Anda di halaman 1dari 12

FR.IA.06.

PERTANYAAN TERTULIS ESAI/ UAS K3 kelas A dan B

Skema Sertifikasi Judul : AHLI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA UMUM


(KKNI/Okupasi/Klaster) Nomor : SS.01-LSPK3N-V-2021
TUK : Sewaktu/Tempat Kerja/Mandiri*
Nama Asesor/Dosen : Dyah Riandadari, ST., MT
Nama Asesi/Mhsw : ISA YUANATA ABDULLOH
NIM Asesi : 22091407005
Tanggal : 25 MEI 2023
*Coret yang tidak perlu

M.71KKK01.001.1 Merancang Strategi Pengendalian Risiko K3 di Tempat Kerja


M.71KKK01.002.1 Merancang Sistem Tanggap Darurat
M.71KKK01.003.1 Melakukan Komunikasi K3
M.71KKK01.004.1 Mengawasi Pelaksanaan Izin Kerja
M.71KKK01.005.1 Melakukan Pengukuran Faktor Bahaya di Tempat Kerja
Mengelola Pertolongan Pertama pada Kecelakaan Kerja (P3K) di
M.71KKK01.006.1
Kode dan Judul Tempat Kerja
Unit Kompetensi M.71KKK01.007.1 Mengelola Tindakan Tanggap Darurat
M.71KKK01.008.1 Mengelola Alat Pelindung Diri (APD) di Tempat Kerja
M.71KKK01.009.1 Menerapkan Program Pelayanan Kesehatan Kerja
M.71KKK01.010.1 Mengelola Sistem Dokumentasi K3
M.71KKK01.011.1 Menerapkan Manajemen Risiko K3
M.71KKK01.012.1 Mengevaluasi Pemenuhan Persyaratan dan Prosedur K3
M.71KKK01.013.1 Melakukan Investigasi Kecelakaan Kerja

Jawab semua pertanyaan di bawah ini:


M.71KKK01.001.1 Merancang Strategi Pengendalian Risiko K3 di Tempat Kerja (KUK 1.2)
1. Jelaskan perbedaan HIRADC (Hazard Identification Risk Assessment & Determining Control) dan
JSA (Job Safety Analysis)!

➢ HIRADC
Singkatan dari hazard identification risk assessment and determining control adalah metode
untuk mengidentifikasi bahaya yang dapat ditimbulkan setiap pekerjaan dalam sebuah
organisasi yang kemudian dilakukan penilaian risiko dan pengendalian terhadap risiko
tersebut, sedangkan JSA merupakan singkatan dari job safety analysis adalah dokumen yang
memberikan pedoman dalam identifikasi secara jelas bahaya-bahaya potensi insiden yang
berkaitan dengan setiap langkah pekerjaan, memberikan solusi untuk menghilangkan bahaya
tersebut, dan mengurangi risiko bahayanya.

➢ JSA ini tidak menyelamatkan pekerja dari keselamatan, namun selama proses pelaksanaan
pekerjaan tersebut yang menentukan keselamatan. Sedangkan HIRADC dapat menilai
tingkat bahaya setelah itu diturunkan lagi untuk dikendalikan sampai batas yang bisa
diterima oleh perusahaan.

Perbedaan HIRADC Dan JSA


1.HIRADC
o Obyek Yang dinilai bahaya dan resiko dari suatu pekerjaan
o Fokus yang ditinjau dari probabilitas dan dampak dari bahaya pekerjaan tersebur.
o Subyek tidak ke personal, namun ke bahaya yang ditimbulkan dan dikendalikan hingga
dapat diterima oleh perusahaan.
o Pengendalian tidak hanya dengan APD, namun mengikuti hirarki kontrol, yaitu eliminasi,
substitusi, engineering control, administrative control, dan APD, mitigasi, dan prosedur
kerja.

2. JSA
o Obyek yang dinilai adalah langkah-langkah dari sebelum dimulai pekerjaan hingga pekerjaan
selesai.
o Subyek yang dinilai adalah pekerja (person).
o Langkah pengendalian bahaya sifatnya ke personal yang melakukan pekerjaan.
o JSA berfokus pada pengendalian bahaya dengan APD dan alat keselamatan.

M.71KKK01.001.1 Merancang Strategi Pengendalian Risiko K3 di Tempat Kerja (KUK 2.2)


2. Sebutkan dan jelaskan langkah-langkah dalam merencanakan pengendalian risiko K3 di tempat
kerja!
❖ Identifikasi bahaya:
Langkah pertama adalah mengidentifikasi bahaya potensial yang ada ditempat kerja.
Bahaya ini bisa berasal dari peralatan, bahan kimia, lingkungan, atau aktivitas pekerjaan
tertentu.
❖ Evaluasi risiko:
Setelah bahaya teridentifikasi, langkah selanjutnya adalah mengevaluasi risiko yang
terkait dengan bahaya tersebut. Evaluasi risiko ini mencakup mengukur kemungkinan
terjadinya kecelakaan atau penyakit akibat bahaya tersebut, serta dampaknya jika
terjadi.
❖ Pengendalian risiko:
Setelah risiko dievaluasi, langkah selanjutnya adalah menentukan tindakan pengendalian
yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko. Pengendalian risiko dapat mencakup
penggunaan peralatan atau bahan yang lebih aman, pelatihan pekerjaan yang lebih baik,
atau perubahan dalam prosedur kerja.
❖ Implementasi tindakan pengendalian:
Setelah tindakan pengendalian dipilih, langkah selanjutnya adalah mengimplementasikan
tindakan tersebut di tempat kerja. Hal ini dapat melibatkan pelatihan pekerja, perubahan
prosedur kerja, atau pengadaan peralatan atau bahan baru.

M.71KKK01.002.1 Merancang Sistem Tanggap Darurat (KUK 1.2)


3. Bagaimana cara membuat prosedur dan menentukan jalur evakuasi?

Identifikasi risiko dan bahaya: Identifikasi risiko dan bahaya yang ada di area kerja atau
bangunan, termasuk risiko kebakaran, ledakan, bencana alam, dan sebagainya.
Pilih jalur evakuasi yang aman: Tentukan jalur evakuasi yang aman dengan
mempertimbangkan faktor seperti lokasi pintu keluar, aksesibilitas, dan kemudahan
menghindari bahaya.
Buat prosedur evakuasi: Buat prosedur evakuasi yang jelas dan terperinci untuk setiap
risiko atau bahaya yang diidentifikasi. Prosedur harus mencakup langkah-langkah seperti
cara memberi peringatan, cara mengaktifkan alarm, cara memberi instruksi kepada
orang-orang yang membutuhkan bantuan, dan sebagainya.
Latihan dan pelatihan: Latihan dan pelatihan tentang prosedur evakuasi harus dilakukan
secara berkala untuk memastikan semua orang tahu apa yang harus dilakukan dalam
situasi darurat.
Tetapkan titik kumpul: Tentukan titik kumpul setelah evakuasi untuk memastikan semua
orang aman dan dapat terhitung.

M.71KKK01.002.1 Merancang Sistem Tanggap Darurat (KUK 2.1, KUK 2.2)


4. Apa saja pertimbangan-pertimbangan yang diperlukan dalam menentukan letak Assembly Point?

1) Aksesibilitas:
Assembly Point harus mudah diakses oleh semua orang, termasuk orang yang
membutuhkan bantuan seperti orang dengan disabilitas atau anak-anak.
2) Lokasi yang aman:
Assembly Point harus berada pada lokasi yang aman, jauh dari bahaya yang mungkin
terjadi seperti api, ledakan, atau bencana alam.
3) Kapasitas yang cukup:
Assembly Point harus dapat menampung semua orang yang berada di bangunan atau
area kerja, sehingga orang-orang dapat terhitung dan dipastikan selamat.
4) Jarak yang cukup:
Assembly Point harus berjarak cukup jauh dari bangunan atau area kerja untuk
menghindari bahaya yang mungkin terjadi dan memungkinkan akses yang mudah untuk
kendaraan pemadam kebakaran dan ambulans.
5) Memudahkan proses evakuasi:
Letak Assembly Point harus memudahkan proses evakuasi dengan menentukan jalur
yang jelas dan mudah diikuti.

M.71KKK01.003.1 Melakukan Komunikasi K3 (KUK 2.1, KUK 2.5, KUK 2.6)


5. Bagaimana cara meningkatkan kesadaran K3 bagi tenaga kerja?

✓ Menyusun dan memasang prosedur K3 yang sesuai dengan standar yang berlaku.
✓ Melakukan pelatihan K3 kepada semua karyawan untuk meningkatkan kesadaran dan tanggung
jawab terhadap K3.
✓ Menyediakan peralatan dan perlengkapan K3 yang sesuai dengan kebutuhan pekerjaan.
✓ Memasang tanda-tanda bahaya dan petunjuk arah di tempat kerja.
✓ Melakukan inspeksi rutin terhadap kondisi lingkungan kerja dan peralatan kerja untuk
mengidentifikasi potensi bahaya.
✓ Membuat tim penanggulangan bahaya dan kecelakaan kerja yang terdiri dari karyawan yang
telah diberikan pelatihan K3.
✓ Menerapkan sistem reward dan punishment untuk mendorong karyawan mematuhi peraturan
K3.
Membuat program pemantauan terhadap kinerja K3 perusahaan, dan melakukan evaluasi secara
berkala untuk mengetahui keberhasilan upaya-upaya yang telah dilakukan.

M.71KKK01.003.1 Melakukan Komunikasi K3 (KUK 3.1, KUK 3.2)


6. Suatu cara untuk mengingatkan pekerja mengenai pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja
adalah dengan melakukan Safety Talk. Jelaskan bagaimana cara melakukan Safety Talk!

Dengan cara melakukan Safety Morning Talk. Pertemuan Pagi K3, dilaksanakan secara periodik
minimum sekali dalam satu minggu dengan jadwal yang ditetapkan oleh Kepala Proyek/Plant/Kawasan.
Semua Pelaksana / Supervisor harus membantu menetapkan topik-topik keselamatan yang berbasis
identifikasi potensi sumber bahaya dalam lingkaran kegiatannya dan / atau terhadap kejadian /
peristiwa yang cenderung mengarah ke kondisi kecelakaan kerja dan / atau telah terjadi kecelakaan
kerja, sesuai dengan jenis pekerjaan yang dikerjakannya.
M.71KKK01.004.1 Mengawasi Pelaksanaan Izin Kerja (KUK 1.1)
7. Jelaskan jenis-jenis Izin Kerja (Work Permit) sesuai dengan aktivitas kerja!

