakaran atau ambulans. Hindari
menentukan lokasi titik kumpul di area yang terdapat banyak instalasi listrik, lalu lintas ramai,
atau medan berbahaya.
b. Luas Area
Titik kumpul juga harus cukup besar untuk menampung seluruh orang yang berada di tempat
kerja (termasuk karyawan, kontraktor, atau tamu perusahaan) agar tidak berdesak-desakan
atau membatasi pergerakan jika terjadi ledakan atau keadaan darurat sekunder.
c. Keamanan
Titik kumpul juga harus cukup jauh dari bahaya langsung lainnya, sehingga tidak ada orang
yang berada dalam bahaya tambahan selama keadaan darurat. Ini dapat mencakup area di
dekat sungai, pohon besar, pagar, atau penghalang lainnya.
d. Penanda Titik Kumpul
Titik kumpul harus ditandai dengan jelas menggunakan rambu K3 titik kumpul. Rambu K3
titik kumpul harus dipasang cukup tinggi sehingga tidak tertutup oleh pejalan kaki atau
kendaraan yang melintas dan cukup besar untuk dilihat dalam kondisi pencahayaan yang
buruk.
5. ☐ ☐
1. Adanya Komitmen Manajemen
Peran utama tentunya datang dari pihak manajemen, dalam hal ini pemilik perusahaan.
Untuk mewujudkan kesadaran akan keselamatan lingkungan kerja, komitmen tersebut dapat
diwujudkan dalam bentuk kebijakan tertulis yang mudah dimengerti dan diketahu oleh
seluruh pekerja. Bersama dengan peraturan, tunjukkan pula sikap dan segala tindakan
terkait K3. Misalnya, bekerja berdasarkan SOP, menyediakan fasilitas keselamatan kerja
yang memadai, dan membekali sumber daya manusia dengan pengetahuan tentang
keselamatan kerja melalui pelatihan K3.
2. Menerapkan Peraturan dan Prosedur Keselamatan Kerja
Selain membuat kebijakan tertulis, manajemen juga bertanggung jawab dalam membuat
peraturan dan prosedur keselamatan kerja yang mudah dimengerti serta harus
disosialisasikan ke seluruh pekerja. Prosedur ini bertujuan untuk meminimalisasi risiko
kecelakaan kerja dan melindungi para pekerja. Peraturan dan prosedur K3 bisa berbentuk
penyediaan dan penggunaan alat pelindung diri (APD), prosedur izin kerja khusus, praktik
kerja aman, dan prosedur tanggap darurat.
3. Komunikasi yang Baik
Tersedianya komunikasi dua arah yang sehat antara manajemen dan pekerja juga bisa
menjadi bagian penting dalam terwujudnya kesadaran akan keselamatan kerja. Inilah
mengapa dalam suatu perusahaan harus ada komunikasi yang terbuka (transparan), diskusi
rutin, dan mengizinkan karyawan untuk mengungkapkan pendapatnya. Sediakan wadah
yang tepat untuk mendukung proses komunikasi ini sehingga karyawan atau pekerja
merasa bahwa posisi mereka penting dan memiliki tanggung jawab yang setara dalam
menciptakan lingkungan kerja aman, selamat, serta sejahtera.
