Anda di halaman 1dari 17

SUMBER HUKUM ISLAM KE II

“IJTIHAD”
KELOMPOK 3
1. Afifah Nur Amalia (1901036149)
2. Elsa Monika Sari (1901036039)
3. M. Khoirul Fahrizal (1901036022)
4. Nilam Cahya (1901036151)
5. Rama Fauzi Adha S.N (1901036024)
6. Rizki Dwi Saputra (1901036249)
7. Sephia Nur Salsabila ( 1901036162)
8. Yesi Septiana (1901036138)
Ijtihad
• Ijtihad secara bahasa berasal dari kata al-jahd dan al-
juhd yang berarti kemampuan, potensi, dan kapasitas.
• Ijtihad menurut bahasa artinya mengeluarkan segala
upaya dan memeras segala kemampuan untuk sampai
pada sesuatu hal dari berbagai hal yang masing –
masing mengandung konsekuensi dan keberatan
(masyhaqqah).
• ijtihad secara terminologis (istilah) yaitu; upaya keras
seseorang ahli fiqih untuk sampai pada hipotesa
terhadap hukum syariat.
Syarat-syarat tertentu yang menjadi rambu
peringatan untuk tidak melakukan ijtihad

1. Ijtihad tidak boleh dilakukan terhadap


keberadaan Allah SWT.
2. Ijtihad itu tidak diperkenankan terhadap
kebenaran para nabi Allah yang diutusnya
langsung.
3. Ijtihad tidak boleh dilakukan untuk menguji
kebenaran dan kesucian alQur‟an
Macam-macam Metode Ijtihad
1. Ijma’
• Secara bahasa, ijma’ berarti al-azm
( berketetapan hati untuk melakukan sesuatu)
dan al-tashmin ( berketetapan hati untuk
mengambil keputusan).
• Secara istilah, pengertian ijma’ masih
diperdebatkan oleh para ulama. Ijma’ pada
masa sekarang diambil dari keputusan-
keputusan ulama islam seperti MUI.
CONTOH IJMA’
• Menurut fatwa MUI penggunaan Vaksin MR produk dari
Serum Institute of India (SII) hukumnya haram karena dalam
proses produksinya menggunakan bahan yang berasal dari
babi, namun pada saat ini, dibolehkan (mubah) karena :
1. Ada kondisi keterpaksaan (dlarurat syar'iyyah),
2. Belum ditemukan vaksin MR yang halal dan suci,
3. Ada keterangan dari ahli yang kompeten dan dipercaya
tentang bahaya yang ditimbulkan akibat tidak diimunisasi.
• Tapi, kebolehan penggunaan vaksin MR sebagaimana yg telah
dijelaskan diatas tidak berlaku jika ditemukan adanya vaksin
yang halal dan suci.
2. Qiyas
• Secara bahasa, qiyas berarti al-taqdir wa al-taswiyah (menduga
dan mempersamakan).
• Qiyas secara istilah adalah mempersamakan cabang kepada
pokok (taswiyat al-fari’I ila al-ashl) atau menetapkan suatu
hukum dalam suatu perkara baru yang belum pernah masa
sebelumnya namun memiliki kesamaan seperti sebab, manfaat,
bahaya atau berbagai aspek dalam perkara sebelumnya sehingga
dihukumi sama.
• Contohnya seperti pada surah al-Isra (17) ayat 23, dikatakan
bahwa perkataan “ah” kepada orang tua tidak diperbolehkan
karena dianggap meremehkan dan menghina, sedangkan
memukul orang tua tidak disebutkan.
3. Istishhab
• Istishhab berarti tindakan menetapkan berlakunya
suatu ketetapan sampai ada alasan yang bisa
mengubahnya.
• Contohnya bolehkah seorang perempuan menikah
lagi apabila yang bersangkutan ditinggal suaminya
bekerja di perantauan dan tidak jelas kabarnya? maka
dalam hal ini yang berlaku adalah keadaan semula
bahwa perempuan tersebut statusnya adalah istri
orang sehingga tidak boleh menikah lagi, kecuali
sudah jelas kematian suaminya atau jelas perceraian
keduanya
4. Istihsan
• Pengertian Istihsan adalah tindakan
memutuskan suatu perkara untuk mencegah
kemudharatan.
• Contoh istihsan adalah pembenaran tentang
pemungutan pajak penghasilan untuk
kemaslahatan atau kepentingan masyarakat
dalam rangka pemerataan pendapatan atau
pengumpulan dana yang diperlukan untuk
memelihara kepentingan umum.
5. Istishlah
• Istishlah adalah merupakan metode penetapan hukum
syara’ yang tak ada nashnya yang amat subur. Dengan
demikian, maka istishlah itu ialah istinbath hukum
tentang suatu peristiwa hukum yang tak dibawa nash
hukumnya, tidak terjadi ijma’ tentang hukumnya,
didasarkan atas kemashlahatan yang tak terdapat dalil
yang mengakui dan menolaknya.
• Contohnya adalah diterimanya kesaksian anak kecil
terhadap sesamanya dalam sebagian peristiwa yang
tidak dihadiri/diketahui oleh selain anak kecil tersebut.
6. Sadd al-dzari‟ah
• Secara bahasa al-dzari‟ah (sebelum ditambahkan kata sadd
depannya) berarti jalan ke arah tujuan. Sadd al-dzari‟ah
sesungguhnya berarti menutup jalan sekalipun metode yang
digunakan tidak sah.
• Contohnya melihat aurat pada media, apalagi termasuk porno,
diduga keras akan membangkitkan syahwat. Sementara orang yang
syahwatnya bergejolak dikhawatirkan akan mendorongnya
melakukan zina, apalagi bagi orang yang tidak memiliki saluran yang
sah, atau paling tidak akan merusak fikirannya, lebih-lebih bagi
anak-anak remaja dalam kondisi jiwa yang masih labil. Maka
perbuatan tersebut harus dilarang. Pelarangan ini didasarkan pada
sadd al-dzarî’ah (melarang sesuatu yang diperkirakan akan
mendatangkan mafsadat).
7. ‘Urf
• ‘Urf adalah perkataan atau perbuatan yang dikenal
dikalangan masyarakat dan menjadi adat kebiasaan
diantara mereka. ‘Urf berarti amal perbuatan yang
telah diketahui, sedangkan adat kebiasaan adalah
kebiasaan umum yang biasa dilakukan. Keduanya
diakui sebagai sumber hukum oleh mazhab hukum.
• Contohnya dalam hal jual beli, pembeli menyerahkan
uang sebagai pembayaran atas barang yang ia beli
dengan tidak mengadakan ijab kabul, karena harga
telah dimaklumi bersama antara penjual dan pembeli.
Masalah-masalah Yang Dapat Diijtihadkan