✓ Hot Work Permit


Diperlukan apabila akan melaksanakan pekerjaan panas atau pekerjaan yang memerlukan api
terbuka/bunga api. Contohnya: pengelasan, pemotongan dengan api, pengeboran logam, dan
sandblasting.

✓ Cold Work Permit


Diperlukan apabila akan melaksanakan pekerjaan yang berhubungan dengan pekerjaan
perbaikan, pemeliharaan, atau konstruksi yang sifatnya tidak rutin (sesuai ketentuan pekerjaan
tersebut) dan tidak menggunakan peralatan yang dapat menimbulkan api terbuka atau sumber
nyala. Contohnya pengecatan, pekerjaan bangunan, dan pekerjaan sipil.

✓ Confined Space Entry Permit


Diperlukan apabila pekerja, baik seluruh atau sebagian tubuhnya harus memasuki dan
melakukan pekerjaan di ruang terbatas atau ruang tertutup, seperti bejana (vessel), silo, tangki,
bak (pit), lubang galian dengan kedalaman lebih dari 1,3 meter, atau saluran tertutup lain yang
terdapat gas, debu, uap, atau fume yang berbahaya.

✓ Electrical Work Permit


Diperlukan apabila akan melakukan perbaikan, pemeliharaan, atau pemeriksaan yang
berhubungan dengan kelistrikan atau instrumen yang berpotensi memiliki risiko bahaya
sengatan listrik. Contohnya perbaikan/pemasangan kontaktor, relay panel, power supply,
peralatan kontrol, dll.

1) Special Permit
Diperlukan apabila akan melaksanakan pekerjaan melibatkan kondisi berbahaya, seperti bekerja
dengan paparan bahan radioaktif, bekerja di ketinggian, penggalian, lockout dan tagout, atau
melaksanakan pekerjaan dengan tingkat potensi bahaya tinggi lainnya.
M.71KKK01.004.1 Mengawasi Pelaksanaan Izin Kerja (KUK 2.1, KUK 2.2)
8. Bila pekerjaan yang dilakukan tidak sesuai dengan prosedur Izin Kerja yang berlaku, apa tindakan
anda sebagai seorang Ahli K3 yang bertanggung jawab atas pekerjaan tersebut?

Sebagai seorang Ahli K3 yang bertanggung jawab atas pekerjaan tersebut, berikut adalah beberapa
tindakan yang dapat saya ambil:

1) Komunikasi:
Saya akan berkomunikasi dengan para pekerja terlibat secara langsung dalam pekerjaan
tersebut. Saya akan menjelaskan mengapa penting untuk mengikuti prosedur Izin Kerja yang
berlaku dan risiko yang dapat timbul jika prosedur tidak diikuti. Saya akan mendengarkan
alasan mereka mengapa prosedur tidak diikuti dan memberikan pemahaman yang jelas
tentang pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja.
2) Edukasi dan Pelatihan:
Jika pekerja tidak memahami prosedur Izin Kerja atau alasan mengapa penting untuk
mengikutinya, saya akan memberikan edukasi dan pelatihan tambahan. Saya akan
memastikan bahwa mereka memahami risiko yang terkait dengan tindakan mereka dan
konsekuensi yang dapat terjadi jika prosedur tidak diikuti.
3) Evaluasi Risiko:
Saya akan melakukan evaluasi risiko terhadap situasi pekerjaan yang sedang berlangsung.
Saya akan mengidentifikasi risiko tambahan yang mungkin timbul akibat pelanggaran
prosedur Izin Kerja dan mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan untuk mengurangi
risiko tersebut.
4) Laporan dan Rekomendasi:
Saya akan menyusun laporan yang mencakup pelanggaran prosedur Izin Kerja, risiko yang
terkait, dan tindakan yang telah diambil. Saya juga akan memberikan rekomendasi kepada
manajemen tentang langkah-langkah yang perlu diambil untuk memastikan kepatuhan
terhadap prosedur Izin Kerja di masa mendatang.
5) Kolaborasi dengan Manajemen:
Saya akan bekerja sama dengan manajemen untuk mengatasi pelanggaran prosedur Izin
Kerja. Ini dapat melibatkan pembahasan dengan manajemen mengenai pentingnya
penegakan prosedur, peningkatan komunikasi dan pelatihan, atau implementasi sanksi yang
sesuai untuk pelanggaran yang terjadi.
6) Peningkatan Sistem:
Saya akan menggunakan pelanggaran prosedur Izin Kerja sebagai pelajaran bagi organisasi.
Saya akan meninjau ulang prosedur yang ada, memperbaiki kekurangan, dan mengusulkan
perubahan yang perlu dilakukan agar prosedur tersebut lebih efektif dan mudah dipatuhi.
7) Pengawasan:
Saya akan memantau secara terus-menerus kepatuhan terhadap prosedur Izin Kerja dan
melakukan pemeriksaan rutin untuk memastikan bahwa pekerjaan dilakukan sesuai dengan
standar yang ditetapkan. Jika ditemukan pelanggaran berulang, saya akan melibatkan
manajemen untuk mengambil tindakan disipliner yang sesuai.

