Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

KE NU AN
“Dasar-dasar paham keagaman NU”
Dosen pengampu:
Amrina rosyada,Spd,Mpd

Disusun oleh kelompok 6:


1. Sopiatun Nisa
2. Nanda sari
3. Rohmatun nisa
4. Olina lestari

PRODI S1 KEPERAWATAN
UNIVERSITAS QOMARUL HUDA
BADARUDIN BAGU
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGHANTAR

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT tuhan yang maha kuasa atas segala limpahan rahmatnya
insyaALLAH.,taufik dan hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah
ini dalam bentuk maupun isisnya yang sangat sederhana.Semoga makalah ini dapat dipergunakan
sebagai salah satu acuan,petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam menambah
pengetahuan materi Falsafah Dan Teori Keperawatan mengenai peran dan fungsi perawat.

Harapan saya semoga makalh ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca,sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalh ini sehingga kedepannya
dapat lebih baik.

Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki masih
bnayak kurang. Oleh karena itu saya harap kepada pembaca untuk memberikan masukan-
masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalh ini.

Bagu,maret,2023
DAFTAR ISI

KATA PENGHANTAR
DAFTTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
1.2 Rumusan masalah
1.3 Tujuan
BAB II PENDAHULUAN
2.1 Dasar-dasar paham keagamaan NU
2.2 Sumber hokum islam menurut NU
2.3 Qonon asasi
2.4 Mazhab
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


NU mendasarkan faham keagamaan kepada sumber ajaran Islam Alquran, Al Hadits, Al
Ijma’ dan Al Qiyas dalam memahami dan menafsirkan Islam dari sumbernya tersebut, NU
mengikuti Faham Ahlusunnah Wal Jamaah dengan menggunakan jalan pendekatan (Al
Madzhab) di bidang Aqidah NU mengikuti ajaran yang dipelopori oleh Imam Abu Mansur Al
Maturidi, dibidang fiqih NU mengikuti jalan pendekatan salah satu dariMuhammad bin Idris
Assyafii dan Imam Ahmad bin Hambal, dibidang tassawuf NU mengikuti antara lain Imam
Junaidi Al bagdadi dan Imam Al ghazali serta Imam imam yang lain.
NU mengikuti pendirian bahwa, Islam adalah agama yang fitri, yang bersifat
menyempurnakan segala kebaikan yang sudah dimiliki manusia. Faham keagamaan yang dianut
oleh NU bersifat menyempurnakan nilai nilai yang baik yang sudah ada dan menjadi ciri-ciri
suatu kelompok manusia, seperti suku maupun bangsa dan tidak bertujuan menghapus nilai nilai
tersebut. 1

1.2 Rumusan masalah


1. Apa dasar-dasar paham keagamaan NU?
2. Bagaimana sumber hukum islam menurut NU?
3. Apa itu Qonun asasi?
4. Pengertian mazhab?
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui:
1. Dasar-dasar paham keagamaan NU
2. Sumber hukum islam menurut NU
3. Apa itu Qonun asasi
4. Pengertian mazhab

BAB II

1 ] Sumber http://agusmr220.blogspot.co.id/2013/12/nu-dan-sikap-sikap-keagamaan.html jam 14:32. 16/3/2016


PEMBAHASAN

2.1 Dasar-dasar paham keagamaan NU


Dasar-Dasar Paham Keagamaan Nahdlatul Ulama disebutkan tiga hal berikut.

1) Nahdlatul Ulama mendasarkan paham keagamaan pada sumber ajaran Islam: Alqur’an, Sunnah, Ijma’
dan Qiyas.

2) Dalam memahami, menafsirkan Islam dari sumber-sumbernya di atas, Nahdlatul Ulama mengikuti
paham Ahlussunnah wal Jama’ah dan menggunakan jalan pendekatan madzhab:

 Di bidang aqidah, Nahdlatul Ulama mengikuti ahlussunnah wal Jama’ah yang dipelopori oleh Imam
Abul Hasan al-Asy’ari dan Imam Manshur Al-Maturidi.

i) Di bidang fiqh, Nahdlatul Ulama mengikuti jalan pendekatan (madzhab) salah satu dari
madzhab Abu Hanifah, Imam Malik bin Anas, Imam Muhammad bin Idris AsySyafi’i
dan Imam Ahmad bin Hanbal.

ii) Di bidang tasawuf, mengikuti Imam al-Junaid al-Baghdadi dan Imam al-Ghazali serta imam-
imam yang lain.

iii) Nahdlatul Ulama mengikuti pendirian (berpendirian) bahwa Islam adalah agama yang fitri,
yang bersifat menyempurnakan segala kebaikan yang sudah dimiliki manusia. Paham
keagamaan yang dianut oleh Nahdlatul Ulama bersifat menyempurnakan nilai-nilai baik yang
sudah ada dan menjadi milik serta ciri-ciri suatu kelompok manusia, seperti suku maupun
bangsa. Paham Nahdlatul Ulama adalah melestarikan semua nilai-nilai unggul kelompok dan
tidak bertujuan menghapus nilai-nilai tersebut.

Paham keagamaan dalam NU terdapat dua aspek dalam madzhab. Pertama, metode yang dipakai
oleh para mujtahid dalam merumuskan hukum Islam (istinbath). Kedua, hasil dari penerapan
metode istinbath tersebut. Nahdlatul Ulama memformulasikan keduanya sebagai metode pemecahan
hukum yang berlaku di kalangan nahdliyin. Dari sinilah ada yang disebut dengan madzhab
qauli dan madzhab manhaji.

1. Madzhab Qauli
Menurut madzhab ini, pendapat keagamaan ulama yang teridentitas sebagai ulama
Aswaja dikutip secara utuh qaulnya dari kitab mu’tabar dalam madzhab, seperti
mengutip dari kitab Al-Iqtishadfi al-I’tiqad karangan al-Ghazali, atau al-Umm karya asy-
Syafi’i. Agar terjaga keutuhan paham madzab sunni harus terhindarkan pengutipan pendapat dari
kitab yang bermadzhab lain.

1. Madzhab Manhaji
Ketika merespon suatu masalah kasuistik dipandang perlu menyertakan dalil nash
syar’i berupa kutipan ayat al-Qur’an, nukilan matan sunnah atau hadis, untuk
mewujudkan citra muhafadzah, maka kerjanya sebagai berikut:

2. Nash al-Qur’an yang dikutip dari mushaf usmani. Tafsiran pun harus berasal dari kitab-
kitab tafsir yang mu’tabar.

3. Penukilan hadis harus berasal dari kitab-kitab standar.

4. Pengutipan ijma’ perlu memisahkan kategori ijma’ shahabi yang diakui tertinggi mutu
kehujjahannya dari ijma’ mujtahidin. Sumber pengutipan sebaiknya mengacu pada kitab
karya mujtahid muharrir madzhab, seperti Imam Nawawi dan lain- lain.2

2.2 Sumber hokum islam menurut NU

2.3 Al-Qur'an

Al-Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Muhammad dalam bahasa Arab yang
berisi khitab Allah dan berfungsi sebagai pedoman bagi umat Islam. Fungsi Al-Qur’an adalah sebagai
petunjuk bagi umat manusia. Menurut Ali Syari’ati, petunjuk yang terkandung dalam Al-Qur’an berupa
tiga hal. 

Pertama, petunjuk yang berupa dokrin atau pengetahuan tentang struktur kenyataan dan posisi manusia di
dalamnya, seperti: petunjuk moral dan hukum yang menjadi dasar syari’at.

2  Buku Aswaja dan Ke-NU-an, Ma'arif NU DIY, 2004


 
Kedua, petunjuk yang terdapat dalam ringkasan sejarah manusia baik para raja, orang orang suci, nabi,
kaum, dan sebagainya. 
 
Ketiga, petunjuk yang berupa mukjizat, yaitu kekuatan yang berbeda dengan apa yang dipelajari. Banyak
ayat-ayat Al-Qur’an yang mempunyai kekuatan lain, atau difugsikan lain oleh umat Islam. 
 
Berdasarkan periodisasi turunnya, maka kandungan umum Al-Qur’an dapat dikelompokkan ke
dalam dua fase, yaitu Fase Makkah, yang bermula dari diangkatnya Muhammad menjadi Rasul hinga
hijrahnya Rasul dan umat Islam ke Madinah. Wahyu yang turun berhubungan dengan pembangunan
ajaran-ajaran agama Islam. Topik topik wahyu yang turun berdasarkan masalah: tauhid, eksistensi Allah
SWT, masalah eskatologis, kisah kisah umat terdahulu, shalat, dan tantangan bagi orang orang kafir. Fase
Madinah, yang dimulai sejak awal hijriyah hingga wafatnya Rasul, wahyu yang turun berbeda topiknya
dengan masa sebelumnya. Pada fase ini, wahyu yang turun behubungan dengan masalah hukum yang
dibutuhkan guna membangun masyarakat Islam yang baru terbentuk tersebut. 
 Hadits
Hadits adalah peraturan sahabat tentang Rasulullah baik mengenai perkataan, perbuatan, maupun
taqrirnya. Dalam penggunaannya sebagai sumber ijtihad, para ulama cenderung menganggap Al-Qur’an
sebagai satu kesatuan dan hadits sebagai satu kesatuan. Ayat mana saja boleh ditafsirkan dengan hadits
mana saja tanpa memperhatikan unsur waktu dan keterkaitan antara keduanya. 
 
