Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

AHLUSSUNNAH WALJAMA’AH
Pemikiran dan Amaliyah NU

Dosen Pengampu : Drs. H. Sabikhis, M.Pd.

Di susun Oleh : Kelompok 7


Aulia Putri
Eef Saeful
Lisnawati
Siti Mulki Haeriah

PRODI : EKONOMI SYARI’AH

STAI AL-MA’ARIF CIAMIS


TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, segala puji marilah kita panjatkan kepada dzat


Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nyalah penyusun dapat
membuat dan menyelesaikan tugas makalah tentang “Pemikiran dan
Amaliyah NU ”. Shalawat dan salam semoga tetap terlimpah curahkan
kepada Rasul pilihan yakni Nabi Muhammad SAW.
Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada orang tua yang telah
memberikan motivasi belajar dan semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari, dalam penyusunan makalah ini tidak luput dari
banyak kesalahan dan kekurangan, baik dalam penulisan atau pun dalam
mengemukakan materinya. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan
adanya kritikan yang sifat nyamembangun dari parapembaca untuk bekal
kedepan yang baik. Mudah-mudahan makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi penyusun dan bagi semua pembaca.

Wassalamu’alaikumWr. Wb.

Ciamis, November 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................2

DAFTAR ISI ............................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................4
1.3 Tujuan ..........................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pemikiran Nahlatul Ulama ...........................................................................5
2.2 Amaliyah Nahdlatul Ulama ..........................................................................9

BAB III PENUTUP


3.1 Simpulan ......................................................................................................13
3.2 Saran ............................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................14

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


ASWAJA sesungguhnya identik dengan pernyataan nabi “Ma Ana
‘Alaihi wa Ashabi” seperti yang dijelaskan sendiri oleh Rasululloh SAW
dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi, Ibnu Majah dan
Abu Dawud bahwa :”Bani Israil terpecah belah menjadi 72 Golongan dan
ummatku akan terpecah belah menjadi 73 golongan, kesemuanya masuk
nereka kecuali satu golongan”. Kemudian para sahabat bertanya ; “Siapakah
mereka itu wahai rasululloh?”, lalu Rosululloh menjawab : “Mereka itu adalah
Maa Ana ‘Alaihi wa Ashabi” yakni mereka yang mengikuti apa saja yang aku
lakukan dan juga dilakukan oleh para sahabatku.
Dalam hadist tersebut Rasululloh SAW menjelaskan bahwa golongan
yang selamat adalah golongan yang mengikuti apa yang dilakukan oleh
Rasululloh dan para sahabatnya.
Jadi bukanlah sebuah gerakan yang baru muncul diakhir abad ke-3
dan ke-4 Hijriyyah yang dirumuskan kembali oleh Imam Abu Hasan Al-
Asy’ari dan Imam Abu Manshur Al-Maturidi. Pada saat munculnya berbagai
golongan yang pemahamannya dibidang aqidah sudah tidak mengikuti Manhaj
atau thariqoh yang dilakukan oleh para sahabat, dan bahkan banyak
dipengaruhi oleh kepentingan-kepentingan politik dan kekuasaan. Dari uraian
diatas maka penulis tertarik mengangkat tema pemikiran dan amaliyah
Nahdlatul Ulama (NU).
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan di bahas adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana pemikiran NU?
2. Bagaimana Amaliyah NU?
1.3 Tujuan
Tujuan penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui pemikiran NU
2. Untuk mengetahui amaliyah NU

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pemikiran Nahdlatul Ulama


A. Syakhsiyah Nadliyah
Para ulama pesantren pendiri NU mempunyai visi dan misi serta
strategi gerakan kultural yakni: menjaga, melestarikan dan
mengembangkan islam Ahlussunnah Waljama’ah ditengah-tengah
kondisi dan dinamika kehidupan.
Prinsip dasar, kaidah, tradisi, dan metode keilmuan islam
Ahlussunnah Waljama’ah ini telah memperteguh kaum Nahdliyin
dalam berpikir, bersikap dan bertindak baik dalam relasi manusia
dengan Allah, manusia dengan manusia, maupun manusia dengan
alam semesta. Hubungan tersebut dibangun dalam suatu sistem
kehidupan yang menjamin tegaknya moralitas keagamaan dan
martabat kemanusiaan dan semangat amar ma’ruf nahi munkar.
NU berpendirian bahwa islam diturunkan sebagai
rahmatan lil ‘alamin, memiliki makna dan fungsi universal yakni:
suci, fitri, hanif serta dapat diterima dan diamalkan oleh seluruh
umat manusia. Realitas kehidupan juga harus dilihat secara
substantif, fungsional, terbuka, dan bersahabat.
Sebagai bagian dari masyarakat Indonesia, NU telah
bertekad untuk terikat dengan kesepakatan-kesepakatan nasional
yang mengatur kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara.
NU berpandangan bahwa prinsip berbangsa dan bernegara harus
tetap menghargai dan menghormati keyakinan dan keberagaman
masyarakat. Kiprah dan dinamika NU adalah keislaman,
keindonesiaan, kemanusiaan dan rahmatan lil ‘alamin. Karena itu
NU meneguhkan kultur, struktur, sistem dan mekanisme
lembaganya sebagai organisasi agama dan sosial yang bercirikan
Ahlusunnah Waljama’ah.
NU adalah organisasi sosial keagamaan yang indpenden
dan mempunyai kebebasan dalam menentukan sikap dan

5
langkahnya. NU menjunjung tinggi demokrasi, konstitusi, dan
hukum. NU juga menghargai keterbukaan, kooperatif, dialogis dan
moderat. Karena itu NU menentang segala bentuk diskriminasi,
radikalisme, anarkisme, dan terorisme.
Faham Ahlussunnah Waljama’ah dijabarkan dalam naskah
Khittah NU yang merupakan landasan berpikir, bersikap, khittah
NU tersebut adalah :
1. Kesadaran atas keharusan hidup bermasyarakat
dengan persyaratannya.
2. NU: Jamiyah Diniyah berfaham Ahlussunnah
Waljama’ah, berhaluan salah satu dari mazhab
empat.
3. NU: gerakan keagamaan meningkatkan kualitas
insan bertakwa.
4. Dalam berupaya mencapai cita-cita NU,
terbentuklah kepribadian khas NU yang
kemudian disebut sebagai Khittah NU.
NU mendasarkan paham keagamaannya kepada sumber-sumber
Al-qur’an, Al-sunnah, Al-ijma, dan Qiyas. NU menggunakan
jalan pendekatan (al-mazhab) yaitu sebagai berikut :
1. Di bidang aqidah mengikuti faham Ahlussunnah
Waljama’ah yang dipelopori oleh Imam Asyari
dan Imam Maturidi.
2. Di bidang fiqih mengikuti salah satu dari
mazhab empat.
3. Di bidang tasawuf mengikuti mazhab Imam
Baghdadi, Imam Gazali, dan imam-imam lain.
Sikap kemasyarakatan NU, mereka memiliki sikap tawassuth dan
I’tidal yaitu sikap tengah berintikan keadilan di tengah kehidupan
bersama serta menjadi kelompok panutan, bertindak lurus,
bersifat membangun,tidak ekstrem.

6
Selain itu mereka juga memiki sikap tasamuh (toleran), sikap
amar ma’ru nahi munkar, dan sikap tawazun yakni keseimbangan
dalam berkhidmat kepada Allah SWT., berkhidmat kepada
sesama manusia dan kepada lingkungan hidup, serta keselarasan
antara masa lalu, masa kini, dan masa depan.

B. Maba’di Khaira Ummah


Secara etimologi, maba’di khaira ummah terdiri dari tiga kata
bahasa arab. Pertama, maba’di yang artinya landasan, dasar, dan
prinsip. Kedua, khaira yang artinya terbaik, ideal. Ketiga, ummah
yang artinya masyarakat dan rakyat. Sedangkan secara
epistomologi, maba’di khaira ummah adalah prinsip-prinsip
yang digunakan untuk mengupayakan terbentuknya tatanan
kehidupan masyarakat yang ideal dan terbaik.
Ide NU untuk mewujudkan masyarakat yang ideal dan
terbaik sebenarnya telah di upayakan sejak tahun 1935. Pada saat
itu para tokoh NU berpendapat bahwa proses pembentukan
masyarakat yang ideal dan terbaik dapat dimulai dengan
menanamkan nilai-nilai al-shidq (kejujuran), al-wafa’ bi al-‘ahd
(komitmen), dan al-ta’awun (komunikatif dan solutif).
C. Ukhuwwah Nadliyyah
Spesifikasi kaum Nahdliyyin yang sangat menonjol adalah sikap
kebersamaannya yang tinggi dengan masyarakat di sekelilingnya.
Kaum Nahdliyyin merasa bahwa dirinya merupakan bagian dari
masyarakat, mulai dari struktur yang terkecil hingga yang terbesar.
Dikalangan internal NU, ketegasan Al-qur’an dan hadits
telah memberikan inspirasi besar sehingga menempatkan isu
ukhuwwah, persatuan dan kesatuan sebagai titik tekan pertama dan
utama. Ukhuwwah sendiri terbagi menjadi tiga yakni, Ukhuwwah
Islamiyah, Ukhuwwah Wathaniyah, dan Ukhuwwah insaniyah.