Penting untuk dicatat bahwa tindakan yang diambil dapat bervariasi tergantung pada kebijakan
perusahaan, tingkat keparahan pelanggaran, dan faktor-faktor lain yang relevan.

M.71KKK01.005.1 Melakukan Pengukuran Faktor Bahaya di Tempat Kerja (KUK 1.1)


9. Sebutkan 5 jenis faktor bahaya di tempat kerja menurut Permenaker No. 5 Tahun 2018!

• Fisika: bising, getaran, pencahayaan, radiasi layer komputer, elektrik, dll


• Kimia: partikel debu, cairan desinfektan, uap, vapour, mist, dll
• Biologi: mikroorganisme seperti virus, bakteri, jamur, vector dll
• Ergonomi: posisi kerja tidak netral. Gerakan berulang, kelebihan beban, dll
• Psikologi: konflik antar rekan, stress kerja, shift, beban kerja, karir, dll

M.71KKK01.005.1 Melakukan Pengukuran Faktor Bahaya di Tempat Kerja (KUK 2.5)


10. Apabila hasil pengukuran kebisingan di suatu tempat kerja adalah 88 dBA, berapa jam tenaga
kerja dapat bekerja dengan aman di lokasi tersebut?

Untuk menentukan berapa lama tenaga kerja dapat bekerja dengan aman di lokasi yang
memiliki tingkat kebisingan 88 dBA, perlu dilakukan perhitungan berdasarkan batas waktu yang
diperbolehkan dalam standar keselamatan kerja.

Menurut OSHA (Occupational Safety and Health Administration), batas waktu maksimum
tenaga kerja dalam satu hari pada tingkat kebisingan 88 dBA adalah selama 4 jam. Namun, untuk
setiap peningkatan 5 dBA, batas waktu yang diperbolehkan harus dikurangi setengahnya.

Jadi, berdasarkan pengukuran kebisingan 88 dBA, maka batas waktu maksimum tenaga kerja
dalam satu hari adalah 4 jam. Jika kebisingan meningkat menjadi 93 dBA, maka batas waktu
harus dikurangi setengahnya menjadi 2 jam. Jika kebisingan meningkat lagi menjadi 98 dBA,
maka batas waktu harus dikurangi lagi menjadi 1 jam. Dan seterusnya.

M.71KKK01.006.1 Mengelola Pertolongan Pertama pada Kecelakaan Kerja (P3K) di Tempat Kerja
(KUK 1.1, KUK 1.2)
11. Fasilitas P3K apa saja yang dibutuhkan oleh perusahaan yang memiliki 200 orang tenaga kerja?
Jelaskan!

Fasilitas P3K di tempat kerja meliputi:

✓ Ruang P3K:
Ruang P3K merupakan ruangan yang disediakan dan dirancang khusus oleh perusahaan untuk
penanganan pertama tenaga kerja yang mengalami kecelakaan maupun tempat merawat
pekerja yang sedang sakit saat bekerja. Perusahaan yang mempekerjakan 100 orang atau lebih
dan perusahaan yang mempekerjakan kurang dari 100 orang namun memiliki potensi bahaya
tinggi WAJIB memiliki ruang P3K.
✓ Kotak P3K dan isinya:
Lemari atau kotak P3K adalah tempat yang digunakan untuk menyimpan berbagai peralatan
dan obat pertolongan pertama pada kecelakaan. Selain dipasang di ruang P3K, kotak ini
biasanya juga dipasang di beberapa tempat yang mudah dilihat dan dijangkau oleh pekerja.
✓ Alat evakuasi dan alat transportasi:
latihan Evakuasi adalah peralatan yang digunakan untuk memindahkan korban kecelakaan kerja
dari lokasi kecelakaan ke tempat lain yang lebih aman dengan cara-cara yang sederhana. Dalam
melakukan evakuasi, penolong bisa menggunakan alat transportasi seadanya, dan saat korban
dievakuasi maka penolong juga wajib melakukan perawatan darurat selama perjalanan.
Beberap alat evakuasi dan transportasi yang bisa digunakan pertolongan pertama adalah tandu,
alat bantu pernafasan, kursi roda, dan jika memungkinkan bisa menggunakan mobil ambulan
atau kendaraan lain yang dapat digunakan untuk mengangkut korban.
✓ Petugas P3K:
Petugas P3K yang mimiliki pengetahuan dan keterampilan penanganan korban kecelakaan kerja
sangat dibutuhkan di perusahaan. Petugas yang cekatan dan mampu mengatasi berbagai situasi
kecelakaan kerja, akan dapat mengurangi resiko akibat kecelakaan. Menurut Peraturan Menteri
Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor : Per.15/Men/VIII/2008 Tentang Pertolongan Pertama
Pada Kecelakaan Kerja; Idealnya rasio jumlah petugas P3K untuk perusahaan yang memiliki
resiko rendah terhadap kecelakaan, setidaknya memiliki satu petugas P3K untuk menangani 150
tenaga kerja. Sedangkan untuk perusahaan yang memiliki resiko kecelakaan kerja yang tinggi,
setidaknya memiliki satu petugas untuk setiap 100 orang atau kurang.
✓ Fasilitas Tambahan:
Selain berbagai fasilitas P3K yang telah disebutkan diatas, perusahaan tertentu juga
membutuhkan berbagai fasilitas tambahan untuk menjamin kegiatan P3K dapat berjalan
dengan baik. Fasilitas tambahan tersebut bisa berupa alat pelindung diri atau peralatan khusus
yang digunakan di tempat kerja yang menangani potensi bahaya yang membutuhkan
penanganan khusus.
M.71KKK01.006.1 Mengelola Pertolongan Pertama pada Kecelakaan Kerja (P3K) di Tempat Kerja
(KUK 1.3)
12. Perusahaan memiliki tempat kerja dengan potensi bahaya tinggi dan memiliki 100 orang tenaga
kerja. Berapa jumlah petugas P3K yang harus dimiliki oleh perusahaan?

Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor : Per.15/Men/VIII/2008 Tentang
Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan Kerja; Idealnya rasio jumlah petugas P3K untuk perusahaan yang
memiliki resiko kecelakaan kerja yang tinggi, setidaknya memiliki satu petugas untuk setiap 100 orang
atau kurang.

M.71KKK01.007.1 Mengelola Tindakan Tanggap Darurat (KUK 2.1, KUK 2.2)


13. Bagaimana cara memberitahu atau mengingatkan pekerja saat terjadi keadaan darurat?

Untuk memberitahu atau mengingatkan pekerja saat terjadi keadaan darurat, perusahaan dapat

melakukan beberapa langkah, antara lain:

o Memiliki sirene atau alat peringatan darurat yang terdengar jelas dan dapat menarik
perhatian pekerja. Sirene ini sebaiknya diletakkan di tempat yang mudah diakses dan
terlihat oleh seluruh pekerja.
o Menetapkan kode atau tanda yang digunakan untuk mengidentifikasi keadaan darurat
tertentu, seperti kebakaran, bencana alam, atau keadaan medis mendesak. Kode atau tanda
ini harus dipahami oleh semua pekerja dan diingatkan secara rutin.
o Melakukan pelatihan atau latihan evakuasi rutin, sehingga pekerja tahu bagaimana cara
menghadapi keadaan darurat dan jalur evakuasi yang harus diikuti.
o Menggunakan sistem komunikasi yang efektif, seperti pengeras suara atau walkie-
talkie,untuk menghubungi dan memberi instruksi kepada pekerja saat terjadi keadaan
darurat.

M.71KKK01.007.1 Mengelola Tindakan Tanggap Darurat (KUK 2.3)


14. Suatu gedung mengalami kebakaran yang disebabkan oleh bahan bakar Solar. Dikategorikan
kelas apa kebakaran tersebut? Dan jenis APAR apa yang cocok untuk memadamkannya?

Berdasarkan standar klasifikasi kebakaran, kebakaran yang disebabkan oleh bahan bakar Solar
dikategorikan sebagai kebakaran kelas B.

Untuk memadamkan kebakaran kelas B, jenis APAR yang cocok adalah APAR dengan media
pemadam yang tidak berair, seperti APAR Powder (serbuk kering) atau APAR CO2 (karbon
dioksida). APAR Powder dapat menghentikan rantai reaksi kebakaran pada bahan-bahan bakar
yang mudah terbakar dan dapat digunakan pada kebakaran kelas B dan C. Sedangkan APAR CO2
dapat memadamkan api dengan menghilangkan oksigen, dan cocok untuk digunakan pada
kebakaran kelas B dan C.

Namun, perlu diingat bahwa dalam mengatasi kebakaran, penggunaan APAR harus dilakukan
oleh tenaga yang terlatih dan menggunakan prosedur yang tepat. Selain itu, perlu diperhatikan
juga kapasitas dan ukuran APAR yang digunakan agar sesuai dengan kebutuhan dan tingkat
bahaya kebakaran yang terjadi.
M.71KKK01.008.1 Mengelola Alat Pelindung Diri (APD) di Tempat Kerja (KUK 1.1)
15. Sebutkan jenis-jenis APD di tempat kerja!

1. Helm keselamatan: digunakan untuk melindungi kepala dari bahaya fisik seperti benturan,
tumbukan, dan jatuhnya benda.

2. Respirator: digunakan untuk melindungi saluran pernapasan dari partikel debu, gas, uap,
atau asap yang berbahaya bagi kesehatan.

3. Kacamata pelindung: digunakan untuk melindungi mata dari benda-benda asing atau partikel
yang terjatuh, terlebih saat bekerja di lingkungan yang berbahaya seperti pabrik atau
konstruksi.

4. Sarung tangan: digunakan untuk melindungi tangan dari benda tajam, bahan kimia atau zat
yang berbahaya.

5. Sepatu safety: digunakan untuk melindungi kaki dari benda-benda yang tajam dan bahan
kimia serta memberikan pegangan yang baik pada permukaan licin atau berminyak.

6. Pelindung telinga: digunakan untuk melindungi telinga dari kebisingan yang tinggi.

7. Rompi keselamatan: digunakan untuk meningkatkan visibilitas dan memberikan


perlindungan dari benda-benda tajam atau kerja di malam hari.

M.71KKK01.008.1 Mengelola Alat Pelindung Diri (APD) di Tempat Kerja (KUK 2.1, KUK 2.2, KUK 2.3)
16. Apa tindakan anda apabila menemukan APD yang tidak layak digunakan?

✓ Segera melaporkan temuan tersebut kepada atasan atau pihak yang bertanggung jawab
untuk memperbaiki atau mengganti APD yang rusak atau tidak layak digunakan.
✓ Menarik APD tersebut dari penggunaan dan memberikan alternatif APD yang layak
digunakan.
✓ Melakukan inspeksi secara rutin terhadap APD yang digunakan untuk memastikan bahwa
APD tersebut selalu layak dan aman digunakan.
✓ Memberikan pelatihan atau pengarahan kepada pekerja tentang pentingnya menjaga dan
merawat APD yang digunakan dengan baik agar selalu layak dan aman digunakan.

M.71KKK01.009.1 Menerapkan Program Pelayanan Kesehatan Kerja (KUK 1.1)


17. Pelayanan kesehatan kerja wajib dilaksanakan secara menyeluruh dan terpadu (komprehensif).
Upaya kesehatan kerja yang komprehensif meliputi

Pemeriksaan kesehatan awal (pre-employment medical check-up) untuk mengetahui


kondisi kesehatan calon pekerja sebelum memulai bekerja.
Penilaian risiko kesehatan kerja (occupational health risk assessment) untuk
mengetahuirisiko kesehatan yang mungkin terjadi akibat pekerjaan yang dilakukan.
Pemeriksaan kesehatan berkala (periodic medical check-up) untuk memantau kesehatan
pekerja secara berkala dan memperoleh informasi mengenai kondisi kesehatan pekerja.
Pendidikan dan pelatihan kesehatan kerja (occupational health education and training)
untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran pekerja tentang bahaya dan risiko
kesehatan di tempat kerja.
Pemeriksaan kesehatan akibat kerja (occupational disease diagnosis) untuk mengetahui
apakah suatu penyakit yang diderita pekerja disebabkan oleh faktor kerja atau bukan.
M.71KKK01.009.1 Menerapkan Program Pelayanan Kesehatan Kerja (KUK 2.2)
18. Sebutkan salah satu program kesehatan kerja yang dapat meningkatkan atau memelihara
kesehatan jasmani para pekerja!

Program kerja yang dapat dilakukan antara lain:

a. Menyediakan Makanan Sehat


Makanan sehat dapat berupa makanan yang mengandung cukup nutrisi dan tidak
berlebihan.Makanan sehat dengan kandungan nutrisi yang tinggi dapat membantu mendukung
kesehatan karyawan.
b. Tunjangan Olahraga atau Kegiatan Olahraga Rutin
Selain makanan sehat dan lingkungan bersih, pengelola perusahaan atau organisasi dapat
menyediakan tunjangan olahraga di fasilitas olahraga umum seperti gym. Hal ini akan membuat
karyawan lebih mudah mengakses fasilitas olahraga untuk membuat tubuhnya tetap sehat dan
fit selama bekerja.

M.71KKK01.010.1 Mengelola Sistem Dokumentasi K3 (KUK 2.1)


19. Jelaskan mengapa penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
harus terintegrasi dengan Sistem Manajemen di perusahaan!

Penerapan SMK3 didalam perusahaan bertujuan untuk melindungi semua bentuk kesalahan proses
kerja yang dapat mengakibatkan kerugian baik fisik, psikis, maupun material. Penerapan SMK3
diharapkan mampu mengurangi tingkat kecelakaan kerja. Selain membuat karyawan merasa aman,
perusahaan juga akan diuntungkan.

M.71KKK01.010.1 Mengelola Sistem Dokumentasi K3 (KUK 3.3)


20. Sebutkan dokumen-dokumen wajib yang disyaratkan pada ISO 45001:2018!

Berikut adalah beberapa dokumen wajib yang disyaratkan pada standar ISO 45001:2018:

I. Kebijakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)


Dokumen ini berisi pernyataan tertulis dari manajemen perusahaan tentang komitmen
mereka terhadap kesehatan dan keselamatan kerja di tempat kerja.
II. Prosedur Manajemen Risiko K3
Dokumen ini menjelaskan bagaimana perusahaan mengidentifikasi, mengevaluasi, dan
mengelola risiko-risiko terkait dengan kesehatan dan keselamatan kerja.
III. Prosedur Operasional Standar (SOP)
Dokumen ini menjelaskan prosedur operasional yang harus diikuti oleh pekerja untuk
melaksanakan tugas-tugas mereka dengan aman dan sehat.
IV. Dokumen Pelatihan K3
Dokumen ini berisi rekor pelatihan K3 yang telah diberikan kepada pekerja dan
manajemen perusahaan.
V. Laporan Inspeksi Keselamatan Kerja
Dokumen ini berisi catatan hasil inspeksi dan audit K3 di tempat kerja dan rekomendasi
untuk perbaikan dan tindakan pencegahan.
VI. Rekaman Kecelakaan Kerja
Dokumen ini mencatat setiap kecelakaan kerja yang terjadi di tempat kerja, termasuk
investigasi penyebab dan tindakan perbaikan yang diambil.
VII. Rekaman Konsultasi dan Partisipasi Pekerja
Dokumen ini mencatat konsultasi dan partisipasi pekerja dalam program K3, termasuk
pertemuan, komite, dan survei kepuasan kerja.

