Anda di halaman 1dari 10

A. Pengertian Aliran Asy'ariyah.

Aliran Asy'ariyah adalah paham akidah yang mana di nisbatkan kepada Abul Hasan Al-Asy'ari. Nama
lengkapnya adalah Abul Hasan Ali Ismail Bin Abi Basyar Ishaq Bin Salim Bin Ismail Bin Abdillah Bin Musa
Bin Bilal Bin Abi Burdah Amir Bin Abi Musa Al-Asy'ari. Kelompok Asy'ariyah menisbahkan pada namanya
sehingga dengan demikian ia menjadi pendiri madzhab Asy'ariyah.

B. Tokoh Aliran Asy'ariyah.

Al-Ghazali (450-505 H/1056-1111M)

Al-Imam Fakhurarrazi (544-606/1150-1210)

Abu Ishaq al-Isfirayini (w 418/1027)

Al-Qadhi Abu Bakar al-Baqilani (328-402 H/950-1013 M)

Abu Ishaq asy-Syirahi (293-476 H/ 1003-1083 M)

C. Asy'ariyah mengambil dasar

keyakinan dari kulla bilyah,yaitu pemikiran dari Abu Muhammad Bin Kullah dalam meyakini sifat-sifat
allah. Kemudian mengedepankan akal diatas tekstual ayat dalam memahami Al-qur'an dan Hadits.

Aliran Asy'ariyah disebut juga sebagai aliran Ahli Sunnah yang dimana kemunculannya mengatasi
berbagai faham yang berkembang di kalangan umat islam dan menjadi penengah berbagai persoalan
pemikiran umat.

D. Doktrin Asy'ariyah

Berpendapat bahwa Allah tidak memiliki keharusan apa pun karena allah penguasa mutlak. Al-
Asy'ari menolak ajaran Mu'tazilah yang menyatakan bahwa iman merupakan lawan kufur, jika tidak
mukmin, berarti kafir.
[1/9 10:02 PM] Zafiiiiiiii PGMI B: A. Pengertian

Dr. Abu Zahrah dalam kitabnya, Tarikh al-Madzahib al-Islamiyyah menjelaskan bahwa pemikiran
al-Maturidi dilandasi dengan argumentasi nalar akal yang besar tanpa melampaui batas dan tidak
berlebihan. Sedangkan, pemikiran al-Asy’ari berpegang teguh pada dalil Naql serta mengukuhkannya
dengan argumentasi nalar akal.

[1/9 10:22 PM] Zafiiiiiiii PGMI B: B. Tokoh – itokoh Al – Ma’turidiyah:

1. Al-Maturidiyah Samarkhan

Nama aslinya Muhammad ibn Muhammad ibn Muhammad Abu Mansur al Maturidi. Asalanya
dari Maturidi yaitu sesuatu daerah yang di Samarkhan. Beliau dilahirkan tepatnya di Maturid, Uzbekistan
para paruh kedua abad ke 9 M,wafat pada tahun 333 H./944 M.

2. All-Maturidiyah Bukhara

Al-Bazdawi lahir di Hudud sebuah negeri di Bazdah akhir 400 H/1010 M. Nama lengkapnya Ali ibn
Abi Muhammad ibn al-Husaein ibn Abd al- Karim ibn Musa ibn Isa ibn Mujahis al-Bazdawi.

[1/9 10:27 PM] Zafiiiiiiii PGMI B: C.Pemikiran

Pemakaian nalar yang cukup dan seimbang adalah corak pemikiran Abu Mansur al-Maturidi dalam
ilmu akidah. Corak terebut selaras dengan karakter pemikiran Imam Abu Hanifah (pendiri mazhab
Hanafi). Pemikiran Abu Mansur al-Maturidi pun dianggap telah menyempurnakan argumentasi dari Abu
Hanifah dalam kitab al-Fiqh al-Akbar.

Dr. Abu Zahrah dalam kitabnya, Tarikh al-Madzahib al-Islamiyyah (2008, vol. 1: 212) menjelaskan bahwa
pemikiran al-Maturidi dilandasi dengan argumentasi nalar akal yang besar tanpa melampaui batas dan
tidak berlebihan. Sedangkan, pemikiran al-Asy’ari berpegang teguh pada dalil Naql serta
mengukuhkannya dengan argumentasi nalar akal.

[31/8 8:55 AM] Sept Dinda: Dalam sejarah Islam, pernah berkembang pemikiran teologi yang
menggabungkan rasio dan dalil-dalil nas Al-Quran maupun hadis untuk memahami akidah keislaman.
Salah satu aliran populer di arus pemikiran ini adalah Maturidiyah.

Aliran Matudridyah meyakini bahwa akal dan syariat saling melengkapi untuk mencapai kebenaran
ilahiyah. Sementara penamaan Maturidiyah dinisbahkan kepada nama pendirinya: Abu Mansur Al-
Maturidi.
Adapun Abu Mansur Al-Maturidi adalah tokoh pemikir Islam yang lahir di Maturid, Samarkand pada
tahun 853 Masehi atau Abad 3 Hijriah, tepatnya semasa pemerintahan Khalifah Al-Mutawakkil dari
Dinasti Abbasiyah. Saat ini, wilayah Maturid berada di Uzbekistan.

Di masa silam, aliran ini berkembang pesat di Maturid, Samarkand sehingga dikenal sebagai aliran
Maturidiyah Samarkand. Selain di Samarkand, Maturidiyah berkembang di Bukhara. Dua tempat ini
dianggap sebagai episentrum tumbuhnya aliran pemikiran Maturidiyah.

[31/8 8:55 AM] Sept Dinda: Kemunculan Maturidiyah dianggap menjadi respons atas berkembangnya
aliran Mu'tazilah di masa Dinasti Abbasiyah. Aliran Mu'tazilah berpandangan bahwa kebenaran dapat
dicapai hanya dengan rasio atau akal manusia. Sedangkan Maturidiyah menyangkal hal itu dan
menyodorkan pemikiran bahwa, untuk mencapai kebenaran ilahiyah, seorang muslim tidak dapat hanya
berpegang kepada akal, melainkan harus mengiringi pertimbangan rasio dengan syariat dari Allah SWT.

Dari sisi fikih, penganut Maturidiyah pada masa awal kemunculannya bermazhab Hanafi. Mazhab ini
berpengaruh besar pada aliran pemikiran Maturidiyah. Mazhab Hanafi dikenal sebagai mazhab fikih
yang menelurkan banyak pemikiran tentang hukum Islam dengan disertai pertimbangan rasio tanpa
mengabaikan sumber-sumber utama dalam syariat.

Sepanjang hidupnya, Abu Mansur Al-Maturidi menyebarkan ajaran Maturidyah di Samarkand. Dia
meninggal di kota itu pada 333 H pada usia sekitar 100 tahun. Salah satu muridnya, Abu Qasim Al-
Samarkandi memahat batu nisan makam Abu Mansur Al-Maturidi dengan kalimat penghormatan:

"Ini adalah makam tokoh yang telah mencapai berbagai ilmu dalam setiap napasnya [....]."

Satu generasi usai Al-Maturidi wafat, lahirlah seorang anak bernama Al-Bazdawi yang mempelajari
pemikiran Al-Maturidi dari ayahnya, Abdul Karim. Ayah Al-Bazdawi merupakan murid langsung Al-
Maturidi.

[31/8 8:56 AM] Sept Dinda: Setelah berguru pada ayahnya, Al-Bazdawi mengembangkan Maturidiyah
sehingga amat populer di Bukhara pada 478 H/1085 M. Al-Bazdawi menyebarkan ajaran aliran
Maturidiyah dan memperoleh banyak pengikut di kota kelahiran ahli hadis yang termasyhur, Imam Al-
Bukhari, tersebut.

