PEMBIMBING :
GRESIK
2021
KATA PENGANTAR
2
ALIRAN MATURIDIYAH
DISUSUN OLEH :
3
PEMBAHASAN
Setelah wafatnya Khalifah Usman bin Affan dan tampilnya Ali bin Abu
Thalib sebagai khalifah keempat, umat islam terpecah dalam memberikan dukungan.
Ada yang meminta supaya diusut dulu penyebab wafatnya Usman dan siapa dalang
di baliknya, sedangkan yang lain meminta di tegakkan dulu posisi khalifah untuk
meredakan situasi yang genting.
Aliran Maturidiyah adalah salah satu aliran dalam Islam yang masuk dalam
kategori ahlussunnah wal jama’ah.Aliran Maturidiyah merupakan aliran teologi
yang bercorak rasional-tradisional.Aliran ini muncul pada awal abad ke-4 H.
4
Karir pendidikan beliau lebih dikonsentrasikan untuk menekuni bidang
teologi dari pada fiqih. Itu dilakukan untuk memperkuat pengetahuan dalam
menghadapi faham teologi-teologi yang banyak berkembang di masyarakat islam,
yang dipandangnya tidak sesuai kaidah yang benar menurut akal dan syarat.
Pemikiran-pemikiranya banyak dituangkan dalam bentuk karya tulis diantaranya
ialah kitabTaukhid, Takwil al-Qur’an, Makhas Asy Syara’i.Al Maturidi hidup di
tengah-tengah iklim keagamaan yang penuh dengan pertentangan pendapan antara
Mu’tazilah dan Asy’ariyah mengenai kemampuan akal manusia.
Dalam Ensiklopedia islam terbitan Ichtiar Baru Van Hoeve, disebutkan, pada
pertengahan ke-3 Abad H terjadi pertentangan yang hebat antara golongan
Mu’tazilah dan para ulama. Sebab. Pendapat Mu’tazilah dianggap menyesatkan umat
islam. Al-Maturidi yang hidup pada masa itu melibatkan diri dalam pertentangan
tersebut dengan mengajukan pemikiranya.
5
Aliran Maturidiyah ini terbagi menjadi dua kelompok, yaitu Maturidiyah
Samarkand dibawah pimpinan Abu mansyur al-Maturidy dan Aliran Maturidiyah
Bukhara dipimpin oleh Abu Yusr Muhammad al-Bazdawi yang wafat pada 439 H.
Maturidiyah Samarkand
Aliran Maturidiyah Samarkand dalam pemikiran teologinya sama dengan al-
Asy’ari, yaitu kepada al-Qur’an dan akal. Namun al-Maturidiyah memberikan
porsi yang lebih besar kepada akal dibandingkan dengan aliran Asy’ariyah.
Dalam pandanganya tentang kekuasaan akal dan fungsi wahyu, Maturidiyah
Samarkand berpendapat bahwa mengetahui tuhan dan kewajiban mengetahui
tuhan dapat diketahui dengan akal.Hal ini dikarenakan Allah sendiri yang
memerintahkan manusia untuk menggunakan akal dalam usaha memperoleh
pengetahuan dan iman kepada Allah Swt. Melalui pengamatan dan pengetahuan
yang mendalam tentang makhluk yang diciptakanya. Jika akal tidak memiliki
kemampuan untuk mengetahui hal tersebut, maka Allah tidak akan
memerintahkan manusia untuk melakukanya. Hal ini menunjukkan bahwa jika
manusia tidak menggunakan akalnya untuk mengetahui Allah dan beriman
kepadaNya, maka manusia tersebut telah lalai dengan apa yang telah
diperintahkan olehNya. Akan tetapi, akal tidak mengetahui kewajiban-kewajiban
lainya melainkan dengan bimbingan wahyu.
Begitu pula mengenai baik dan buruk, akal pun dapat mengetahui sifat baik
yang terdapat di dalamnya,dan sifat buruk yang terdapat di dalamnya. Dengan
demikian, akal juga dapat mengetahui bahwa yang buruk adalah buruk dan
berbuat baik adalah baik. Akal selanjutnya akan membawa kepada kemuliaan
dalam melarang manusia mengerjakan perbuatan-perbuatan yang membawa
kepada kerendahan. Perintah dan larangan dengan demikian menjadi wajib
dengan kemastian akal.Namun, yang diketahui akal hanya sebab wajibnya
perintah dan larangan itu.Adapun mengenai kewajiban berbuat baik dan
menjauhi yang buruk, akal tidak berdaya untuk mewajibkanya.Karena
kewajiban tersebut hanya dapat diketahui oleh wahyu.