Di samping itu terdapat ulama yang memandang kedudukan hadits lebih rendah dari Al-Qur’an. Hal ini
berseberangan dengan fungsi hadits sebagai penjelas Al-Qur’an, yang mana antara penjelas dengan yang
dijelaskan harus memiliki hubungan sebab akibat. Oleh karena itu, pemahaman terhadap fungsi hadits
sebagai penjelas Al-Qur’an dalam tataran praktisnya, bukanlah sesuatu yang mudah. Diperlukan berbagai
ilmu pendukung, khususnya aspek historis, guna melihat keterkaitan antara penjelasan dalam hadits
dengan ketentuan dalam Al-Qur’an.
Ijma
Ijma berarti 'kesepakatan' atau konsensus dan ketetapan hati untuk melakukan sesuatu. Mayoritas
ulama mendefinisikan ijma sebagai kesepakatan seluruh mujtahid pada suatu masa terhadap suatu hukum
syara’ setelah wafatnya Rasulullah. Fungsi ijmak antara lain:
a. Mengeliminir kesalahan-kesalahan dalam berijtihad, yang mungkin saja terjadi jika ijtihad dilakukan
secara individual saja.
b. Menyatukan pendapat-pendapat yang berbeda melalui kesepakatan yang dicapai, dan
c. Menjamin penafsiran yang tepat atas Al-Qur’an dan keotentikan hadis.
 
Qiyas
Qiyas adalah menganalogikan suatu masalah yang belum ada ketetapan hukumnya (nash/dalil)
dengan masalah yang sudah ada ketetapan hukumnya karena adanya persamaan ‘illat. Menganalogikan
diartikan sebagai mempersamakan dua persoalan hukum sekaligus status hukum di antara keduanya.
Dalam pelaksanaanya, qiyas harus memenuhi rukun-rukun sebagai berikut:
a. Ashl (Maqis alaih): yaitu masalah yang sudah ada ketetapan hukumnya atau sudah ada nashnya, baik
dari Al-Qur’an maupun hadits.
b. Furu’ (Maqis): yaitu masalah yang sedang dicari ketetapan hukumnya.
c. Hukm Ashl: yaitu hukum masalah yang sudah ditetapkan oleh nash.
d. Illat: yaitu sifat yang terdapat dalam ashl, dengan syarat: sifatnya nyata dan dapat dicapai dengan
indera, konkrit tidak berubah, dan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.
 
Dalam mengambil setiap hukum pastilah ada rujukan atau tempat diambilnya suatu keputusan,
yaitu sumber hukum Islam yang tentunya sumber yang pokok dan utama adalah Al-Qur’an dan diperjelas
oleh hadits.
 
Di samping itu ada pula bermacam macam metode yang merupakan produk dari penemuan para
ulama yang selanjutnya terus mengalami perkembangan dengan pesat berdasarkan permasalahan yang
semakin kompleks. Di antara metode tersebut adalah ijma, qiyas, istihab, istihsan, urf, dan saddus
dzariah.3

2.4 QANON ASASI

Qanun Asasi dan Qanun Dakhili adalah 2 hal yang menjadi sandaran atau pegangan dalam sebuah
jam’iyyah atau perkumpulan, atau organisasi. Keduanya sama-sama memiliki peran penting. Namun, dari
sisi nilai terdapat perbedaan yang sangat kontras antara Qanun Asasi dan Qanun Dakhili.  Wakil
Sekretaris PWNU Jabar, Dindin C. Nurdin mengatakan Qanun Asasi adalah sumber moral, ideologi,
pegangan atau pondasi yang harus tetap dijaga karena menjadi tata nilai sebuah jam’iyyah atau organisasi.

3 ilvi Luqman Sari, mahasiswa Institut Islam Nahdlatul Ulama (Inisnu) Temanggung

Editor: M Ngisom Al-Barony


Sementara, Qanun Dakhili adalah Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) yang seringkali
memiliki perbedaan tafsir.  Lebih lanjut, Kang Dindin mengungkapkan ketika sebuah jam’iyyah atau
organisasi tidak lagi memegang Qanun Asasi maka jam’iyyah tersebut tidak lagi memiliki pondasi dan
tata nilai. Oleh sebab itu, Qanun Asasi harus benar-benar dijaga karena menjadi penting dalam sebuah
jam’iyyah atau organisasi.  “Ketika kita berbicara Qanun Asasi, maka tidak ada kalimat yang wajib kita
ucapkan kecuali sam’an watha’atan. Ini tentu yang menjadi nilai lebih dari Qanun Asasi,” ujar Ceng
Dindin dalam acara peringatan Haul Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari dan Pembacaan Muqaddimah.
Qanun Asasi yang di selenggarakan Lakpesdam bersama DKM PWNU Jabar, Jumat (08/04) malam. 
Ceng Dindin mengatakan Qanun Asasi ini diibaratkan sebagai oase atau mata air yang harus digali terus
menerus. “Semakin banyak membaca Qanun Asasi semakin banyak ilham, semakin banyak firasatal
mukmin yang akan kita miliki. Semakin rajin kita tadarus Qanun Asasi, semakin kuat nilai-nilai jihadiyah
kita untuk jam’iyyah Nahdlatul Ulama,” tuturnya.  “Kenapa demikian, karena Qanun Asasi adalah bukan
saja partikel-partikel subtansial yang ada dalam Al-Qur’an tetapi juga kekuatan yang dimiliki oleh para
muasis di saat beliau mendirikan dan menggerakkan Nahdlatul Ulama,” imbuhnya.  Terakhir, ia
menuturkan bahwa agar sebuah jam’iyyah ini bisa utuh dan tidak mengalami keruntuhan, maka benar apa
yang disampaikan oleh Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari: "Persatuan, adalah ikatan batin satu dengan
yang lainnya." “Ini yang harus kita simpan baik-baik, bahwa tidak mungkin persatuan itu hanya sebagai
bentuk lisan kamuplatif, lisan yang akan bisa menyatukan, ahwal yang akan bisa menyatukan kita, ketika
disertai dengan keikhlasan batin kita untuk berpegangan tangan menyatukan Langkah, merapatkan
barisan dengan perkuat suasana batin kita satu sama lain. Maka itu adalah kunci hadirnya kebangkitan
Gerakatandasnya. 
4

2.5 Mazhab
Islam di Indonesia adalah mayoritas, dan mayoritas muslim Indonesia adalah berpegangan pada
Mazhab Ahlussunnah wal Jamaah dalam aqidah berpegangan pada Imam Abu Hasan Aly al-Asyari dan
Imam Abu Mansur al-Maturidi, sedangkan dalam fiqih (syariat) berpegangan pada 4 Mazhab, yakni
Mazhab Hanafi, Mazhab Maliki, Mazhab Syafii, dan Mazhab Hambali. Di bidang tasawuf, kita
berpegangan pada manhaj tasawufnya Imam Junaidi al-Baghdadi dan Hujjatul Islam Imam al-Ghazali. Ini
sudah permanen di kalangan umat Islam Indonesia khususnya warga Nahdlatul Ulama.

Kita yang ditakdirkan menjadi muslim, berpegang pada Mazhab Ahlussunnah wal Jama’ah ini yang
hidup di tanah Nusantara, tidak perlu ragu, tidak juga khawatir bahwa kita ada dalam jalan yang benar,
dalam kitab al-Farq bain al-Firaq, Syaikh Abdul Qohir bin Thohir sudah menegaskan bahwa :

‫الفين اال‬LL‫رق المخ‬LL‫ق من ف‬L‫اقض و ليس فري‬L‫ذ و تن‬L‫ون في تناب‬L‫ فال يقع‬,‫ه‬LL‫ و هللا تعالى يحفظ الحق و اهل‬,‫فهم اذن اهل الجماعة القاءمون بالحق‬
‫وفيهم تكفير بعضهم لبعض‬.

Artinya: mereka (Ahlussunnah wal Jama’ah) adalah ahli jamaah (selalu menyatu) yang konsisten di
dalam kebenaran. dan Allah swt pun menjaga kebenaran dan yang konsisten pada kebenaran. Mereka pula
tidak melakukan saling bermusuhan dan saling bertentangan, mereka (ahli sunnah) adalah golongan
4 https://jabar.nu.or.id/daerah/ceng-dindin-semakin-rajin-tadarus-qanun-asasi-semakin-kuat-jihad-kita-untuk-
nahdlatul-ulama-D44Gp
mayoritas dari beberapa golongan yang selalu berbeda, kecuali pula golongan berbeda itu yang selalu
mengkafir-kafirkan antar sesamanya.

