Menurut kitab Asbàbun-Nuzùl: Kronologi dan Sebab Turun Wahyu Al-Quran karya Muchlis
M. Hanafi terbitan Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Quran Badan Litbang dan Diklat
Kementerian Agama RI (2017) menjelaskan, ayat ini turun ketika terjadi pertengkaran antara
kaum Muhajirin dengan kaum Ansar.
Hadits dari Sahih Muslim meriwayatkan dari Sa’ad bin Abì Waqqas bercerita, bahwa ada
beberapa ayat al-Quran yang diturunkan berkenaan dengan dirinya. Ia berkata, pada suatu
kesempatan aku berkumpul dengan sekelompok kaum Ansar dan Muhajirin.
Mereka mengajakku makan dan minum khamr. Hal ini terjadi sebelum khamr diharamkan.
Kami berkumpul di sebuah kebun. Di sana aku jumpai kepala unta panggang dan satu kendi
khamr. Kami pun makan dan minum bersama.
Pembicaraan pun mengalir hingga topik tentang keutamaan kaum Ansar dan Muhajirin.
Dalam kondisi mabuk aku katakan bahwa kaum Muhajirin lebih besar jasanya (atau lebih
mulia) dibanding kaum Ansar.
Pernyataanku ini membuat orang-orang yang hadir di tempat itu tersinggung. Seseorang dari
mereka lalu mengambil satu dari dua tulang dagu unta dan melemparkannya ke arahku
hingga hidungku terluka.
Aku kemudian menghadap Rasulullah dan menceritakan kejadian tersebut. Berkaitan dengan
peristiwa itu turunlah firman Allah yang menjelaskan hukum khamr innamalkhamru wal-
maisiru wal-anshaabu wal-azlàmu rijsun min amalisy-syaithàn….
Ayat ini turun untuk menjawab keresahan sebagian sahabat terkait teman-temannya yang
wafat sebelum sempat meninggalkan kebiasaan minum khamr, sedangkan ayat yang
mengharamkan khamr baru turun setelah mereka wafat.
Hadits riwayat Bukhari dan Muslim dari Anasra bercerita, ”Suatu hari aku menghidangkan
minuman (khamr) kepada para tamu di rumah Abù Thalhah. Khamrnya kala itu adalah al-
faýìkh (arak dari kurma). Tiba-tiba Rasulullah saw memerintahkan seseorang untuk
mengumumkan bahwa khamr telah diharamkan.
Mendengar pengumuman itu Abù Thalhah berkata kepadaku, ”Keluar dan tumpahkanlah
khamr ini!” Aku pun keluar dan menumpahkannya hingga khamr mengalir di jalan-jalan
setapak kota Madinah.
Kemudian sebagian sahabat berkata,”Kawan-kawan kita telah meninggal dan di perut mereka
masih ada khamr. (Akankah mereka masuk neraka?)”
Untuk menjawab keresahan mereka, Allah menurunkan ayat ini laisa alal-ladžìna aàmanùu
wa‘amilush shaalihaati junaahun fìmà thoimuu …
Riwayat Lain
Dalam kitab Asbabun Nuzul karya KH Qomaruddin Shaleh dkk, CV Diponegoro (1990)
menjelaskan sebab turunnya ayat 90 surat al-Maidah dari riwayat lain.
Dijelaskan ketika Rasulullah saw datang ke Madinah didapati kaumnya suka minum arak dan
main judi. Mereka bertanya kepada Rasulullah saw tentang hal itu. Maka turunlah ayat
yas’alunaka anil khamri wal maisiri qul fii hima itsmun kabirun wa manafi’u linnaasi… (al-
Baqarah: 219).
Mereka berkata,”Tidak diharamkan kepada kita minum arak. Hanyalah dosa besar.” Mereka
terus minum arak. Pada suatu hari ada seorang dari kaum Muhajirin menjadi imam bagi
sahabat waktu shalat Maghrib.
Bacaannya salah karena mabuk. Maka Allah menurunkan ayat yang lebih keras daripada ayat
tadi. Yaitu Yaa ayyuhaladziina aamanuu laa taqrabush shalata wa antum sukara hatta
ta’lamu ma taquulun. (an-Nisa’: 43).
Kemudian turun ayat yang lebih keras lagi yaitu al-Maidah ayat 90-91 yang memberikan
kepastian hukum haramnya sehingga mereka berkata: Cukuplah. Kami berhenti.