7
D. Kaidah Fiqhiyah Sebagai Dasar Pembentukan Perilaku
Warga NU
Sebelum NU lahir telah terjadi akulturasi antara budaya
lokal dan nilai Islam di tengah-tengah umat Islam Indonesia, dari
akulturasi itu terwujudlah menjadi tradisi baru yang mengakar di
masyarakat. Kelompok Islam ini menyatu dalam pola pikir (Ittifaq
al-ara’ wal-madzhab) dan referensi tradisi sosial keagamaan
(ittihad Al-ma’khad wal-masyrab).
Dasar pembentukan prilaku etika moral kaidah fiqhiyah
kaum Nahdliyin yakni, yang bercirikan sikap tawasuth (tengah-
tengah/moderat), tawazun (seimbang), tasamuh (toleran) dan
I’tidal (adil) merupakan implementasi dari kekukuhan mereka
dalam memegang prinsip-prinsip keagamaan (qoidah Al-Fiqhiyah)
yang dirumuskan oleh ulama klasik, diantara prinsip-prinsip
keagamaan tersebut adalah al’adatul Muhakkamah (‫) العادة المحكمة‬
artinya sebuah tradisi dapat menjelma menjadi pranata sosial
keagamaan.
Maksudnya rumusan hukum yang tidak bersifat absolute
dapat ditata selaras dengan subkultur sebuah komunitas masyarakat
menurut ruang dan waktunya dengan mengacu kepada kesejahteran
dan kebaikan masyarakat tersebut, hal ini dapat dilakukan selama
tidak kontradiktif dengan prinsip qoidah umum dan prinsip
universal.
Qoidah Fiqhiyah yang Artinya : ”Adat kebiasaan atau
budaya itu bisa dijadikan hukum selama tidak bertentangan dengan
norma agama. “
Qoidah fiqhiyah tersebut menjadikan performa Islam sangat
baik, sehingga agama menjadi dinamis dan membumi, yang selalu
actual di tengah-tengah masyaraka
E. Perilaku Warga NU
Islam Aswaja merupakan prinsip utama NU, sedangkan
formulasi khitthah NU, mabadi’ Khoiro Ummah, dan beberapa

8
kaidah fiqhiyah merupakan tafsir atas prinsip utama yang
diharapkan mampu mewujudkan kepribadian dan perilaku-perilaku
warga NU.
Perilaku keagamaan warga NU yang menggunakan system
bermadzhab memberikan spesifikasi di bidang Aqidah, Syari’ah
dan Tasawuf.
Dalam bidang fiqih ini NU mengikuti jalan pendekatan
(Al-Madzhab) kepada salah satu dari madzhab empat, Imam
Hanafi, Imam Malik, Imam Syafi’I dan Imam Hanbali.
● Dibidang tasawuf atau akhlaq perilaku warga NU
adalah: .Mempercayai bahwa antara syari’ah,
aqidah dan tasawuf mempunyai kaitan, bahkan
syai’ah harus diutamakan daripada tasawuf.
● Menganjurkan usaha memperdalam penghayatan
ajaran Islam
● Mencegah ektrimisme yang dapat menjerumuskan
orang kepada penyelewengan aqidah dan syari’ah.
● Berpedoman pada akhlaq yang luhur dan selalu
berada diantara dua ujung sikap yang tepat atau
tathorruf.misal sikap Asy-syaja’ah (berani)
merupakan langkah tengah antara penakut (al-jubn)
dan sembrono (at-tahawur).

2.2 Amaliyah Nahdlatul Ulama

A. Tahlilan
adalah salah satu ciri khas kaum NU, bahkan untuk mengetahui
seseorang NU apa tidak, cukup dilihat dari apakah seseorang itu ikut
kegiatan tahlilan apa tidak.
Tahlilan sendiri adalah sebuah kegiatan yang dilakukan bersama
oleh kalangan NU yang berisi pembacaan dzikir, tasbih, ayat Qur’an,
tahlil, tahmid dan lain sebagainya.

9
Biasanya acara ini diselenggarakan dalam berbagai momentum
kalangan NU, yang paling jamak adalah ketika mendo’akan seseorang
yang sudah meninggal.
Biasanya dilakukan pada malam hari pertama sampai ke empat
puluh berlanjut terus ke 100, 1000 dan haul tiap tahunnya.

B. Ziarah Kubur
Warga NU akrab sekali dengan budaya ziarah kubur, mendatangi
makam para Auliya, ulama sambil membaca berbagai do’a.
Jangan dimaknai kaum NU berdo’a kepada kuburan, tapi melalui
para orang-orang yang terlebih dahulu mereka merasa lebih dekat
dengan yang maha kuasa.
Dan mengingatkan mereka bahwa kehidupan pada hakikatnya
adalah fana dan tidak kekal.
Khusus ziarah makam para wali, sudah menjadi tradisi dan bahkan
sangat ramai sekali pengunjungnya, ini dilaksanakan biasanya
perorangan maupun rombongan.
Hampir tiap hari raya idul Fitri dan hari tertentu menjadi budaya
yang mapan dikalangan NU

C. Maulid Nabi
Untuk menunjukan kecintaannya pada sang nabi, paling tidak pada
bulan kelahiran nabi yaitu bulan robiul awal banyak sekali kegiatan
bernuansa keagamaan dalam berbagai bentuk.
Ada pembacaan maulid dibaa, barjanzi, pengajian dan sebagainya
dalam rangka maulid nabi.
Kegiatan ini banyak dihujat karena dianggap tidak memiliki dasar
yang kukuh yang pernah nabi laksanakan pada masa hidup nabi.

D. Istighosah

10
Istighosah memiliki arti memohon pertolongan kepada Allah SWT,
oleh warga NU biasanya dilaksanakan bersama-sama dalam satu majlis
dalam skala besar.
PBNU pernah melaksanakan istighosah dalam skala besar atau
istighosah kubro baik tingkat nasional maupun tingkat daerah.

E. Qunut
Cobalah anda sholat subuh disuatu tempat, bila jama’ah dalam
tempat tersebut melakukan qunut dapat dipastikan itu adalah warga
NU, tapi sebenarnya Qnunut dibagi menjadi 3:
1. Qunut subuh, imam Syafi’i menyatakan bahwa qunut subuh
dibaca berdasarkan hadist dari anas bin Malik.
2. Qunut nazilah, qunut ini dibaca warga NU ketika sedang
menghadapi kesusahan baik wabah penyakit, tantangan,
bencana dan lain sebagainya.
3. Qunut witir, qunut ini dilaksanakan pada rakaat terakhir
bulan Ramadhan.

F. Talqin
Adalah amaliyah kaum NU disaat ada saudara yang meninggal
dunia, talqin berasal dari bahasa Arab yang artinya memahamkan atau
mengingatkan.
Adapun beberapa tata-tata caranya orang yang menalqin berposisi
duduk dihadapan kepala mayit, sedangkan para hadirin hendaknya
berdiri, dan salah seorang yang biasanya pemuka agama mulai
membacakan talqin bagi si mayit.

G. Adzan 2 Kali Dalam Shalat Jum’at


Setiap menjelang sholat Jumat dimasjid-masjid NU ada seorang
laki-laki yang berdiri sambil memegang tongkat.
Setelah membacakan hadist nabi yang berisi anjuran kepada para
jamaah dan kemudian dilakukan adzan yang kedua kalinya.

11
Praktek semacam ini meniru pada zaman sahabat Utsman dan
praktik ini sama dengan yang dipraktekkan di Masjidil haram dan
masjid Nabawi.

H. Tingkepan
Acara ini berbentuk pembacaan doa dan pemberian sedekah dalam
rangka tujuh bulan kehamilan seorang wanita, dan buasanya disela-sela
acara dibacakan surat Yusuf dan surat Maryam.

I. Merujuk Kitab Kuning


Selain pada Al Qur’an dan Al hadist, warga NU selalu
berpegangan pada ulama, baik melalui kyai maupun merujuk pada
kitab kuning yang dianggap standar oleh para ulama NU.
Kitab kuning ini biasanya ditulis dalam bahasa Arab dan biasanya
berbentuk tulisan Arab tanpa harakat (gundul), ini tidak lain karena
tradisi intelektual NU yang selalu berpegangan pada sanad.
Karena berhati-hati agar supaya pemahaman agamanya tidak
melenceng dari apa yang telah digariskan oleh para salufuna assholih.

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dalam hal di atas, kami menyimpulkan bahwa pemikiran dan amaliyah


Nahdlatul Ulama itu sangat teratur dan terkontrol. Karena prinsip utama NU itu
Islam ASWAJA yakni melaksanakan apa yang dilakukan oleh Nabi SAW dan
sahabatnya serta tidak melakukan yang memang dilarang dalam Al-qur’an dan
Hadits.

3.2 Saran

Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak
kesalahan dan jauh dari kata sempurna. Penulis akan memperbaiki makalah
tersebut dengan berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang membangun
dari pada pembaca.

13
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Azis Aceng, Zuhdi Harfin dkk. Cetakan II 2007. Islam Ahlussunnah
Waljama’ah di Indonesia : Sejarah, Pemikiran, dan Dinamika Nahdlatul Ulama.
Jakarta : Pustaka Ma’arif NU

14

Anda mungkin juga menyukai