4. Melibatkan Pekerja Secara Aktif
Langkah selanjutnya, buang jauh-jauh pikiran bahwa keselamatan lingkungan kerja
bergantung pada ahli atau departemen yang menangani K3. Budaya keselamatan akan
lebih efektif apabila manajemen memiliki komitmen nyata dan melibatkan setiap lapisan
pekerja secara aktif dalam penerapan K3. Langkah ini tidak hanya mampu meningkatkan
kesadaran, tetapi juga membuat para pekerja merasa dihargai. Jadi secara tidak langsung,
mereka juga akan merasa bertanggung jawab terhadap terciptanya lingkunga kerja yang
aman sesuai dengan standar K3
5. Pelatihan Intensif
Penerapan yang baik tidak akan memberikan hasil maksimal tanpa adanya pembekalan
atau pelatihan yang memadai. Inilah mengapa, manajemen dan pemilik perusahaan harus
memfasilitasi setiap pekerja mereka dengan pengetahuan mengenai K3. Pelatihan tentang
K3 sendiri idealnya dilakukan secara berkala setiap beberapa periode, setahun sekali
misalnya. Jika pelatihan dilakukan secara intensif dan para pekerja senantiasa diikutkan,
maka secara tidak langsung kesadaran akan pentingnya lingkungan kerja aman muncul di
benaka masing-masing individu. Untuk mendapat pelatihan yang tepat serta memperoleh
sertifikat sah dan diakui pemerintah, Anda bisa bekerja sama dengan lembaga pelatihan K3
seperti Mutu Institute. Lembaga ini akan membantu karyawan memperoleh pengetahuan
memadai tentang lingkungan kerja aman melalui serangkaian pelatihan K3 Jadi selain
meningkatkan kesadaran akan pentingnya keselamatan kerja, kita juga bisa menghasilkan
individu-individu berkualitas yang memiliki keahlian khusus dalam bidang K3. Itulah
beberapa tips tentang meningkatkan kesadaran akan terbentuknya lingkungan kerja yang
aman, selamat, dan sejahtera, Semoga bermanfaat.
6. waktu yang tidak mengganggu aktivitas kerja dan dimana pikiran serta konsentrasi pekerja ☐ ☐
masih segar dan fokus. Pagi hari sebelum memulai pekerjaan adalah waktu yang tepat untuk
melaksanakan safety talk
1. Memastikan Pengawas Pekerjaan / Pengawas K3 ada
2. Memastikan Personil / Pelaksana Pekerjaan sesuai dengan Dokumen K3
3. Memastikan SOP / IK dibacakan dan dipahami
4. Memastikan WP / JSA / Check List sudah dibuat
5. Memastikan Alat Kerja yang digunakan layak pakai
6. Memastikan Alat Pelindung Diri (APD) digunakan layak pakai
7. Pembahasan tentang kecelakaan, seperti cedera, kerusakan properti, pencemaran
lingkungan dan insiden near miss yang terakhir terjadi dalam di tempat kerja yang akan
dilaksanakan
7. izin kerja mengacu pada sistem manajemen yang digunakan untuk memastikan bahwa ☐ ☐
pekerjaan dilakukan dengan aman dan efisien. Work pemit ini mempunyai tujuan untuk
menyatakan bahwa kondisi tempat dimana pekerjaan akan dilakukan sudah safety dan juga
diketahui identifikasi bahaya tahap awal serta tindakan-tindakan pencegahan yang dilakukan
oleh pekerja serta peralatan pekerja yang meraka gunakan.
beberapa macam misalnya izin kerja panas (Hot Work Permit), izin kerja dingin (Cold Work
Permit), izin kerja memasuki ruang terbatas (Confined Space Entry Permit), Izin kerja
penggalian, Izin kerja listrik, izin kerja radiografi, dan izin bekerja di atas ketinggian .
8. 1. menghentikan kegiatan sementara ☐ ☐
2. mengumpulkan data-data
3. menganalisa data
4. invensitasi data
5. membuat laporan
6. menganalisa data
7. membuat kesimpulan
Ruang P3K
Kotak P3K dan isinya
Tandu
Mobil Ambulance
.
16. 1. APD yang rusak, retak atau tidak dapat berfungsi dengan baik harus dibuang dan/atau ☐ ☐
dimusnahkan.
2. APD yang habis masa pakainya/kedaluwarsa serta mengandung bahan berbahaya, harus
dimusnahkan sesuai dengan peraturan perundangan-undangan.
17. Pelayanan kesehatan komprehensif adalah upaya melakukan perawatan medis secara ☐ ☐
menyeluruh, menyesuaikan dengan kebutuhan spesifik pasien dengan memperhatikan
kompetensi dan keterampilan yang dimiliki dokter serta menyesuaikan dengan fasilitas
kesehatan yang tersedia.
Jaminan Rawat Inap,
Jaminan Rawat Jalan,
Jaminan Gigi,
Jaminan Melahirkan,
Jaminan Kacamata,
Jaminan Kesehatan lainnya.