1. Masalah-masalah yang ditunjukan oleh nash


yang zhanniy ( tak pasti ), baik dari segi
keberadaanya (wurud) maupun dari segi
penunjukannya terhadap hukum (dalalah).
2. Masalah-masalah baru yang belum ditegaskan
hukumnya oleh nash.
3. Masalah-masalah baru yang belum diijma’kan.
4. Masalah-masalah yang diketahui illat (alasan)
hukumnya seperti dalam masalah muamalah.
Syarat-syarat Mujtahid
1. Harus memahami al-Qur‟an dengan baik, sehingga paham
akan sebabsebab turunnya berbagai ayat dan surah al-
Qur‟an dan kapan diwahyukannya (ashab al-nuzul).
2. Sangat memahami hadist nabi Muhammad SAW. Sehingga
dapat membedakan antara hadist yang sahih dari hadist-
hadist penting yang lain; mengetahui hadist hasan, hadist
dhaif, dan seterusnya.
3. Mengetahui dengan sangat baik prinsip-prinsip ijma’
4. Mengetahui bentuk-bentuk dan perintah-perintah qiyas
beserta persyaratan yang melingkupinya
KATEGORI MUJTAHID SECARA UMUM
1. Al-mujtahid fi al-syari‟ah, adalah mereka yang melakukan
ijtihad dalam masalah-masalah syari‟ah. Diantara mereka
adalah sahabat-sahabat nabi Muhammad SAW. Sampai
kepada para ulama abad ketiga hijriah.
2. Al-mujtahid fi mazhab adalah mereka yang melakukan
ijtihad dan kemudian meletakan dasar-dasar hukum
mazhab pendapatnya.
3. Al-mujtahid fi al-masail adalah para mujtahid masa kini
yang memberikan fatwa atau pandangan hukum
terhadap masalah-masalah keagamaan.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai