Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu
Disusun Oleh :
Kelompok 11
TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya kita dapat
menyelesaikan makalah dengan judul “Kebenaran Non Ilmiah” ini selesai tepat waktu. Pada
kesempatan kali ini.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Mujiburrahman, M.Pd. sebagai
Dosen pengampu mata kuliah Filsafat Ilmu yang telah memberikan tugas kepada kami. Tidak
lupa juga kami mengucapkan terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan
dari segi pengetahuan maupun pengalaman karena keterbatasan kami. Maka dari itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk menyempurnakan makalah
ini. Semoga apa yang kami tulis bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..........................................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1
C. Tujuan.............................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................2
A. Kesimpulan.....................................................................................................................6
B. Saran...............................................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................7
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pada zaman sekarang ini, manusia semakin komplek dalam hal kebutuhan yang serba
teknologi. Sehingga menjadi tanggung jawab pribadi untuk membatasi diri dalam memenuhi
kebutuhannya. Jika tidak dapat membatasi diri maka akan berdampak pada martabat dan
eksistensi manusia. Semakin berkembangnya manusia, teknologi juga turut mengiringi
perkembangan kebutuhan manusia. Ilmu pengetahuan dan teknologi tidak dapat di cegah
perkembangannya, karena sudah jamaknya manusia ingin lebih baik, lebih nyaman dan lebih
lama menikmati hidupnya.[1] Pada kenyataannya teknologi sekarang sudah tidak lagi
memenuhi kebutuhan manusia, tetapi hanya memenuhi keinginan manusia. Penerapan dari
ilmu pengetahuan dan teknologi membutuhkan dimensi etik sebagai pertimbangan dan
mempunyai pengaruh dalam proses perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Tanggung jawab etis ini tidak bermaksud mencampuri perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi melainkan untuk memperkokoh eksistensi manusia.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang maka dapat dirumuskan suatu pokok masalah yang
kemudian disusun dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:
a. Apa pengertian dari kebenaran non ilmiah?
b. Apa teori dalam kebenaran non ilmiah?
c. Bagaimana cara menemukan kebenaran non ilmiah?
C. TUJUAN
Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui pengertian dari kebenaran non ilmiah?
b. Untuk mengetahui teori dalam kebenaran non ilmiah?
c. Untuk mengetahui bagaimana cara menemukan kebenaran ilmiah?
1
1
[1] Zubair, achmad charris,2002,“Dimensi Etik dan Asketik Ilmu Pengetahuan Manusia”,(Yogyakarta :
LESFI), Hal. 51
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak terlepas dari proses tahu (tahap
awal) dan hasilnya disebut pengetahuan biasa (tahap kedua). Tahap ketiga ialah
ilmu pengetahuan atau pengetahuan ilmiah, yaitu pengetahuan yang tingkat
vasiliditasnya diatas pengetahuan biasa. Contoh pengetahuan biasa, “setiap orang
tahu bahwa api itu panas”. Pengetahuan tersebut diperoleh dengan cara kontak
atau pengalaman (indrawi) antara subjek dan objek.3
b. Mitos
Mitos itu diturunkan secara subyektif, dalam arti kebenarannya hanya berlaku
di mana berlaku dalam masyarakatnya, dan tidak ada kaitan antara pengalaman
dan penuturan.Mitos berarti menghindar realitas, bukan menghadapi realitas.
Seperti ruwatan, patung, sesaji yang dianggap simbol yang dapat menghindarkan
malapetaka.
Mitos biasanya efektif sebagai alat komunikasi massa. Mitos akan hidup
tatkala rakyat tertekan dan penuh harapan. Mitos dapat juga mendorong
perbuatan. Misal mitos tentang ratu kidul, masyarakat antusias datang ke pantai
selatan melakukan ritual dan sesaji berharap agar hidupnya selamat, aman dan
tenteram.4
Keyakinan adalah kemampuan yang ada pada diri manusia yang diperoleh
melalui kepercayaan. Sesungguhnya antara sumber pengetahuan berupa wahyu
dan keyakinan ini sangat sukar untuk dibedakan. Adapun keyakinan melalui
kemampuan kejiwaan manusia merupakan pematangan dari kepercayaan.5
c. Wahyu
Arti wahyu secara umum adalah bisikan, isyarat atau petunjuk, ilham,
perintah, perundingan rahasia. Dalam syara’, wahyu adalah pengetahuan yang
diperoleh Nabi atau Rasul, yang berasal dari Allah dengan perantara/tidak melalui
perantara (malaikat, mimpi, indra, lonceng). Manusia tidak akan mengetahui
hakikat wahyu secara pasti, hanya Allah lah yang mengetahui hakikatnya.
Logikanya, sesuatu yang dibawa/disampaikan oleh orang yang terkenal jujur dan
terpelihara dari kesalahan .6
Wahyu adalah pengetahuan yang disampaikan oleh Allah kepada manusia
lewat perantaraan para nabi. Para nabi memperoleh pengetahuan dari Tuhan tanpa
upaya, tanpa bersusah payah, tanpa memerlukan waktu untuk memperolehnya.
Pengetahuan mereka terjadi atas kehendak Tuhan semesta. Tuhan mensucikan
3
jiwa mereka dan diterangkan-Nya pula jiwa mereka untuk memperoleh kebenaran
dengan jalan wahyu.
