PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
1
Universitas NU KALSEL, “Aswaja: sejarah dan perkembangannya”,
https//www.kompasiana/hm.syabani.haira/59572eda7a7c8a32ba305432/aswaja-sejarah-dan-perkembangannya
(diakses pada 31 Oktober 2019 pukul 10.13)
2
Ibid
3
Abdul Rozak, Rosihon Anwar, Ilmu Kalam, (Bandung: Pustaka Setia 2012) hlm 146
4
Ibid
5
Ibid
6
Ibid hlm. 147
7
Ibid hlm. 147
8
Maksum Aryari Sulton, “Tentang NU”, https//tentangnu.blogspot.com/2016/01/pengertian-dan-sejarah-
aswaja.html?m=1 (Diakses pada 31 Oktober 2019 pukul 10.31)
9
NU Online, “Karakter Tawasuth, Tawazuun, I’tidal, dan Tasammuh dalam Aswaja”,
https//islam.nu.or.id/post/read/16551/karakter-tawasuth-tawazun-i039tidal-dan-tasammuh-dalam-aswaja (Diakses
pada 31 Oktober 2019 pukul 10.36)
“Sunguh kami telah mengutus rasul-rasul kami dengan membawa bukti kebenaran yang
nyata dan telah kami turunkan bersama mereka al-kitab dan neraca (penimbang keadilan)
supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. (QS al-Hadid: 25)”
3. Al-i'tidal atau tegak lurus. Dalam Al-Qur'an Allah SWT berfirman:
َ وا هّللا َ ِإ َّن هّللا
ْ ُوا ه َُو َأ ْق َربُ لِلتَّ ْق َوى َواتَّق
ْ ُوا ا ْع ِدل
ْ ُْط َوالَ يَجْ ِر َمنَّ ُك ْم َشنَآنُ قَوْ ٍم َعلَى َأالَّ تَ ْع ِدل
ِ وا قَوَّا ِمينَ هّلِل ِ ُشهَدَاء بِ ْالقِس
ْ ُوا ُكون
ْ ُيَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمن
َخَ بِي ٌر بِ َما تَ ْع َملُون
“Wahai orang-orang yang beriman hendaklah kamu sekalian menjadi orang-orang yang
tegak membela (kebenaran) karena Allah menjadi saksi (pengukur kebenaran) yang adil.
Dan janganlah kebencian kamu pada suatu kaum menjadikan kamu berlaku tidak adil.
Berbuat adillah karena keadilan itu lebih mendekatkan pada taqwa. Dan bertaqwalah
kepada Allah, karena sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (QS
al-Maidah: 8)”
4. Tasamuh atau toleransi. Yakni menghargai perbedaan serta menghormati orang yang
memiliki prinsip hidup yang tidak sama. Namun bukan berarti mengakui atau
membenarkan keyakinan yang berbeda tersebut dalam meneguhkan apa yang diyakini.
Firman Allah SWT:
فَقُواَل لَهُ قَوْ الً لَّيِّنا ً لَّ َعلَّهُ يَتَ َذ َّك ُر َأوْ يَ ْخشَى
“Maka berbicaralah kamu berdua (Nabi Musa AS dan Nabi Harun AS) kepadanya
(Fir'aun) dengan kata-kata yang lemah lembut dan mudah-mudahan ia ingat dan takut.
(QS. Thaha: 44)”
5. Amar Ma’ruf Nahi Mungkar, adalah menyeru dan mendorong berbuat baik yang
bermanfaat bagi kehidupan duniawi maupun ukhrowi, serta mencegah dan
menghilangkan segala hal yang merugikan, merusak, merendahkan dan menjerumuskan
nilai-nilai moral keagamaan dan kemanusiaan.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. ASWAJA adalah salah satu golongan yang dinyatakan oleh Rosulullah SAW. Yang
masuk surga, dan Aswaja sudah ada sejak zaman Rosulullah SAW.
2. Nama lengkap Al Asy’ari adalah Abu Al Hasan Ali bin Ismail bin Ishaq bin Salim bin
Ismail bin Abdillah bin Musa bin Bilal bin Abi Burdah bin Abi Musa Al Asy’ari.Menurut
beberapa riwayat, Al Asy’ari lahir di Bashrah pada tahun 260 H/875 M.Setelah berusia
lebih dari 40 tahun,ia hijrah ke kota Baghdad dan wafat di sana pada tahun 324 H/935 M.
3. ASWAJA bermula setelah wafatnya Rosulullah SAW. Kemudian muncul perselisihan
yang menyebabkan kemunculan aliran yang berlawanan yaitu Syo’ah dan Khawarij.
Kemudian muncul golongan Murji’ah yang mengambil jalan tengah antara Syi’ah dan
Khawarij. Pada perkembangan selanjutnya muncul beberapa aliran diantaranya adalah
Mu’tazilah. Khalifah Al Makmum menjadikan Mu’tazilah sebagai madzhab resmi
negara, dan seluruh ummat Islam wajib mengikutinya. Dalam keadaan tersebut
muncullah ulama’ besar yang bernama Abul Hasan Al Asy’ari. Semula beliau mengikuti
Mu’tazilah tetapi setelah beliau membandingkan ternyata tidak sama dengan Al Qur’an
dan As Sunnah. Kemudian beliau membentuk sendiri golongan yang bernama ASWAJA.
4. Ada lima istilah utama yang diambil daro Al Qur’an dan Hadits dalam menggambarkan
karakteristik ASWAJA sebagai landasan dalam bermasyarakat, karakteristiknya
diantaranya adalah: At-Tawasuth(pertengahan), Al-I’tidal (tegak lurus), At-Tasammuh
(toleran), At-Tawazzun (keseimbangan), Amar Ma’ruf Nahi Mungkar (Perintah baik dan
mencegah yang buruk).
Formulasi pemikiran Asy’ariyah, secara esensial menampilkan sebuah upaya sintesis
secara formulasi ortodoks ekstrem pada satu sisi dan Mu’tazilah pada sisi lain.
3.2 Saran
Sebagai penulis kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan
dalam pembuatannya. Untuk itu kami mohon maaf bilamana ada kesalahan dan kami
sangat mengharapkan saran yang bersifat membangun dari pembaca, agar kemudian
pembuatan makalah kami semakin lebih baik.