6
Maturidiyah Bukhara
Abu Yasr Muhammad al-Bazdawi adalah seorang ulama terkemuka ahli fiqih
mazhab hanafiyah da ahli teologi islam. Dalam bidang teologi, al-Bazdawi tidak
belajar langsung dari al-Maturidi, ataupun dari al-Asy’ari.Al-Bazdawi lebih
banyak belajar dari ayahnya yang juga belajar dari kakeknya Abdul
Karim.Dalam bidang teologi, al- Bazdawi tidak sepenuhnya sepaham dengan al-
Maturidi pendahulunya.
Al-Bazdawi mengatakan bahwa akal tidak dapat mengetahui kewajiban
mengetahui tuhan dn kewajiban mengerjakan yang baik dan menjauhi yang
buruk, karena akal hanya dapat mngetahui tuhan, dan mengetahui baik dan
buruk saja. Akal hanya mampu mengetahui tuhan, tetapi ia tidak dapat
mengetahui dan menentukan kewajiban mengetahui tuhan. Dalam hal ini, yang
mengetahui dan menentukanya adalah wahyu.Demikian halnya dengan
menentukan kewajiban mengenai yang baik dan buruk itu adalah perintah tuhan
melalui wahyu.
Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa, akal menurut paham aliran
Maturidiyah Bukhara, tidak dapat mengetahui kewajiban-kewajiban, melainkan
hanya dapat mengetahui sebab-sebab dari proses kewajiban itu menjadi wajib.
Oleh karenanya, mengetahui tuhan dalam arti berterima kasih kepada tuhan,
sebelum turunya wahyu tidaklah wajib bagi manusia.Bahkan mereka (para alim
ulama Bukhara) berpendapat bahwa sebelum datangnya rasul, percaya kepada
tuhan tidaklah wajib dan tidak percaya kepada tuhan bukanlah suatu dosa.
7
2. Kebaikan dan keburukan dapat diketahui oleh akal.
Akal dapat mengetahui sifat baik yang terdapat di dalamnya, dan sifat
buruk yang terdapat di dalamnya.Dengan demikian, akal juga dapat
mengetahui bahwa yang buruk adalah buruk dan berbuat baik adalah
baik.
3. Kewajiban mengerjakan yang baik dan meninggalkan yang buruk.
Adalah wewenang wahyu atau tuhan.Karena akal tidak berdaya untuk
mewajibkanya.
4. Mengetahui sifat-sifat tuhan.
Tuhan memiliki sifat, Sifat-sifat tuhan itu mulazamah ( ada bersama ;
inhern ) zat tanpa terpisah (innaha lam takun ain al-zat wa la hiya
ghairuhu). Dan sifat bagi Allah tidak harus membawa kepada pengertian
antropomorphisme, karena sifat tidak berwujud yang terpisah dari zat,
sehingga berbilang sifat tidak akan membawa pada berbilangnya yang
qadim (taaddud al-qudama).
5. Memahami kehendak mutlak dan keadilan tuhan.
Bahwa segala sesuatu dalam wujud ini adalah yang baik atau yang buruk
adalah ciptaan tuhan, akan tetapi bukan berarti tuhan sewenang-wenang
dalam kehendaknya melainkan Qudrat Tuhan tidak sewenang-wenang
tetapi perbuatan dan kehendaknya itu berlangsung sesuai dengan Hikmah
dan keadilan yang sudah di tentukan olehNya.
8
1) Akal dan Wahyu
Dalam pemikiran teologinya, Al-Maturidi mendasarkan pada Al-
Quran dan akal, dalam hal ini, ia sama dengan Al-Asy’ari, akan tetapi,
porsi yang diberikan pada akal lebih besar dari pada ayang diberikan oleh
Al-Asy’ari. Beliau berpendapat bahwa mengetahui Tuhan dan Kewajiban
mengetahui Tuhan dapat diketahui dengan akal. Kemampuan akal dalam
mengetahui kedua hal tersebut sesuai dengan ayat-ayat al-Qur’an yang
memerintahkan agar manusia menggunakan akal dalam usaha
memperoleh pengetahuan dan keimanan terhadap Allah melalui
pengamatan dan pemikiran yang mendalam tentang mahluk ciptaanya.