Sistem Pelayanan Kesehatan
18. 1. Manfaat Rawat Jalan Umumnya dalam program kesehatan karyawan terdapat manfaat ☐ ☐
kesehatan rawat jalan. Perawatan rawat jalan biasanya berupa layanan konsultasi dan
penebusan resep obat ketika karyawan mengalami sakit. Karyawan dapat melakukan klaim
biaya untuk perawatan rawat jalan yang dialaminya dengan adanya manfaat rawat jalan.
2. Manfaat Rawat Inap Pelayanan rawat inap dapat dilakukan oleh karyawan jika karyawan
didiagnosis suatu penyakit dan harus menjalani perawatan berdasarkan saran dari dokter.
Manfaat ini juga mencakup berbagai tindakan medis sesuai dengan kesepakatan yang telah
disepakati.Dengan adanya manfaat rawat inap, karyawan dapat melakukan klaim biaya atas
biaya yang dikeluarkannya untuk perawatan rawat inap yang dijalaninya.
3. Manfaat Kelahiran Biasanya manfaat yang satu ini diberikan kepada pekerja wanita yang
sudah menikah dan akan melahirkan. Seperti manfaat lainnya, jumlah dan manfaat yang
diberikan sesuai dengan kesepakatan. Biasanya manfaat mencakup biaya proses persalinan
dan perawatan rawat inap hingga karyawan dan bayinya pulih dan keluar dari rumah sakit.
4. Santunan Kematian Jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan pada karyawan, yakni
kematian. Salah satu manfaat kesehatan yang dapat berikan adalah santunan kematian.
Santunan ini diberikan kepada keluarga karyawan sebagai tanda atas jasa dan pengabdian
yang diberikan karyawan kepada perusahaan atau organisasi.
21. 1. Bencana: kematian atau cacat total permanen, dampak lingkungan yang tidak dapat diubah ☐ ☐
yang signifikan, kehilangan total peralatan
2. Kritis: cedera tingkat kecelakaan yang mengakibatkan rawat inap, cacat parsial permanen,
dampak lingkungan reversibel yang signifikan, kerusakan peralatan
3. Marginal: cedera menyebabkan hari kerja yang hilang, dampak lingkungan moderat
reversibel, tingkat kerusakan kecelakaan ringan
4. Minor: cedera yang tidak menyebabkan hari kerja yang hilang, dampak lingkungan
minimal, kerusakan kurang dari tingkat kecelakaan kecil
Kemungkinan bahaya yang terjadi dapat dikategorikan sebagai ‘tertentu’, ‘mungkin’,
‘mungkin’, ‘tidak mungkin’ dan ‘langka’. Namun harus dipertimbangkan bahwa
probabilitas yang sangat rendah mungkin tidak terlalu dapat diandalkan. Matriks risiko
yang dihasilkan bisa menjadi:
22. Parah Memerlukan tindakan medis lanjut/rujukan, cacat sementara, terdapat jam kerja hilang ☐ ☐
1X24 jam Total kerugian kecelakaan kerja antara Rp. 5.000.000 – Rp. 10.000.000
Sangat Parah Cacat Permanen, Kematian, terdapat jam kerja hilang lebih dari 1X24 jam
Total kerugian kecelakaan kerja lebih dari Rp. 10.000.000
Sangat Sering Terjadi hampir setiap hari Probabilitas 1 dari 100 jam kerja orang
Pelaksanaan rencana K3
Penyediaan SDM : perusahaan berkewajiban untuk memiliki SDM yang berkompeten dan
bersertifikat sesuai peraturan perundangan
Penyediaan sarana & prasarana : Organisasi/unit K3, Anggaran, Prosedur kerja, informasi,
pelaporan, pendokumentasian, Instruksi kerja
Kegiatan pelaksanaan meliputi:
25. Saksi langsung diantaranya pelaku atau korban (jika masih hidup), dan orang-orang yang ☐ ☐
melihat di lokasi kejadian. Saksi Tidak langsung adalah orang yang tidak terlibat langsung
atau tidak melihat kejadian namuan masih memiliki hubungan dengan pelaku atau korban