Pengetahuan dengan jalan ini merupakan kekhususan para nabi. Hal inilah
yang membedakan mereka dengan manusia-manusia lainnya. Akal meyakinkan
bahwa kebenaran pengetahuan mereka berasal dari Tuhan, karena pengetahuan itu
memang ada pada saat manusia biasa tidak mampu mengusahakannya, karena hal
itu di luar kemampuan manusia. Bagi manusia tidak ada jalan lain kecuali
menerima dan membenarkan semua yang berasal dari Nabi.7
Wahyu Allah (agama) berisikan pengetahuan, baik mengenai kehidupan
seseorang yang terjangkau oleh pengalaman, maupun yang mencakup masalah
transendental, seperti latar belakang dan tujuan penciptaan manusia, dunia, dan
segenap isinya serta kehidupan di akhirat nanti.8
Kepercayaan inilah yang merupakan titik tolak dalam agama dan lewat
pengkajian selanjutnya dapat meningkatkan atau menurunkan kepercayaan itu.
Sedangkan ilmu pengetahuan sebaliknya, yaitu dimulai mengkaji dan riset,
pengalaman, dan percobaan untuk sampai kepada kebenaran yang faktual.
3. Cara Menemukan Kebenaran Non Ilmiah
Upaya untuk menemukan kebenaran yang non ilmiah dapat terlaksana dengan
berbagai cara di antaranya ialah:9
a. Penemuan secara kebetulan
Penemuan kebenaran secara kebetulan adalah penemuan berlangsung tanpa
disengaja. Dalam sejarah manusia, penemuan secara kebetulan itu juga yang
berguna walaupun terjadinya tidak secara ilmiah, tidak sengaja dan tanpa rencana.
Cara ini untuk dapat diterima dalam metode keilmuan untuk menggali
pengetahuan atau ilma.
b. Penemuan “coba dan ralat” (trial and error)
Penemuan ”coba dan ralat” terjadi tanpa kepastian akan berhasil atau tidak
berhasil kebenaran yang dicari itu. Memang ada aktivitas mencari kebenaran,
tetapi aktivitas itu mengandung unsur spekulatif atau “untung-untungan”.
c. Penemuan kebenaran melalui spekulasi
Penemuan kebenaran secara spekulasi sedikit lebih tinggi tarafnya dari
penemuan secara trial dan eror. Jika dalam penemuan secara trial dan eror peneliti
tidak mempunyai panduan sama sekali, maka dalam penemuan dengan spekulasi,
seseorang dibimbing oleh suatu pertimbangan, walaupun pertimbangan tersebut
4
kurang dipikirkan secara masak-masak tetapi dikerjakan dalam suasana penuh
dengan risiko. Penemuan kebenaran dengan spekulasi memerlukan pandangan
yang tajam walaupun penuh spekulatif.
5
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kebenaran non ilmiah memiliki pengertian kebenaran yang diperoleh bukan
berdasarkan penalaran logika tetapi diperoleh dari faktor-faktor non ilmiah.
Dalam Kebenaran Non Ilmiah terdapat teori-teori di dalamnya, yakni ;
a. Pengetahuan biasa yang mempunyai pandangan realitas terhadap alam,
b. Mitos (kemampuan yang ada pada diri manusia yang diperoleh melalui
kepercayaan).
c. Wahyu (Wahyu Allah (agama) berisikan pengetahuan, baik mengenai kehidupan
seseorang yang terjangkau oleh pengalaman, maupun yang mencakup masalah
transendental, seperti latar belakang dan tujuan penciptaan manusia, dunia, dan
segenap isinya serta kehidupan di akhirat nanti).
Upaya untuk menemukan kebenaran yang non ilmiah dapat terlaksana dengan
berbagai cara di antaranya ialah:
a. Penemuan secara kebetulan.
b. Penemuan “coba dan ralat” (trial and eror).
c. Penemuan kebenaran melalui spekulasi.
d. Penemuan melalui otoritas atau kewibawaan.
B. Saran
Dengan adanya teori kebenaran yang didapatkan secara non ilmiah, maka kita
diharapkan mampu menerima dan mengaplikasikan kebenaran non ilmiah dalam
kehidupan sehari-hari dengan baik. Kita juga harus meyakini adanya kebenaran
meskipun itu berada di luar akal sehat, karena kebenaran itu datangnya bukan hanya
dari akal, tapi lebih banyak yang dari Allah.
6
DAFTAR PUSTAKA
1
Zakka, Rizqia Putri. “Kebenaran non Ilmiah” diakses dari pada tanggal 2 Oktober 2018
2
Bakhtiar Amsal, Filsafat Ilmu, Jakarta:RajaGrafindo Persada, 2004, edisi revisi.
3
M. Honer Stanley dan C. Hunt Thomas, Invitation to Philosophy, Belmont,
Cal:Wadswrth,1968.
4
Tim Dosen, Filsafat Ilmu, Yogyakarta:Lyberty, 2010, cet. Kelima.
5
Suhasti Ermi, Filsafat Ilmu, Yogyakarta:Prajnya Media, 2012.
6
Suriasumantri Jujun S. Filsafat Ilmu, Jakarta:Pustaka Sinar Harapan, 2007, cet, Kedua
puluh.
7
H. A. Mustafa, Filsafat Ilmu, (Bandung:Pustaka Setia, 1997), cet. 1, hlm. 106.
8
Jujun S. Suriasumantri, op.cit, hlm. 54.
9
Kasmadi Hartanto, dkk. Filsafat Ilmu, (Semarang:IKIP Semarang Press, 1990), hlm. 25-27.