Apabila akal tidak mempunyai kemampuan memperoleh pengetahuan
tersebut, Allah tidak akan memerintahkan Manusia untuk melakukanya.
Orang yang tidak mau menggunakan akal untuk memperoleh iman dan
pengetahuan mengenai Allah berarti meninggalkan kewajiban yang
diperintahkan Ayat-ayat tersebut.
Dasar untuk mengetahui agama itu ada dua yaitu wahyu dan akal (al-
sam dan al-aqal). Penggunaan wahyu adalah dalam hal-hal yang memang
tidak sanggup diketahui oleh akal. Sedangkan akal dapat mengetahui
segala sesuatu tentang alam. Akal dapat menjauhkan seseorang dari suatu
yang jelek.
Menurut Al-Maturidi, Akal tidak mampu mengetahui kewajiba-
kewajiban lainya, kecuali dengan bimbingan dari wahyu. Beliau membagi
kaitan sesuatu dengan akal menjadi 3 macam, yaitu :
a) Akal hanya mengetahui kebaikan sesuatu itu;
b) Akal hanya mengetahui keburukan sesuatu itu
c) Akal tidak mengetahui kebaikan dan keburukan sesuatu, kecuali
dengan petunjuk ajaran wahyu.
Mengetahui kebaikan atau keburukan sesuatu dengan akal, Al-
Maturidi sependapat dengan Mu’tazilah. Perbedaanya,Mu’tazilah
mengatakan bahwah perintah kewajiban melakukan yang baik dan
meninggalkan yang buruk didasarkan pada pengetahuan akal. Al-
Maturidi mengatakan bahwa kewajiban tersebut harus diterima dari
ketentuan ajaran wahyu. Dalam persoalan ini, Al-Maturidi berbeda
9
pendapa dengan Al-Asy’ari Menurut Al’Asy’ari, baik atau buruk tidak
terdapat pada sesuatu itu sendiri.Sesuatu dipandang baik atau buruk
karena perintah syara’ dan dipandang buruk karena larangan syara’.
Jadi, yang baik itu baik karena perintah Allah dan yang buruk karena
larangan Allah.Pada konteks ini, ternyata Al-Maturidi berada pada posisi
tengah dari Mu’tazilah dan Al-Asy’ari.
2) Perbuatan Manusia
10
Tuhan tidak sewenang-wenang tetapi perbuatan dan kehendaknya itu
berlangsung sesuai dengan Hikmah dan keadilan yang sudah ditentukan
olehNya.
4) Sifat Tuhan
5) Melihat Tuhan
Menurut beliau manusia dapat melihat Tuhan hal ini diberitakan oleh
al-Qur’an antara lain dalam firman Allah surat al-Qiyamah ayat 22-23.
11
Beliau lebih lanjut mengatakan bahwa Tuhan kelak di akhirat dapat
dilihat oleh mata, karena Tuhan mempunyai wujud walaupun ia
immaterial. Namun melihat Tuhan kelak tidak dalam wujudnya karena
keadaan di akhirat tidak sama dengan di dunia.
6) Kalam Tuhan
12
suka menggunakan istilah hadits sebagai ganti makhluk untuk sebutan
Al-Qur’an. Dalam konteks ini, pendapat Al-Asy’ari juga ada kesamaan
dengan pendapat Al-Maturidi karena yang dimaksud Al-Asy’ari dengan
sabda adalah makna abstrak, tidak lain dalam kalam nafsi menurut Al-
Maturidi dan itu sifat kekal Tuhan.
Pertama: Kalam Al-Nafsi, yang ada pada zat Tuhan, kalam ini bersifat
qodim, ia bukan termasuk jenis kalam manusia yang tersusun
dari huruf dan bunyi. Kalam An-Nafsi menjadi sifat Tuhan
sejak zaman azali. Tidak di ketahui hakikatnya, tak dapat di
dengar atau di baca kecuali dengan perantara.
