Anda di halaman 1dari 5

Tugas

STUDI PEMIKIRAN ASWAJA


Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah studi pemikiran aswaja
Dosen Pengampu : MUHAMMAD IHWAN, S.Pd.I, M.HI

Disusun Oleh :

M. TSAQIF DANIYAL MAULA


2020503019

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INFORMASI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS IBRAHIMY
SUKOREJO
2023
 Pengertian Ahlu Sunnah wal Jama’ah (Aswaja)

Ahlu Sunnah wal Jama’ah (Aswaja) dapat dilihat dari dua aspek penting, pertama dari
segi bahasa atau etimologi, kedua dari segi peristilahan atau terminologi.

Secara etimologi, Aswaja berasal dari bahasa Arab ahl artinya keluarga. Al-sunnah,
berarti jalan, tabiat dan perilaku kehidupan. Sedangkan al-jama’ah, berarti sekumpulan.
Aswaja adalah kepanjangan kata dari “Ahlus sunnah wal jama’ah”. Ahlus sunnah berarti
orang-orang yang menganut atau mengikuti sunnah Nabi Muhammad SAW, dan Wal
Jama’ah berarti mayoritas umat atau mayoritas sahabat Nabi Muhammad SAW. Jadi
definisi Ahlus sunnah wal jama’ah yaitu; “ Orang-orang yang mengikuti sunnah Nabi
Muhammad SAW dan mayoritas sahabat (maa ana alaihi waashhabi), baik di dalam
syariat (hukum Islam) maupun akidah dan tasawuf.

Menurut pengertian istilah (terminologi) al-sunnah, berarti penganut sunnah Nabi


Muhammad saw, yaitu mengikuti apa-apa yang datang dari Nabi Muhammad saw. baik
berupa perkataan, perbuatan, dan pengakuan (taqrir). Sedangkan al-jama’ah berarti
penganut i’tiqad para sahabat Nabi, yakni apa yang telah disepakati oleh para sahabat
Rasulullah pada masa khulafaur’ al-rashidin (Abu Bakr al-Siddiq, Umar, Ustman, dan
Ali). Jadi, yang dimaksud dengan Aswaja adalah kaum yang mengikuti amaliah Nabi
Muhammad SAW dan para sahabatnya.
 Hadits terbagi menjadi 3 :
- Hadits Qauli
Hadits yang berdasarkan segala bentuk perkataan atau ucapan yang disandarkan
kepada Rasulullah adalah hadits qauli. Hadits ini berisi berbagai tuntunan, petunjuk
syara', peristiwa, dan kisah yang berkaitan dengan aspek akidah, syariat, maupun
akhlak.Hadits
Contoh : Artinya: "Sebaik-baik kamu ialah orang yang belajar Al Quran dan
mengajarkannya kepada orang lain," (HR Bukhari).
- Hadits Fi'li
Selanjutnya, hadits yang berdasarkan segala perbuatan yang disandarkan kepada
Rasulullah SAW adalah hadits fi'li. Hadits ini mengandung berita tentang perbuatan
Rasulullah SAW yang menjadi panutan perilaku para sahabat pada saat itu. Sekaligus,
menjadi panduan bagi umat muslim untuk meneladaninya.
Contoh : Melakukan Sholat
- Hadis taqrir
Sebelumnya, sunnah taqririyah sendiri adalah suatu perbuatan yang dilakukan oleh
sahabat semasa Rasulullah SAW hidup. Dengan kata lain, beliau mengetahuinya
namun hanya diam saja, tidak melarang dan juga tidak menyuruh. Meski demikian
Rasulullah SAW tidak pernah mendiamkan sesuatu yang dianggap bathil.
Contoh : misalnya seperti diamnya Rasulullah ketika beliau mengetahui Khalid bin
Walid memakan daging dhab (binatang sejenis biawak, ia lebih kecil namun tidak
buas), atau ketika beliau diam saat mengetahui para sahabat duduk sambil tertidur di
masjid dalam keadaan wudhu saat menunggu iqamah, kemudian mereka shalat tanpa
berwudhu lagi.
 Biografi Imam Abū Ḥasan al-Asyʿarī Dan Imam Abu Mansur Al-Maturidi

1. Abū Ḥasan al-Asyʿarī lahir di Basra pada sekitar tahun 874 Masehi dan meninggal
di Baghdad pada tahun 936 Masehi. Di masa mudanya dia belajar kepada ayah tiri
sekaligus gurunya, Ali al-Juba’i, seorang tokoh Mu'tazilah di masanya.[6] Tidak heran
bila pada masa mudanya, al-Asyʿari meyakini doktrin Mu'tazilah. Namun,
sebagaimana menurut sumber-sumber klasik, saat berusia 40 tahun diberitakan dia
bermimpi bertemu dengan Nabi Islam Muhammad sebanyak tiga kali pada suatu
bulan Ramadhan.[10][11]
Dalam sumber-sumber klasik itu diceritakan saat pertama kali mimpi bertemu Nabi
Islam Muhammad, Muhammad memintanya untuk tidak pernah meninggalkan tradisi
(sunnah) yang datang dari dirinya. Saat terbangun, dirinya pun menjadi khawatir
karena beberapa pandangannya bertentangan dengan ucapan Muhammad (hadis).
Selang 10 hari, dirinya bermimpi, dan Muhammad kembali memintanya untuk tidak
pernah meninggalkan sunnah-sunnahnya. Kejadian kedua itu membuatnya
meninggalkan ilmu kalam dan hanya mempercayai hadis. Namun, pada malam 27
Ramadan dirinya kembali bermimpi bertemu Muhammad, dan kali ini Muhammad
mengatakan kepadanya bahwa ia tidak memintannya untuk meninggalkan ilmu kalam
tetapi hanya memintanya untuk mendukung sunnah-sunnah yang datang dari dirinya.

2. Imam Abu Mansur Al-Maturidi, atau lengkapnya Abu Mansur Muhammad bin
Muhammad bin Mahmud Al-Maturidi As-Samarqandi Al-Hanafi (bahasa Arab: ‫و‬H‫أب‬
‫مرقندي الحنفي‬HH‫دي الس‬HH‫ود الماتري‬HH‫د بن محم‬HH‫( )منصور محمد بن محم‬wafat 333 H / 944 M) adalah
imam aliran ahliaqidah Maturidiyyah serta seorang ahli ilmu kalam.
Imam Al-Maturidi dilahirkan di Maturid, sebuah pemukiman di
kota Samarkand (sekarang termasuk wilayah Uzbekistan) yang terletak di seberang
sungai. Ia bernasab lengkap Muhammad bin Muhammad bin Mahmud atau yang
dijuluki juga dengan Abu Manshur al-Maturidi. Dalam manuskrip kitab at-Tauhid
karya Abu Manshur al-Maturidi tertulis bahwa Abu Manshur merupakan keturunan
dari Abu Ayyub Khalid bin Zaid al-Anshari, seorang tokoh sahabat Nabi yang
rumahnya menjadi tempat pertama Nabi menetap di kota Madinah ketika hijrah dari
kota Makkah. Hal ini juga diutarakan oleh Kamaluddin Ahmad al-Bayadhi dalam
kitab Isyarat al-Maram min Ibarat al-Imam.
 kenapa Organisasi NU memiliki 2 Ulama bidang akidah tersebut yaitu Imam Abū Ḥasan
al-Asyʿarī Dan Imam Abu Mansur Al-Maturidi ?

Nahdlatul Ulama (NU) memiliki dua bidang akidah, yaitu Imam Abu Hasan al-
Asy'ari dan Imam Abu Mansur al-Maturidi, karena kedua ulama tersebut dianggap
sebagai penjaga akidah Ahlussunnah wal Jamaah. Ahlussunnah wal Jamaah adalah
paham akidah yang moderat, yang meyakini ke-Maha Kuasa-an Allah dan
menghargai ikhtiar (akal) manusia.
Imam Abu Hasan al-Asy'ari dan Imam Abu Mansur al-Maturidi adalah dua ulama
besar yang hidup pada abad ke-9 dan ke-10 Masehi. Keduanya memiliki pandangan
yang mirip dalam hal akidah, yaitu:

 Meyakini Allah sebagai pencipta, penguasa, dan pemelihara alam semesta.


 Meyakini Allah memiliki sifat-sifat yang sempurna, tetapi tidak serupa dengan
makhluk-Nya.
 Meyakini bahwa Al-Qur'an adalah wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW.
 Meyakini bahwa Nabi Muhammad SAW adalah manusia pilihan Allah yang
menjadi teladan bagi umat manusia.
Selain memiliki pandangan yang mirip, kedua ulama tersebut juga memiliki murid-
murid yang tersebar di berbagai belahan dunia. Hal ini menjadikan paham akidah
mereka semakin berkembang dan diterima oleh umat Islam di berbagai tempat.
NU menjadikan Imam Abu Hasan al-Asy'ari dan Imam Abu Mansur al-Maturidi
sebagai penjaga akidah Ahlussunnah wal Jamaah karena kedua ulama tersebut
dianggap telah berhasil menjaga akidah Islam dari berbagai penyimpangan. Selain itu,
NU juga ingin menjaga kesatuan umat Islam dengan mengikuti paham akidah yang
disepakati oleh mayoritas umat Islam.

Berikut adalah beberapa alasan mengapa NU memilih dua bidang akidah tersebut:

 Kedua ulama tersebut merupakan tokoh-tokoh besar dalam sejarah Islam.


 Kedua ulama tersebut memiliki pandangan yang mirip dalam hal akidah.
 Kedua ulama tersebut memiliki murid-murid yang tersebar di berbagai belahan
dunia.
 Kedua ulama tersebut dianggap berhasil menjaga akidah Islam dari berbagai
penyimpangan.
 NU ingin menjaga kesatuan umat Islam dengan mengikuti paham akidah yang
disepakati oleh mayoritas umat Islam.

Anda mungkin juga menyukai