Karena kecemerlangannya itu, Al-Bazdawi dipanggil untuk menjadi hakim di Samarkand pada 481
H/1088 M. Setelah selesai menjalankan tugasnya, ia lalu kembali lagi ke Bukhara dan meninggal di kota
Asia Tengah itu.

Al-Maturidi dan Al-Bazdawi dianggap sebagai tokoh paling berpengaruh peletak dasar-dasar ajaran
Maturidiyah. Pemikiran mereka terus dipelajari hingga sekarang.

Pemikiran dan Doktrin Aliran Maturidiyah

Dengan corak pemikiran yang menggabungkan rasio dan nas naqli (Al-Quran dan hadis), aliran ini
memiliki pengaruh besar, bersama dengan Asy'ariyah, terhadap perkembangan Ahlussunnah Wal-
Jamaah, demikian dikutip salah satu ulasan dalam Jurnal Hunafa.

Itulah sebabnya nama Abu Mansur al-Maturidi kerap disandingkan dengan Abu al-Hasan al-Asy’ari dan
disebut sebagai 2 tokoh utama yang menguatkan fondasi golongan Ahlussunnah wal Jama’ah. Para
pengikutnya menjuluki Abu Mansur al-Maturidi dengan sebutan Rais Ahlussunnah, demikian dikutip dari
artikel karya Muhammad Tholhah al Fayyadl di laman Nu Online.

Pemakaian nalar yang cukup dan seimbang adalah corak pemikiran Abu Mansur al-Maturidi dalam ilmu
akidah. Corak terebut selaras dengan karakter pemikiran Imam Abu Hanifah (pendiri mazhab Hanafi).
Pemikiran Abu Mansur al-Maturidi pun dianggap telah menyempurnakan argumentasi dari Abu Hanifah
dalam kitab al-Fiqh al-Akbar.

[31/8 8:56 AM] Sept Dinda: Dr. Abu Zahrah dalam kitabnya, Tarikh al-Madzahib al-Islamiyyah (2008, vol.
1: 212) menjelaskan bahwa pemikiran al-Maturidi dilandasi dengan argumentasi nalar akal yang besar
tanpa melampaui batas dan tidak berlebihan. Sedangkan, pemikiran al-Asy’ari berpegang teguh pada
dalil Naql serta mengukuhkannya dengan argumentasi nalar akal.
Berikut ini pokok-pokok doktrin ajaran Maturidiyah sebagaimana dikutip dari buku Akidah Akhlak (2020)
yang ditulis oleh Siswanto.

1. Kewajiban Mengenal Allah SWT dan Syariat Islam

Menurut aliran Maturidiyah, meski akal dapat mengetahui kebaikan dan keburukan secara objektif,
tetapi pemikiran manusia tidak dapat mencapai pengetahuan agama (perintah Allah SWT) secara
sempurna. Dengan demikian, akal manusia tetap membutuhkan syariat Islam untuk mengetahui
kewajiban yang diperintahkan Allah SWT kepada hambanya.

Doktrin utama Maturidiyah ini berbeda dengan pemikiran dari aliran Mu'tazilah yang menyatakan
bahwa Allah SWT menganugerahkan akal kepada manusia yang bisa digunakan secara penuh buat
mengetahui kebenaran perintah-perintahNYA.

Menurut Maturidiyah, akal adalah media untuk memahami perintah Allah. Sementara, kewajiban itu
datang langsung dari Tuhan. Artinya, manusia berkewajiban untuk mengenal Allah SWT dan
mempelajari syariat-syariatnya.

2. Kebaikan dan Keburukan Menurut Rasio

Maturidiyah membagi kemampuan akal dalam mengetahui kebaikan dan keburukan dalam tiga hal.
Adapun tiga doktrin aliran Maturidiyah tersebut adalah sebagai berikut.

