AHLUSSUNNAH WALJAMA’AH
Pemikiran dan Amaliyah NU
Wassalamu’alaikumWr. Wb.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................4
1.3 Tujuan ..........................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pemikiran Nahlatul Ulama ...........................................................................5
2.2 Amaliyah Nahdlatul Ulama ..........................................................................9
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
langkahnya. NU menjunjung tinggi demokrasi, konstitusi, dan
hukum. NU juga menghargai keterbukaan, kooperatif, dialogis dan
moderat. Karena itu NU menentang segala bentuk diskriminasi,
radikalisme, anarkisme, dan terorisme.
Faham Ahlussunnah Waljama’ah dijabarkan dalam naskah
Khittah NU yang merupakan landasan berpikir, bersikap, khittah
NU tersebut adalah :
1. Kesadaran atas keharusan hidup bermasyarakat
dengan persyaratannya.
2. NU: Jamiyah Diniyah berfaham Ahlussunnah
Waljama’ah, berhaluan salah satu dari mazhab
empat.
3. NU: gerakan keagamaan meningkatkan kualitas
insan bertakwa.
4. Dalam berupaya mencapai cita-cita NU,
terbentuklah kepribadian khas NU yang
kemudian disebut sebagai Khittah NU.
NU mendasarkan paham keagamaannya kepada sumber-sumber
Al-qur’an, Al-sunnah, Al-ijma, dan Qiyas. NU menggunakan
jalan pendekatan (al-mazhab) yaitu sebagai berikut :
1. Di bidang aqidah mengikuti faham Ahlussunnah
Waljama’ah yang dipelopori oleh Imam Asyari
dan Imam Maturidi.
2. Di bidang fiqih mengikuti salah satu dari
mazhab empat.
3. Di bidang tasawuf mengikuti mazhab Imam
Baghdadi, Imam Gazali, dan imam-imam lain.
Sikap kemasyarakatan NU, mereka memiliki sikap tawassuth dan
I’tidal yaitu sikap tengah berintikan keadilan di tengah kehidupan
bersama serta menjadi kelompok panutan, bertindak lurus,
bersifat membangun,tidak ekstrem.
6
Selain itu mereka juga memiki sikap tasamuh (toleran), sikap
amar ma’ru nahi munkar, dan sikap tawazun yakni keseimbangan
dalam berkhidmat kepada Allah SWT., berkhidmat kepada
sesama manusia dan kepada lingkungan hidup, serta keselarasan
antara masa lalu, masa kini, dan masa depan.
7
D. Kaidah Fiqhiyah Sebagai Dasar Pembentukan Perilaku
Warga NU
Sebelum NU lahir telah terjadi akulturasi antara budaya
lokal dan nilai Islam di tengah-tengah umat Islam Indonesia, dari
akulturasi itu terwujudlah menjadi tradisi baru yang mengakar di
masyarakat. Kelompok Islam ini menyatu dalam pola pikir (Ittifaq
al-ara’ wal-madzhab) dan referensi tradisi sosial keagamaan
(ittihad Al-ma’khad wal-masyrab).
Dasar pembentukan prilaku etika moral kaidah fiqhiyah
kaum Nahdliyin yakni, yang bercirikan sikap tawasuth (tengah-
tengah/moderat), tawazun (seimbang), tasamuh (toleran) dan
I’tidal (adil) merupakan implementasi dari kekukuhan mereka
dalam memegang prinsip-prinsip keagamaan (qoidah Al-Fiqhiyah)
yang dirumuskan oleh ulama klasik, diantara prinsip-prinsip
keagamaan tersebut adalah al’adatul Muhakkamah () العادة المحكمة
artinya sebuah tradisi dapat menjelma menjadi pranata sosial
keagamaan.
Maksudnya rumusan hukum yang tidak bersifat absolute
dapat ditata selaras dengan subkultur sebuah komunitas masyarakat
menurut ruang dan waktunya dengan mengacu kepada kesejahteran
dan kebaikan masyarakat tersebut, hal ini dapat dilakukan selama
tidak kontradiktif dengan prinsip qoidah umum dan prinsip
universal.
Qoidah Fiqhiyah yang Artinya : ”Adat kebiasaan atau
budaya itu bisa dijadikan hukum selama tidak bertentangan dengan
norma agama. “
Qoidah fiqhiyah tersebut menjadikan performa Islam sangat
baik, sehingga agama menjadi dinamis dan membumi, yang selalu
actual di tengah-tengah masyaraka
E. Perilaku Warga NU
Islam Aswaja merupakan prinsip utama NU, sedangkan
formulasi khitthah NU, mabadi’ Khoiro Ummah, dan beberapa
8
kaidah fiqhiyah merupakan tafsir atas prinsip utama yang
diharapkan mampu mewujudkan kepribadian dan perilaku-perilaku
warga NU.
Perilaku keagamaan warga NU yang menggunakan system
bermadzhab memberikan spesifikasi di bidang Aqidah, Syari’ah
dan Tasawuf.
Dalam bidang fiqih ini NU mengikuti jalan pendekatan
(Al-Madzhab) kepada salah satu dari madzhab empat, Imam
Hanafi, Imam Malik, Imam Syafi’I dan Imam Hanbali.
● Dibidang tasawuf atau akhlaq perilaku warga NU
adalah: .Mempercayai bahwa antara syari’ah,
aqidah dan tasawuf mempunyai kaitan, bahkan
syai’ah harus diutamakan daripada tasawuf.
● Menganjurkan usaha memperdalam penghayatan
ajaran Islam
● Mencegah ektrimisme yang dapat menjerumuskan
orang kepada penyelewengan aqidah dan syari’ah.
● Berpedoman pada akhlaq yang luhur dan selalu
berada diantara dua ujung sikap yang tepat atau
tathorruf.misal sikap Asy-syaja’ah (berani)
merupakan langkah tengah antara penakut (al-jubn)
dan sembrono (at-tahawur).
A. Tahlilan
adalah salah satu ciri khas kaum NU, bahkan untuk mengetahui
seseorang NU apa tidak, cukup dilihat dari apakah seseorang itu ikut
kegiatan tahlilan apa tidak.
Tahlilan sendiri adalah sebuah kegiatan yang dilakukan bersama
oleh kalangan NU yang berisi pembacaan dzikir, tasbih, ayat Qur’an,
tahlil, tahmid dan lain sebagainya.
9
Biasanya acara ini diselenggarakan dalam berbagai momentum
kalangan NU, yang paling jamak adalah ketika mendo’akan seseorang
yang sudah meninggal.
Biasanya dilakukan pada malam hari pertama sampai ke empat
puluh berlanjut terus ke 100, 1000 dan haul tiap tahunnya.
B. Ziarah Kubur
Warga NU akrab sekali dengan budaya ziarah kubur, mendatangi
makam para Auliya, ulama sambil membaca berbagai do’a.
Jangan dimaknai kaum NU berdo’a kepada kuburan, tapi melalui
para orang-orang yang terlebih dahulu mereka merasa lebih dekat
dengan yang maha kuasa.
Dan mengingatkan mereka bahwa kehidupan pada hakikatnya
adalah fana dan tidak kekal.
Khusus ziarah makam para wali, sudah menjadi tradisi dan bahkan
sangat ramai sekali pengunjungnya, ini dilaksanakan biasanya
perorangan maupun rombongan.
Hampir tiap hari raya idul Fitri dan hari tertentu menjadi budaya
yang mapan dikalangan NU
C. Maulid Nabi
Untuk menunjukan kecintaannya pada sang nabi, paling tidak pada
bulan kelahiran nabi yaitu bulan robiul awal banyak sekali kegiatan
bernuansa keagamaan dalam berbagai bentuk.
Ada pembacaan maulid dibaa, barjanzi, pengajian dan sebagainya
dalam rangka maulid nabi.
Kegiatan ini banyak dihujat karena dianggap tidak memiliki dasar
yang kukuh yang pernah nabi laksanakan pada masa hidup nabi.
D. Istighosah
10
Istighosah memiliki arti memohon pertolongan kepada Allah SWT,
oleh warga NU biasanya dilaksanakan bersama-sama dalam satu majlis
dalam skala besar.
PBNU pernah melaksanakan istighosah dalam skala besar atau
istighosah kubro baik tingkat nasional maupun tingkat daerah.
E. Qunut
Cobalah anda sholat subuh disuatu tempat, bila jama’ah dalam
tempat tersebut melakukan qunut dapat dipastikan itu adalah warga
NU, tapi sebenarnya Qnunut dibagi menjadi 3:
1. Qunut subuh, imam Syafi’i menyatakan bahwa qunut subuh
dibaca berdasarkan hadist dari anas bin Malik.
2. Qunut nazilah, qunut ini dibaca warga NU ketika sedang
menghadapi kesusahan baik wabah penyakit, tantangan,
bencana dan lain sebagainya.
3. Qunut witir, qunut ini dilaksanakan pada rakaat terakhir
bulan Ramadhan.
F. Talqin
Adalah amaliyah kaum NU disaat ada saudara yang meninggal
dunia, talqin berasal dari bahasa Arab yang artinya memahamkan atau
mengingatkan.
Adapun beberapa tata-tata caranya orang yang menalqin berposisi
duduk dihadapan kepala mayit, sedangkan para hadirin hendaknya
berdiri, dan salah seorang yang biasanya pemuka agama mulai
membacakan talqin bagi si mayit.
11
Praktek semacam ini meniru pada zaman sahabat Utsman dan
praktik ini sama dengan yang dipraktekkan di Masjidil haram dan
masjid Nabawi.
H. Tingkepan
Acara ini berbentuk pembacaan doa dan pemberian sedekah dalam
rangka tujuh bulan kehamilan seorang wanita, dan buasanya disela-sela
acara dibacakan surat Yusuf dan surat Maryam.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak
kesalahan dan jauh dari kata sempurna. Penulis akan memperbaiki makalah
tersebut dengan berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang membangun
dari pada pembaca.
13
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Azis Aceng, Zuhdi Harfin dkk. Cetakan II 2007. Islam Ahlussunnah
Waljama’ah di Indonesia : Sejarah, Pemikiran, dan Dinamika Nahdlatul Ulama.
Jakarta : Pustaka Ma’arif NU
14