Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
 Maturidiyah adalah aliran teologi islam yang didirikan oleh Abu Mansur al-Maturidi di
Samarkand yang timbul dalam kondisi yang sama seperti timbulnya al-Asy’ariyah dan sebagai
reaksi terhadap aliran Mu’tazilah.
Di Samarkand,pada masa al-Maturidi sedang hangat perdebatan yang melibatkan ulama
fikih dan ahli Hadis dengan kaum Mu’tazilah tentang masalah-masalah teologi.al Maturidiyah,al
Asy’ari,berusaha mengambil jalan tengah menghadapi kedua sistem pemikiran antara kaum
rasional Mu’tazilah yang sangat liberal dan pemikiran kaum tradisional ortodoks yang
ditegakkan oleh Ibn Hanbal.Ignez Gold Ziher memandang bahwa sistem Asy’ariah dan sistem
Maturidiyah merupakan kecenderungan garis tengah yang timbul sejak abad X M yang
memungkinkan masuknya pengaruh rasionalisme ke dalam pemikiran ortodoks islam.

B.  Rumusan Masalah


1.    Siapakah Pendiri Maturidiyah Samarkand?
2.      Apa pandangan Maturidiyah Samarkand?
3.      Siapakah Pendiri Maturidiyah Bukhara?
4.      Apa pandangan Maturidiyah Bukhara?

C.     Tujuan Rumusan Masalah


1.      Untuk mengetahui siapakah pendiri Maturidiyah Samarkand
2.      Untuk mengetahui pandangan Maturidiyah Samarkand
3.      Untuk mengetahui siapakah pendiri Maturidiyah Bukhara
4.      Untuk mengetahui pandangan Maturidiyah Bukhara
PEMBAHASAN
            Maturidiyah merupakan salah satu sekte Ahl Al-Sunnah Wal Jama’ah yang timbul
hampir bersamaan dengan Asy’ariyah.  Sebagaimana Asy’ariyah, Maturidiyah ini juga timbul
sebagai reaksi atas aliran Mu’tazilah. Hanya saja, Al-Maturidi adalah pengikut Abu Hanifah
yang banyak menggunakan rasio dalam pandangankeaggamaannya, sehingga dalam bidang
teologipun, Al-Maturidi banyak menggunakan akal. Hal ini membuat Maturidiyah mempunyai
beberapa perbedaan pandangan dengan Asy’ariyah.
            Salah satu pengikut Al-Maturidi adalah Abu Al-Yus Muhammad al-Banzawi. Ia
mengetahui ajaran-ajaran Al-Maturidi dari orang tuanya. Seperti Al-Baqillani dan Al-Juwaini,
Al-Banzawi tidak pula selamanya sepaham dengan Al-Maturidi. Antara kedua pemuka aliran
Maturidiyah ini terdapat perbedaan paham tentang boleh dikatakan bahwa dalam aliran
Maturidiyah terdapat dua golongan: golongan Samarkand, yaitu pengikut-pengikut al-maturidi
sendiri, dan golongan Bukhara yaitu pengikut-pengikut al-Banzawi.
A.  Maturidiyah Samarkand
1.    Pendiri Maturidiyah Samarkand
     Maturidiyah samarkand didirikan oleh Abu Mansur Muhammad bin Muhammad bin
Mahmud al-Maturidi. Ia lahir sekitar tahun 859 M di Maturid dekat Samarkand wilayah
Tranxosiana Asia Tengah (sekarang masuk wilayah Uzbekistan,) dan meninggal pada tahun 944
M. Oleh sebagian penulis, al-Maturidi dinyatakan sebagai keturunan dari Abu Ayyub al-Anshari,
seorang sahabat rosul di Madinah. Pendapat ini diperkuat oleh fakta bahwa sebagian kaum
kerabat al-Maturidi yang tinggal di Samarkand adalah orang-orang yang berasal dari Arab
Madinah.Pada masa pendidikan Abu Mansur lebih banyak menekuni bidang teologi ketimbang
fikih,sebagai usaha memperkuat pengetahuannya untuk menghadapi paham-paham teologi yang
banyak berkembang dalam masyarakat islam.Karena keahliannya di bidang teologi,ia dipanggil
dengan”Imam al-Mutakallimin.Pemikiran-pemikirannya sudah dituangkannya dalam bentuk
karya tulis,seperti Ta’wil al-Qur’an,Kitab al-Jidal,Ushul al-Din,al Tauhid dll.
2.    Pandangan Teologi Maturidiyah Samarkand
a)    Fungsi Akal dan Wahyu
Menurut al-Maturidi, akal dapat mengetahui tiga permasalahan pokok, Yaitu:
1)   Mengetahui Tuhan
2)   Mengetahui kewajiban berterimakasih kepada Tuhan
3)   Mengetahui  baik dan buruk.
Menurut al-Maturidi, mengetahui Allah dan kewajiban mengetahui Allah itu dapat
diketahui dengan akal. Kemampuan akal dalam mengetahui kedua hal tersebut sesuai dengan
ayat-ayat Al-Qur’an yang memerintahkan manusia agar menggunakan akalnya dalam usaha
memperoleh pengetahuan dan keimanan kepada Allah melalui pengamatan dan pemikiran yang
mendalam tentang segala ciptaan-Nya. Kalau akal tidak mempunyai kemampuan untuk
memperoleh pengetahuan tersebut, tentunya Allah tidak akan memerintahkan manusia untuk
melakukannya. Dan orang yang tidak mau menggunakan akal untuk memperoleh iman dan
pengetahuan mengenai Allah berarti meninggalkan kewajiban yang diperintahkan ayat-ayat
tersebut. Kemudian ia juga menyatakan bahwa akal tidak selalu mampu membedakan antara baik
dan buruknya sesuatu. Dalam kondisi demikian, wahyu diperlukan untuk dijadikan sebagai
pembimbing.
Mengenai perbuatan baik dan buruk, menurut al-Maturidi, dapat diketahui akal
berdasarkan substansinya. Akal dapat mengetahui sifat baik yang terdapat dalam yang baik dan
sifat buruk yang terdapat dalam hal yang  buruk.
Karena akal tidak dapat mengetahui kewajiban menjalankan yang baik dan menjauhi yang
buruk, maka manusia memerlukan bimbingan dari tuhan yang disebut wahyu. Fungsi wahyu
menurut aliran ini adalah yang meletakkan sendi-sendi kewajiban manusia. Kewajiban haruslah
berasal dari wahyu, dan bukan dari akal. Sekiranya wahyu tidak ada, manusia akan berbuat apa
saja yang dikehendakinya dan sebagai akibatnya manusia dalam kekacauan.
Dengan demikian, paham al-Maturidi ini dekat dengan paham Mu’tazilah yang
memandang akal memiliki kemampuan yang tinggi namun juga terbatas. Karena keterbatasannya
itulah akal memerlukan wahyu dari Allah.