Pertama, ada kebenaran objektif yang bisa diketahui akal. Misalnya, mencuri adalah perbuatan yang
salah, bahkan tanpa harus ada larangan mencuri dari syariat Islam.

Kedua, kebenaran dan keburukan yang tidak mungkin diakses oleh akal dan hanya Allah SWT yang
mengetahui hal tersebut.
Ketiga, kebenaran dan keburukan yang tidak sanggup diketahui oleh akal. Karena itu, manusia harus
mempelajari syariat Islam untuk mengetahui hal tersebut.

Kendati akal bisa mengetahui kebaikan dan keburukan yang objektif, tetapi perintah dan larangan hanya
dibebankan setelah adanya syariat Islam, demikian kesimpulan dari doktrin Maturidiyah.

3. Perbuatan Manusia

Aliran Maturidiyah memandang bahwasanya perwujudan perbuatan itu terdiri dari dua hal, yaitu
perbuatan Allah SWT dan perbuatan manusia.

Artinya, Allah menciptakan perbuatan manusia sebagaimana firman-Nya dalam surah As-Shaffat ayat 96:
“Allah-lah yang menciptakan kamu apa yang kamu kerjakan” (Q.S. As-Shaffat [37]: 96)

Kendati demikian, manusia memiliki daya dan kehendak untuk menentukan perbuatan tersebut.
Manusia akan melakukan perbuatan yang sudah diciptakan Tuhan.

Aliran Maturidiyah menyangkal pendapat yang menyebut bahwasanya manusia memiliki kehendak
bebas (free will). Namun, Maturidiyah juga tidak menyetujui fatalisme.

Maturidiyah berada di posisi tengah-tengah: bahwasanya perwujudan perbuatan adalah gabungan dari
penciptaan Allah SWT dan partisipasi manusia di dalamnya.

4. Janji dan Ancaman

Allah SWT memberikan ancaman neraka kepada pendosa dan menjanjikan surga bagi orang-orang yang
beramal baik. Kendati demikian, Allah SWT berkehendak sesuai kebijakannya. Apabila Allah SWT ingin
memberi ampun kepada pendosa maka Sang Maha Kuasa akan memasukkan hambanya itu ke surga.
Demikian juga sebaliknya.
Berbeda dengan aliran Khawarij, aliran Maturidiyah memandang bahwa pelaku dosa besar masih
dikategorikan mukmin (muslim) sepanjang masih ada keimanan dalam hatinya.

Pendosa besar tidak bisa dicap telah kafir, menurut aliran Maturidiyah. Sementara jika pelaku dosa
besar meninggal sebelum bertaubat maka nasibnya diserahkan kepada kehendak Allah SWT.

LIHAT KE HALAMAN ASLI

Deviyanti

FOLLOW

Mengkaji Lebih Dalam Aliran Asy'ariyah

26 September 2018 11:20 |Diperbarui: 26 September 2018 11:22

Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mendalami Aliran Asy'ariyah

Pengertian Aliran Asy'ariyah.

Aliran Asy'ariyah adalah paham akidah yang mana di nisbatkan kepada Abul Hasan Al-Asy'ari. Nama
lengkapnya adalah Abul Hasan Ali Ismail Bin Abi Basyar Ishaq Bin Salim Bin Ismail Bin Abdillah Bin Musa
Bin Bilal Bin Abi Burdah Amir Bin Abi Musa Al-Asy'ari. Kelompok Asy'ariyah menisbahkan pada namanya
sehingga dengan demikian ia menjadi pendiri madzhab Asy'ariyah.

Asy'ariyah mengambil dasar keyakinan dari kulla bilyah,yaitu pemikiran dari Abu Muhammad Bin Kullah
dalam meyakini sifat-sifat allah. Kemudian mengedepankan akal diatas tekstual ayat dalam memahami
Al-qur'an dan Hadits.Aliran Asy'ariyah disebut juga sebagai aliran Ahli Sunnah yang dimana
kemunculannya mengatasi berbagai faham yang berkembang di kalangan umat islam dan menjadi
penengah berbagai persoalan pemikiran umat.