Kedua: Kalam Al- Lafzi, yaitu kalam yang tersusun dari huruf dan
suara, kalam ini adalah jenis kalam manusia yang tentu saja
bersifat baru.
7) Pengutusan Rasul
13
agar Manusia dapat berbuat baik dan terbaik dalam kehidupanya dengan
ajaran para Rasul.
۞ َقاَلِت اَاْلْع َر اُب ٰا َم َّناۗ ُقْل َّلْم ُتْؤ ِم ُنْو ا َو ٰل ِكْن ُقْو ُلْٓو ا َاْس َلْم َنا َو َلَّم ا َيْد ُخ ِل اِاْل ْيَم اُن ِفْي ُقُلْو ِبُك ْم
َو ِاْن ُتِط ْيُعوا َهّٰللا َو َر ُسْو َلٗه اَل َيِلْتُك ْم ِّم ْن َاْع َم اِلُك ْم َش ْئًـاۗ ِاَّن َهّٰللا َغ ُفْو ٌر َّر ِح ٌْي
Artinya :
Orang-orang arab Badui itu berkata: “Kami telah beriman”.
Katakanlah: “Kamu belum beriman, tapi katakanlah ‘kami telah
tunduk’, karena iman itu belum masuk dalam hatimu; dan jika kamu
taat kepada Allah dan Rasulnya. Dia tidak akan mengurangi
sedikitpun pahala amalanmu; Sesungguhnya Allah maha pengampun
lagi maha penyayang.”(QS. al-Hujurat:14)
14
Ayat tersebut dipahami al-Maturidi sebagai usaha penegasan bahwa
keimanan itu tidak cukup hanya dengan perkataan saja, tanpa diyakini
oleh hati.Apa yang diucapkan oleh lisan dalam bentuk pernyataan
iman, menjadi batal apabila hati tidak mengakuinya.
15
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1) Aliran Maturidiyah adalah salah satu aliran dalam Islam yang masuk dalam
kategori ahlussunnah wal jama’ah. Aliran Maturidiyah merupakan aliran
teologi yang bercorak rasional-tradisional. Aliran ini muncul pada awal abad
ke-4 H. Nama aliran al-Maturidi sendiri diidentikkan dengan nama Abu
Mansyur Muhammad Ibnu Mahmud al-Maturidi sebagai pendirinya. Beliau
dilahirkan di Maturid, sebuah kota kecil di daerah Samarkand, tahun
kelahiranya tidak diketahui secara pasti, hanya diperkirakan sekitar
pertengahan abad ke-3 Hijriyah.
2) Aliran Maturidiyah ini terbagi menjadi dua kelompok, yaitu Maturidiyah
Samarkand dibawah pimpinan Abu mansyur al-Maturidy dan Aliran
Maturidiyah Bukhara dipimpin oleh Abu Yusr Muhammad al-Bazdawi yang
wafat pada 439 H.
3) Pokok-pokok ajaran aliran Al-Maturidiyah pada umumnya berkisar tentang :
Kewajiban mengetahui Tuhan. Kebaikan dan keburukan yang dapat diketahui
oleh akal. Kewajiban mengerjakan yang baik dan meninggalkan yang buruk.
Mengetahui sifat-sifat Tuhan. Memahami kehendak mutlak dan keadilan
Tuhan.
4) Pada dasarnya pokok-pokok ajaran al-Maturidiyah Samarkand sama dengan
al-Maturidiyah bukhara , akan tetapi corak pemikiran dapat kita lihat ketika
membahas peranan akal dan wahyu, konsep perbuatan manusia dan Tuhan.
Dalam hal ini al-Maturidiyah Samarkand lebih condong kepada pemikiran
mu’tazilah seangkan al-maturidiyah Bukhara lebih condong kepada
pemikiran Asy’ariyah.
5) Pemikiran-pemikiran al-Maturidi dinilai bertujuan untuk membendung tidak
hanya paham Mu’tazilah, tetapi juga aliran Asy’ariyah. Banyak kalangan
yang menilai, pemikiranya itu merupakan jalan tengah antara aliran
Mu’tazilah dan aliran Asy’ariyah. Karena itu, aliran Maturidiyah sering
disebut “ berada antara teolog Mu’tazilah dan Asy’ariyah “.
16
DAFTAR PUSTKA
17