M.71KKK01.011.1 Menerapkan Manajemen Risiko K3 (KUK 1.2)


21. Bagaimana cara menentukan tingkat risiko bahaya?

▪ Identifikasi bahaya: Identifikasi setiap bahaya yang mungkin terjadi pada suatu aktivitas
atau pekerjaan.
▪ Identifikasi konsekuensi: Tentukan dampak atau konsekuensi dari masing-masing bahaya
yang telah diidentifikasi. Konsekuensi dapat berupa cedera, kerusakan lingkungan, atau
kerugian finansial.
▪ Identifikasi kontrol yang ada: Tinjau semua kontrol yang sudah ada untuk meminimalkan
bahaya tersebut.
▪ Tentukan tingkat risiko: Hitung tingkat risiko dengan menggabungkan kemungkinan
terjadinya bahaya dan tingkat dampak atau konsekuensinya. Ini dapat dilakukan dengan
menggunakan matriks risiko.
▪ Evaluasi dan pemilihan tindakan pengendalian: Evaluasi tingkat risiko untuk menentukan
tindakan pengendalian yang diperlukan. Tindakan ini dapat berupa pengurangan risiko,
transfer risiko, penerimaan risiko, atau penghindaran risiko.

M.71KKK01.011.1 Menerapkan Manajemen Risiko K3 (KUK 2.3, KUK 2.4, KUK 2.5)
22. Buatlah contoh table matriks risiko K3 dengan tingkat keparahan dan tingkat frekuensinya!

KEPARAHAN
TABEL MATRIKS RESIKO SANGAT SANGAT
RINGAN SEDANG BERAT
RINGAN BERAT
SANGAT SERING SEDANG TINGGI TINGGI EKSTRIM EKSTRIM
FREKUENSI

SERING SEDANG SEDANG TINGGI TINGGI EKSTRIM


SEDANG RENDAH SEDANG SEDANG TINGGI EKSTRIM
JARANG RENDAH SEDANG SEDANG TINGGI TINGGI
SANGAT JARANG RENDAH RENDAH SEDANG SEDANG TINGGI

M.71KKK01.012.1 Mengevaluasi Pemenuhan Persyaratan dan Prosedur K3 (KUK 1.1)


23. Berdasarkan UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, sebutkan syarat-syarat
keselamatan kerja yang anda ketahui!

Syarat-syarat keselamatan kerja menurut UU No. 1 Tahun 1970 yaitu:


1.1 mencegah dan mengurangi kecelakaan
2.1 mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran
3.1 mencegah dan mengurangi bahaya peledakan
4.1 memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian-kejadian
lain yang berbahaya
5.1 memberi pertolongan pada kecelakaan
6.1 memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja
7.1 mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran,
asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar radiasi, suara dan getaran
8.1 mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik maupun psikis, peracunan,
infeksi dan penularan.
9.1 memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai
10.1 menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik
11.1 menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup
12.1 memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban
13.1 memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses kerjanya
14.1 mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman atau barang
15.1 mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan
16.1 mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan penyimpanan barang
17.1 mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya
18.1 menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya kecelakaannya
menjadi bertambah tinggi

M.71KKK01.012.1 Mengevaluasi Pemenuhan Persyaratan dan Prosedur K3 (KUK 2.2)


24. Jika perusahaan ingin mengadakan pertemuan secara onsite pada masa pandemi (Covid-19),
maka prosedur keamanan dan kesehatan apa saja yang perlu diterapkan?

Prosedur yang dapat diterapkan meliputi:


✓ Pimpinan perusahaan membentuk Tim Gugus Tugas Covid-19 Internal Perusahaan yang terdiri
dari pimpinan, bagian kepegawaian, bagian K3, dan petugas kesehatan.
✓ Membatasi jumlah pekerja yang hadir di perkantoran atau tempat kerja paling banyak 50 persen
dari jumlah seluruh pekerja.
✓ Melakukan penyesuaian hari kerja, jam kerja, shift kerja, dan sistem kerja untuk beradaptasi
dengan kondisi pandemi Covid-19 dengan tetap mengacu pada protokol kesehatan.
✓ Melakukan pengaturan penggunaan fasilitas pekerja di perkantoran atau tempat kerja untuk
mencegah terjadinya kerumunan (sarana ibadah, kantin, tempat istirahat, sarana olahraga,
sarana hiburan, dan lain-lain).
✓ Seluruh pekerja dan tamu atau pengunjung diwajibkan setiap saat menggunakan masker dan
alat pelindung diri lainnya sesuai kebutuhan selama berada di lingkungan perkantoran atau
tempat kerja.
✓ Melakukan disinfeksi di lingkungan kerja secara berkala menggunakan pembersih dan
disinfektan yang sesuai serta menjaga kebersihan lingkungan kerja terutama pegangan pintu
dan tangga, tombol lift, peralatan kantor yang digunakan bersama, area dan fasilitas umum
lainya.
✓ Melakukan pengukuran suhu tubuh di setiap titik masuk perkantoran atau tempat kerja.
✓ Perusahaan wajib menyediakan alat sanitasi kebersihan seperti hand sanitizer di setiap area
pintu masuk dan sekitar area gedung.
✓ Menyediakan sarana dan prasarana untuk cuci tangan atau membersihkan diri dengan sabun
dan air mengalir.
✓ Tidak melakukan pemutusan hubungan kerja dan tetap memberikan hak-hak yang biasa
diterima oleh pekerja yang sedang melakukan karantina mandiri.
✓ Melakukan self-assessment risiko Covid,19, satu hari sebelum pekerja masuk kantor bagi seluruh
pekerja untuk memastikan pekerja dalam kondisi tidak terjangkit Covid-19 serta mewajibkan
tamu atau pengunjung untuk mengisi form self- assessment.
✓ Perusahaan menetapkan jumlah maksimal pekerja yang berada dalam satu ruangan dengan
memperhatikan jarak minimal antar pekerja paling sedikit dalam rentang satu meter (physical
distancing).
✓ Memaksimalkan penggunaan teknologi untuk mengurangi kontak langsung antar pekerja,
✓ Meminimalisir penggunaan ruang rapat dengan memaksimalkan pertemuan secara virtual
meskipun dalam satu area gedung.
✓ Petugas kesehatan atau petugas K3 atau bagian kepegawaian melakukan pemantauan
kesehatan pekerja secara proaktif,
✓ Menghindari penggunaan alat pribadi secara bersama seperti alat shalat, alat makan, dan lain
lain.
✓ Setiap pekerja diiimbau untuk menggunakan kendaraan pribadi dalam melakukan perjalanan,
diutamakan sepeda dan jalan kaki.
✓ Menyediakan fasilitas pendukung bagi pekerja yang bersepeda ke kantor atau tempat kerja
(tempat parkir, fasilitas shower, dan lain lain).
✓ Melakukan pembersihan pada kendaran operasional kantor dan dilengkapi dengan alat
pelindung diri dan alat sanitasi kebersihan sesuai dengan kebutuhan.
✓ elakukan rekayasa pencegahan penularan seperti pemasangan pembatas atau tabir kaca bagi
pekerja yang melayani pelanggan, dan lain-lain.
✓ Menyediakan area atau ruangan tersendiri untuk observasi pekerja, tamu atau pengunjung yang
ditemukan gejala saat dilakukan skrining.
✓ Pihak perusahaan wajib memberikan surat perintah tugas, ID card, dan seragam kantor apabila
ada kepada pekerja yang ditugaskan.
✓ Pimpinan tempat kerja agar selalu memperhatikan informasi terkini serta himbauan dan
instruksi pemerintah pusat dan daerah terkait Covid-19 di wilayahnya, serta
menginformasikannya kepada seluruh pekerja melalui sarana prasarana dan media yang paling
efektif.
✓ Perusahaan memberikan pembinaan bagi pekerja yang tidak melaksanakan protokol
pencegahan dan pengendalian Covid-19.

M.71KKK01.013.1 Melakukan Investigasi Kecelakaan Kerja (KUK 2.3)


25. Jelaskan siapa yang disebut saksi langsung dan saksi tidak langsung!

Dalam konteks kecelakaan kerja, saksi langsung adalah seseorang yang secara langsung
melihat atau mengalami kejadian kecelakaan tersebut, sedangkan saksi tidak langsung adalah
seseorang yang mendapatkan informasi tentang kejadian kecelakaan dari sumber lain, seperti
melalui laporan tertulis atau dari saksi langsung yang mengalami kejadian tersebut. Kedua jenis
saksi ini memiliki peran penting dalam membantu penyelidikan kecelakaan dan menentukan
factor penyebabnya, serta memberikan informasi yang dapat membantu dalam mengambil
tindakan pencegahan untuk menghindari terjadinya kecelakaan serupa di masa depan.

M.71KKK01.013.1 Melakukan Investigasi Kecelakaan Kerja (KUK 2.4, KUK 2.5)


26. Seorang pekerja tambang batubara bernama Jacob (30th) mengalami kecelakaan kerja saat
berada di terowongan tambang. Kecelakaan terjadi karena adanya ledakan blasting di area
sekitar yang mengakibatkan langit terowongan runtuh dan menimpa pekerja tersebut. Kejadian
terjadi pada pukul 12.00 WIB, diduga karena miss komunikasi antara pekerja dengan tim
peledak. Gunakanlah metode 5 W dan 1 H terhadap kasus tersebut!

Metode 5W+1H adalah metode untuk menganalisis suatu peristiwa dengan menanyakan enam
pertanyaan, yaitu What, Why, When, Where, Who, dan How. Berikut adalah penerapan metode
5W+1H terhadap kasus kecelakaan kerja yang dialami oleh Jacob:

A. What (Apa yang terjadi?): Jacob mengalami kecelakaan kerja saat berada di terowongan
tambang akibat ledakan blasting.
B. Why (Mengapa kecelakaan terjadi?): Diduga karena miss komunikasi antara pekerja
dengan tim peledak yang membuat ledakan blasting terjadi di area sekitar terowongan.
C. When (Kapan kejadian terjadi?): Kecelakaan terjadi pada pukul 12.00 WIB.
D. Where (Di mana kejadian terjadi?): Kecelakaan terjadi di terowongan tambang batubara.
E. 5. Who (Siapa yang terlibat?): Pekerja tambang batubara bernama Jacob yang menjadi
korban kecelakaan.
F. How (Bagaimana kejadian terjadi?): Ledakan blasting di area sekitar terowongan
mengakibatkan langit terowongan runtuh dan menimpa pekerja.

Anda mungkin juga menyukai