Tokoh-tokoh Aliran Asy'ariyah

Tokoh-tokoh besar yang mempunyai andil dalam menyebarluaskan dan memperkuat madzhab ini
adalah sebagai berikut:

Abu Hamid Al-Ghazali

Nama lengkapnya adalah Muhammad Bin Ahmad Al-Ghazali,lahir di thus pada tahun 450 H.Al-Ghazali
adalah tokoh islam yang beraliran Ahli sunnah wal jama'ah paham teologi yang dimajukan boleh
dikatakan tidak berbeda dengan paham-paham Asy'ari.Menurut Al-Ghazali Allah adalah satu-satunya
sebab bagi alam. Ia ciptakan dengan kehendak dan kekuasaannya,karena kehendak Allah adalah sebab
bagi segala yang ada.

Al-Qodhi Abu Bakar Al-Baqillani

Nama lengkapnya adalah Muhammad Bin Thayyib Bin Muhammad Bin Ja'far Bin Al-Qasim,beliau ahli
ushul fikih,lahir di bashrah dan menetap di bagdad. Menurut Al-Baqillani Tuhan adalah gerak yang
terdapat pada diri manusia,adapun bentuk atau sifat dari gerak tersebut dihasilkan oleh manusia sendiri.

Al-Imam Al-Haramaen Al-Juwaini

Nama lengkapnya adalah Abu Al-Ma'ali Abd Al-Malik Bin Abu Muhammad Abdullah Bin Yusuf Bin
Abdullah Bin Yusuf Bin Muhammad Bin Hayyuyah Al-juwaini.Menurut nya bahwa tangan Tuhan harus
diartikan kekuasaan Tuhan. Mata Tuhan diartikan penglihatan Tuhan. Dan wajah Tuhan diartikan wujud
Tuhan. Dan duduk di atas tahta kerajaan diartikana Tuhan berkuasa dan maha tinggi.

As-Sanusi

Nama lengkapnya adalah Abu Abdillah Muhammad Bin Yusuf. Ajarannya yaitu membahas sifat
wajib,mustahil,dan jaiz Allah serta 4 sifat wajib dan muntasil rasul.

Doktrin Ajaran Aliran Asy'ariyah

Tuhan dan sifat-sifatnya

Tuhan memiliki sifat sebagaimana disebut di dalam Al-Qur'an,yang disebut sebagai sifat-sifat yang
azali,qadim,dan berdiri di atas zat tuhan.

Keadilan
Allah itu adil,Dia harus menyiksa orang yang salah dan memberi pahala kepada orang yang berbuat baik.
Menurutnya,Allah tidak memiliki keharusan apapun karena ia adalah penguasa mutlak.

Qadimnya Al-Qur'an

Al-Asy'ari dihadapkan pada dua pandangan ekstrim dalam persoalan qadimnya Al-Qur'an. Mu'tazilah
yang mengatakan bahwa Al-qur'an di ciptakan oleh makhluk sehingga tidak qadim,serta pandangan
madzhab hambali menyatakan bahwa Al-Qur'an adalah kalam Allah.Zahiriyah bahkan berpendapat
bahwa semua huruf,kata,dan bunyi Al-Qur'an adalah qadim, Sedangkan Asy'ari berpendapat bahwa
walaupun Al-Qur'an terdiri atas kata-kata,huruf dan bunyi,semua itu tidak melekat pada esensi Allah
dan karenanya tidak qadim.

Melihat Allah

Al-Asy'ari mengatakan bahwa Allah itu dapat dilihat di akhirat,tetapi tidak dapat digambarkan.
Kemungkinan ru'yat dapat terjadi manakala Allah sendiri yang menyebabkan dapat dilihat atau bilaman
ia menciptakan manusia untuk melihat-Nya.