Ahlussunnah wal Jama’ah, satu dari sekian firqoh (golongan dari umat Islam) yang dikatakan Rasulullah
SAW sebagai as-Sawad al-A’dzam (umat Islam terbanyak) juga sebagai al-Firqatu an-Najiyah (golongan
yang selamat), maka dari itu umat Islam yang bermazhab Ahlussunnah akan selalu konsisten mengikuti ajaran
Rasulullah SAW dan Khulafaurrosyidin, seperti yang dijelaskan dalam kitab Kasyaaf Isthilahat al-Funun wal
Ulum karangan Imam al-Allamah Muhammad Aly al-Tahanawi mengatakan :

‫و‬LL‫يره ممن ه‬LL‫ والمراد بالمسلوكة في الدين ما سلكها رسول هللا او غ‬.‫هم الطريقة المرضية المسلوكة في الدين من غير افتراض و ال وجوب‬
‫ عليكم بسنتي و سنة الخلفاء الراشدين من بعدي‬: ‫علم في الدين كالصحابة رضي هللا عنهم لقوله صلى هللا عليه‬

Jadi, umat Islam yang bermazhab Ahlussunnah wal Jama’ah adalah mereka yang konsisten mengikuti
ajaran Nabi dan sahabat. Mengamalkan Agama dan sikap beragamanya akan selalu mengikuti ulama,
ulama yang mengikuti para imam Mazhab, dan imam Mazhab mengikuti Tabi' Tabiin, kemudian Tabi
Tabiin mengikuti Tabiin, dan Tabiin mengikuti sahabat Nabi, dan seluruh sahabat Nabi mengikuti
sunnahnya Nabi SAW. Jalur sanad baik ajaran maupun ilmu agamanya tidak bergeser dari ajaran
Rasulullah SAW.
Imam Ibnu Sirin, dari kalangan tabiin menegaskan :

‫ان هذا العلم دين فانظروا عمن تاخذون دينكم‬

Artinya : “sesungguhnya ilmu agama ini adalah agama, maka perhatikanlah oleh kalian darimna kalian
mengambil agama.”

Ini dimaksudkan bahwa ilmu-ilmu agama yang wajib dicari adalah berisi ajaran agama. Tentu harus
tersambung lurus hingga sumber utamanya Rasulullah SAW dengan memperhatikan ulama yang
mengajarkan, apakah tersambung atau sudah terputus. Kesimpulannya untuk paham agama maka belajarlah
pada ulama atau kiai yang juga punya ketersambungan (sanad) pada gurunya, hingga gurunya ini pun sampai
tersambung ke imam-imam Mazhab.
Ilmu agama, sekali lagi ditegaskan dicari sekaligus diterapkan untuk kemudian menyempurnakan amal.
Tanpa ilmu agama maka amal kita sia-sia (‫)مردودة ال تقبل‬.Karakter muslim yang bermazhab Ahlussunnah wal
Jama’ah itu adalah ‫( تطور‬bersikap dinamis), ‫ويف‬L‫( تص‬jernih berfikir dan berprinsip), ‫( توسط‬sikap moderat,
mengayomi seluruh umat apapun agamanya), ‫( تخفيظ‬menjaga keutuhan, menjaga harmoni, menjaga
kerukunan), ‫( تقويا‬menguatkan silaturahmi, persaudaraan dan menguatkan pri kemanusiaan), ‫معا‬LL‫ ( س‬selalu
mendengar untuk sebuah kepatuhan dan untuk membantu), ‫( طاعة‬taat pada Allah SWT, taat pada Rosulullah
SAW, taat pada ulama, taat pada ulil amri yang sah), ‫( تودد‬sikap ramah pada siapapun), dan ‫( ترحميا‬sikap saling
asih, asah dan asuh).

Nahdlatul Ulama adalah organisasi keagamaan yang mewadahi umat Islam Indonesia yang bermazhab
Ahlussunnah wal Jama’ah. Tidak ada isi NU kecuali mereka kaum sunni (Ahlussunnah wal Jama’ah).
Kesimpulan tulisan ini, ingin mengajak kepada siapapun muslim yang ber-Mazhab Ahlussunnah wal
Jama’ah untuk istiqomah di NU, baik di dalam struktur NU maupun di dalam kultural NU. Tidak ada dalam
NU bergaris, baik garis lurus, garis bengkok, garis atas, garis bawah atau garis kejut. NU itu satu, ya NU.
Wallahu a'lam.
5

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

5 Hamdan Suhaemi, Wakil Ketua GP Ansor Banten dan Ketua Rijalul Ansor Banten Rabu, 1 September 2021 | 22:55
WIB.
 

Anda mungkin juga menyukai