Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
PAITON PROBOLINGGO
2021/2022
KATA PENGANTAR
Paiton, 20 Februari 20
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………..2
DAFTAR ISI……………………………………………………….3
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG...................................................4
B. RUMUSAN MASALAH.............................................4
C. TUJUAN……………………………………………....4
BAB II PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………..18
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN ASWAJA
Jika dilihat dari segi etimologis nama Ahlussunnah wal jamaa’ah terdiri
dari tiga kata, yakni :
1. “ اهلahlun” yang berarti keluarga, golongan, atau orang yang
mempuyai atau menguasai.
2. ”السنةas-sunnah” yang berarti apasaja yang dating dari Rasulullah
saw, yang meliputi perkataan (sabda), perbuatan (af’al), dan
ketetapan (takrir).
3. ”الجماعةal-jamaa’ah” yang berarti kumpulan, atau kelompok. Yang
dimaksud jamaah disini adalah para sahabat terutama
khulafaurrosyidin.
1
Nur Cholid, M.ag, M.pd, Pendidikan ke NU an. (Semarang: CV Presisi Cipta). Hlm: 1-2
2
Abi al-Hasan Ali ibn Ismail al-Asy‟ari, Al-Ibanah An Ushul Al-Diyanah (Beirut: Dar alKutub al-
Ilmiyyah, t.t), hlm. 14
5
Asy‟ari, dan dalam tasawuf mengikuti Imam al-Ghazali dan Imam Abu al-
Hasan al-Syadzili3.
6
menganbil jalan tengah dan tidak melibatkan diri dalam perselisihan. Dan
ummat islam mulai terpecah belah5.
Pada perkembangan selanjutnya, munculah beberapa aliran lagi seperti;
Jabariyah, Qodariyah, dan Muktazilah. Dari ketiga golongan tersebut aliran
Muktazilah adalah aliran yang paling berpengaruh pada masa dinasti
Abbasiyah karena mendapat dukungan penuh dari Khalifah Al-Makmun.
Dalam menyebarkan paha muktazilah Khalifah Al-Makmun melakukan
pemaksaan terhadap seluruh jajaran pemerintah dan seluruh masyarakat
islam. Ulama yang tidak mengikuti paham Muktazilah menjadi korban aniaya
dan di penjarakan seperti: Imam Hambali, Muhaimin bin Nuh dan yang
lainnya.
Para ulama bersama masyarakat islam yang menentang paham muktazilah
bersatu dan dan bersikap tegas mempertahankan aqidah Ahlussunnah
Waljama’ah. Dukungan tersebut semakin kuat setelah peristiwa Mihnatul
Qur’an yaitu fitnah yang mengatakan bahwa Al-Qur’an adalah makhluk.
Akhirnya dari penentangan tersebut muncul ulama Syeikh Abu Hasan Al-
Asy’ari(935M) dengan membawa ajaran-ajaran sederhana yang mampu
diterima oleh masyarakat islam dan sejalan dengan sunnah nabi. Awalnya
beliau adalah penganut paham Muktazilah namun setelah mengetahui lewat
mimpi bahwa ajaran-ajaran Muktazilah disebut oleh nabi sebagai paham yang
salah/sesat.
Di Samarkand, timbul pula usaha untuk menentang aliran Muktazilah yang
didirikan oleh iman Abu Mansur Al-Maturidi. Beliau adalah ulama yang
sepaham dengan imam Asy’ari, dan ajaran beliau dikenal sebagai paham
Maturidiyah6.
5
LBM Lirboyo, Pedoman ke NU-an.(Jawa tengah: Penerbit Lirboyo). Hlm. 2
6
Nur Cholid, M.ag, M.pd, Pendidikan ke NU an. (Semarang: CV Presisi Cipta). Hlm: 5-6
7
Namun dalam bidang-bidang tersebut Ahlussunnah Waljama’ah memiliki ciri
khas dan keautentikannya sendiri sebagaimana berikut:
1) Bidang aqidah
Aqidah sangat erat kaitannya dengan keimanan dan menempati
posisi yang sangat krusial dan meliputi topik tentang iman, islam,
berita yang ghaib, kenabian, berita dan takdir.
Dalam bidang akidah Ahlussunnah Waljama’ah memiliki ciri
khas tersendiri yakni, iman harus diucapkan dengan lisan, diyakini
dalam hati dan diimplementasikan dalam perbuatan. Dalam bidang
aqidah Ahlussunnah Waljama’ah berpedoman pada imam Abu
Hasan Asy’ari dan imam Abu Manshur Al-maturidi dan memiliki
beberapa ajaran pokok:
a. Aswaja meyakini bahwa Allah memliki 20 sifat wajib dan 20
sifat muhal serta 1 sifat jaiz.
b. Allah memiki takdir atas manusia, tetapi manusia juga
memiliki hak untuk berusaha (ikhtiar).
c. Aswaja tidak mudah mengkafirkan orang, manusia yang
berdosa tetap dianggap mukmin bukan kafir dan berhak
masuk surga setelah mendapat siksa di neraka. Dari ‘Abdullah
bin ‘Umar, Nabi SAW bersabda: “Bila seseorang
mengkafirkan saudaranya (yang Muslim), maka pasti
seseorang dari keduanya mendapatkan kekafiran itu. (HR
Imam al-Bukhari No. 6104, Imam Muslim No. 60 (110) dan
Imam at-Tirmidzi No. 2637).
d. Aswaja berpendapat bahwa Al-qur’an adalah firman Allah dan
bukan makhluk. Sebab Allah berfirman dalam Al-Qur’an yang
artinya:“Dan jika seorang diantara orang-orang musyrikin itu
meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia
supaya ia sempat mendengar firman Allah (Al-Qur’an),
kemudian antarkanlah ia ketempat yang aman baginya.
8
Demikian itu disebabkan mereka kaum yang tidak
mengetahui” (At-Taubah: 6).
e. Aswaja mentakwilkan tangan Allah, wajah Allah dan wajah
Allah sebagai keuasaan Allah, serta penglihatan Allah dan zat
Allah.
2) Bidang syari’ah
7
Nur Cholid, M.ag, M.pd, Pendidikan ke NU an. (Semarang: CV Presisi Cipta). Hlm: 8.
9
D. SUMBER AJARAN ASWAJA DAN KARAKTERISTIK ASWAJA
1. SUMBER AJARAN
10
َْب فِ ْي ِه هُدًى لِ ْل ُمتَّقِ ْين َ ك ْال ِكت
َ َب الَ َري َ ِ>< ذل
َاس َمانُ ِز َل اِلَ ْي ِه ْم َولَ َعلَّهُ ْم يَتَفَ َّكرُوْ ن َ َواَ ْن َز ْلنَا اِلَ ْي
ِ َّك ال ِذ ْك َر لِتُبَيِنَ لِلن
ِ اِ َّن هللاَ َش ِد ْيد ُْا ِلعقَا,َ“ َو َما َءاتَ ُك ُم ال َّرسُوْ ُل فَ ُخ ُذوْ هُ َو َمانَه ُك ْم َع ْنهُ فَا ْنتَهَوْ ا َواتَّقُوْ اهللا
ب
“Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka ambillah dia, dan apa
yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah dan bertaqwalah kepada
Allah, sesungguhnya Allah sangat keras sikapnya”. (Al-Hasyr: 7)
11
menunjukan setuju, bukan karena takut atau malu. Dalam ijma’ sukuti ini
Ulama’ masih berselisih faham untuk diikuti, karena setuju dengan sikap
diam tidak dapat dipastikan. Adapun ijma’ bayani telah disepakati suatu
hukum, wajib bagi ummat Islam untuk mengikuti dan menta’ati. Karena
para Ulama’ Mujtahid itu termasuk orang-orang yang lebih mengerti
dalam maksud yang dikandung oleh Al-Qur’an dan Al-Hadits, dan mereka
itulah yang disebut Ulil Amri Minkum ( ) اولى‘‘االمر منكمAllah berfirman
dalam Al-Qur’an surat An-Nisa’ ayat : 59
ياَأيُّهَاالَّ ِذ ْينَ َأ َمنُوْ اَأ ِط ْيعُوْ اهللاَ َوَأ ِط ْيعُوْ اال َّرسُوْ َل َوُأوْ لِى اَْأل ْم ِر ِم ْن ُك ْم
12
buruan yang dibunuhnya, menurut putusan dua orang yang adil di antara
kamu”. (Al-Maidah: 95). Sebagaimana madzhab Ahlussunnah wal
Jama’ah lebih mendahulukan dalil Al-Qur’an dan Al-Hadits dari pada
akal. Maka dari itu madzhab Ahlussunnah wal Jama’ah mempergunakan
Ijma’ dan Qiyas kalau tidak mendapatkan dalil nash yang shareh (jelas)
dari Al-Qur’an dan As-Sunnah.
2. KARAKTERISTIK ASWAJA
ada tiga karakteristik utama dalam ajaran ahlus sunah wal jama'ah,
diantaranya yaitu :
ًاس َويَ ُكونَ ال َّرسُو ُل َعلَ ْي ُك ْم َش ِهيدا ْ ُك َج َع ْلنَا ُك ْم ُأ َّمةً َو َسطا ً لِّتَ ُكون
ِ َّوا ُشهَدَاء َعلَى الن َ َِو َك َذل
13
Dan demikianlah kami jadikan kamu sekalian (umat Islam) umat
pertengahan (adil dan pilihan) agar kamu menjadi saksi (ukuran penilaian)
atas (sikap dan perbuatan) manusia umumnya dan supaya Allah SWT
menjadi saksi (ukuran penilaian) atas (sikap dan perbuatan) kamu sekalian.
(QS al-Baqarah: 143).
Ketiga, al-i'tidal atau tegak lurus adalah sikap tegak lurus dan adil,suatu
tindakan yang dihasilkan dari suatu pertimbangan.. Dalam Al-Qur'an Allah
SWT berfirman:
ْ ُوا ا ْع ِدل
وا ه َُو ْ ُوا قَوَّا ِمينَ هّلِل ِ ُشهَدَاء بِ ْالقِ ْس ِط َوالَ يَجْ ِر َمنَّ ُك ْم َشنَآنُ قَوْ ٍم َعلَى َأالَّ تَ ْع ِدل
ْ ُوا ُكون
ْ ُيَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمن
َوا هّللا َ ِإ َّن هّللا َ خَ بِي ٌر بِ َما تَ ْع َملُون
ْ َُأ ْق َربُ لِلتَّ ْق َوى َواتَّق
14
Selain ketiga prinsip ini, golongan Ahlussunnah wal Jama'ah juga
mengamalkan sikap tasamuh atau toleransi serta . Yakni menghargai
perbedaan serta menghormati orang yang memiliki prinsip hidup yang
tidak sama. Namun bukan berarti mengakui atau membenarkan keyakinan
yang berbeda tersebut dalam meneguhkan apa yang diyakini. Firman Allah
SWT:
فَقُواَل لَهُ قَوْ الً لَّيِّنا ً لَّ َعلَّهُ يَتَ َذ َّك ُر َأوْ يَ ْخ َشى
Maka berbicaralah kamu berdua (Nabi Musa AS dan Nabi Harun AS)
kepadanya (Fir'aun) dengan kata-kata yang lemah lembut dan mudah-
mudahan ia ingat dan takut. (QS. Thaha: 44)
Ayat ini berbicara tentang perintah Allah SWT kepada Nabi Musa AS dan
Nabi Harun AS agar berkata dan bersikap baik kepada Fir'aun. Al-Hafizh
Ibnu Katsir (701-774 H/1302-1373 M) ketika menjabarkan ayat ini
mengatakan, "Sesungguhnya dakwah Nabi Musa AS dan Nabi Harun AS
kepada Fir'aun adalah menggunakan perkataan yang penuh belas kasih,
lembut, mudah dan ramah. Hal itu dilakukan supaya lebih menyentuh hati,
lebih dapat diterima dan lebih berfaedah". (Tafsir al-Qur'anil 'Azhim, juz
III hal 206).
Ada beberapa alasan mengapa harus mengikuti Ahlus Sunnah Wal Jama’ah.
Diataranya adalah :
Pertama, Ahlus Sunnah Wal Jama’ah bukanlah sekte yang timbul dalam
sejarah umati islama, melainkan aswaja adalah kemurnian dan keutuhan islam itu
sendiri yakni dengan ajaran islam yang murni, utuh dan sempurna, sesuai dengan
ajaran yang diajarkan dan diamalkan oelh Nabi Muhammad SAW dan para
sahabatnya, dimana pemahaman tersebut menjadi pemahaman mayoritas umat
islam (as Sawadul –A’zam)
15
“Allah tidak mengumpulkan umatku dalam kesesatan, jika kalian melihat
perbedaan,maka wajib bagi kamu bersama golongan terbanyak.” (HR. at-Tirmidzi
dan Ibnu Majah ).
“Sungguh, umat ini akan berpecah belah menjadi tujuh puluh tiga (73)
golongan. Tujuh puluh dua (72) golongan dalam neraka. Dan satu (1)
golongan dalam surga. Mereka (yang dalam surga) adalah al jama’ah.”
(HR. Abu Daud). Syekh al-Mulla Ali al-Qari (w. 1014 H.) berkata dalam
kitab Mirqatul Mafatih Syarah Misykatul Mashabih, “Maksudnya (al-
jama’ah) adalah para ahlul ilmi dan ahli fiqh yang senantiasa mengikuti
atsar-atsar Rasulullah saw. Mereka tidak akan pernah melakukan bid’ah
dengan cara mengubah dan menggantinya.”
16
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
17
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
18