Kedudukan orang yang berdosa

Al-Asy'ari berpendapat bahwa orang mukmin yang berbuat dosa besar adalah orang mukmin yang
fasik,seabab iman tidak mungkin menghilang karena dosa selain kufr.

Kebebasan dalam berkehendak

Al-Asy'ari menyatakan bahwa manusia tidak berkuasa menciptakan sesuatu,tetapi berkuasa untuk
memperoleh sesuatu perbuatan.

Akal dan Wahyu dan kriteria baik dan buruk

Al-Asy'ari mengutamakan wahyu,sementara mu'tazilah mengutamakan akal. Al-Asy'ari berpendapat


bahwa baik dan buruk harus berdasarkan pada wahyu,sedangkan mu'tazilah mendasarkan pada akal.

Pengaruh Aliran Asy'ariyah

Pengaruh ajaran Asy'ariyah tidak lepas dari beberapa hal:

Kepintaran toko sentralnya yaitu imam Al-Asy'ari dan keahliannya dalam perdebatan dengan basis
keilmuan yang sangat dalam. Dan disamping itu,ia adalah seorang yang saleh dan taqwa sehingga
mampu menarik simpati banyak orang.

Tokoh-tokoh Asy'ariyah tidak hanya ahli dalam bidang argumentasi,namun juga menghasilkan karya-
karya ilmiyah yang menjadi referensi hingga saat ini.

Ciri-ciri penganut aliran Asy'ariyah

Adapun ciri-cirinya antara lain:


Mereka berfikir sesuai dengan undang-undang alam dan mereka juga mempelajari ajaran itu.

Iman adlah membenarkan dengan hati,amal perbuatan adalah kewajiban untuk berbuat baik dan
terbaik bagi manusia. Dan mereka tidak mengkafirkan orang yang sudah berdosa.

Kehadiran Tuhan dalam konsep Asy'ariyah terletak pada kehendak mutlak-Nya.

F.Perkembangan Aliran Asy'ariyah

Pikiran-pikiran imam al- Asy'ari, merupakan jalan tengah antara golongan-golongan berlawanan
atau antara aliran rasionalis dan tekstualis. Dalam mengemukakan dalil dan alasan ia juga memakai dali-
dalil akal dan dalil naqli bersama-sama. Sesudah ia mempercayai isi al-qur'an dan hadis, ia juga mencari
alasan-alasan dari akal pikiran untuk memperkuatnya. Jadi ia tidak menganggap bahwa akal pikiran
sebagai hakim atas nash agama untuk menakwilkan dan melampaui ketentuan arti lahirnya, melainkan
sebagai penguat arti lahir nash tersebut. Ia tidak meninggalkan cara yang lazim dipakai oleh filsafat dan
logika, sesuai dengan alam pikiran dan selera masanya.

E.Kesimpulan

Nama Asy'ariyah diambil dari nama Abu Al-Hasan Ali Bin Ismail Al-Asy'ari yang dilahirkan di Bashrah.
Aliran Asy'ariyah istialah lain dari Ahlu sunnah waljama'ah merupakan salah satu dari beberapa aliran
kalam. Aliran Asy'ariyah menjadi penengah antara aliran jabariyah dan mu'tazilah,karena perbuatan
manusia mempunyai kehendak dan daya. Asy'ariyah juga menegaskan bahwa perbuatan dosa besar
tidaklah kafir dan tidak pula gugur ke islamannya. Apabila pelaku dosa meninggal sebelum bertobat
maka tergantung kebijakan dari Allah. Bilamana mendapat syafaat dari Nabi muhammad maka bisa saja
mengampuni dosanya,sehingga terbebas dari siksa neraka atau sebaliknya mendapat siksa.

Asy'ariyah percaya bahwa fungsi akal adalah sebatas mengetahui hal-hal yang konkrit,sedangkan wahyu
memberi informasi tentang hal-hal yang lebih luas termasuk soal metafisika

Anda mungkin juga menyukai