B.  Maturidiyah Bukhara


1.    Pendiri Maturidiyah Bukhara
               Tokoh utam Maturidiyah Bukhara adalah Abu al-Yusr Muhammad al-Bazdawi. Ia
dilahirkan pada tahun 241 H dan meninggal pada tahun 493 H/ 1099 M di Bukhara. Nenek al-
Bazdawi adalah murid dari al-Maturidi. Al-Bazdawi sendiri mengetahui ajaran-ajaran al-
Maturidi dan orang tuanya.
               sebagaimana  al-Baqillani dan al-Juwaini yang tidak selamanya sepaham dengan al-
Asy'ari, al-Bazdawi juga tak selamanya sepaham dengan al-Maturidi. Antara kedua tokoh
Maturidiyah ini terdapat perbedaan paham sehingga menjadi paham tersendiri yang kemudian
disebut dengan paham Maturidiyah Bukhara karena berkembang di Bukhara.
              
2.    Pandangan Maturidiyah Bukhara
a)    Fungsi akal dan wahyu
          Al-bazdawi sepaham dengan Al-Maturidi dalam hal kemampuan akal manusia untuk
mengetahui adanya Tuhan dan mengetahui baik dan buruk. Akan tetapi dia berpendapat bahwa
sebelum datangnya wahyu tidak ada kewajiban untuk mengetahui Tuhan dan berterimakasih
kepadaNya, manusia juga tidak wajib untuk mengerjakan perbuatan baik dan menjauhi perbutan
jahat. Kewajiban-kewajiban hanya ditentukan oleh Tuhan dan ketentuan-ketentuan Tuhan itu
hanya dapat diketahui melalui Wahyu.
          Al-Bazdawi mendasarkan perndapatnya berdasarkan surat Thaha ayat 134:

‫ك ِم ْن قَ ْب ِل َأ ْن نَّ ِذ َّل‬
َ ِ‫ب ِّمن قَ ْبلِ ِه لَقَا لُوْ ا َربَّنا َ لَوْ َآل َأرْ َس ْلتَ ِإلَ ْينَا َرسُوْ الً فَنَتَّبِ َع َءايَت‬
ٍ ‫َولَوْ َأنَّا َأ ْهلَ ْكنَهُ ْم بِ َع َذا‬
‫َون َْخزَى‬
Artinya:”Dan sekiranya kami binasakan mereka dengan suatu azab sebelum al-Qur’an itu
(diturunkan), tentulah mereka berkata:”Ya Tuhan kami mengapa tidak engkau utus seorang rasul
kepada kami, lalu kami mengikuti ayat-ayat Engkau sebelum kami menjadi hina dan rendah”.

PENUTUP
  Kesimpulan
       Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa sebagai halnya dalam lapangan hukum Islam,
dalam teologi Islam terdapat pula beberapa mazhab atau aliran. Aliran-aliran yang ada dan yang
mulai timbul kembali ialah Asy’ariyah, Maturidiyah dan Mu’tazilah. Ketiga aliran ini, sama
halnya dengan mazhab-mazhab hukum Islam, tidak keluar dari ajaran-ajaran Islam. Semuanya
masih ada dalam lingkup Islam dan oleh karena itu tiap orang Islam mempunyai kebebasan
untuk memilih aliran Teologi
REFERENSI

1.Nasutin,Harun.1986.Akal dan Wahyu dalam Islam.Jakarta:UI Press.


2.Zahrah,Abu.t.th.Tarikh al-Mazahibi al-Islamiyah.Kairo:Dar al-Fikri al-Arabi.
3.Ensiklopedi Islam.Jakarta:Depag.1987/1988.
4.Al-Maraghi,Syekh Abdullah Mustafa.1974.al-Fathu al-Mubin fi Thabaqat al-Ushuliyyin.al
Nasyr Muhd.Amin wa Syirkah
5. Nasutin,Harun.1986Teologi Islam:Aliran-aliran Sejarah Analisis Perbandingan.Jakarta:UI
Press.
6.Rusli,Ris’an.2015.Teologi Islam:Telaah Sejarah dan Pemikiran Tokoh-tokohnya.Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai