Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

PERBEDAAN PEMIKIRAN KALAM IMAM AL-ASY’ARI DAN

IMAM AL-MATURIDI

Dosen Pengampu:

Asmu’i, S.Fil.l., M.UD.

Disusun Oleh:

Kelompok 6

Arrahman :12203029

Idrus Affandi :12203090

Andre Setyawan :12203026

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM


PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONTIANAK
2022
PERBEDAAN PEMIKIRAN KALAM IMAM AL-ASY’ARI DAN

IMAM AL-MATURIDI

Asy’ariyah adalah nama aliran di dalam islam, nama lain dari aliran ini adalah Ahlu
Sunnah wal Jamaah.1 Aliran Asy’ariyyah adalah aliran teologi yang dinisbahkan kepada
pendirinya, yaitu Abu al-Hasan Ali ibn Islmail alAsy‟ari. Ia dilahirkan di Bashrah, besar dan
wafat di Baghdad (260-324 H). Ia berguru pada Abu Ali al-Jubbai, salah seorang tokoh
Mu‟tazillah yang setia selama 40 tahun. Setelah itu ia keluar dari Mu‟tazillah dan menyusun
teologi baru yang berbeda dengan Mu‟tazillah yang kemudian dikenal dengan sebutan
Asy‟ariyyah, yakni aliran atau paham Asy‟ari. Kasus keluarnya Asy‟ari ini menurut suatu
pendapat karena ia bermimpi bertemu dengan Rasulullah yang berkata kepadaya, bahwa
Mu‟tazillah itu salah dan yang benar adalah pendirian al-Hadis.2

Menurut aliran Asy’ariyyah, Allah mempunyai beberapa sifat dan sifatsifat itu bukan
zat-Nya dan bukan pula selain zat-Nya, namun ada pada zatNya. Meskipun penjelasan
Asy’ariyyah itu mengandung kontradiksi, hanya dengan itulah aliran tersebut dapat
melepaskan diri dari paham ta’addud al- qudama (banyaknya yang kadim) setidak-tidaknya
menurut pemikiran mereka.3

1
Dewi Astuti, Kamus Populer Istilah Islam, (Jakarta: Gramedia, 2013), hlm. 24

2
29 Chaerudji, Ilmu Kalam (Jakarta: Diadit Media, 2007), hlm. 85

3
A. Athaillah, Rasyid Ridha: Konsep teologi rasional dalam tafsir al-manar (Jakarta: Erlangga, 2006), hlm. 91
Asal Usul Aliran Asy’riyah Asy‟ariyah dan maturidiyah muncul secara bersama yang
dikenal dengan nama aliran Ahl al-Sunnah wal Jama‟ah yang secara populer disebut dengan
Sunni. Pada waktu yang bersamaan Syi‟ah sebagai aliran memainkan peranannya dalam
masyarakat Islam dengan pandangan-pandangan rasional dengan berpegang teguh pada
ajaran Imamah yang sangat memuliakan Ahlu albait.4

Tidak dipungkiri bahwa sejak lama kaum muslimin di Indonesia menganut madzhab
fiqih Syafi‟iyyah. Secara aqidah, banyak yang mengikuti paham Asy‟ariyah, secara tasawuf
merujuk pada ajaran-ajaran shufi Imam Abu Hamid Al-Ghazali.5

Tokoh-tokoh Aliran Asy‟riyah: Al-Baqillani, Al-Juwaini dan AlGhazali.

Doktrin-doktrin Aliran Asy’riyah

 Tuhan dan Sifat-sifatnya

 Kebebasan dalam berkehendak

 Akal dan Wahyu dan Kriteria baik dan buruk.6

Aliran Maturidiyyah

Nama Maturidiyyah diambil dari nama tokoh pertama yang tampil mengajukan
pemikiran sendiri. Nama lengkapnya adalah Abu Mansur Muhammad Ibn Mahmud al-
Maturidi. Beliau lahir di Samarkand pada pertengahan kedua abad kesembilan Masehi kedua
abad ke-9 M dan meninggal tahun 944 M.

4
M. Yunan Yusuf, Alam Pikiran Islam Pemikiran Kalam (Jakarta: Kencana, 2014), hlm. 14

5
Abu Muhammad Waskito, Mendamaikan Ahlus Sunnah Di Nusantara, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2012),
hlm. 80
6
Geonawan Mohamad, Teks dan Iman, (Jakarta: Tempo Publishing)
Aliran Maturidiyyah yang dikatakan tampil sebagai reaksi terhadap pemikiran-
pemikiran mu‟tazzilah yang rasional itu, tidaklah seluruhnya sejalan dengan pemikiran yang
yang diberikan oleh al-asy‟ari. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa pemikiran teologi
asy‟ari sangat banyak menggunakan makna teks nash agama (Quran dan Sunnah), maka
Maturidiyyah dengan latar belakang mazhab Habafi yang dianutnya banyak menggunakan
takwil.7

Asal Usul Aliran Maturidiyyah

Tokoh pertama dari aliran Maturidiyah adalah al-Maturidi sendiri. Sebagai pemikir
yang tampil dalam menghadapi pemikiran Muktazilah, almaturidi banyak menyerang
pemikiran mu‟tazillah. Namun karena ia memiliki latar belakang intelektual pandangan-
pandangan rasional Abu Hanifahm dicelah-celah perbedaan itu terdapat pula kesamaan.

Murid terpenting dari Al-Maturidi adalah Abu al-Yusuf Muhammad alBazdawi. Ia


dilahirkan pada tahun 421 H dan meninggal pada tahun 439 H. Sebagai diketahui bahwa
nenek Al-Bazdawi adalah murid dari al-Maturidi. Al-Bazwadi sendiri mengetahui ajaran-
ajaran al-Maturidi dari orang tuanya. Agaknya pewarisan paham yang sudah melalui tiga
jenjang terhadap AlBazdawi sendiri tidak urung membuat berbagai perbedaan antara al-
bazdawi dengan al-maturidi.

Apalagi bila hal itu dikaitkan dengan kebebasan intelektual di kalangan ulama masa
lampau. Inilah kemudian yang membuat terdapatnya dua cabang aliran dalam Maturidiyyah,
yaitu cabang Samarkand dengan tokoh Maturidi sendiri dan cabang Bukhara dengan tokoh
utama al-Bazdawi.

Doktrin-Doktrin Aliran Maturidiyah

 Orang Mukmin melakukan dosa besar tetap Mukmin

 Janji dan ancaman tuhan tidak boleh tidak mesti berlaku kelak

Perbedaan Antara Asy’ari dan Al-Maturidi

7
Yunan Yusuf, Alam Pikiran Islam Pemikiran: Dari Khawarij Ke Buya Hamka Hingga Hasan Hanafi (Jakarta:
Kencana, 2004), hlm. 99
1. Tentang sifat Tuhan

Pemikiran Asy`ariyah dan Maturidiyah memiliki pemahaman yang relatif sama. Bahwa
Tuhan itu memiliki sifat-sifat tertentu. Tuhan Mengetahui dengan sifat Ilmu-Nya, bukan
dengan zat-Nya Begitu juga Tuhan itu berkuasa dengan sifat Qudrah-Nya, bukan dengan zat-
Nya.

2. Tentang Perbuatan Manusia

Pandangan Asy`ariyah berbeda dengan pandangan Maturidiyah. Menurut Maturidiyah,


perbuatan manusia itu semata-mata diwujudkan oleh manusia itu sendiri. Dalam masalah ini,
Maturidiyah lebih dekat dengan Mu`tazilah yang secara tegas mengatakan bahwa semua yang
dikerjakan manusia itu semata-mata diwujdukan oleh manusia itu sendiri.

3. Tentang Al-Quran

Pandangan Asy`ariyah sama dengan pandangan Maturidiyah. Keduanya sama-sama


mengatakan bahwa Al-quran itu adalah Kalam Allah Yang Qadim. Mereka berselisih paham
dengan Mu`tazilah yang berpendapat bahwa Al-Quran itu makhluq.

4. Tentang Kewajiban Tuhan

Pandangan Asy`ariyah berbeda dengan pandangan Maturidiyah. Maturidiyah berpendapat


bahwa Tuhan memiliki kewajiban-kewajiban tertentu. Pendapat Maturidiyah ini sejalan
dengan pendapat Mu`tazilah.

5. Tentang Pelaku Dosa Besar

Pandangan Asy`ariyah dan pandangan Maturidiyah sama-sama mengatakan bahwa


seorang mukmin yang melakukan dosa besar tidak menjadi kafir dan tidak gugur ke-
Islamannya. Sedangkan Mu`tazilah mengatakan bahwa orang itu berada pada tempat diantara
dua tempat “Manzilatun baina manzilatain”.8

8
Asy’ary al Abu Hasan. 1965. Kitab al-Luma’ fi al-Rad ‘ala Zaig wa al-Bida’, Kairo: tp.
6. Tentang Janji Tuhan

Keduanya sepakat bahwa Tuhan akan melaksanakan janji-Nya. Seperti memberikan


pahala kepada yang berbuat baik dan memberi siksa kepada yang berbuat jahat.

7. Tentang Rupa Tuhan

Keduanya sama-sama sependapat bahwa ayat-ayat Al-Qur’an yang mengandung


informasi tentang bentuk-bentuk pisik jasmani Tuhan harus ditakwil dan diberi arti majaz dan
tidak diartikan secara harfiyah. Az-Zubaidi menyatakan bahwa jika dikatakan Ahlus Sunnah,
maka yang dimaksud dengan mereka itu adalah Asy'ariyah dan Maturidiyah.

Penulis Ar-Raudhatul Bahiyyah mengemukakan bahwa pokok semua aqaid Ahlus Sunnah
wal Jamaah atas dasar ucapan dua kutub, yakni Abul Hasan Al-Asy'ari dan Imam Abu
Manshur Al-Maturidi.

Uraian di atas menjelaskan bahwa Asy’ariyah adalah ahlus sunnah wal jamaah itu sendiri.
Pengakuan tersebut disanggah oleh Ibrahim Said dalam majalah Al-Bayan bahwa:

a. Bahwa pemakaian istilah ini oleh pengikut Asy'ariyah dan Maturidiyah dan orang-
orang yang terpengaruh oleh mereka sedikit pun tidak dapat merubah hakikat
kebid'ahan dan kesesatan mereka dari Manhaj Salafus Shalih dalam banyak sebab.
b. Bahwa penggunaan mereka terhadap istilah ini tidak menghalangi kita untuk
menggunakan dan menamakan diri dengan istilah ini menurut syar'i dan yang
digunakan oleh para ulama Salaf. Tidak ada aib dan cercaan bagi yang menggunakan
istilah ini.9

KESIMPULAN

9
Asy’ary al Abu Hasan. 1977. al-Ibanah ‘an Ushul al-Diniyyah. Mesir: tp.Azra, Azyumardi. 1999 Konteks
Berteologi Di Indonesia, Pengalaman Islam, Jakarta: Paramadina.
Kelompok Asy’ariyah dan Maturidiyah muncul karena ketidakpuasan Abul Hasan Al-
Asy’ari dan Abu Manshur Muhammad ibn Muhammad ibn Mahmud Al-Maturidi terhadap
argumen dan pendapat-pendapat yang dilontarkan oleh kelompok Muktazilah. Pokok-pokok
ajaran Asy’ariah dan Maturidiyah pada dasarnya memiliki beberapa perbedaan dan
persamaan.

Pemikiran-pemikiran al-Maturidi jika dikaji lebih dekat, maka akan didapati bahwa
al-Maturidi memberikan otoritas yang lebih besar kepada akal manusia dibandingkan dengan
Asy’ari yang memberikan otoritas yang seimbang antara akal dan wahyu. Namun demikian
di kalangan Maturidiah sendiri ada dua kelompok yang juga memiliki kecenderungan
pemikiran yang berbeda yaitu kelompok Samarkand yaitu pengikut-pengikut al-Maturidi
sendiri yang paham-paham teologinya lebih dekat kepada paham Mu’tazilah dan kelompok
Bukhara yaitu pengikut al-Bazdawi yang condong kepada Asy’ariyah
DAFTAR PUSTAKA
Dewi Astuti, Kamus Populer Istilah Islam, (Jakarta: Gramedia, 2013), hlm. 24

29 Chaerudji, Ilmu Kalam (Jakarta: Diadit Media, 2007), hlm. 85

A. Athaillah, Rasyid Ridha: Konsep teologi rasional dalam tafsir al-manar (Jakarta: Erlangga, 2006), hlm. 91

M. Yunan Yusuf, Alam Pikiran Islam Pemikiran Kalam (Jakarta: Kencana, 2014), hlm. 14

Abu Muhammad Waskito, Mendamaikan Ahlus Sunnah Di Nusantara, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2012),
hlm. 80

Geonawan Mohamad, Teks dan Iman, (Jakarta: Tempo Publishing)

Yunan Yusuf, Alam Pikiran Islam Pemikiran: Dari Khawarij Ke Buya Hamka Hingga Hasan Hanafi (Jakarta:
Kencana, 2004), hlm. 99

Asy’ary al Abu Hasan. 1965. Kitab al-Luma’ fi al-Rad ‘ala Zaig wa al-Bida’, Kairo: tp.

Asy’ary al Abu Hasan. 1977. al-Ibanah ‘an Ushul al-Diniyyah. Mesir: tp.Azra, Azyumardi. 1999 Konteks
Berteologi Di Indonesia, Pengalaman Islam, Jakarta: Paramadina.

Anda mungkin juga menyukai